Anda di halaman 1dari 55

EFUSI PLEURA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FK USU
2021

Oleh:
Rasma Gunadi Sembiring 200131024
Zen Nisa Cinka Hatika Tanto 200131046 Pembimbing Laporan Kasus :
Hasbi Aliga Hafido Basya 200131051 dr. Meivina Ramadhani Pane, SpPD
Aqilah Lubis 200131072
Danny Sanjaya 200131106
Becky Marella 200131216
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan

Manfaat
LATAR BELAKANG

Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal


di rongga pleura yang diakibatkan oleh Efusi pleura merupakan indikator dari
peningkatan permeabilitas membran pleura, suatu proses penyakit yang mendasari
peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan penyakit dari paru, pleura, atau ekstraparu,
tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan dapat bersifat akut atau kronis.
onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik.

Penyakit jantung kongestif dan sirosis


Efusi pleura diklasifikasikan 2 kategori hepatis merupakan penyebab tersering efusi
yaitu berdasarkan karakteristik cairan transudatif sedangkan keganasan dan
pleura yaitu transudat dan eksudat. tuberkulosis (TB) merupakan penyebab
tersering efusi eksudatif.
TUJUAN PENULISAN

Penulis dan pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami


1 pembahasan mengenai efusi pleura.
Penulis dan pembaca diharapkan mampu menerapkan teori – teori
2 tersebut terhadap pasien dengan efusi pleura.
Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
3 Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

MANFAAT PENULISAN

Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan pemahaman


penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih mengenal dan
memahami mengenai efusi pleura.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Pleura
Efusi Pleura
- Definisi
- Epidemiologi
- Etiologi
- Klasifikasi
- Faktor Risiko
- Patofisiologi
- Diagnosis
- Diagnosis Banding
- Tatalaksana
- Komplikasi
- Prognosis
ANATOMI PLEURA

Pleura : membran serosa yang


melapisi parenkim paru, A. B.
mediastinum, diagfragma dan tulang
rusuk

Struktur pleura :
• Pleura viseral : melapisi parenkim
paru hingga fisura interlobaris,
diagfragma dan mediastinum
• Pleura parietal : melapisi bagian
dalam rongga toraks
Pleura viseral dan parietal bertemu
dibagian basal paru
ANATOMI PLEURA

Terdapat ruang (resesus) di bagian posterior dan


anterior, yang berfungsi menyediakan ruang
untuk akumulasi cairan
Kedua resesus pada kavitas pleura yaitu :

1. Resesus kostomediastinal : berada diantara


pleura mediastinum dan kosta, tepat di
bagian posterior sternum.
2. Resesus kostodiagfragma : berada diantara
pleura diagfragma dan kosta Gambar 2 Anatomi Pleura (Mescher, 2013)
FISIOLOGI PLEURA

Cairan pleura secara terus menerus


Pleura memiliki fungsi mekanik
dihasilkan oleh sirkulasi parietal
yaitu melanjutkan tekanan negative
dengan cara bulk flow, sementara
thorax ke daerah paru-paru,
cairan tersebut juga terus menerus
sehingga paru dapat mengembang
direabsorpsi oleh sistem limfatik di
karena elastis.
dalam pleura parietal. Dalam seorang
Cairan pleura mempunyai fungsi
manusia yang sehat, rongga pleura
fisiologis dalam respirasi, dan juga
mengandung jumlah cairan yang kecil
merupakan sebuah cara yang
(sekitar 10 hingga 20 mL), dengan
berguna untuk mendiagnosa dan
konsentrasi protein yang kecil (kurang
menilai penyakit, trauma dan
dari 1,5 g/dL)
abnormalitas lainnya
EFUSI PLEURA
EFUSI PLEURA

DEFINISI

Efusi Pleura akumulasi berlebihan daripada cairan di antara pleura


parietal dan viseral yang disebut juga sebagai rongga pleura

Kondisi ini dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat daripada
penyakit parenkim di sekelilingnya seperti infeksi, keganasan atau kondisi
inflammasi
EPIDEMIOLOGI
Efusi pleura salah satu
penyakit yang paling
umum dijumpai dari
semua penyakit pleura
Prevalensi efusi pleura adalah 320
kasus untuk setiap 100000 orang di Efusi pleura di negara
negara-negara industri, dengan berkembang sering
distribusi etiologi berhubungan disebabkan oleh tuberculosis
dengan prevalensi dari penyakit yang
mendasari efusi pleura tersebut

Efusi pleura di negara maju


Insidensi dari efusi banyak diakibatkan oleh gagal
pleura sama diantara jantung, keganasan, dan
laki-laki dan wanita pneumonia
ETIOLOGI

Penyebab Tersering : Penyebab tersering dari Penyebab tersering dari


efusi transudat : efusi eksudat :
1. Gagal jantung kongestif
2. Kanker - Pneumonia atau
3. Pneumonia - Gagal jantung tuberculosis
4. Emboli paru kongestif kiri - Keganasan
- Sindroma nefrotik - Gangguan yang
Obat-obatan : - Sirosis hati menimbulkan inflammasi
nitrofurantoin, dantrolene, seperti pankreatitis,
- Hipoalbuminemia
methysergide, amiodarone, lupus, artritis
interleukin-2, procarbazin, yang berujung ke rheumatoid, post-cardiac
methotrexate, clozapine. malnutrisi injury syndrome
KASIFIKASI
Efusi transudat Efusi eksudat septik Efusi chylous
Ciri umum dari transudat murni Eksudat septik adalah efusi purulen Efusi chylous disebabkan oleh
adalah konsentrasi protein yang yang terdiri dari neutrofil ekstravasasi atau kebocoran dari
rendah dan angka hitung sel yang degeneratif yang banyak, biasanya limfa intestinal (chyle) dari sebuah
rendah yang sebagian besar terdiri dihubungkan dengan bakteria intra duktus torakik yang terobstruksi atau
dari sel mesotelial. dan ekstraseluler. ruptur.

Efusi transudat modifikasi Efusi eksudat nonseptik Efusi hemorrhagik


Efusi transudat yang sudah Inflammasi nonseptik dan kelainan- Perdarahan ke dalam rongga pleura
berlangsung lama. Efusi ini kelainan yang menyebabkan dapat diasosiasikan dengan trauma,
mempunyai selularitas dan obstruksi limfatik atau vena, seperti kelainan hemostatik atau neoplasia.
kandungan protein yang lebih tinggi. neoplasia, hernia diafragma, torsi
lobus paru, infark pulmoner dan
kista thymik brankial dapat
menghasilkan efusi eksudatif
nonseptik.
FAKTOR RISIKO

1. Adanya penyakit paru


2. Merokok
3. Neoplasma (misalnya pasien kanker paru)
4. Konsumsi alkohol berlebih
5. Gagal jantung
6. Sirosis hati
7. Obat-obatan
8. Paparan asbestosis akibat pekerjaan
9. Komplikasi dari beberapa prosedur operasi
PATOFISIOLOGI

1. Tekanan Hidrostatik Meningkat


2. Tekanan osmotik menurun
3. Obstruksi saluran Limfe
4. Perubahan Permiabilitas Membran
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSA

ANAMNESIS

• Tanda klinis : Dispnea, batuk, nyeri dada pleuritik, Nyeri berkuran


g saat tidur miring ke sisi yang sakit
• Gejala tambahan : demam, orthopnea, arthralgia
• Tanyakan : Riw perjalanan, riw pekerjaan sebelum dan saat ini,

penggunaan obat, riw operasi sebelumnya (seperti bedah


bypass arteri coroner, CABG), keganasan, tempat tinggal,
dan paparan asbes sebelumnya juga dapat menimbulkan
efusi pleura
DIAGNOSA

PEMERIKSAAN FISIK

• Berkurangnya bunyi napas


• Redup pada perkusi thoraks
• Penurunan fremitus taktil pada area efusi pleura
• Distensi vena leher
• Edema perifer
• Pembesaran ventrikel kanan atau thrombosis vena dalam
• Kelainan bentuk sendi atau sinovitis
DIAGNOSA
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Xray thorax : sudut costophrenicus tumpul


• USG thorax
• CT Scan
• Thorakosintesi : Pengambilan cairan pleura (untuk analisis cairan
transudate/eksudat)
• Pemeriksaan sitologi : pada efusi apa pun yang dicurigai keganasan
DIAGNOSA
DIAGNOSA

Analisis cairan pleura, kriteria light :


DIAGNOSA BANDING

• Diagnosa banding efusi pleura transudat


DIAGNOSA BANDING
• Diagnosa banding efusi pleura eksudat
TATALAKSANA
TATALAKSANA

• Thorakosintesis
• Pemasangan WSD
• Pemberian antibiotik
• Tirah baring
• Biopsi pleura
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

01 02
Prognosis
Komplikasi
• Atelektasis, yaitu kerusakan pada Prognosis pasien dengan efusi pleura
paru akibat alveolus tidak terisi sangat erat terkait dengan penyakit
udara yang mendasarinya, namun secara
• Empiema, yaitu kumpulan nanah di umum makin parahnya efusi pleura
rongga pleura berhubungan dengan prognosis yang
• Pneumothorax, yaitu penumpukan buruk. Hal ini ditunjukkan mortalitas
udara pada rongga pleura efusi pleura bilateral sebesar 26% yang
• Penebalan pleura dan munculnya lebih tinggi 4 kali lipat dibandingkan
jaringan parut di lapisan paru-paru tingkat mortalitas efusi pleura unilateral
sebesar 5.9%
BAB III LAPORAN KASUS
ANAMNESIS PRIBADI

Tanggal masuk
Kamis, 2 September 2021

Nama : Siti Maimunah


Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jalan Menteng Gang Buntu, Medan
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama: Sesak Nafas

1. Sesak Nafas 2. Sesak Nafas 3. Nyeri dada 4. Keringat malam


sejak 1 bulan lalu membaik jika dijumpai sejak 1 dijumpai sejak 2
dan memberat berbaring ke arah bulan ini (VAS 3) bulan ini
dalam seminggu kiri memberat saat
terakhir menarik nafas

6. Riwayat 8. Riwayat
5. Penurunan berat hipertensi dijumpai 7. Riwayat operasi
kemoterapi 6 kali
badan dijumpai 2 tahun ini, pasien mastektomi sinistra dan radioterapi 33
sebanyak 2 kg tidak teratur pada tahun 2018 dan kali
dalam 1 bulan minum obat operasi ooforektomi
pada tahun 2019
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Angina Pectoris : (-) Palpitasi : (-)
Edema : (-) Lain-lain : (-)

Saluran Pernapasan
Batuk : (+) Asma, bronchitis : (-)
Dahak : (+) Sesak Nafas : (+)

Saluran Pencernaan
Nafsu Makan : Baik Penurunan BB : (+) 2kg dalam 1 bulan
Keluhan Menelan : (-) Keluhan Defekasi : (-)
Keluhan Perut : (-) Lain-lain : (-)

Saluran Urogenital
Sakit BAK : (-) BAK Tersendat : (-)
Mengandung Batu : (-) Keadaan Urin : kuning, jernih
Haid : (-) Lain-lain : (-)
Sendi dan Tulang
Sakit Pinggang : (-) Keluhan Persendian : (-)
Keterbatasan Gerak : (-) Lain-lain : (-)

Endokrin
Haus/Polidipsi : (-) Gugup : (-)
Poliuri : (-) Perubahan Suara : (-)
Polifagi : (-) Lain-lain : (-)

Saraf Pusat
Sakit Kepala : (-) Hoyong : (-)
Lain-lain : (-)

Darah dan Pembuluh Darah


Pucat : (-) Perdarahan : (-)
Petechie : (-) Purpura : (-)
Lain-lain : (-)

Sirkulasi Perifer
Claudicatio Intermitten : (-) Lain-lain : (-)

Riwayat keluarga : Dijumpai riwayat Ca Mamae pada saudara perempuan


pasien
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

KEADAAN UMUM KEADAAN PENYAKIT


Sensorium : Compos mentis Pancaran wajah : Baik
Tekanan darah : 120/80 mmHg Sikap paksa : (+)
Nadi : 125x/menit Refleks fisiologis : (+)
Pernafasan : 28x/menit Refleks patologis : (-)
Temperatur : 36,5oC
Anemia (-), Ikterus (-), Dispneu (+), Sianosis (-), Edema (+), Purpura (-)
Turgor Kulit : dbn

KEADAAN GIZI
Berat Badan : 51 kg
Tinggi Badan : 1,52 m
IMT : 22,07 kg/m2 (Normoweight)
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

KEPALA
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterus (-/-)
Pupil : isokor, ukuran 3mm, refleks cahaya direk (+/+)/ Indirek (+/+),
edema (-)
Kesan : tidak dijumpai kelainan / anemia
Telinga : membran timfani intak (+/+), Keluar Cairan (-/-)
Hidung : septum deviasi (-/-), Epistaksis (-), Sekret (-), Polip(-)
Mulut lidah : dalam batas normal
Gigi geligi : dalam batas normal
Tonsil/Faring : dalam batas normal

LEHER
Pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : Deviasi ke arah kanan
TVJ : R+2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Lain-lain : (-)
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
TORAKS DEPAN
Inspeksi : Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan pernapasan (+)
Retraksi interkostal: (+)
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Fremitus suara : Stem fremitus paru kiri melemah
Iktus : Tidak teraba
PARU
Perkusi : Redup pada lapang paru kiri
Auskultasi : Suara pernapasan menghilang pada lapangan paru kiri
Suara tambahan ronkhi (-), wheezing (-)
JANTUNG
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus paru kiri melemah
Perkusi : Redup pada lapangan paru kiri
Auskultasi : Suara Pernafasan = Vesikuler, Melemah pada paru kiri, ekspirasi memanjang, Suara Tambahan = (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
ABDOMEN Perkusi
Inspeksi Pekak Hati : (-)
Bentuk : Simetris, tidak membesar Pekak beralih : (-)
Gerakan lambung/usus : ( - )
Vena kolateral :(-) Auskultasi
Peristaltik usus : normoperistaltik
Palpasi Lain-lain : (-)
Hati
Dinding abdomen :Soepel, hepar tidak teraba ALAT KELAMIN DAN REKTUM
Permukaan : (-) Tidak dilakukan pemeriksaan
Pinggir : (-)
Nyeri Tekan : (-) ANGGOTA GERAK ATAS DAN BAWAH
dalam batas normal
Limfa
Pembesaran : (-)

Ginjal
Ballotement : (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN FOTO TORAKS
− Posisi Asimetris
− Jantung, aorta dan hilus kiri sulit dinilai
− Trakea ditengah, hilus kanan tidak menebal
− Tampak konsolidasi inhomogen pada paru kiri disertai perselubungan homogen pada basal
hemitoraks kiri yang menutupi batas jantung, sinus kostofrenikus dan hemidiafragma kiri
− Sinus kostofrenikus dan hemidiafragma kanan tumpul
− Tulang-tulang dan jaringan lunak baik
− Tampak WSD terpasang dengan ujung distal, pada ICS 7-8 posterior kiri

Kesimpulan : Proses spesifik lama aktif lesi far advanced dengan efusi pleura
bilateral, terutama kiri, WSD terpasang
PEMERIKSAAN EKG
Standarisasi
Kalibrasi standar
Kecepatan kertas = 25mm/s (normal/standar)
Defleksi ke atas 10mm = 1mV
Heart Rate
Jarak R-R sama
Heart rate 125x/menit
Ritme
Gelombang P positif dijumpai = irama sinus
Jarak R-R sama, berarti reguler
Gelombang P
Tinggi : 0,2mV (normal, ≤0,3mV)
Lebar : 0,16s (normal, ≤0,12s)
gelombang P mitral, gambaran left atrial
enlargement
PR Interval
PR Interval : 0,28s (normal, 0,12s-0,20s)
(memanjang)
PEMERIKSAAN EKG
QRS interval:
lebar : 0,08 (≤0,12s, normal)
• Tidak ada dijumpai kesan LBBB maupun
RBBB, QRS V1 dan V6 normal.
Voltase QRS
Voltase normal, tidak dijumpai kesan low
voltage.
Axis
Lead I dan lead II positif, maka axis normal.
Gelombang Q Patologis
Tidak dijumpai Q patologis.
Segmen ST
Tidak ditemukan peningkatan segmen ST
yang signifikan dan bermakna. (sulit dinilai)
Gelombang T
sulit dinilai
RESUME
DIAGNOSIS BANDING
- Efusi Pleura Massif Sinistra ec Tumor Paru Kiri metastasis
- Efusi Pleura Massif Sinistra ec Tumor Paru Kiri metastasis + Pneumonia Komunitas

DIAGNOSIS SEMENTARA
Efusi Pleura Massif Sinistra ec Tumor Paru Kiri metastasis

TATALAKSANA
Aktivitas : Tirah baring
Terapi suportif : - Oksigen 2-5 lpm nasal canule
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I (makro) Medikamentosa:
- Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Metylprednisolon 62,5 mg/12 jam
- N.asetilsistein 200 mg 3x1
- Nebul Ventolin 2,5 mg sebanyak 3 kali/20 menit, selama 1 jam, selanjutnya nebul
ventolin 2,5 mg/8 jam
BAB IV FOLLOW UP
Tanggal S O A P
2 September 2021 Menerima Sens : Compos mentis Pola napas tidak efektif Nebul Ventolin
pasien baru di TD : 120/80 mmHg - Darah rutin
IGD, dengan HR : 125x/menit - Foto toraks
keluhan sesak RR : 28 x/menit - EKG
nafas T: 36,2 °C
3 September 2021 Sesak napas Sens:composmentis • Pola napas tidak -RR dalam batas normal
TD:159/111mmHg efektif -Kaji penyebab serak
HR: 116x/i • Efusi pleura masif -Beri posisi yang nyaman
RR: 23x/i sinistra ec tumor paru -Kaji RR dan keadaan umum pasien
Temp:36,9ºC metastasis -Kolaborasi pemberian terapi
SpO₂:98%room air • Pneumonia komuniti -Ajarkan napas dalam
Mata:konjungtiva • PPOK eksaserbasi -IFVD Nacl 0,5% 20 tpm
anemis(-/-), berat dengan gagal -Inj. Levofloxacin 750 mg/hari
skleraikterik(-/-) napas tipe campuran -Inj. Ranitidin 30 mg/12 jam
Leher:TVJR+2 cmH₂0 tanpa mengancam -Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Thorax:SP: vesikuler jiwa pada PPOK stabil -NAC 3x200 mg
melemah dilapangan group A -Inj. Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam
paru kiri, • Post mastektomi -Nebul Ventolin 2,5 mg 3x per 20 menit
ST rhonki basah (-/-) sinistra selama 1 jam, dilanjutkan nebul Ventolin
wheezing (-/-) • Post ooforektomi 2,5mg/8 jam
sinistra R/
• Hiponatremi + high -Pantau hemodinamik
risk trombosis -Pantau intake dan output
-Pantau potensi napas
Tanggal S O A P
04 September Sesak napas Sens: compos mentis • Pola napas tidak -Intervensi dilanjutkan
2021 TD: 97/68mmHg efektif -Hemodinamik stabil
HR: 106 x/i • Efusi pleura masif -IFVD Nacl 0,5% 20 tpm
RR: 24 x/i sinistra -Inj. Levofloxacin 750 mg/hari
Temp:36,5ºC • ec tumor Paru -Inj. Ranitidin 30 mg/12 jam
SpO₂:96%room air metastasis -Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Mata:konjungtiva • Pneumonia komuniti -NAC 3x200 mg
anemis(-/-), • PPOK eksaserbasi -Inj. Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam
sklera ikterik(-/-) berat dengan gagal -Nebul ventolin 2,5mg/8 jam
Leher:TVJR+2 napas tipe campuran
cmH₂0 tanpa mengancam
Thorax: SP jiwa pada PPOK Estimasi cairan
vesikuler melemah stabil group A 08.00 : 2400 cc
dilapangan paru kiri, • Post mastektomi 09.00 : cairan dibuang sebanyak 2500 cc
ST rhonki basah (-/-) sinistra - warna : serous
wheezing (-/-) • Post ooforektomi - undulasi : (-) negatif
sinistra - pleura evac : mulai 0
• Hiponatremi + high 11.00 : cairan 200 cc/2 jam
risk trombosis
R/
Foto thorax post pemasangan WSD
Tanggal S O A P
05 September Sesak napas Sens :compos mentis • Pola napas tidak -Intervensi dilanjutkan
2021 TD:95/65mmHg efektif -Oksigen
HR: 82 x/i • Efusi pleura masif -IFVD Nacl 0,9% 20 tpm
RR: 20 x/i sinistra -Inj. Levofloxacin 750 mg/hari
Temp:36ºC • ec tumor Paru -Inj. Ranitidin 30 mg/12 jam
SpO₂:99%room air metastasis -Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Mata:konjungtivaan • Pneumonia -NAC 3x200 mg
emis(-/-), komuniti -Inj. Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam
skleraikterik(-/-) • PPOK eksaserbasi Nebul vventolin 2,5mg/8 jam
Leher:TVJR+2 berat dengan gagal - Zegavit 1x1
cmH₂0 napas tipe -Vip albumin 2x1 sachet
Thorax: SP vesikuler campuran tanpa -Vit D3 2x1000 IU
melemah dilapangan mengancam jiwa Estimasi cairan pleura
paru kiri, pada PPOK stabil -Produksi cairan pleura per 36 jam :
ST rhonki basah (-/-) group A 4780 ml
wheezing (-/-) • Post mastektomi -Warna : hemoragis
sinistra -Undulasi : 3-4 cm
• Post ooforektomi -Bubble : intermitten
sinistra R/
• Hiponatremi + high -Foto thorax
risk trombosis -Kultur sputum
• Gagal napas type 2 -Cek albumin - Cek darah lengkap
(ARDS ringan) -Elektrolit -AGDA
Tanggal S O A P
06 September Sesak masih Sens:compos mentis • Gangguan rasa -Intervensi
2021 ada Nyeri TD:118/80mmHg nyaman dan nyeri dilanjutkan
dibagian post HR: 113 x/i • Post efusi pleura -IVFD Nacl 0,9% 20tpm
pemasangan RR: 20 x/i massive sinistra ec -Inj. Levofloxacin 750mg/hari (obat
thorax drain Temp:36,5ºC tumor metastasis kosong : diganti tab 1x500mg)
SpO₂:96%room air • ARDS ringan -Inj. Ranitidin 30 mg/12 jam
Mata:konjungtiva • PPOK eksaserbasi -Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
anemis(-/-), berat dengan gagal -NAC 3x200 mg
sklera ikterik(-/-) napas tanpa -Inj. Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam
Leher:TVJR+2 mengancam jiwa -Nebul ventolin 2,5mg/8 jam
cmH₂0 • Post mastektomi -Zegavit 1x1
Thorax: SP broncial, • Elektrolit -Vip albumin 2x1 sachet
ST rhonki basah (-/-) imbalance -Vit D3 2x1000 IU
wheezing (-/-)

Estimasi cairan : 5760


Undulasi : 2cm
Bubble : tidak ada
Tanggal S O A P
07 September Sesak napas Sensorium: compos • Pola napas inefektif -IVFD Nacl 0,9% 20tpm
2021 berkurang mentis • Post efusi pleura -Inj. Levofloxacin 750mg/hari (obat
TD:116/89mmHg massive sinistra ec kosong : diganti tab 1x500mg)
HR: 88 x/i tumor metastasis -Inj. Ranitidin 30 mg/12 jam
RR: 20 x/i • ARDS ringan -Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Temp:36,5ºC • PPOK eksaserbasi -NAC 3x200 mg
SpO₂:98%room air berat dengan gagal -Inj. Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam
Mata:konjungtiva napas tanpa -Nebul ventolin 2,5mg/8 jam
anemis(-/-), mengancam jiwa -Zegavit 1x1
sklera ikterik(-/-) • Post mastektomi -Vip albumin 2x1 sachet
Leher:TVJR+2 • Elektrolit -Vit D3 2x1000 IU
cmH₂0 imbalance
Thorax:
SPbronchial, ST
rhonki basah (-/-)
wheezing (-/-)
BAB V DISKUSI
Diskusi

TEORI PASIEN
Definisi dan Klasifikasi Pasien mengalami sesak nafas dialami sejak 1
Efusi pleura adalah akumulasi berlebihan daripada bulan yang lalu, sesak nafas terasa memberat
cairan di antara pleura parietal dan viseral yang disebut dalam 1 minggu ini. Membaik jika berbaring ke
juga sebagai rongga pleura. Kondisi ini dapat terjadi arah kiri. Batuk berdahak dijumpai. Nyeri dada
dengan sendirinya atau sebagai akibat daripada dijumpai sejak 1 bulan ini yang terasa berat (VAS
penyakit parenkim di sekelilingnya seperti infeksi, 3) memberat saat menarik nafas. Penurunan berat
keganasan atau kondisi inflamasi. badan dijumpai sebanyak 2 kg dalam 1 bulan ini.
Riwayat hipertensi dijumpai 2 tahun ini, pasien
Berdasarkan analisa cairan pleura, efusi pleura secara tidak teratur minum obat. Dijumpai riwayat
umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: operasi mastektomi sinistra dan operasi
1.Efusi transudat ooforektomi pada tahun 2019. pasien sudah di
2.Efusi transudat modifikasi kemoterapi 6 kali dan radioterapi 33 kali.
3.Efusi eksudat septik
4.Efusi eksudat nonseptik Pada analisis cairan pleura pasien didapati
5.Efusi chylous cairan pleura berwarna merah dan keruh.
6.Efusi hemorrhagik
Diskusi

TEORI PASIEN
FAKTOR RISIKO Pada pasien memiliki riwayat operasi
mastektomi sinistra pada tahun 2018 dan
1.Adanya penyakit paru
operasi ooforektomi pada tahun 2019. pasien
2.Merokok
sudah di kemoterapi 6 kali dan radioterapi 33
3.Neoplasia (misalnya pasien kanker paru)
4.Konsumsi alkohol berlebih kali.
5.Gagal jantung
6.Sirosis hepatis
7.Penggunaan obat-obatan tertentu seperti
dasatinib pada tatalaksana pasien dengan leukemia
mielositik kronis dan obat-obatan yang
imunosupresif
8.Paparan asbestos akibat pekerjaan
Sebagai komplikasi dari beberapa prosedur operasi
Diskusi

TEORI PASIEN
DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik menjadi acuan • Pasien mengalami sesak nafas sejak 1 bulan
untuk mengevaluasi awal efusi pleura. Tanda dan yang lalu, yang membaik jika berbaring ke
gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya arah kiri
seperti dispnea, batuk, dan nyeri dada pleuritik. • batuk tidak berdahak dijumpai
• nyeri dada dijumpai sejak 1 bulan dengan VAS
Gejala tambahan seperti demam, ortopnea, atau
3 memberat saat menarik napas
arthralgia bersamaan dapat memberikan petunjuk
• Penurunan berat badan dijumpai sebanyak 2 kg
etiologi yang mendasarinya dan dapat membantu dalam 1 bulan ini.
mempersempit diferensial diagnosis. Riwayat • Riwayat hipertensi dijumpai 2 tahun ini, pasien
perjalanan, riwayat pekerjaan sebelum dan saat ini, tidak teratur minum obat.
penggunaan obat, riwayat operasi sebelumnya • Dijumpai riwayat operasi mastektomi sinistra
(seperti bedah bypass arteri coroner; CABG), pada 2018 dan operasi ooforektomi pada tahun
keganasan, tempat tinggal, dan paparan asbes 2019.
sebelumnya juga dapat menimbulkan efusi pleura.
Diskusi
TEORI PASIEN
Presentasi klinis khusus yang muncul biasanya meliputi
berkurangnya bunyi nafas, redup pada perkusi thoraks, dan • Inspeksi dada didapati ketinggalan
penurunan fremitus taktil pada area efusi pleura; Temuan ini bernapas (+), retraksi interkostal (+)
umumnya hanya terjadi pada efusi yang lebih besar dari 300 • Pada perkusi redup di lapangan paru
mL. kiri, stem fremitus paru kiri melemah
• Pada auskultasi: suara pernapasan
Pemeriksaan laboratorium analisis cairan pleura, penampilan menghilang pada lapangan paru kiri
makroskopis cairan pleura harus diperhatikan saat dilakukan • Pada analisis cairan pleura pasien
thoracentesis, karena dapat menegakkan diagnosis. Cairan bisa didapati cairan pleura berwarna
sifatnya serosa, serosanguineous (ternoda darah), hemoragik, merah dan keruh (serous hemoragik)
atau bernanah. Cairan berdarah (hemoragik) sering terlihat pada
keganasan, emboli paru dengan infark paru, trauma, efusi asbes
jinak, atau sindrom cedera jantung. Cairan purulen dapat dilihat
pada empiema dan efusi lipid.Karakterisasi cairan pleura sebagai
transudat atau eksudat membantu menyingkirkan diagnosis
banding dan mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.
Diskusi
TEORI PASIEN
Tujuan penatalaksanaan pada efusi pleura ganas Tirah baring
(maligna) adalah paliasi atau mengurani gejala. Pilihan
terapi harus tergantung pada prognosis, kejadian efusi Terapi suportif :
berulang, dan keparahan gejala pada pasien. -Oksigen 2-5 lpm nasal canule
Thorasentesis terapeutik ulang sesuai untuk pasien -IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I (makro)
dengan prognosis buruk (<3 bulan) dan, reakumulasi
cairan yang rendah. Kateter pleura yang menetap (WSD) Medikamentosa:
dengan drainase intermiten biasanya merupakan prosedur -Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
pilihan pada efusi pleura ganas. Kateter pleura yang -Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
tinggal di dalam tubuh telah dibuktikan memberikan -Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
peredaan gejala yang signifikan, dan 50% hingga 70% -Inj. Metylprednisolon 62,5 mg/12 jam
pasien mencapai obliterasi spontan dari rongga pleura -N.asetilsistein 200 mg 3x1
(pleurodesis) setelah 2 hingga 6 minggu. Pleurektomi, -Nebul Ventolin 2,5 mg sebanyak 3 kali/20 menit,
dan pintasan pleuroperitoneal adalah pilihan manajemen selama 1 jam, selanjutnya nebul ventolin 2,5 mg/8
lain tetapi jarang dilakukan. Pengobatan spesifik pada jam
kasus efusi pleura tergantung pada etiologi yang - Pada pasien dilakukan pemasangan WSD
mendasarinya.
BAB VI KESIMPULAN
Kesimpulan

Pasien perempuan usia 44 tahun bernama SM didiagnosa dengan Efusi Pleura


Massif Efusi Pleura Massif Sinistra ec Tumor Paru Kiri metastasis. Pasien
dirawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, Medan, dan ditatalaksana
dengan Tirah baring dengan terapi suportif pemberian Oksigen 2-5 lpm nasal
canule, IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I (makro) , talaksana medikamentosa diberikan
Injeksi Levofloxacin 750mg/24 jam, Inj. Ranitidin 50mg/12 jam, Inj. Ketorolac
30mg/8 jam, Inj. Metylprednisolon 62,5 mg/12 jam, N.asetilsistein 200 mg 3x1,
Nebul Ventolin 2,5 mg sebanyak 3 kali/20 menit, selama 1 jam, selanjutnya
nebul ventolin 2,5 mg/8 jam, pada pasien dilakukan pemasangan WSD.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai