Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAAKOTERAPI II

PERCOBAAN XI
SEPSIS DAN SEPTIC SHOCK

GOLONGAN 1 KELOMPOK D
ANGGOTA : Latifatul Anggraeni (210500327)
Nabila (210500329)
Nafa Meilingga Putri (210500330)
Niam Mardiah GWK (210500331)
Nur Laili Nisfiyah (210500332)
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 4 Juli 2023
DOSEN : Apt. Eva Nurinda, M.Sc.

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Sepsis adalah keadaan disfungsi organ yang disebabkan oleh disregulasi respons
tubuh terhadap infeksi yang dapat mengancam jiwa . Sepsis dan septik shock
merupakan masalah besar bagi kesehatan dan setiap tahunnya dapat menyerang ribuan
orang didunia. Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian lebih dari
30 juta kasus setiap tahun di dunia dengan angka kematian 6 juta jiwa. Identifikasi dan
penanganan yang tepat pada jam pertama setelah sepsis memberikan hasil yang lebih
baik. Infeksi Intra-abdomen merupakan penyebab kedua tertinggi mortalitas yang
berkaitan dengan infeksi di ICU (Hutasoit dkk.2018).
Pada tahun 1991, American College of Chest Physicians and Society of Critical
Care Medicine mengadakan konferensi untuk mendapatkan pengertian yang seragam
tentang sepsis dan gejalanya, berdasarkan gejala klinis umum seperti perubahan suhu
tubuh, takikardia, takipnea, dan abnormalitas sel darah putih. Septikaemia atau sepsis
(keracunan pada darah) adalah kondisi klinis akut dan serius yang muncul sebagai
akibat adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya dalam aliran darah. Sepsis dapat
disebabkan oeh infeksi bakteri Gram negatif 70% (Pseudomonas aeruginosa,
Klebsiella, Enterobacter, E. Colli, Proteus, Neisseria), infeksi bakteri Gram positif 20-
40% (Staphyllococcus aureus, Streptococcus, Pneumococcus), infeksi jamur dan virus
2- 3% (dengue haemorrhagic fever, herpes viruses), protozoa (malaria falciparum)
(Purwanto & Astrawinata. 2018).
Syok sepsis adalah subtipe sepsis yang disertai dengan abnormalitas sirkulasi dan
metabolisme seluler berat, hingga dapat meningkatkan mortalitas. Syok sepsis ditandai
dengan sepsis yang disertai hipotensi (mean arterial pressure < 65 mmHg) yang
membutuhkan vasopresor. Syok sepsis disebabkan oleh interaksi antara agen infeksius
dan sistem imun pejamu (host) yang menyebabkan beraneka ragam manifestasi sepsis,
termasuk syok.
Syok septik adalah suatu kondisi klinis sepsis berat dengan kegagalan sirkulasi akut
yang ditandai dengan hipotensi persisten (tekanan sistolik dibawah 90 mmHg, tekanan
arteri rata –rata 40 mmHg) yang tidak bisa dijelaskan oleh penyebab lain meskipun
telah di resusitasi secara adekuat (Febrianto, 2016).
B. EPIDEMIOLOGI
Sepsis menempati urutan ke-10 sebagai penyebab utama kematian di Amerika
Serikat dan penyebab utama kematian pada pasien sakit kritis. Sekitar 80% kasus sepsis
berat di unit perawatan intensif di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 1990-an
terjadi setelah pasien masuk untuk penyebab yang tidak terkait. Kejadian sepsis
meningkat hampir empat kali lipat dari tahun 1979-2000, menjadi sekitar 660.000 kasus
(240 kasus per 100.000 penduduk) sepsis atau syok septik per tahun di Amerika Serikat.
Dari tahun 1999 sampai 2005 ada 16.948.482 kematian di Amerika Serikat. Dari jumlah
tersebut, 1.017.616 dikaitkan dengan sepsis (6% dari semua kematian). Sebagian besar
kematian terkait sepsis terjadi di rumah sakit, klinik dan pusat kesehatan (86,9%) dan
94,6% dari ini adalah pasien rawat inap tersebut.
Studi oleh Martin, Greg.S (2012) memperkirakan insidens sepsis di
AmerikaSerikat (AS) sebanyak 240 kasus per 100.000 orang, dan Angus &Tom (2013)
melaporkan 300 kasus sepsis berat per 100.000 orang. Insidens diperkirakanmeningkat
sebanyak 1,5% per tahun. Laju mortalitas yang dilaporkan pada studi-studi ini juga
dilaporkan serupa. mulai dari 17,9% untuk sepsis sampai 28,6%untuk sepsis berat.
Angka-angka ini diterjemahkan menjadi kurang lebih 750.000 episode baruuntuk sepsis
berat dengan mortalitas tahunan berkisar 220.000 (29%) di Amerika Serikat.

C. ETIOLOGI
Syok septis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri gram positif, dan jamur
atau mikroorganisme lainnya. Contoh bakteri gram negatif adalah Serratia spp.,
Enterobacter spp., dan Proteus spp. P. aeruginosa adalah penyebab kematian sepsis
yang paling sering. Contoh bakteri gram positif yang umum adalah Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumoniae, stafilokokus koagulase-negatif. Sedangkan contoh
jamur yang menyebabkan syok septik adalah Candida species (DiPiro, B. G, dkk.
2015). Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik
langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi
normal dari host terhadap infeksi. Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan
pada 40-70% kasus syok septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,
terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau
gram negatif saja; sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya.
Kultur lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat
mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu proses
tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur. Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di
bagian manapun dari tubuh.
Daerah infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran
kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
a. Infeksi paru-paru (pneumonia)
b. Flu (influenza)
c. Appendiksitis
d. Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
e. Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi tractus urinarius)
f. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
g. Infeksi pasca operasi
h. Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis. Sekitar pada satu dari lima
kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat terdeteksi.

D. PATOFISIOLOGI
Respons inflamasi dan prokoagulan terhadap infeksi berkaitan sangat erat.
Beberapa agen infeksi dan sitokin inflamasi seperti tumor necrosis factor α (TNF-α)
dan interleukin-1 mengaktifkan sistem koagulasi dengan cara menstimulasi pelepasan
tissue factor dari monosit dan endothelium yang memicu pembentukan trombin dan
bekuan fibrin. Sitokin inflamasi dan trombin dapat mengganggu potensi fibrinolitik
endogen dengan merangsang pelepasan inhibitor plasminogen- activator 1 (PAI-1) dari
platelet dan endothelium. PAI-1 merupakan penghambat kuat aktivator plasminogen
jaringan, jalur endogen untuk melisiskan bekuan fibrin.Efek lain dari trombin
prokoagulan mampu merangsang jalur inflamasi multipel dan lebih menekan sistem
fibrinolitik endogen dengan mengaktifkan thrombin-activated fibrinolisis inhibitor
(TAFI) (Minasyam, 2017).
Mekanisme kedua melalui aktivasi protein aktif C yang berkaitan dengan respons
sistemik terhadap infeksi. Protein C adalah protein endogen yang menginduksi
fibrinolisis dan menghambat trombosis dan peradangan, merupakan modulator penting
koagulasi dan peradangan yang terkait dengan sepsis. Kondisi tersebut memberikan
efek antitrombotik dengan meng-inaktivasi faktor Va dan VIIIa, membatasi
pembentukan trombin. Penurunan trombin akan berdampak terhadap proses inflamasi,
prokoagulan, dan antifibrinolitik. Menurut data in vitro menunjukkan bahwa protein
aktif C memberikan efek antiinflamasi dengan menghambat produksi sitokin inflamasi
(TNF-α, interleukin-1, dan interleukin-6) oleh monosit dan membatasi monosit dan
neutrofil pada endhotelium yang cedera dengan mengikat selectin. Hasil ahir respon
jaringan terhadap infeksi berupa jejas endovaskuler difus, thrombosis mikrovaskuler,
iskemia organ, disfungsi multiorgan dan kematian (Minasyam, 2017).

E. TUJUAN TERAPI
Tujuan terapi pada sepsis dan syok septik ialah untuk mengembalikan volume
intravaskular, eradikasi infeksi, meningkatkan distribusi okigen ke jaringan, dan
mengembalikan disfungsi organ (Dugar et al., 2020).

F. PENATALAKSANAAN
 Farmakologi
Penatalaksanaan syok sepsis perlu mencakup resusitasi untuk memperbaiki
perfusi, pengendalian sumber infeksi, dan modulasi respon imun pejamu.
Penanganan syok pada syok sepsis dilakukan dengan :
 Mengembalikan central venous pressure (CVP) dalam kisaran 8-12 mmHg
 Mengembalikan mean arterial pressure (MAP) di atas 65 mmHg
 Mengembalikan saturasi vena cava superior menjadi 70% atau mixed venous
saturation menjadi 65%
 Resusitasi cairan dengan kristaloid berupa cairan salin normal atau albumin,
serta pemberian koloid hingga 30-80 ml/kg
 Ventilasi mekanik untuk mengurangi kebutuhan metabolic
 Pemberian obat vasoaktif jika resusitasi cairan tidak menghasilkan respon
adekuat
Pemberian antibiotik spektrum luas intravena secara empirik diberikan segera
pada pasien yang datang dengan kondisi sepsis atau syok sepsis. Setelah patogen
diidentifikasi menggunakan kultur dan sensitivitas antibiotik ditemukan, maka
terapi antibiotik empirik dapat dipersempit atau dihentikan bila pasien tidak
mengalami infeksi.
Pemilihan antibiotik dibuat berdasarkan beberapa determinan seperti riwayat
penggunaan antibiotik dan infeksi, aktivitas patogen lokal, sensitivitas antibiotik,
komorbiditas klinis, dan penyakit yang mendasari. Pada pasien dengan penyakit
kritis yang mengalami demam persisten, inisiasi antifungal empirik
direkomendasikan. Kontrol sumber infeksi pada sepsis juga sangat penting, seperti
perawatan luka yang terinfeksi, penggantian kateter vena sentral, dan penanganan
infeksi intraabdomen.

Restitusi Cairan
Pemberian cairan intravena pada awal sepsis atau syok sepsis sangat penting.
Resusitasi harus dimulai segera pada pasien dengan hipotensi atau peningkatan
kadar laktat. Cairan yang diberikan adalah kristaloid atau koloid 30-80 ml/kg.
Pemberian resusitasi juga harus memperhatikan balance cairan pada pasien agar
tidak terjadi overload. Parameter yang menjadi poin penilaian pada resusitasi
cairan adalah status hemodinamik, saturasi oksigen, suhu tubuh, dan urine output.

Pemberian Obat Vasoaktif


Bila tekanan darah tidak naik setelah resusitasi cairan awal, maka pemberian
obat vasoaktif harus dimulai. Agen yang paling umum digunakan adalah
norepinefrin, epinefrin, dopamin, fenilefrin, dan vasopressin. Pedoman Surviving
Sepsis Campaign merekomendasikan norepinefrin sebagai obat vasoaktif pilihan
pada syok sepsis. Norepinefrin adalah agonis adrenergik alfa yang meningkatkan
tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi, tanpa efek yang besar pada
kecepatan denyut jantung. Dopamin sebelumnya digunakan pada syok sepsis
sebagai lini pertama, namun ditemukan peningkatan risiko takiaritmia dan rasio
mortalitas pada penggunaan dopamin dibandingkan dengan norepinefrin
 Non-Farmakologi
1. Hindari konsumsi obat-obatan. Menghindari konsumsi obat-obatan dengan
dosis berlebih. Obat-obatan dengan dosis yang tinggi dapat menyebabkan aliran
darah menjadi terganggu. Sehingga penyakit sepsis yang sedang diderita bisa
menjadi semakin parah. Oleh karena itu jika tidak darurat atau penting jangan
konsumsi obat-obatan jenis apapun.
2. Konsumsi makanan yang tinggi magnesium dan zat besi. Makanan yang banyak
mengandung magnesium dan zat besi sangat baik bila dikonsumsi oleh
penderita penyakit sepsis, terlebih bagi yang memiliki hipotensi atau tekanan
darah rendah. Makanan yang banyak mengandung magnesium dan zat besi
antara lain daging, sayur (bayam) dan lain-lain.
3. Hindari konsumsi gorengan. Konsumsi gorengan sangatlah buruk terhadap
kesehatan tubuh, karena makanan yang digoreng mengandung lemak jahat atau
kolesterol jahat yang terdapat pada bagian minyaknya, dimana kolesterol jahat
ini dapat menyebabkan gangguan sistem peredarah darah, terutama saat sedang
terserag penyakit sepsis.
4. Lakukan olahraga secara rutin dan konsumsi makanan bergizi. Olahraga sangat
baik untuk sistem peredaran darah, tidak hanya mampu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh saja, akan tetapi, darah yang ada di dalam tubuh bisa terbebas
dari berbagai macam bakteri ataupun kuman yang salah satunya menyebabkan
darah mengalami keracunan atau sepsis. Selain berolahraga, juga harus
memenuhi asupan nutrisi yang cukup untuk tubuh. Seperti konsumsi buah,
sayur, multivitamin dan lain sebagainya, karena dengan nutrisi yang cukup
tubuh mampu melawan bakteri yang terdapat di dalam darah.
BAB II
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS
Pasien atas nama anak (An). ANT yang merupakan seorang anak perempuan
berusia 6 tahun, 7 kg, datang ke bagian unit gawat darurat dalam kondisi yang tidak
stabil seperti sesak nafas, demam, gelisah, dan tampak lesu. An. ANT mendapatkan
oksigen melalui kanula hidung dan resusitasi cairan sebelum dipindahkan ke PICU
untuk manajemen lebih lanjut. Hasil pemeriksaan PICU, menunjukkan An. ANT
terlihat lesu dan tidak dapat mengikuti perintah dokter dengan baik, kulit yang hangat,
kering, sedikit berbintik-bintik dan sluggish capillary return. An. AN demam hingga
39,5◦C dan respiration rate 25x/menit, denyut jantung 154 kali / menit, dan tekanan
darah 60/55 mm Hg, serta MAP 40 mmHg. Nilai laboratorium awal penting untuk
jumlah sel darah putih atau leukost sebesar 21 × 103 / μL. Berdasarkan keterangan orang
tua An. ANT, anaknya kesulitan ketika akan buang air kecil sejak malam sebelumnya
dan An. ANT didiagnosa oleh dokter mengalami septic shock.

HASIL PEMERIKSAAN PASIEN

Parameter Penyaki/Tanggal Nilai Normal 14/03

Tekanan Darah (mm Hg) < 140/90 mmHg 120/80

Nadi (kali per menit) 60-100x/menit 90

Suhu Badan (oC) 36 - 37,5ºC 36,4

Respirasi (kali per menit) 16-22x/menit 20

GCS/KU 15/CM 15/CM

Badan kuning/ikterik - ++++

Nyeri perut hilang timbul - Skala 6


Perut kembung - +++

Batuk berdahak - ++

Laboratorium Rutin /
Nilai Normal 22/02
Tanggal

Hemoglobin 13-18 g/dL 6,07 ↓

Hematokrit 40-50% 31 ↓

Leukosit 3200-10.103/mm3 6990

Albumin 3,4-5 g/dL 2,84 ↓

Bilirubin direk 0,0-0,2 mg/dL 18, 44 ↑

Bilirubin indirek 0,29-1,0 mg/dL 6,18 ↑

GDS < 200 mg/dL 427 ↑

PT 9,3-11,4 detik 12,4 ↑

B. PEMBAHASAN
1. Subjective
Nama : An. ANT
Umur : 6 Tahun
Riwayat Penyakit : Tidak ada
Keluhan Pasien : Pasien memiliki keluhan sesak nafas, demam, gelisah,
tampak lesu kemudian kulit hangat, kering, sedikit
berbintik-bintik dan sluggish capillary return.
Berdasarkan keterangan orang tua anaknya kesulitan
ketika akan buang air kecil sejak malam sebelumnya.
2. Objective
Diagnosis : Septic Shock
Hasil Pemeriksaan Tanda Vital :
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Keterangan
Tekanan Darah <140/90 mmHg 60/55 mmHg Rendah
Suhu 36-37,5 C 39,5 C Tinggi
Nadi 60-100x /menit 154x /menit Tidak Normal
Pernapasan 16-22x /menit 25x /menit Tidak Normal
MAP <70 mmHg 40 mmHg Normal

Hasil Pemeriksaan PICU :


Lesu dan tidak dapat mengikuti perintah dokter dengan baik, kulit hangat,
kering, sedikit berbintik-bintik dan sluggish capillary return (pengembangan kapiler
yang melamban.
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Keterangan
GCS/KU 15/CM 15/CM Normal
Ikterik - ++++
Nyeri Perut - Skala 6
Perut Kembung - +++
Batuk Berdahak - ++
Leukosit 3200-10.103/ mm3 21x103/ mm3 Normal
Hematokrit 40-50 % 31% ↓ Rendah
Bilirubin Direk 0,0-0,2 mg/dL 18,44 𝗍 Tinggi
Bilirubin 0,29-1,0 mg/dL 6,88 𝗍 Tinggi
Indirek
PT 9,3-11,4 detik 12,4 𝗍 Tinggi
GDS <200 mg/dL 427 𝗍 Tinggi
Hemoglobin 13-18 g/dL 6,07 ↓ Rendah
Albumin 3,4-5 g/dL 2,84 ↓ Rendah
3. Assassment
Problem Medis Terapi Saat Ini DRP
Peptic Shock Mendapatkan Ada indikasi, terapi tepat.
oksigen melalui
kanula hidung Evidence Based :
dan resusitasi Menurut jurnal Tatalaksana Syok Septik pada tahun
cairan. 2020 Pemberian cairan secara dini yang adekuat
menjadi salah satu kunci untuk menurunkan angka
mortalitas pada syok septik. Administrasi
vasopressor baik diberikan untuk pasien yang kurang
responsif terhadap pemberian cairan. Pemilihan
regimen antibiotik secara empiris dilakukan untuk
membantu menurunkan angka mortalitas.
Penanganan syok septik tidak hanya membutuhkan
Norepinephrine dinilai lebih baik dalam menangani
hipotensi pada syok septik. Suatu studi retrospektif
menunjukkan bahwa administrasi Ne dilanjutkan
atau penambahan vasopresor 0.03 unit tiap menit
untuk mengantisipasi pengurangan dosis NEP. Hal
ini menunukkan bahwa pemberian norepinephrine
dosis tinggi dapat berguna pada pasien dengan
hipotensif berat.

4. Planning
 Farmakologi
a. Norepinephrine
Dosis : 0,05-0,1 mcg/ kg/menit, infus intravena.
Alasan Pemberian :
Norepinephrine adalah vasopressor pilihan pertama untuk syok sepsis.
Norepinephrine ini digunakan pada hipotensi berkepanjangan setelah
penggantian cairan yang adekuat, yang dimana diketahui pasien telah
mendapatkan terapi awal dengan pemberian resustiasi cairan. Obat ini
bekerja sebagai vasokonstriktor yang secara dominan merangsang reseptor
untuk menyebabkan vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tekanan darah
pada kedaan akut, berat, hipotensi Ketika resistensi vascular sistematik
rendah tetap ada meskipun resusitasi cairan memadai. Dan juga memiliki
beberapa aktivitas agonis reseptor yang menghasilkan efek inotropic
positif pada jantung.

b. Meropenem
Dosis : 10-20 mg/KgBB/menit
Alasan Pemberian :
Meropenem merupakan anggota kelas carbapenem, banyak digunakan
sebagai terapi empiris dalam pengobatan sepsis dan syok septik karena
aktivitas spektrumnya yang luas dan profil toksisitasnya yang rendah.
Pemberian terapi spektrum luas empiris dengan satu atau lebih Antimikroba
IV dalam waktu 1 jam setelah pengenalan sepsis atau syok septik untuk
mengobati patogen yang paling mungkin.

 Non-Farmakologi
1. Menghindari konsumsi obat-obatan dengan dosis berlebih. Obat-obatan
dengan dosis yang tinggi dapat menyebabkan aliran darah menjadi terganggu.
Sehingga penyakit sepsis yang sedang diderita bisa menjadi semakin parah.
2. Konsumsi makanan yang tinggi magnesium dan zat besi seperti daging, sayur
(bayam) dan lain-lain.
3. Lakukan olahraga secara rutin dan konsumsi makanan bergizi. Olahraga
sangat baik untuk sistem peredaran darah, tidak hanya mampu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh saja, akan tetapi, darah yang ada di dalam tubuh bisa
terbebas dari berbagai macam bakteri ataupun kuman yang salah satunya
menyebabkan darah mengalami keracunan atau sepsis. Selain berolahraga,
juga harus memenuhi asupan nutrisi yang cukup untuk tubuh. Seperti
konsumsi buah, sayur, multivitamin dan lain sebagainya, karena dengan nutrisi
yang cukup tubuh mampu melawan bakteri yang terdapat di dalam darah.
BAB III
KESIMPULAN
Sepsis adalah keadaan disfungsi organ yang disebabkan oleh disregulasi respons tubuh
terhadap infeksi yang dapat mengancam jiwa. Syok septik adalah suatu kondisi klinis sepsis
berat dengan kegagalan sirkulasi akut yang ditandai dengan hipotensi persisten (tekanan
sistolik dibawah 90 mmHg, tekanan arteri rata –rata 40 mmHg) yang tidak bisa dijelaskan
oleh penyebab lain meskipun telah di resusitasi secara adekuat. Pada problem medis septic
shok dengan DRP ada indikasi,terapi tepat dan Berdasarkan kasus diatas untuk mengenai
terapi farmakologinya kami merekomendasikan : Norepinephrine dengan Dosis : 0,05-0,1
mcg/ kg/menit, infus intravena dan Meropenem dengan Dosis : 10-20 mg/KgBB/menit .
HASIL DISKUSI PRAKTIKUM
1. Apakah shok sepsis dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
anak tersebut?
Jawab :
Ya, sepsis pada anak dapat memiliki dampak yang signifikan pada pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Ketika seorang anak mengalami syok sepsis, tubuhnya berjuang
untuk melawan infeksi yang menyebar. Respons sistemik ini dapat mengganggu suplai
darah yang adekuat ke organ-organ penting, termasuk otak. Kurangnya pasokan oksigen
dan nutrisi ke otak dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak dan mempengaruhi fungsi
normalnya.
Proses perawatan yang intensif dan komplikasi yang terkait dengan syok sepsis juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak yang mengalami
syok sepsis sering memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) yang dapat
menyebabkan stres psikologis dan emosional. Terapi yang intensif dan pemulihan yang
lama juga dapat mengganggu pola tidur dan pola makan anak, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Dugar, S., Choudhary, C., & Duggal, A. (2020). Sepsis and Septic Shock : Guideline- based
Management. Cleveland Clinical Journal of Medicine, 87(1), 53–64
Minasyam, H. 2017. Septic and Septic Shoc; Phatogenesis and treatment perspectivw. Journal
Of Critical Care
Hutasoit, S., Maskoen, T. T., & Kestriani, N. D. (2018). Manajemen AKI Induce Sepsis di ICU
dengan Edema Paru. Majalah Anestesia dan Critical Care, 36(3), 106-113.
Purwanto, D. S., & Astrawinata, D. A. (2018). Mekanisme Kompleks Sepsis dan Syok Septik.
Jurnal Biomedik: JBM, 10(3), 143-151.
DiPiro, B. G. W. J. T., & DiPiro, T. L. S. C. V. (2015). Pharmacotherapy Handbook Ninth
Edition, Barbara G. Wells, PharmD, FASHP, FCCP, 2015 by McGraw-Hill Education.
McGrawHill Education.
Romdhoni, A. C. (2009). SIRS/Sepsis dan Syok Septik pada Penderita Tumor Ganas Kepala
dan Leher. J. THT-KL, 2(1), 48-61.
Suharto. 2000. ’Tatalaksana Syok Septik’ dalam : Update on Shock. Pertemuan Ilmiah Terpadu
I, ed. Suharto, A. Abadi, N.M. Rehatta, T. Ontoseno. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Surabaya, hal. 173-86.

Anda mungkin juga menyukai