PNEUMONIA
Pembimbing :
dr. Joseph
Disusun oleh :
Rika Arianta Sitepu
100100219
Trigenesis Pasaribu
100100367
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan berkatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Pneumonia ini dengan lancar dan tanpa halangan yang berarti. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing penyusunan laporan
kasus ini.
Pada laporan kasus ini, kami memaparkan tinjauan teoritis dan penatalaksanaan
pasien dengan penumonia di bangsal penyakit dalam RSUP HAM Medan. Adapun tujuan
penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior pada
Departemen Ilmu Penyakit dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini baik
segi isi maupun sistematika penulisan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana alveoli
(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertangung jawab untuk menyerap
oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia
disebabkan oleh berbagai macam sebab, meliputi nfeksi karena bakteri, virus, jamur atau
parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paruparu, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau pengunan
alkohol (Fransisca, 2000)
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data
SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam (PDPI, 2003)
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per
tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di
negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di Amerika
dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab
pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati,
maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris (PDPI,
2003)
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran
napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF
Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 %
diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya
kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 %
diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data
sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia
komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per
tahun (PDPI, 2003)
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
mengenai keadaan pasien peneumonia, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT)) akut,
biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan penyakit
tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul
pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).
2.2. Epidemiologi
Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di rawat
dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling tinggi pada pasien
yang sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas: 5-12% pada pasien yang dirawat di rumah
sakit; 25-50% pada pasien ICU (Jeremy, 2007). Di United States, insidensi untuk penyakit ini
mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kurang dari
1%, tetapi kematian pada pasien yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 14%
(Alberta Medical Association, 2002).
Di negara berkembang sekitar 10-20% pasien yang memerlukan perawatan di rumah
sakit dan angka kematian diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40%
(Sajinadiyasa, 2011).
Di Indonesia sendiri, insidensi penyakit ini cukup tinggi sekitar 5-35% dengan
kematian mencapai 20-50% (Farmacia, 2006).
2.3. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Tabel 2.1 memuat daftar mikroorganisme dan masalah patologis
yang menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007).
Infeksi atipikal
Mycoplasma pneumoniae
Legionella pneumophillia
Coxiella burnetii
Chlamydia psittaci
Infeksi jamur
Aspergillus
Histoplasmosis
Candida
Nocardia
Infeksi Protozoa
Pneumocytis carinii
Toksoplasmosis
Amebiasis
Penyebab lain
Aspirasi
Pneumonia lipoid
Bronkiektasis
Fibrosis kistik
2.4. Klasifikasi
2.5. Patogenesis
Dalam keadaan sehat, pada pru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di paru
merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan
lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.
Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat memlalui berbagai cara:
a. Inhalasi langsung dari udara
b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
d. Penyebaran secara hematogen (Supandi, 1992).
bahanbahan berbahaya dan infeksius berupa reflex batuk, penyempitan saluran napas, juga
dibantu oleh respon imunitas humoral (Supandi, 1992).
2.8. Diagnosis
A. Anamnesis
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak napas,
peningkatan suhu tubuh, dan batuk. Pada pasien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya
timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di
pasaran. Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan
seringkali berbau busuk. Pasien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil.
Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan
kepala nyeri (Supandi, 1992; Jeremy, 2007; Alberta Medical Assosiation, 2011).
B. Diagnosa
Tujuannya adalah untuk menegakkan diagnosis, mengidentifikasi komplikasi, menilai
keparahan, dan menentukan klasifikasi untuk membantu memilih antibiotika (Jeremy, 2007).
Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan klinis, sedangkan pemeriksaaan foto polos dada
perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis, diamping untuk melihat luasnya kelainan
patologi secara lebih akurat (Supandi, 1992).
2.11. Penatalaksanaan
A. Terapi antibiotika awal
menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan
kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi
disesuaikan bila ada hasil dan sensitivitas antibiotika (Jeremy, 2007).
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya,
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
Marolid baru dosis tinggi
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, Levofloksasin
B. Tindakan suportif
meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2< 90%) dan resusitasi
cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non
invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure),
atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi
membantu bersihan sputum (Jeremy, 2007).
2.12. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :
Efusi pleura.
Empiema.
Abses Paru.
Pneumotoraks.
Gagal napas.
Sepsis
BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia
disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau
parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paruparu,
atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri dada
demam,dan sesak nafas.Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum.Pengobatan
tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri diobati dengan antibiotika.
Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada semua kelompok umur, dan
menunjukan penyebab kematian pada orang tua dan orang dengan penyakit kronik.Tersedia
vaksin tertentu untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang
berbeda tergantung dari jenis pneumonia, pengobatan yang tepat, ada tidaknya komplikasi
dan kesehatan orang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
adams,HPJ.; Bendixen,BH.; Kappelle,LJ.; Biller,J.; Love,BB.; Gordon,DL.; et al. 1993.
Classification of subtype of acute ischemic stroke: definitions for use in a
multicenter clinical trial. TOAST. Trial of Org 10172 in Acute Stroke
Treatment. Stroke.;24:3541.
Adi,P. 2009. Pengelolaan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simaribrata MK, Setiati S (Ed.). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid I,
edisi V. InternaPublishing Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta Pusat. H.447- 452.
Akbar N. 2009. Kelainan Enzim Pada Penyakit Hati. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simaribrata MK, Setiati S (Ed.). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid I,
edisi V. InternaPublishing Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta Pusat. H.640- 643.
Alhazzani,W.; Alenezi,F.; Jaeschke,RZ.; Moayyedi,P.; Cook,DJ. 2013. Proton Pump
Inhibitors Versus Histamine 2 Receptor Antagonists for Stress Ulcer
Prophylaxis in Critically Ill Patients: A Systematic Review and Meta-Analysis.
Crit Care Med 2013; 41:00.
Alhazzani,W.; Alshahrani,M.; Moayyedi,P.; Jaeschke,R. 2012. Stress ulcer prophylaxis in
critically ill patients: review of the evidence. Pol Arch Med Wewn; 122 (3):
107-114.
Ali,T.; Harty,RF. 2009. Stress-Induced Ulcer Bleeding in Critically Ill
Patients.Gastroenterol Clin N Am; 38; 245265.
Arif,A.; Sjamsudin,U. 2007. Obat Lokal. Dalam: Ganiswarna,SG.; Setiabudy,R.;
Suyatna,FD.; Purwantyastuti.; Nafrialdi. (Ed.). Farmakologi dan Terapi, Edisi 5.
Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta. H.501-522.
Barrett,KE.; Barman,SM.; Boitano,S.; Brooks,H. 2010. Ganongs Review of Medical
Physiology, 23rd Edition. McGraw-Hill. USA.
Becker,JU.;
from:
Bellomo,R.; Ronco,C.; Kellum,JA.; Mehta,RL.; Palevsky,P. 2004. Acute renal failure definition, outcome measures, animal models, fluid therapy and information
technology needs: the Second International Consensus Conference of the Acute
Dialysis Quality Initiative (ADQI) Group. Crit Care 8 (4): R20412.
Caplan,LR. 2009. Caplans Stroke: A Clinical Approach, Fourth Edition. Philadelphia,
Saunders Elsevier. Cook,DJ.; Fuller,HD.; Guyat,GH.; Marshall,JC.; Leasa,D.;
Hall,R.; et al. 1994. Risk Factors for Gastrointestinal Bleeding in Critically Ill
Patients. NEJM.Vol 330.No 6.377-81.
Dahlan, MS. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kesehatan.
Salemba Medika. Jakarta. H.46-60.
Davenport,RJ.; Dennis,MS.; Warlow,CP. 1996. Gastrointestinal Hemorrhage After Acute
Stroke. Stroke; 27: 421-424.
Djojoningrat,D. 2011. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (Hematesis
Melena). Dalam: Rani,A.; Simadibrata,M.; Syam,AF. (Ed.). Buku Ajar
Gastroenterologi, Edisi I. Interna Publishing. Jakarta. H. 33-43.