KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Demam neutropenia adalah demam dengan suhu oral ≥38,30C (1010F) atau
suhu aksila ≥380C (1000F) selama periode lebih dari 1 jam pada pengukuran
tunggal dengan Absolute Neutrophil Count (ANC) kurang dari 500 sel/mm3 atau
(Lanzkowsky, 2011).
2.1.2 Epidemiologi
neutropenia di Irlandia per tahun adalah 64,2 kasus (Hughes dkk., 2002).
Kandou Menado adalah 34%, 48%, dan 22% (Gunawan dkk., 2009). Didapatkan
68 kejadian demam neutropenia anak dengan keganasan di RSU Dr. Saiful Anwar
Malang selama tahun 2007 hingga 2008 (Nugroho, 2010). Di RSUP Sanglah,
sebanyak 59 episode demam neutropenia terjadi pada anak dengan LLA selama
tahun 2013 hingga 2014 (Indradjaja., 2014). Beberapa studi menjabarkan bahwa
8
9
sebanyak 75% demam neutropenia terjadi pada leukemia akut. Sudewi dkk.
(2007) meneliti bahwa episode neutropenia terutama dialami oleh pasien leukemia
jarang dialami oleh pasien tumor padat. Pasien demam neutropenia yang
hingga 20% dengan jumlah neutrofil kurang dari 100/mm3 (Lai dkk., 2003). Studi
lain mendapatkan bakteriemia terjadi pada 10%-25% dari semua pasien, terutama
pada neutropenia yang lama atau berat (Palazzi, 2011). Pertumbuhan kuman
didapatkan sebesar 30% pada anak dengan keganasan dengan demam neutropenia
(Lanzkowsky., 2011).
bakteremia pada pasien LLA yang menderita demam neutropenia hanya 10%,
sementara bakteriuria sebanyak 23,1%, hal tersebut diduga karena pasien telah
mendapat terapi antibiotika sebelum dilakukan kultur atau demam yang muncul
terjadi karena inflamasi akibat LLA sendiri. Penelitian oleh Indradjaja (2014)
11 episode dengan biakan darah positif (20%), 13 dengan biakan urin positif
(24%), 1 episode dengan biakan jaringan positif dan 3 pasien dengan gejala
menjadi 1% pada 1990 (Gunawan dkk., 2009). Tingkat mortalitas adalah sekitar
5% pada pasien tumor solid dan 11% pada beberapa keganasan hematologi.
10
Prognosis buruk pada pasien yang terbukti bakteremia, dengan tingkat mortalitas
pada bakteremia akibat gram negatif dan gram positif adalah 18% dan 5%
(Naurois, 2010).
2.1.3 Etiologi
mendasari atau efek kemoterapi. Neutropenia pada pasien leukemia akut dapat
terjadi akibat infiltrasi sel keganasan secara primer pada sumsum tulang (misalnya
pada pasien yang belum mengalami remisi dan pasien yang mengalami relaps)
mengalami remisi atau belum mengalami remisi namun sudah berada pada
berubah hampir setiap 2-3 tahun dan bervariasi menurut lokasi geografis,
neutropenia selama lebih dari tiga dekade. Pada tahun 1970, 60-70% penyebab
bakteremia pada demam neutropenia adalah kuman gram negatif, sementara pada
tahun 1990-an penyebab bakteremia terbanyak adalah kuman cocci gram positif.
Infeksi kuman gram negatif dan anaerob umumnya berasal dari saluran
cerna, sementara infeksi kuman gram positif umumnya berasal dari kulit dan
didapatkan pada penelitian Koivula dkk. (2011) yaitu sebanyak 52% adalah
kuman gram positif, dan 48% adalah kuman gram negatif. Penelitian retrospektif
pada demam neutropenia adalah kuman gram negatif, 29,8% kuman gram positif,
dan 3,2% infeksi polimikrobial. Pada kelompok kuman gram negatif didapatkan
Berdasarkan penelitian Rena dkk. (2010), sebagian besar hasil biakan darah
negatif (11,1%). Sebagian besar hasil biakan darah tidak didapatkan pertumbuhan
kuman, hal tersebut menunjukkan bahwa penyebab infeksi juga berasal dari jamur
atau virus.
anak anak dengan keganasan yang mengalami demam neutropenia sebesar 8,6%,
12
positif pada pasien LLA dengan demam neutropenia yaitu 17%, dan 11%. Bakteri
tropicalis, Candida glabrata, dan Candida parapsilosis. Suatu pusat medis yang
krusei merupakan patogen penting penyebab infeksi (Bhatt dan Saleem, 2004).
Pada tabel 2.2 dijabarkan patogen penyebab infeksi pada anak dengan keganasan.
13
2.1.4 Patofisiologi
terbanyak dalam darah (60-70% pada orang dewasa) yang berasal dari sumsum
tulang. Neutrofil merupakan sel fagositik paling penting untuk sistem imunitas,
14
selain makrofag. Neutrofil akan menempel pada sel-sel endotelial dan bermigrasi
dari darah kedalam jaringan dan ke lokasi infeksi akibat respon rangsangan
absolut (ANC), neutropenia dapat dibagi menjadi tiga derajat, yaitu ringan jika
nilai ANC 1000-1500 sel/mm3, sedang jika nilai ANC 500-1000 sel/mm3, dan
berat jika nilai ANC <500 sel/mm3 (Bhatt dan Saleem, 2004).
leukemia atau metastasis pada sumsum tulang. Penyebab lainnya yang paling
rambut, gonad, sumsum tulang dan sel-sel epitel yang melapisi saluran
pencernaan (Bow dkk., 1998). Pemberian agen sitostatika secara agresif pada
termasuk sel yang berperan pada sistem imunitas yaitu sel granulosit. Sel
15
granulosit mengalami kehancuran paling hebat dikarenakan life span yang sangat
pendek. Penurunan kadar sel granulosit bahkan dapat mencapai nol pada pasien
dan terapi. Faktor pasien meliputi jenis keganasan dan derajat penyakit, kondisi
komorbid, usia, jumlah neutrofil absolut, status kesehatan sebelum terapi, dan
berisiko 4,5 kali lebih tinggi mengalami demam neutropenia dibandingkan tumor
padat. Risiko demam neutropenia meningkat 1.005 kali pada pasien kemoterapi
Sulviani, 2007; Lyman dkk., 2013). Status gizi kurang berhubungan dengan
kemotaksis leukosit, dan perubahan profil sitokin sel T-helper (Chaudhuri dkk.,
2016).
neutropenia juga berhubungan dengan fase terapi. Fase induksi berisiko 8,9 kali
mendapatkan regimen oral atau intravena sekali sehari dan atau pulang dari rumah
termasuk usia pasien, riwayat, rawat jalan atau rawat inap, gejala klinis akut,
dkk., 2011).
memiliki skor MASCC > 21, dengan nilai prediksi positif 91%, spesifisitas 68%
dan sensitivitas 71% (Klastersky dan Paesmans, 2012; Lyman dkk., 2010).
Evaluasi anak dengan demam neutropenia harus dilakukan secara cepat dan
infeksi dan keterlambatan penanganan infeksi akan berakibat fatal pada pasien.
Tanda dan gejala klasik infeksi sering tidak ditemukan, sehingga perlunya
menggali riwayat dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk mencari tanda
tipe demam, disertai menggigil, nyeri otot, dan gejala lain seperti sakit kepala,
batuk, pilek, sesak, nyeri telinga maupun tenggorokan, diare, muntah, nyeri saat
berkemih dan lesi kulit. Gejala lain yang mungkin menjadi port de entry infeksi
meliputi nyeri saat buang air besar (abses atau selulitis perirektal), mukositis,
patogen, penyebab demam non infeksi seperti transfusi darah, dan penyakit
18
komorbid lain seperti diabetes (Avery, 2007; Meckler dan Lindemulder, 2009;
pemasangan kateter atau lokasi tindakan seperti aspirasi sumsum tulang), sinus,
1. Biakan darah
central venous catheter (jika ada), dan dari vena perifer untuk identifikasi
central venous catheter maka biakan darah diambil dari 2 tempat terpisah
Infeksi saluran kemih umum terjadi pada anak demam neutropenia. Biakan
urin diindikasikan jika terdapat gejala dan tanda infeksi saluran kemih,
dkk., 2011).
Spesimen diambil jika terdapat gejala klinis yang mendukung (Mendes dkk.,
Aspirasi atau biposi lesi kulit yang dicurigai terinfeksi harus dilakukan tes
Jika pasien mengalami batuk produktif, sampel sputum harus dikirim untuk
menampakkan infiltrat pada foto thoraks dengan penyebab yang tidak pasti
6. Radiografi
meskipun tanpa disertai gejala atau tanda klinis (Husni dkk., 2002). Jika
2011).
2.1.8 Penatalaksanaan
ketersediaan obat dan biaya, dan epidemiologi lokal, termasuk pola resistensi
Neutropenia Guideline tahun 2010 menyatakan langkah awal evaluasi dan terapi
nantinya menentukan tipe terapi antibiotik empiris (oral atau intravena), lokasi
perawatan (rawat jalan atau opname) dan durasi terapi antibiotik (Freifeld dkk.,
2011).
berlaku di RSUP Sanglah membagi kelompok risiko infeksi menjadi risiko tinggi
dan rendah. Risiko tinggi jika memiliki nilai ANC <100 sel/mm3, gambaran
rontgen abnormal, adanya perbaikan neutropenia dalam >10 hari, klinis toksik,
dan tidak terjadi remisi pada keganasan. Risiko rendah bila jika memiliki nilai
dalam <10 hari, klinis tidak toksik, dan terjadi remisi pada keganasan.
21
Risiko rendah
Observasi 3 hari
Cek DL Biakan darah
Biakan urine
Antibiotika lini pertama
Klinis membaik Ceftazidime
Klinis memburuk dan atau
neutrofil meningkat neutrofil menurun
- Terapi kemoterapi Evaluasi 3 hari (72 jam)
lanjut - Cefotaxime Cek DL dan procalcitonin
Biakan (+), respon baik Biakan (+), respon buruk Biakan (-), respon baik Biakan (-), respon
- Lanjutkan antibiotik 14 - Ganti antibiotik sesuai biakan - Hentikan antibiotik buruk
hari - Konsul infeksi tropis untuk - Antijamur
pemilihan antibiotik (Fluconazole-
Amphotericin B)
- Atau cari penyebab
lain
- Konsul infeksi tropis
Gambar 2.1 Panduan antibiotik pasien onkologi anak dengan demam neutropenia
Risiko tinggi
Biakan (+), responbaik Biakan (+), respon buruk Biakan (-), respon baik Biakan (-), respon buruk
- Lanjutkan antibiotik 14 - Ganti antibiotik sesuai biakan - Hentikan antibiotik - Antijamur (Fluconazole-
hari - Konsul infeksi tropis untuk Amphotericin B)
pemilihan antibiotik - Atau cari penyebab lain
- Konsul infeksi tropis
Gambar 2.2 Panduan antibiotik pasien onkologi anak dengan demam neutropenia
2.2 Prokalsitonin
2.2.1 Struktur
Prokalsitonin tersusun atas 116 asam amino dengan berat molekul 13kDa.
2.2.2 Biologi
merupakan protein yang berbeda. Kalsitonin secara ekslusif diproduksi oleh sel C
dapat diproduksi oleh beberapa tipe sel dan banyak organ sebagai respon
disintesis oleh gen calcitonin I (CALC-1) pada kromosom-11 selama sepsis dan
inflamasi. Gen CALC-1 juga merupakan sumber kalsitonin matur pada individu
sehat, yang diproduksi oleh sel C tiroid (Meisner, 2002). Prokalsitonin yang
terbentuk di sel C tiroid akan diubah menjadi kalsitonin, sehingga tidak ada
individu sehat karena kadarnya berada dibawah nilai ambang batas deteksi
inflamasi sistemik berat atau infeksi kuman, dan kadarnya menetap hingga
pemulihan. Kadar prokalsitonin bisa tetap berada diatas nilai normal hingga 7 hari
Induksi sekresi prokalsitonin melalui dua cara yaitu langsung dan tak
toksin lain yang dilepaskan mikroba (Nakamura dkk., 2013). Endotoksin LPS dari
kuman gram negatif atau produk kuman lainnya seperti lipotechoic acid (LTA)
dari kuman gram positif akan berinteraksi dengan sel imun melalui toll-like
receptors (TLRs) untuk memulai respon sitokin pro inflamasi yang akan
Induksi secara tidak langsung melalui respon host terhadap sitokin inflamasi
selektif terhadap proses inflamasi bakteri, sebaliknya kadar sitokin tidak spesifik
infeksi bakteri yang memiliki kultur darah positif dengan infeksi virus dengan
kuman menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yaitu 94% dan 96,5% untuk
CRP, IL-6, IL-8, IL-1b, sTNFR1, TNF-α, dan molekul adesi terlarut,
pasien. Analisis tersebut menemukan sebuah odd ratio (OR) akurasi diagnostik
prokalsitonin yaitu 15,7 (95% confidence interval (CI) 9.1-27.1) dibandingkan 5.4
untuk CRP (95% CI, 3,2-9,2). Pada sebuah tinjauan sistematis yang sama dari 18
diagnostik untuk infeksi kuman didapatkan 71% (95% CI, 67-76) dengan Q value
0,72 (Chaudhury dkk., 2013). Tabel 2.3 menjabarkan referensi nilai prokalsitonin
beserta intepretasinya.
>5ng/ml berhubungan kuat dengan sepsis berat, 1-5ng/ml dengan bakterimia, 0,5-
positif cairan tubuh lain telah dilakukan. Nilai AUC prokalsitonin untuk
membedakan biakan positif adalah 0,661 dengan nilai titik potong optimal 1,32
ng/ml (sensitivitas 63,4%, spesifisitas 63,3%, rasio kemungkinan positif 1,728 dan
diikuti peningkatan derajat sepsis dan disfungsi organ. Prokalsitonin juga sebagai
prediktor mortalitas pada studi yang terdiri dari 472 pasien kritis (Chaudhury
dkk., 2013).
awal dan paling spesifik terhadap infeksi kuman. Prokalsitonin tidak hanya
28
sebagai penanda infeksi namun juga berguna dalam memonitor respon host
terhadap infeksi dan terapi. Kadar prokalsitonin harus dimonitor secara serial. Jika
kadar prokalsitonin menurun lebih dari 30% terhadap nilai awal setelah 24 jam
diberikan sudah tepat dan infeksi terkontrol. Jika kadar prokalsitonin meningkat
menandakan respon host terhadap infeksi sangat buruk, imunitas host harus
karena kuman dan virus, sehingga dapat digunakan sebagai panduan dalam
dengan infeksi kuman lokal. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat
penurunan sangat signifikan dalam penggunaan antibiotik dan biaya sekitar 50%
(Kosanke R,2008).
Suatu studi meta-analisis dari 14 uji kontrol acak yang terdiri dari 4211
terapi namun tidak untuk mortalitas, jika dibandingkan dengan perawatan biasa.
2.2.7 Nilai Dalam Kondisi Infeksi dan Non-Infeksi pada Demam Neutropenia
prokalsitonin dalam 32 jam dari onset demam pada pasien neutropenia dengan
infeksi yang terbukti secara klinis atau mikrobiologi dibandingkan dengan pasien
dengan demam tanpa sebab yang jelas (median 0,51 berbanding 0,26 ng/ml).
dibandingkan pasien dengan infeksi lokal, virus atau jamur. Kadar paling tinggi
prokalsitonin dalam plasma diamati pada infeksi kuman akut, terutama sepsis
(Durnas dkk., 2016). Beberapa studi melaporkan titik potong serum prokalsitonin
untuk membedakan infeksi kuman dan non kuman dengan rentang dari 0,5 hingga
1,3 ng/ml dengan sensitivitas pada rentang 44 hingga 88% dan spesifisitas dari 61
prokalsitonin pasien dengan dan tanpa bakteremia pada studi kohort dari 66
kadar prokalsitonin dalam rentang normal atau sedikit meningkat, namun biasanya
bernilai jauh dibawah pasien akibat infeksi kuman. Ruokonen dkk melaporkan
dengan demam tanpa penyebab yang diketahui saat delapan jam setelah onset
30
menderita demam tanpa penyebab yang diketahui, demam non mikrobial, dan
prokalsitonin atau CRP saat onset demam, atau tingkat sedimentasi eritrosit antara
infeksi yang tercatat secara klinis atau mikrobiologi dan demam tanpa penyebab
yang diketahui. Namun, kadar prokalsitonin menurun lebih cepat pada pasien tak
neutropenia dengan infeksi kuman dibandingkan infeksi virus atau jamur. Namun,
perbedaan berdasarkan tipe kuman secara spesifik kurang jelas. Fleischhack dkk,
gram positif. Demikian pula, Svaldi dkk, menemukan kadar prokalsitonin lebih
tinggi pada 73 pasien demam dewasa dengan infeksi kuman gram negatif
kadar prokalsitonin antara pasien terinfeksi kuman gram negatif dan kuman gram
<6,08 ng/mL untuk menyingkirkan Candida spp memiliki nilai prediktif negatif
penggunaan agen antijamur yang tidak perlu. Namun penelitian lain oleh
demam neutropenia dan mukositis berat tidak disebabkan karena mukositis saja
(media 9,75 ng/ml). Kadar prokalsitonin lebih dari 5,5 ng/ml pada sepsis akibat
Candida spp memiliki nilai duga negatif yaitu 100%, dan nilai duga positif yaitu
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kali diperkenalkan pada awal 1950 oleh ahli patologi Inggris bernama Rupert
Taylor., 1998).
secara cepat dan melampaui batas normal, serta dapat menyebar ke bagian tubuh
lain. Keganasan anak merupakan istilah yang dipakai untuk menamai keganasan
pada beberapa kondisi non infeksi. Kondisi non infeksi tersebut antara lain
rusaknya atau aktivasi sel-T dengan gejala seperti sepsis. Peningkatan tersebut
terjadi bertahap dalam satu hingga 3 hari (Dornbusch dkk., 2008; Chaftari dkk.,
2015).
baik sebagai profilaksis maupun terapi suportif terhadap sepsis atau jamur pada
dengan gejala terutama pada kulit, hati, dan gastrointestinal. Patofisiologi GvHD
yaitu meliputi kerusakan jaringan akibat inflamasi yang berasal dari regimen
berasal dari sel T yang akan berdiferensiasi menjadi sel efektor. Sel efektor akan
membedakan GvHD dari infeksi meski dengan terapi steroid (Dornbusch dkk.,
ng/ml) dan infeksi bakteri (2,2 + 2,9 ng/ml) dibandingkan penyakit autoimun (0,4
+ 0,4 ng/ml) atau infeksi virus (0,4 + 0,3 ng/ml) atau anak sehat (0,2 + 0,1 ng/ml)
berguna sebagai penanda sepsis yang berasal dari systemic inflammatory response
syndrome (SIRS) non infeksius pada luka bakar berat. Studi mendapatkan titik
potong optimal prokalsitonin dalam 48 jam pertama setelah luka bakar yang
berhubungan dengan mortalitas tinggi yaitu 1,7 ng/ml (Kim dkk., 2012).
35
2.4.6 Keganasan
(0,23 ng/ml dan 0,156 ng/ml) dengan p<0,0001. Nilai median prokalsitonin
berturut-turut dimulai dari nilai paling tinggi yaitu keganasan kolon (0,4 ng/ml),
leukemia (0,265 ng/ml), tiroid (0,231 ng/ml), limfoma (0,165 ng/ml), prostat
(0,164 ng/ml) dan sarkoma (0,147 ng/ml). Studi lain menyatakan beberapa tumor
lain juga berhubungan dengan peningkatan prokalsitonin yaitu small cell lung
tumor urogenital.
lebih tinggi dibandingkan stadium I-III yaitu 0,19 ng/ml dan 0,127 ng/ml. Kadar
demam yaitu 0,3 ng/ml dan 0,1 ng/ml. Pasien keganasan dengan demam dan
kultur darah negatif memiliki nilai prokalsitonin lebih rendah dibandingkan saat
terjadi sepsis atau bakteremia dengan nilai median prokalsitonin (0,49 ng/ml)
keganasan yang mengalami lisis tumor dan dengan terapi antibodi monoklonal
2.4.7 Neonatus
kehidupan dan menurun pada hari ke-7 kehidupan baik pada bayi aterm maupun
preterm. Terdapat pernyataan berbeda dari beberapa studi, salah satu studi
studi lain menyatakan kadar prokalsitonin lebih tinggi secara signifikan pada bayi
prematur pada hari pertama, ketiga, dan ke-7 setelah lahir. Studi lain menyatakan
akibat reaksi kelahiran dengan aktivasi sistem imun non spesifik. Studi
mendapatkan rerata kadar prokalsitonin pada bayi aterm dan prematur saat hari
pertama kehidupan adalah 0,14 ng/ml, hari ke-3 kehidupan adalah 1,14 ng/ml dan
hari ke-7 kehidupan adalah 0,155 ng/ml. Faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan peningkatan prokalsitonin pada neonatus tanpa infeksi bakteri yaitu usia
gestasi rendah dan distress napas selama satu minggu pertama kehidupan (Lee
dkk., 2017).
37
akut dihasilkan melalui TNF-α dan IL-6 selama inflamasi dan infeksi.
secara pasti dan diperkirakan berasal langsung melalui toksin atau tidak langsung
melalui imunitas humoral dan seluler (Savas dkk., 2016; Oncul dkk., 2017).