BAB I
PENDAHULUAN
tidak termasuk sebagai penyebab pneumonia. Pneumonia adalah salah satu masalah
besar disebabkan oleh penuaan sistem organ (khususnya sistem pernafasan, sistem
imun, dan sistem pencernaan) dan faktor komorbid lain yang berkaitan dengan proses
penuaan.1
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi dan
Provinsi Riau berdasarkan diagnosis dan gejala/keluhan penduduk sebesar 2,1% dan
untuk di Pekanbaru period prevalence (dihitung dalam kurun waktu ≤ satu bulan dan
≤ 12 bulan terakhir) dan prevalensinya adalah 0,4% dan 1,8%. Berdasarkan kelompok
umur, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis atau gejala klinis yang tertinggi
terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dan ≥ 75 tahun, yaitu 9,4% dan 6,9%.2
umum, yaitu dijumpai pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU dan 90% terjadi
2
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau angka kejadian VAP pada pasien
dengan usia≥60 tahun yang dirawat di ICU dan di ruang Cardiovascular Care
pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotik yang dimulai secara empiris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO), pneumonia adalah suatu bentuk
infeksi akut saluran pernapasan yang menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri dari
kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang terisi oleh udara ketika seseorang
bernapas. Ketika seseorang terserang pneumonia, alveoli akan terisi oleh nanah dan
cairan yang menyebabkan sulit untuk bernapas dan pasokan oksigen berkurang.6
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, yang
gas setempat.8
Klasifikasi pneumonia berdasarkan tempat terjadinya :
1. Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Community-Acquired Pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas
(PK) adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit atau
adalah pneumonia yang terjadi setelah lebih dari 48 jam dirawat di rumah sakit
dan tanpa ada tanda-tanda infeksi sebelumnya pada saat masuk rumah sakit.
tersering dengan angka mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi. Aspirasi
penyakit ini. Pneumonia nosokomial dibagi menjadi early-onset HAP (terjadi <
5 hari setelah dirawat di rumah sakit) dan late-onset HAP (lebih dari 5 hari
2.1.2 Epidemiologi
Pneumonia dan infeksi traktus respiratorius bagian bawah merupakan
penyebab tersering angka kesakitan dan kematian di antara kelompok umur ≥65 tahun
Eropa lebih tinggi pada anak-anak pada kelompok usia sampai dengan 4 tahun dan
pada orang dewasa pada kelompok usia ≥75 tahun, sedangkan di Eropa Barat angka
kematian akibat pneumonia yang paling tinggi adalah pada kelompok usia ≥80 tahun
sebesar 4,5% dan 1,8%. Lima provinsi yang mempunyai prevalensi dan insidensi
pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (10,3% dan
5
4,6%), Papua (8,2% dan 2,6%), Sulawesi Tengah (5,7% dan 2,3%);,, Sulawesi Barat
(6,1% dan 3,1%) dan Sulawesi Selatan (4,8% dan 2,4%). Prevalensi dan insidensi
pneuomonia cenderung tinggi seiring dengan pertambahan usia terutama pada pasien
yang lanjut usia. Pada tahun 2013 prevalensi dan insidensi pneumonia pada kelompok
usia 65-74 tahun sebesar 7,7% dan 3,1%, sedangkan usia ≥75 tahun sebesar 7,8% dan
3,2%.6
2.1.3 Etiologi
Etiologi pneumonia dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi pneumonia
beberapa faktor virulensi, salah satu yang terpenting adalah kapsul polisakarida.
Terdapat 93 tipe atau serotipe bahan kimia dan antigenik pada kapsul
invasif. Serotipe 3 merupakan serotipe yang paling sering terlibat dalam infeksi
pada orang dewasa. Beberapa serotipe, seperti 6A, 6B, 9V, 19F, dan 23F lebih
kasus CAP, yaitu virus influenza (A dan B), rinovirus, parainfluenza 1, 2, dan 3,
yang berat dapat terjadi terutama pada lanjut usia yang disertai komorbid atau
lima hari dirawat di rumah sakit. Patogen utama pada pneumonia jenis ini
2.1.4 Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi ketika udara yang terkontaminasi mikroba yang
berasal dari seseorang yang terinfeksi kemudian terinhalasi oleh individu lain. 12
keadaan inang (host) atau imunitas tubuh, jenis mikroorganisme yang menyerang,
mengalami kolonisasi setelah mampu bertahan dari perlawanan yang diadakan oleh
mekanisme pertahanan tubuh berupa pertahanan mekanik (epitel silia dan mukus),
makrofag, limfosit, dan sitokin). Patogen yang berusaha masuk ke alveolus biasanya
akan dihancurkan oleh sel-sel sistem imun tubuh, hal ini dapat menjelaskan bahwa
pneumonia terjadi pada individu yang memiliki satu atau lebih defisiensi sistem
manifestasi klinisnya atipikal. Gambaran klinis atipikal pada pneumonia yang harus
penyerta (misalnya gagal jantung) atau memburuknya fungsi pada aktivitas sehari-
hari pasien (activities daily living). Batuk, demam, dan dispnea tidak selalu
didapatkan atau hanya pada 60% kasus. Pada pasien lanjut usia hanya sedikit
menghasilkan sputum dan batuknya tidak efektif untuk mengeluarkan sputum, oleh
konsolidasi pada lobus atas kanan atau dapat juga mengenai beberapa lobus.13
2. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi leukositosis, biasanya lebih dari
bisa disebabkan oleh virus/mikoplasma atau pada infeksi berat dan pada orang
neutropenia pada kasus infeksi pada pasien dengan keganasan dan gangguan
kekebalan tubuh.8,13
3. Pemeriksaan bakteriologis
9
pneumonia) dan dahak purulen, pemeriksaan darurat sediaan pulasan Gram dapat
pembuatan sediaan apus Gram spesimen yang digunakan harus bagian dahak
yang purulen atau mukopurulen. Hasil yang khas pada pemeriksaan Gram
mencakup:14
a) Diplokokus Gram-positif yang dikelilingi rongga kosong kapsul yang
Moraxella catarrhalis);
d) Kokus Gram-positif dalam kelompok mirip anggur (sugestif untuk S.
aureus);
e) Batang Gram-negatif (sugestif untuk Enterobacteriaceae atau
Pseudomonas spp.);
f) Sel-sel Gram-positif besar mirip ragi, seringkali dengan miselium
2.1.7 Diagnosis
Diagnosa pneumonia komunitas didapatkan dari anamnesis, gejala klinis
pemeriksaan fisik, foto toraks, dan laboratorium. Diagnosa pasti pneumonia komuniti
ditegakkan jika terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau
Menurut American Thoracic Society (ATS) kriteria pneumonia berat bila dijumpai
salah satu atau lebih kriteria yang terdapat pada tabel di bawah ini:13
membutuhkan dialisis
Berdasarkan PDPI, kriteria rawat inap pneumonia komuniti adalah:13
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang dari 70 maka pasien tetap perlu dirawat inap bila
mekanik dan membutuhkan vasopresor > 4 jam [syok septik]) atau 2 dari gejala
minor tertentu (PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan
kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90 mmHg). Kriteria minor dan mayor yang
pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan dari data hasil pemeriksaan kultur
pneumonia
3. Hasil pembiakan bakteri perlu waktu
maka penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.13
Dalam melakukan terapi penderita pneumonia perlu dilihat keadaan klinisnya.
Jika keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap maka dapat dilakukan
rawat jalan. Selain itu perlu dilihat apakah ada atau tidak faktor modifikasi yaitu
keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan kuman yang spesifik,
dimaksud adalah:13
paru
3. Mempunyai kelainan penyakit yang
multipel
4. Riwayat pengobatan antibiotik
Pseudomonas aeruginosa 1. Bronkiektasis
2. Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
3. Gizi kurang
Penatalaksanaan pneumonia komunitas dibagi menjadi tiga, yaitu:13
1. Pasien rawat jalan
A. Terapi suportif / simptomatik
a) Istirahat di tempat tidur
b) Minum secukupnya untuk cegah dehidrasi
c) Kompres atau minum obat antipiretik bila demam
13
klaritromisisn, azitromisin
2. Pasien inap di ruang biasa
fluorokuinolon respirasi IV
14
fluorokuinolon respirasi IV
Dalam hal penatalaksanaan pneumonia nosokomial terdapat beberapa hal yang
dengan sulih terapi pada pasien yang terseleksi, dengan respon klinis dan
ada hasil kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada
kuman MDR.
5. Jangan mengganti antiobiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis
memburuk.
6. Data mikroba dan sensitivitas dapat digunakan untuk mengubah pilihan
Based Agents
1) Antipsedomonal penisilin
Piperasilin-tazobaktam 4,5 g IV setiap 6 jam, atau
2) Sefalosporin
Sefepim 2 g IV setiap 8 jam
Seftazidim 2 g IV setiap 8 jam, atau
3) Karbapenem
Imipenem 500 mg IV setiap 6 jam
Meropenem 1 g IV setiap 8 jam, atau
4) Monobaktam
Aztreonam 2 g IV setiap 8 jam
c. Antibiotik untuk Gram-negatif dengan aktivitas antipseudomonal: Non-β-Lactam
Based Agents
1) Fluorokuinolon
Siprofloksasin 400 mg IV setiap 8 jam
Levofloksasin 750 mg IV setiap 24 jam, atau
2) Aminoglikosida
Amikasin 15-20 mg/kg IV setiap 24 jam
Gentammisin 5-7 mg/kg IV setiap 24 jam
Tobramisin 5-7 mg/kg IV setiap 24 jam, atau
3) Polimiksin
Kolistin 5 mg/kg IV x 1 (loading dose) dilanjutkan dengan 2,5 mg x (1,5 x
16
VAP/HAP
Mendapat antibiotik intravena 90 hari sebelumnya
Faktor risiko untuk MDR Pseudomonas aeruginosa VAP/HAP
Mendapat antibiotik intravena 90 hari sebelumnya
Pneumonia) Non-VAP:22
a. Tidak berisiko tinggi kematian (tidak membutuhkan dukungan ventilasi dan
tidak ada syok septik) dan tidak ada faktor yang meningkatkan kemungkinan
berat), atau
2) Linezolid 600 mg IV setiap 12 jam
c. Berisiko tinggi kematian (membutuhkan dukungan ventilasi dan adanya syok
septik) atau menerima antibiotik intravena sebelumnya selama 90 hari, yaitu dua
dari:
1) Piperasilin-tazobaktam 4,5 g IV setiap 6 jam, atau
2) Sefepim atau seftazidim 2 g IV setiap 8 jam, atau
3) Levofloksasin 750 mg IV per hari
Siprofloksasin 400 mg IV setiap 8 jam, atau
17
berat), atau
2) Linezolid 600 mg IV setiap 12 jam
Pasien yang mendapat antibiotik empirik yang tepat, optimal dan adekuat,
penyebabnya bukan P. aerugonisa dan respon klinis baik serta terjadi resolusi
gambaran infeksinya maka lama pengobatan adalah 7 hari atau 3 hari bebas panas.
Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau, RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Kuman Tahun 2016. Pedoman tersebut menjadi dasar pemilihan antibiotik empiris
sesuai dengan diagnosis, sebelum hasil kultur dan resistensi diperoleh. Di dalam
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. MJ
NO RM : 01026924
Umur : 46 tahun
Alamat : Pangkalan tanduk, Kerumutan, Pelalawan
Pekerjaan : Mandor PT Perkebunan Sawit
Tanggal masuk RSUD : 17 Oktober 2019
Keluhan Utama
Batuk darah sejak 1 minggu SMRS
Sejak 1 minggu SMRS, keluhan sesak nafas dirasakan semakin sering. Selain
itu pasien mulai mengalami batuk yang disertai darah sebanyak 2-3 sendok teh.
Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada kedua dada yang dirasakan terutama saat
batuk, nyeri tidak menjalar. Pasien tidak berobat ke dokter dan hanya membeli obat di
apotik, namun keluhan tidak berkurang. Akibat keluhan semakin berat, pasien
berobat ke puskesmas terdekat dan kemudian di rujuk ke RSUD Arifin Achmad.
Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Kompomentis
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 92 x/menit
• Suhu : 36,5 °C
• Napas : 28x/ menit
• Berat Badan : 154 kg
• Tinggi Badan : 41 cm
• IMT : 17,28 (Underweight)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, reflex
cahaya (+/+),
- Hidung : sekret (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : keluar cairan (-)penurunan pendengaran (-)
- Mulut : pursed lips breathing (-) sianosis (-) candidiasis oral (-)
- Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB (-)
22
Toraks
Paru:
- Inspeksi : Normochest, gerakan dinding dada normal, simetris kiri dan
kanan, penggunaan otot bantu pernapasan (-), retraksi
intercostal(-), pelebaran sela iga ().
- Palpasi : Vocal fremitus simetris dan normal kanan-kiri(+)
- Perkusi : Redup di hemithoraks sinistra
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+) ronkhi (+/+), wheezing(-/-),
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis terlihat dengan posisi miring
- Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra ICS 5,
- Perkusi : Batas kanan jantung linea parasternalis dextra.
batas kiri jantung linea midclavicularis sinistra.
- Auskultasi : S1 dan S2 normal regular, murmur(-),gallop (-). HR:
92x/menit
Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak datar,venektasi vena (-), scar(-)
- Auskultasi : BU (+) 10x/menit
- Palpasi : Nyeri tekan (-), organo- megali(-), refluks hepatojugular (-), massa
(-)
- Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullnes (-)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-).
23
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Hb : 10,5 g/dl
Leukosit : 12,83 103/ul
Hematokrit : 32,9 %
Trombosit : 580 x 103/ul
Eritrosit : 4,29 x 106/ul
MCV : 76,7 fL
MCH : 24,5/ pg
MCHC : 31,9 g/dl
Hitung jenis
B/E/N/L/M: 0,3 %/0 %/82,2 %/9,4 %/8,1 %
Kimia darah
AST : 65 U/L
ALT : 57 U/L
Ureum : 12 mg/dl
Interpretasi
Kreatinin : 1,00 mg/dl
Identitas sesuai
Marker R
Foto diambil secara AP
Kekerasan foto keras
Jaringan lunak >2 cm
Costae,clavicula, dan scapula intak
Sela iga kiri dan kanan tidak melebar
Trakea midline
Tampak gambaran infiltrate disertai garis
fibrotic pada pulmo sinistra dan
Foto Toraks (17 Oktober dan 18 Oktober 2019)
perselubungan inhomogen pada pulmo
dekstra
Diafragma kiri dan kanan licin
Sudut kostofrenikus kiri dan kanan Lancip
CTR <50%
Kesan : Proses spesifik pulmo bilateral
24
Interpretasi
Identitas sesuai
Marker R
Tampak infiltrate pada pulmo sinistra
Diafragma kiri dan kanan licin
RESUME Sudut kostofrenikus kiri dan kanan Lancip
Anamesis
Kesan : Pneumonia sinistra
a. Sesak nafas sejak 2 minggu dan tidak dipengaruhi aktifitas, cuaca, makanan
b. Batuk berdahak berwarna putih sejak 1 tahun sebelumnya
c. Keringat pada malam hari, demam yang hilang timbul dan penurunan berat
badan sebanyak 15 Kg dalam 2 bulan terakhir
d. Batuk berdarah sejak 1 minggu
e. Nyeri dada saat batuk
Pemeriksaan Fisik
a. TD : 110/70 mmhg
b. RR : 28x/menit
c. Pemeriksaan thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Redup di hemithoraks sinistra
25
DAFTAR MASALAH
1. Sindroma dyspepsia
2. Peningkatan enzim transaminase
3. Hipoalbuminemia (3,2)
4. Hiponatremia (130)
5. Anemia ringan (10,5)
DIAGNOSIS KERJA
1. Community acquired pneumonia (CAP) SP 66
2. TB Paru kasus baru
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
• Bed rest
• Oksigen 3 l/ menit
Farmakologis
• IVFD NaCl 0,9%/ 12 jam
• Inj ceftriaxone IV 1 x 2 gr
• Inj Omeprazole IV 1 x 40 mg\
• Azitromisin tab 500 mg 1x1
• Ambroxol tab 30 mg 3x1
• Hemafort tab 500 mg 1x1
• Vip albumin tab 500 mg 1x1
• Curcuma tab 500 mg 3x1
RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan BTA, perwarnaan gram, kultur dan gene expert sputum
Evaluasi foto thoraks elang serial
Evaluasi DPL
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Janssens JP, Krause KH. Pneumonia in the very old. The Lancet Infectious
Kesehatan: 2013.
3. Dahlan Z. Pneumonia. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat
pneumonia pada pasien yang dirawat di ICU dan CVCU RSUD Arifin Achmad
periode Januari 2013 s/d Agustus 2014. Jom FK. 2015 Okt;2(2):1-9.
5. Departemen Kesehatan; Republik Indonesia, Direktorat Bina Farmasi Komunitas
2015. The top 10 causes of death. Fact sheet No 310. Diakses dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas : Pedoman
2013;8(9):1-11.
10. Tong N. Background paper 6.22 pneumonia.Priority medicines for Europe and the
2007;44:27-72.
13. Tipping B, Villiers LD. Pneumonia in elderly-diagnosis and treatment in general
laboratorium dasar untuk bakteriologi klinins. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2010.
15. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial : pedoman
2016;63(5):e61-111.
17. Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Pedoman Penggunaan
Laporan kasus
PNEUMONIA
30
Disusun Oleh :
MUHAMMAD RAFI SYAHPUTRA
NIM. 1708436511
Pembimbing:
dr. Sri Indah Indriani, Sp.P
2019
1
1. Janssens JP, Krause KH. Pneumonia in the very old. Lancet Infect Dis 2004; 4(2): 112-24
2
3
Buku ipd fkui
4
Dr andin
5
PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
6
Pneumonia, fact sheet. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/
7
pnkomunit
8
Hospital-Acquired Pneumonia: Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment
9
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artcles/PMC3770598/
10
Priority Medicines for Europe and the World "A Public Health Approach to Innovaton"
11
Microbial Etology of Pneumonia: Epidemiology, Diagnosis and Resistance Patterns (etologi)
12
Pneumonia. Chapter 15. Thoracic.
13
Pneumonia in the elderly – diagnosis and treatment in general practce
14
kulturrrrrrrrrrr
15
Pdpi pneumonia nosokomial
16
848. Idsa 2016 VAP dan HAP
17
PPAB RSUD Arifin Achmad