APOTEKER
RUMAH SAKIT
DISUSUN OLEH :
HANEDA FIRDAUS ROHADI
(40120082)
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PENYAKIT
parenkim paru yang didapat di masyarakat. Mikroba CAP pada pasien dewasa
b. Sepsis
melalui aliran darah dengan kondisi infeksi yang sangat berat, bisa
adanya bakterimia, tetapi juga oleh sebab-sebab lain. Oleh karena itu
juga respon tubuh terhadap infeksi dan beberapa kondisi lain yang
A. Epidemiologi
Sebuah studi menyebutkan rata-rata kasus pneumonia dalam setahun adalah 12 kasus setiap 1000
orang.2 Mortalitas pada penderita CAP yang membutuhkan perawatan rumah sakit diperkirakan
sekitar 7 - 14%, dan meningkat pada populasi tertentu seperti pada penderita CAP dengan
bakterimi, dan penderita yang memerlukan perawatan di intensive care unit (ICU).4,5 Angka
mortalitas juga lebih tinggi ditemukan pada negara berkembang, pada usia muda, dan pada usia
2. Sepsis
Sepsis menempati urutan ke-10 sebagai penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan
penyebab utama kematian pada pasien sakit kritis. Sekitar 80% kasus sepsis berat di unit
perawatan intensif di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 1990-an terjadi setelah pasien
masuk untuk penyebab yang tidak terkait. Kejadian sepsis meningkat hampir empat kali lipat dari
tahun 1979-2000, menjadi sekitar 660.000 kasus (240 kasus per 100.000 penduduk) sepsis atau
syok septik per tahun di Amerika Serikat. 13 Dari tahun 1999 sampai 2005 ada 16.948.482
kematian di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, 1.017.616 dikaitkan dengan sepsis (6% dari
semua kematian). Sebagian besar kematian terkait sepsis terjadi di rumah sakit, klinik dan pusat
kesehatan (86,9%) dan 94,6% dari ini adalah pasien rawat inap tersebut.
B. Etiologi
Beberapa penelitian prospektif yang dilakukan untuk meneliti etiologi CAP gagal mengidentifikasi
kuman penyebab pada 50 persen kasus. Beberapa kuman penyebab yang paling banyak ditemukan
adalah Streptococcus pneumonia yang menjadi penyebab pada dua pert tiga kasus pneumonia.
catarrhalis, Legionella dan virus influenza. Mycoplasma, Chlamydia, Moraxella dan Legionella
merupakan kuman atypical. Beberapa kuman terbanyak penyebab CAP terlihat pada tabel di
bawah ini:
Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa penyebab terbanyak CAP di
ruang rawat inap dari bahan sputum adalah kuman gram negatif seperti Klebsiella
pneumonia,Acitenobacter baumanii, Pseudomonas aeruginosa sedangkan kuman gram positif
seperti S.pneumoniae, S.viridans,S.aureus ditemukan dalam jumlah sedikit. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam 10 tahun terakhir terjadi perubahan pola kuman penyebab CAP di Indonesia
sehingga hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Data Survelans sentinel SARI (Severe Acute
Respiratory Infection) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
RI mendapatkan hasil dari biakan sputum pasien CAP yaitu K.pneumoniae (29%), A.baumanii
(27%), S.aureus (16%), S.pneumoniae( ), A.calcoaticus (8%), P.aeruginosa (6%) dan E.coli (2%).
Pada penyakit paru kronik seperti bronkiektasis, fibrosis kistik dan PPOK biasanya bila terdapat
infeksi biasanya berhubungan dengan kuman gram negatif seperti P.aeruginosa.
2. Sepsis
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat disebabkan oleh
virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme kausal yang paling sering
ditemukan pada orang dewasa adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari host terhadap
infeksi Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok septik. Dari
kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh
satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja; sisanya ditumbuhi fungus atau
mikroorganisme campuran lainnya. Kultur lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau
cairan pleura dapat mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya populasi dunia,
pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan hidup lebih lama, terdapat frekuensi
sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-pasien AIDS, terapi medis (misalnya dengan
glukokortikoid atau antibiotika), prosedur invasif (misalnya pemasangan kateter), dan ventilasi
mekanis.
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi yang
paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis
2) Flu (influenza)
3) Appendiksitis
6) Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
8) Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis. Sekitar pada satu dari lima
1. Patofisiologi
1. Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring, kebocoran melalui
mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa
endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang
berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik
>48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru
dan menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian
bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik
( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit,
makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru
( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk.
Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan
dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi
paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik
dan kematian.
2. Sepsis
Normalnya, pada keadaan infeksi terdapat aktivitas lokal bersamaan dari sistem imun dan
mekanisme down-regulasi untuk mengontrol reaksi. Efek yang menakutkan dari sindrom sepsis
tampaknya disebabkan oleh kombinasi dari generalisasi respons imun terhadap tempat yang
berjauhan dari tempat infeksi, kerusakan keseimbangan antara regulator pro-inflamasi dan anti
Pedoman sepsis menyarankan untuk mencangkup sebagian besar pathogen yang diisolasi
dalm infeksi terkait perawatan kesehatan sebagai mayoritas pasien dengan sepsis atau syok
septic yang memiliki berbagai tingkat kondisi immunocomprmised. Carbapenem spectrum
luas (misalnya, meropenem, imipenem/cilastatin atau doripenem) atau beta-Laktam/beta-
Laktam inhibitor lactamase seperti piperacilli/tazobactam
BAB II
STUDI KASUS
No. RM : 205712
Nama pasien : N.n. A.S.
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun
Tanggal MRS :04-juni-2021
Keluhan utama : Demam, Batuk, Mual, Sesak.
Diagnosis : Pneumonia (CAP) + Sepsis
Riwayat penyakit dahulu : -
Riwayat pemakaian obat : -
Riwayat alergi :-
Data Klinis dan Data Laboratorium
1. Tanda Vital
Parameter Nilai IGD 4/6/21 5/6/21 6/6/21 7/6/21 8/6/21 9/6/21 10/6/21 11/6
Fisik normal 04/06/21
Tekanan 120/80 98/65 100/60 100/60 100/60 100/60 100/6-0 100/60 100/70 100/
darah mmHg
Respirasi ≤30x 20 22 22 20 20 20 20 20
/menit
Demam + - - - - - - - -
Batuk + + + - - + - - -
Sesak + + + + + + - - -
Mual + + + + + + - + -
Muntah - - - - - - - - -
Lemah - + + - - - - - -
Nyeri perut _ - - - - + + - -
2. Data Laboratorium
3. Data klinik
Thorax PA
Cor : ukuran tidak membesar
Polmuno : carakan bronchovasculer pattern meningkat, dikedua lapang paru
sinus phrenicocostalis akan kiri tajam
Kesan : bronechitis
Profil Terapi
Nama obat Aturan pakai IGD 4/6 5/6 6/6 7/6 8/6 9/6 10
4/6
ondancetron 3x4mg - - - - √ √ √ √
Santagesik 3x500mg √ - - - - - - -
Paracetamol 3x500 mg - √ √ √ √ √ √ √
Codein 3x10mg - √ √ √ √ √ √ √
Curcuma 3x20mg - √ √ √ √ √ √ √
Sucralfat 3x15ml - - - - √ √ √ √
RL 500ml/24 jam √ √ √ √ √ √ √ √
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien N.n. A.S datang kerumah sakit dengan Demam, Batuk, Mual,
Sesak. Pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa Foto Thorax PA :
Cor : ukuran tidak membesar Polmuno : carakan bronchovasculer pattern
meningkat, dikedua lapang paru sinus phrenicocostalis akan kiri tajam
Kesan : bronechitis. Pasiean Pneumonia CAP mendapat terapi berupa
injeksi meropenem pada tangggal 04 juni – 13 juni 2021. Meropenen
digunakan untuk indikasi sepsis dan terapi antibiotik metronidazole untuk
pneumonia CAP. Dikarenakan pasien pada tanggal 04 juni mengalami
demam pada saat MRS maka pasien mendapatkan terapi santagesik dan
pada saat di ruangan pamenang dolter mengganti dengan obat paracetamol
sampai tanggal 10 juni 202. Pada awal masuk pasien merakan mual maka
dokter memberikan terapi ondancetron guna mencegah rasa mual.
Ranitidine digunakan untuk profilaksis stress ulcer.curcurma diberkan untuk
menambah nafsu makan serta memperbaiki fungsi hati. Pasien mengalami
lemah pada tanggal 04 dan 05 juni dan mengalami lemah lagi pada tanggal
12 juni maka dokter memberikan terapi aminofluid inj.
Pada kasus ini terapi metronidazole tidak sesuai alogaritma ntuk
pengobatan Pneumoni CAP tetapi terapi diberikan karena bedasarkan
pengalaman dokter.banyak pertimbangan dokter sehingga memberikan
terapi metronidazole. Pada kasus ini data kultur juga sangat diperlukan
untuk mengetahui jenis phatogen yang ada pada pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mohon usulan dokter, penggantian terapi sesuai terapi alogaritma.
Saran
Dilakukannya diskusi mengenai penggunaan terapi metronidazole
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M. Posey. Pharmacotherapy: A
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sepsis dan syok septik. Dalam: Soedarmo S, Gama H, Hadinegoro S,
Satari H. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008; 358-362.
Bakta, I.M., & Suastika, I.K. (2012). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC