PNEUMONIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Disusun Oleh :
Deanurva Calista Prima
21804101068
Pembimbing :
dr. Ressy Adi Nugroho, Sp.Rad
AssalamualaikumWr. Wb.
Puji syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas
limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan referat
“Pneumonia” pada Stase Ilmu Radiologi ini dengan baik dan tanpa halangan yang
berarti.
Terimakasih kepada seluruh pembimbing pada Stase Ilmu Radiologi di
RSUD Mardi Waluyo Blitar yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan
dalam penyusunan laporan referat ini, terimakasih juga saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini dengan baik yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terimakasih.
Saya menyadari laporan yang saya susun dan saya selesaikan ini sangat
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya menunggu kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini di waktu yang akan datang.
Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.
WassalamualaikumWr. Wb.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Definisi
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Peradangan paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk pneumonia.
Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan
kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut
pneumonitis(1).
Gambar 2. Pneumonia
2.3 Epidemiologi
Infeksi S. pneumoniae dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat
endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim
panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua
tahun. Infeksi tersebar luas dari satu orang ke orang lain dengan percikan air liur
(droplet) sewaktu batuk. Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih mudah
antara populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman
yang padat dan camp militer. (7)
WHO memperkirakan bahwa hingga 1 juta kematian disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun
dengan usia sampai dewasa akhir. Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia
adalah sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39 tahun.
Bagi mereka yang berusia lebih dari 75 tahun, ini meningkat menjadi 75 kasus
untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40% individu yang dirawat inap di masuk
rumah sakit akibat pneumonia, dengan antara 5-10% dirawat di unit perawatan
kritis. Demikian pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-
individu ini juga lebih cenderung memiliki episode berulang dari pneumonia.
Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk alasan apapun juga beresiko
tinggi untuk pneumonia. (2)
2.4 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Pneumonia komuniti banyak disebabkan oleh
bakteri Gram Positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan
oleh bakteri Gram Negatif, dan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh
bakteri anaerob. Namun, akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
pneumonia komuniti adalah bakteri Gram Negatif. (1)
Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme Gram Positif dan
Gram Negatif, seperti: Streptococcus pneumoniae (pnemokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Legionella sp.,
Haemophyllus influenza. (8)
Virus
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken-pox
(cacar air), Rhinovirus, Cytomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus. (8)
Fungi
Aspergilus, Phycomycetes, Blastomycetes Dermatidis, Histoplasma
capsulatum. (8)
Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing. (8)
Ada beberapa faktor risiko utama untuk patogen tertentu pada pneumonia (9):
Patogen Faktor Risiko
Staphylococcus aureus Koma, cedera kepala, influenza,
Methicillin-resistant S. aureus pemakaian obat IV, DM, gagal ginjal
2.5 Patofisiologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan pada daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang
biak dan menimbulkan penyakit. (1)
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme
untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara
terjadinya kerusakan permukaan epitel saluran napas:
1. Inokulasi langsung mikroorganisme
2. Penyebaran mikroorganisme melalui pembuluh darah
3. Inhalasi
4. Kolonisasi mikroorganisme di permukaan mukosa. (1)
Dari keempat cara tersebut diatas, yang terbanyak adalah secara kolonisasi.
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikobakteria,
atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5-2,0 µm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveolus dan selanjutnya terjadi proses infeksi.
Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian
terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal
ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga
pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan penyalahguna obat
(drug abuse) (2). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10
8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001-1,1 ml) dapat
memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi sehingga terjadi pneumonia. (1)
Pada pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas
sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian
tidak ditemukan jenis mikroorganisme yang sama. (1)
Bila pertahanan tubuh tidak kuat, maka mikroorganisme dapat melalui jalan
nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/ kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel
mast setelah pengaktifan sel imun akibat cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan
dan edema di ruang antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida, dimana perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin. (10)
2.6 Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia/ nosocomial
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada pasien Immunocompromised
Pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan (1)
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi virus influenza.
b. Pneumonia atipikal. Disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumonia bacterial. Jarang terjadi pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya: pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan. Pneumonia lobaris dapat melibatkan satu atau beberapa
lobus paru. Bronkus besar biasanya tetap terisi udara sehingga didapatkan
gambaran air-bronchogram sign.
b. Bronkopneumonia.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
Gambar 3. Bronkopneumonia
c. Pneumonia interstisial.
Terutama terjadi pada jaringan penyangga; yaitu dinding bronkus
interstisial dan peribronkial. Peradangan dapat ditemukan pada infeksi virus
dan mycoplasma. Pada pneumonia interstisial terjadi edema dinding
bronkioli dan edema jaringan interstisial peribronkial. Gambaran radiologis
pneumonia interstisial berupa bayangan udara pada alveolus yang diliputi
oleh perselubungan yang tidak merata. (1)
2.7 Diagnosis
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
Evaluasi faktor predisposisi :
PPOK : H. Influenza
Penyakit kronik : lebih dari satu kuman
kejang / tidak sadar : aspirasi Gram negatif, anaerob
Penurunan imunitas : gram negatif
Kecanduan obat bius : staphylococcus
Berdasarkan lokasi
PK : S. Pneumoniae, H. Influenza, M. Pneumoniae
PN : Staphylococcus aureus
Usia pasien
Bayi : virus
Muda : M. Pneumoniae
Dewasa : S. Pneumoniae
Awitan
Cepat, akut, dengan rusty coloured sputum : S. Pneumoniae
Perlahan, batuk dengan dahak sedikit : M. Pneumoniae
b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pada
palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin
disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi (1)
2. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan "air bronchogram" serta gambaran kavitas.
(a)
(b)
Gambar 4. Macam-macam gambaran radiologis pneumonia; (a) infiltrat 11, (b)
konsolidasi dengan air-bronchogram12.
(a)
(b)
Gambar 6. (a) Gambaran infiltrat bilateral, (b) Gambaran konsolidasi lobus
atas kanan
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. (1)
jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar.
Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi
pleura.
b. Pneumonia Nosokomial
Pemberian terapi empirik antibiotik awal untuk pneumonia nosokomial
yang tidak disertai faktor resiko untuk patogen resisten jamak, dengan
onset dini pada semua tingkat berat sakit adalah dengan antibiotik
spektrum terbatas :
Patogen Potensial Antibiotik yang disarankan
S. pneumoniae Seftriakson
H. influenza
Atau
Gram negatif sensitif antibiotik:
Levofloksasin, moksifloksasin,
K. pneumoniae
atau ciprofloksasin
Enterobacter spp.
Atau
Serratia marcesens
Ampisilin/sulbaktam
Atau
Ertapenem
2.11 Prognosis
Prognosis penyakit pneumonia secara umum baik, tergantung dari kuman
penyebab dan penggunaan antibiotika yang tepat serta adekuat. Perawatan yang
baik serta intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang
dirawat. (9)
1. Pneumonia Komunitas
Kejadian PK di USA adalah 3.4-4 juta kasus pertahun, dan 20% di
antaranya perlu dirawat di RS. Secara umum angka kematian pneumonia oleh
pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat pada orang tua
dengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan influenza di USA merupakan
penyebab kematian no. 6 dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pada
lanjut usia yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien CAP yang dirawat di ICU
adalah sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan faktor perubah
yang ada pada pasien. (9)
2. Pneumonia nosokomial
Angka mortalitas PN dapat mencapai 33-50%, yang bisa mencapai 70%
bila termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang dideritanya.
Penyebab kematian biasanya adalah akibat bakteremia terutama oleh Ps.
Aeruginosa atau Acinobacter spp. (9).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Organisasi Kesehatan Dunia
memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan
pneumonia. Lebih dari dua juta anak di bawah lima tahun meninggal setiap tahun
di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa hingga 1 juta ini (vaksin
dicegah) kematian disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih
dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
Etiologi pneumonia antara lain:
1. Bakteri: Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus,
Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus Friedlander.
2. Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus,
cytomegalovirus.
3. Jamur: Mycoplasma pneumoces dermatitides, Coccidioides immitis,
Aspergillus, Candida albicans.
4. Aspirasi: Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang, antara lain: pemeriksaan
radiologis, laboratorium, dan bakteriologis.
DAFTAR PUSTAKA