Anda di halaman 1dari 31

GAMBARAN RADIOLOGI EDEMA PARU

(Referat)

Oleh

Desti Diana Sari


Fernadya Sylvia Nurindi
Nadiya Dewi Kusnadi
Tiffani Dinda Ashar

Perceptor
dr. Sri Indah Aruminingsih, Sp.Rad.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena

rahmat-Nya penyusun diberikan kelancaran dalam menyelesaikan Referat ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun ucapkan kepada dokter

pembimbing yang telah memberikan kesempatan dan petunjuk demi penyelesaian

Referat ini.

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan

klinik Bagian Radiologi di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek yang dijalani

penyusun.

Penyusun berharap Referat ini dapat memberi masukan khususnya

kepada penyusun sendiri dan juga rekan-rekan sejawat lainnya.

Dalam penyusunan Referat ini tentu saja masih terdapat kelemahan

dan kekurangan, untuk itu penyusun berharap masukan dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan Referat ini.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

2.1 Radioanatomi Paru ................................................................................. 3

2.2 Edema Paru ............................................................................................ 6

2.3 Pemeriksaan Radiologi pada Edema Paru .............................................. 16

BAB III. KESIMPULAN .................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paru-paru merupakan organ yang elastis dan berbentuk kerucut. Letak paru-

paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum

mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk paru-paru yang

disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung. Paru-paru dibungkus

oleh selaput yang bernama pleura. Paru terdiri dari alveolus-alveolus yang

merupakan tempat terjadinya pertukaran udara dan ruang intersisial, apabila

terjadi penimbunan cairan serosa yang berlebih pada alveolus dan ruang

intersisial maka akan menyebabkan edema pulmo.1

Edema paru terjadi karena adanya ekstravasasi cairan yang berasal dari

vaskular paru masuk ke dalam interstitium dan alveolus paru. Penyebab

ekstravasasi cairan dapat disebabkan karena gangguan pada jantung (edema

paru kardiak), maupun gangguan diluar jantung (edema paru non-kardiak).

Edema paru kardiak biasanya terjadi karena gagal jantung kiri, yang

menyebabkan tekanan hidrostatik vena pulmonalis dan kapiler paru juga akan

meningkat dan terjadi ekstravasasi cairan ke jaringan. Edema paru non kardiak

bukan merupakan akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis. Penyebabnya


ialah peningkatan permiabilitas kaliper, penurunan tekanan onkotik maupun

penyebab neurogenik. Edema paru adalah suatu kegawatdaruratan medis yang

membutuhkan penanganan segera, selain dari anamnesis yang terarah dan

pemeriksaan fisik sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen

thoraks pada pasien dengan kecurigaan edema paru, selain itu pemeriksaan

rontgen thoraks diperlukan untuk evaluasi pengobatan.2

1.2 Tujuan

a. Mengetahui gambaran radiologi edema pulmo.

b. Mengetahui perbedaan edema pulmo kardiak dan non kardiak

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radioanatomi Paru

2.1.1 Paru

Gambaran radiologi pada foto polos thoraks, warna paru merupakan

kombinasi warna udara yang hitam (radiolusen) dan warna jaringan

lunak yang putih (radioopak). Perubahan susunan atau perbandingan

antara udara dan jaringan lunak akan mengubah gambaran paru. Bila

udara dalam alveoli diganti dengan cairan, eksudat, darah, atau

jaringan padat, atau alveoli yang kehilangan udaranya, maka didaerah

itu akan terjadi bayangan putih (radioopak). Ini berarti kemungkinan

adanya kelainan pada paru, berupa infiltrat, abses,tumor, ateletaksis,

atau edema. Sebaliknya bila udara di suatu tempat jumlahnya

bertambah maka akan nampak bayangan radiolusen berupa kavitas

atau bula. Bila seluruh alveoli berisi lebih banyak udara, paru-paru

menjadi emfisematus, hiperradiolusen.3

2.1.2 Vaskular Paru

Corakan paru yang nampak pada foto disebabkan oleh pembuluh

darah. Pembuluh darah ini berasal dari arteri pumonalis, dari hilus

3
pembuluh darah ini akan semakin mengecil di perifer. Pada foto yang

kondisinya baik pembuluh darah kecil-kecil masih tampak di tepi

thoraks. Pembuluh darah vena tidak banyak yang tampak, hanya

beberapa saja yaitu di daerah perikardial kanan. Jadi pada foto thoraks

normal, vena ini tidak banyak memberi sumbangan pada corakan

paru, kecuali bila vena ini melebar karena terbendung, maka corakan

vaskuler bertambah yaitu di suprahilar kanan dan kiri (berupa inverted

mustach/kumis terbalik).3

Gambar 1. Foto polos thoraks posisi Postero-Anterior (PA)

4
Gambar 2. Arteri Pulmonalis. RV: Right Ventrikel, MPA: Main Pulmonary
Artery, LPA: Left Pulmonary Artery, RPA: Right Pulmonary Artery.

2.1.3 Gambaran Kelainan pada Parenkim Paru dan Vaskular Paru

Bronkus, pembuluh limfe, dan arteri bronkial, tidak nampak pada foto

yang normal. Timbullah beberapa istilah yang beraneka ragam

misalnya : corakan kasar, corakan ramai, suram, perkabutan, dan lain-

lain, kelainan-kelainan ini dikelompokkan menjadi:

a. Kelainan vaskuler

1. Corakan vaskuler bertambah

Corakan vaskuler yang bertambah disini bukan berarti

munculnya pembuluh darah baru, melainkan pembuluh darah

yang ada densitasnya meningkat. Hal ini disebabkan karena

jumlah darah di dalamnya bertambah dan biasanya

diameternya juga membesar.

5
2. Corakan vaskuler yang berkurang

Corakan vaskuler yang berkurang berarti pembuluh darah

sukar dilihat karena densitasnya berkurang, pada beberapa

kelainan bawaan memang ada kemungkinan jumlah pembuluh

darah sejak awal berkurang.

b. Kelainan Parenkim

Corakan parenkim yang kasar, disebabkan oleh karena beberapa

hal misalnya:

1. Jaringan fibrosis yang halus-halus sampai yang tebal;

2. Penebalan dinding alveoli yang keseluruhannya menyebabkan

densitas yang meninggi dan tidak merata pada parenkim paru;

3. Adanya bintik-bintik perkapuran.

Dari bentuk parenkim yang kasar ini akan meningkat menjadi

bentuk bercak-suram, perkabutan, perselubungan dan lain-

lainnya. Selama pembuluh paru dapat dilihat tegas dengan batas-

batas yang baik, biasanya parenkim paru itu normala. Demikian

juga batas jantung yang baik, licin, menunjukkan bahwa parenkim

paru disekitarnya normal.3

2.2 Edema Paru

Edema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru yang dapat disebabkan oleh

tekanan intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena

peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang

6
mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan. Pada sebagian besar edema paru

secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut di atas, sebab sangat sulit

terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan tekanan pada

mikrosirkulasi atau sebaliknya.Walaupun demikian penting sekali untuk

menetapkan factor mana yang dominan dari kedua mekanisme tersebut

sebagai pedoman pengobatan.4

2.2.1 Klasifikasi Edema Paru

Edema paru diklasifikasikan berdasarkan penyebab, yaitu edema paru

kardiak dan edema paru non-kardiak.

a. Edema Paru Kardiak

Edema paru kardiak terjadi akibat gagal jantung kiri, hal ini

diakibatkan oleh gangguan pada jalur keluar atrium kiri,

peningkatan volume yang berlebihan di ventrikel kiri, disfungsi

diastolic atau sistolik dari ventrikel kiri atau obstruksi pada pada

jalur keluar pada ventrikel kiri. Peningkatan tekanan di atrium kiri

dan tekanan baji paru mengawali terjadinya edema paru kardiogenik

tersebut. Sebagai akibatnya tekanan, tekanan hidrostatik vena

pulmonalis dan kapiler paru juga akan meningkat dan terjadi

ekstravasasi cairan ke jaringan. Edema paru adalah salah satu ciri

dari gagal jantung dekompensasi akut atau gagal jantung akut .2

7
b. Edema Paru Non-kardiak

Edema paru non-kardiak bukan merupakan akibat peningkatan

tekanan vena pulmonalis. Penyebabnya ialah peningkatan

permiabilitas kapiler, penurunan tekanan onkotik plasma,

peningkatan tekanan limfatik maupun penyebab neurogenik.

Contohnya: tenggelam, overload cairan, aspirasi benda asing,

cedera inhalasi, reaksi alergi, adult respiratory distress syndrome

(ARDS), perdarahan sub-araknoid, hipoalbuminia, lifangitis

karsinomatosis, dan sebagainya.2

Tabel 1. Perbedaan Edema Paru Kardiak (EPK) dan Edema Paru Non-
Kardiak (EPNK)4
EPK EPNK
Anamnesis
- Acute cardiac (+) Jarang
event
Penemuan Klinis
- Perifer Dingin (low flow state) Hangat (high flow
state), nadi kuat
- S3 gallop/ (+) (-)
kardiomegali
- JVP (Jugular Vein Meningkat Tak meningkat
Pressure)
- Ronki Basah Kering
Laboratorium
- Foto Thoraks Distribusi perihiler Distribusi perifer

2.2.2 Etiologi dan Mekanisme Edema Paru

a. Ketidakseimbangan Starling Forces

1. Peningkatan tekanan kapiler paru

Edema paru akan terjadi hanya apabila tekanan kapiler

pulmonal meningkat sampai melebihi tekanan osmotik koloid

plasma yang biasanya berkisar 28 mmHg pada manusia.

8
Sedangkan nilai normal dari tekanan vena pulmonalis adalah

antara 8-12 mmHg yang merupakan batas aman dari mulai

terjadinya edema paru tersebut. Etiologi dari keadaan ini antara

lain:

 Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan

fungsi ventrikel kiri (stenosis mitral);

 Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena

gangguan fungsi ventrikel kiri;

 Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh karena

peningkatan tekanan arteria pulmonalis (over perfusion

pulmonary edema).

2. Penurunan tekanan onkotik plasma

Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati,

protein-losing enteropathy, penyakit dermatologi atau penyakit

nutrisi. Tetapi hipoalbuminemia saja tidak menimbulkan edema

paru, diperlukan juga peningkatan tekanan kapiler paru.

Peningkatan tekanan yang sedikit saja pada hipoalbuminemia

akan menyebabkan edema paru.

3. Peningkatan tekanan negatif interstitial

Edema paru dapat terjadi akibat perpindahan yang cepat dari

udara pleural, contoh yang sering menjadi etiologi adalah:

 Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura

(unilateral);

9
 Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi

saluran napas akut bersamaan dengan peningkatan end-

expiratory volume (asma).

b. Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult

respiratory Distress syndrome)

1. Keadaan ini merupakan akibat langsung dari kerusakan

pembatas antara kapiler dan alveolar. Cukup banyak kondisi

medis maupun surgikal tertentu yang berhubungan dengan

edema paru akibat kerusakan pembatas ini daripada akibat

ketidakseimbangan Starling Force, yaitu:

 Pneumonia (bakteri, virus, parasit);

 Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, NO);

 Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri,

alloxan, alpha-naphthyl thiourea);

 Aspirasi asam lambung;

 Pneumonitis radiasi akut;

 Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin);

 Disseminated Intravascular Coagulation;

 Imunologi: pneumonitis hipersensitif, obat nitrofurantoin,

leukoaglutinin;

 Shock Lung oleh karena trauma di luar toraks;

 Pankreatitis Perdarahan Akut.

10
2. Insufisiensi Limfatik

 Post Lung Transplant;

 Lymphangitic Carcinomatosis;

 Fibrosing Lymphangitis (silicosis).

3. Tidak diketahui/tidak jelas

 High Altitude Pulmonary Edema;

 Neurogenic Pulmonary Edema;

 Narcotic overdose;

 Pulmonary embolism;

 Eclampsia;

 Post cardioversion;

 Post Anesthesia;

 Post Cardiopulmonary Bypass.4

Gambar 3. Paru Normal5

11
Gambar 4. Patofisiologi Edema Paru.5

2.2.3 Manifestasi Klinis

a. Sesak napas yang bertambah hebat dalam waktu singkat (jam atau

hari);

b. Sering berkeringat dingin;

c. Batuk dengan sputum berwarna kemerahan (pink frothy sputum);

d. Pada pasien dengan edema paru kardiak, dapat ditemukan adanya

riwayat penyakit atau keluhan jantung sebelumnya (infark jantung,

aritmia, kelainan katup).2

12
2.2.4 Diagnosis Edema Paru

Edema paru kardiogenik dan edema paru non-kardiogenik dapat

dibedakan melalui beberapa parameter, berikut tabel perbedaan edema

paru kardiogenik dan non-kardiogenik serta algoritme untuk

membedakannya.6

Tabel 2. Perbedaan edema paru kardiogenik dan non kardiogenik.6


Pemeriksaan Kardiogenik Non-kardiogenik
Anamnesis Kejadian Penyakit yang
kardiovaskular (+) mendasari (+)
Pemeriksaan Fisik
- Akral Dingin Hangat, nadi kuat
- S3 gallop/ kardiomegali (+) (_)
- Tekanan vena jugular Meningkat Tak meningkat
- Ronki Basah Kering
Pemeriksaan Penunjang
- Eelektrokardiografi (EKG) Iskemia/infark Biasanya normal
- Foto Toraks Distribusi perihiler Distribusi perifer
- Enzim kardiak Dapat meningkat Biasanya normal
- PCWP >18 mmHg <18 mmHg
- Rasio PaO2/FiO2 Normal atau sedikit ≤300
menurun
- Hipoksemia (+) Berat
- Rasio protein edema dan plasma <0,5 >0,7

13
Gambar 5. Algoritme langkah-langkah membedakan edema paru kardiogenik
dan non-kardiogenik.6

2.2.5 Tatalaksana Edema Paru

Tatalaksana edema paru non kardiogenik mencakup tatalaksana suportif

yaitu mempertahankan oksigenasi adekuat dan optimalisasi

hemodinamik dengan tujuan mekanisme kompensasi tubuh akan

bekerja dengan baik jika terjadi gagal multiorgan. Pemberian oksigen

sering berguna untuk meringankan dan menghilangkan rasa nyeri dada

dan bila memungkinkan dapat dicapai paling baik dengan memberikan

tekanan positif terputus-putus. Kebutuhan untuk intubasi dan ventilasi

mekanik mungkin akan semakin besar sehingga pasien harus dirawat di

unit perawatan intensif (ICU).7

14
Edema paru kardiogenik adalah salah satu kegawatan medis yang perlu

dilakukan penanganan segera mungkin setelah diagnosis ditegakkan.

Penatalaksanaan utama mencakup tatalaksana suportif dengan tujuan

utama untuk mempertahankan fungsi paru (fungsi pertukaran gas,

perfusi organ), dan tatalaksana penyebab utama jika memungkinkan

sesegera mungkin. Prinsip tatalaksana meliputi pemberian oksigen

adekuat, restriksi cairan, dan mempertahankan fungsi kardiovaskular

dengan pertimbangan awal evaluasi klinis, EKG, foto toraks, dan

Analisis Gas Darah.6

Suplementasi oksigen yang adekuat diberikan atas indikasi hipoksemia

umum yang menjadi ancaman utama bagi susunan saraf pusat dengan

manifestasi berupa penurunan kesadaran hingga syok maupun koma.

Suplementasi oksigen diberikan untuk meningkatkan pertukaran gas

dan menurunkan kerja pernapasan, mengoptimalisasikan unit

fungsional paru sebanyak mungkin dan mengurangi overdistensi

alveolar. Pada kasus ringan oksigen diberikan dengan nasal canule atau

masker wajah/facemask. Pemasangan Continous positive airway

pressure (CPAP) sangat membantu pada pasien edema paru

kardiogenik. Berikut beberapa obat obatan yang dapat diberikan pada

pasien edema paru kardiogenik:6

15
Obat-obatan yang 1. Nitrogliserin IV (dosis awal 20µg/menit
menurunkan preload dinaikkan bertahap. Dosis maksimal
200µg/menit)
2. Furosemide PO (dosis 20-40mg/hari) pada
keadaan ringan hingga IV (5-40mg/hari) pada
keadaan berat
3. Morfin sulfat IV (dosis 3mg)
Obat-obatan yang Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI)
menurunkan afterload IV-enalapril (dosis 1,25mg) atau Sublingual-
Captopril (dosis 25mg)

Obat-obatan golongan (diberikan pada EPK yang mengalami hipotensi)


inotropik Dobutamin 2-20µg/kg/menit atau Dopamin 3-
20µg/kg/menit.

2.3 Pemeriksaan Radiologi pada Edema Paru

2.3.1 Gambaran Radiologi Edema Paru Kardiak

a. Foto Polos Thoraks Edema Paru Kardiak

Gambar 6. Ilustrasi Radiologi Edema Paru Akut Kardiogenik.8

16
Tabel 2. Stadium Gagal Jantung Kongestif/Congestive Heart Failure
(CHF). Pulmonary Capillary Wedge Pressure (PCWP).9
Stadium Keterangan
Stadium 1 -Redistribution of pulmonary vessels
 Redistribution -Cardiomegaly
 PCWP 13-18 mmHg -Broad Vascular Pedicle (non acute
CHF)
Stadium 2 -Kerley lines
 Interstitial Edema -Perbronchial cuffing
 PCWP18-25 mmHg -Hazy contour of vessels
-Thickened Interlobar Fissure
Stadium 3 -Consolidation
 Alveolar Edema -Butterfly appearance
 PCWP > 25 mmHg -Pleural effusion

1. Redistribusi Vaskuler Paru

Pada foto polos thoraks normal dengan posisi erect, vaskuler

paru terlihat lebih banyak menyuplai bagian basal daripada

bagian atas paru. Apabila terdapat kongesti vaskuler paru akan

melebar dan menyebabkan vaskuler yang tak terperfusi menjadi

terperfusi, sehingga tampak gambaran vaskuler bagian atas paru

sama dengan bagian basal paru.5

2. Kardiomegali

Gagal jantung kiri merupakan penyebab paling sering dari CHF

dan menyebabkan penurunan cardiac output dan meningkatkan

tekanan vena paru. Pada gagal jantung kiri akan menyeababkan

dilatasi vaskuler paru, yang menyebabkan edema paru.5

17
Gambar 7. Kardiomegali (no. 1). Redistribusi (no. 2).5

3. Pedikel Vaskuler yang Lebar

Lebar pedikel vaskuler < 60 mm pada foto thoraks Postero-

Anterior terlihat pada 90% foto thoraks normal dan lebar

pedikel vaskuler > 85 mm ditemukan 80% pada kasus edema

paru.10

Gambar 8. Tampak vaskuler bagian lobus atas pada pasien dalam


keadaan baik (kiri), dan selama periode CHF (kanan). Tampak
Pelebaran pedikel vaskuler (panah merah).8

18
4. Kerley lines

Pada stage II cairan bocor ke interstitium di bagian interlobular

dan peribronkial yang disebabkan peningkatan tekanan kapiler,

ketika cairan bocor ke septum interlobular perifer maka akan

tampak garis Kerley B.8 Garis Kerley A (gambar 9) merupakan

garis linear panjang yang membentang dari perifer menuju hilus

yang disebabkan oleh distensi saluran anastomose antara

limfatik perifer dengan sentral. Garis Kerley B terlihat sebagai

garis pendek dengan arah horizontal 1-2 cm yang terletak dekat

sudut kostofrenikus yang menggambarkan adanya edema

septum interlobular. Garis Kerley C berupa garis pendek,

bercabang pada lobus inferior namun perlu pengalaman untuk

melihatnya karena terlihat hampir sama dengan pembuluh

darah.10

Gambar 9. Kerley lines.10

19
5. Peribronchial Cuffing

Peribronchial cuffing terjadi karena adanya akumulasi cairan

intersisial di sekitar bronkus, yang menyebabkan penebalan

dinding bronkus, terlihat seperti donat.8

Gambar 10. Peribronchial cuffing (panah merah).5

6. Blurring Vaskuler

Ketika cairan bocor ke interstitium peribronkovaskuler maka

akan tampak blurring vaskuler di daerah perihiler.8

Gambar 11. Gambaran Blurring vasculer (kiri).8

20
7. Penebalan Fisura Interlobaris

Cairan terkumpul di subpleural space, diantara pleura visceral

dan parenkim paru. Cairan dapat terkumpul di fisura manapun

(fissura mayor, minor, accessory fissures, azygous fissure).5

Gambar 12. Penebalan Fisura Interlobaris (panah merah).5

8. Konsolidasi

Jika terjadi eksudasi cairan ke alveolulus akan memperlihatkan

gambaran opasitas multifokal.5

Gambar 13. Konsolidasi (panah merah).5

21
9. Butterfly Appearence

Pada edema pulmo yang melibatkan alveolus, cairan pindah

dari intersisial ke alveolus yang mengikuti corakan bronkus

sehingga akan tampak gambaran “Butterfly appearance”.5

Gambar 14. Butterfly appearance.5

10. Efusi Pleura

Efusi pleura terjadi bilateral pad 70% kasus CHF, jika terjadi

efusi pleura unilateral, biasanya efusi lebih sering terjadi pada

paru kanan daripada paru kiri. Pada foto polos thoraks proyeksi

PA setidaknya harus terdapat 175 ml cairan pada cavum pleura

sehingga bisa terlihat yang ditandai dengan sudut costofrenikus

yang tumpul.5

22
Gambar 15. Efusi Pleura.5

b. Ultrasonografi Edema Paru Kardiak

Pada kasus edema paru kardiak akut, pemeriksaan ultrasonografi

berguna untuk memperkuat diagnosis. Pada pemeriksaan

ultrasonografi akan didapatkan gambaran B-lines.

Gambar 16. Edema Paru Kardiak.5

c. Gambaran CT-Scan Edema Paru Kardiak

High Resolution Computed Tomography (HRCT) pasien dengan

edema paru tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis,

penegakkan diagnosis dilakukan dengan menggabungkan gejala

klinis dan temuan radiografi. Gambaran HRCT pada edema paru

23
kardiak adalah penebalan septal bilateral, ground glass opacity pada

lokasi yang dipengaruhi gravitasi, kardiomegali, cairan pleura.

Gambar 17. Gambaran HRCT edema paru kardiak. Penebalan septal


halus dan ground glass opacity pada lokasi yang dipengaruhi gravitasi,
terdapat kardiomegali, efusi pleura.

Gambar 18. Bat wing edema/butterfly edema pada HRCT

24
2.3.2 Gambaran Radiologi Edema Paru Non-Kardiak

a. Foto Polos Thoraks Edema Paru Non-Kardiak

Tabel 4. Perbedaan Gambaran Radiologi EPK dan EPNK.5


EPK EPNK
Ukuran Jantung Normal atau Biasanya Normal
membesar
Lebar pedikel Normal atau melebar Biasanya normal
Vaskuler
Distribusi Vaskuler Seimbang Normal/seimbang
Distribusi Edema Rata / Sentral Patchy atau perifer
Efusi pleura Ada Biasanya tidak ada
Penebalan Peribronkial Ada Biasanya tidak ada
Garis septal Ada Biasanya tidak ada
Air bronchogram Tidak selalu ada Selalu ada

Gambar 19. Edema Paru Non-Kardiogenik.8

b. Gambaran CT-Scan Edema Paru Kardiak

Gambar 20. Edema Paru Non-Kardiogenik.8

25
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan referat Gambaran

Radiologi Edema Paru ialah Gambaran radiologi edema paru pada foto polos

thorak berupa blurring vaskuler, Kerley lines, butterfly appearance, konsolidasi,

dan penebalan fissura interlobaris. Pada edema kardiogenik didapatkan ukuran

jantung membesar, pedikel vaskuler melebar, distribusi edema sentral dan terdapat

efusi paru. Sedangkan, pada edema non kardiogenik ukuran jantung normal,

distribusi edema perifer, dan tidak terdapat efusi pleura.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson. L.M., 2012, Penyakit Kardiovaskular dan Paru dalam Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume II, Edisi VI, EGC, Jakarta.

2. Liwang, F., Mansjoer, A., 2014, Edema Pulmo dalam Kapita Selekta

Kedokteran, Jilid II, Edisi IV, Media Aesculapius, Jakarta.

3. Purwohudoyo, S.S., 2009, Sistem Kardiovaskuler dalam Radiologi

Diagnostik, Edisi II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

4. Harun, S., Nasution, S.A., 2009, Edema Paru Akut dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi V, Interna Publishing, Jakarta

5. Lorraine, B.W., Michaell, A.M., 2005, Acute Pulmonary Edema. New

England Journal Medicine, 353:2788-96. dalam Wijayanti, dkk. 2015.

Radiograph Based Discussion Edema Pulmo. FK UNISSULA.

6. Rampengan, Starry H. Edema paru kardiogenik akut. Jurnal Biomedik (JBM).

2014;6(3):149-156.

7. Huldani. 2014. Referat Edem Paru Akut. Banjarmasin:Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat.

8. Cremers et al. 2010. Chest X-Ray Heart Failure. The Radiology Assistant.

tersedia:Http://www.radiologyassistant.nl/en/p4c132f36513d4/ chest-x-ray-

heart-failure.html.

27
9. Cardinale, L., Volpicelli, D., Lamorte, A., Martino, D., Veltri, A., 2012,

Revisiting signs, strengths and weaknesses of Standard Chest Radiography in

patients of Acute Dyspnea in the Emergency Department, Journal of Thoracic

Disease, Vol. IV, No. IV. dalam Wijayanti, dkk. 2015. Radiograph Based

Discussion Edema Pulmo. FK UNISSULA.

10. Koga, T., dan Fujimoto, K., Kerley’s A, B and C Lines. New England Journal

Medicine. 360:1539. dalam Wijayanti, dkk. 2015. Radiograph Based

Discussion Edema Pulmo. FK UNISSULA.

28

Anda mungkin juga menyukai