PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP)
adalah pneumonia yang didapat di rumah sakit menduduki peringkat ke-2
sebagai infeksi nosokomial di Amerika Serikat, hal ini berhubungan dengan
peningkatan angka kesakitan, kematian dan biaya perawatan di rumah sakit.
Pneumonia nosokomial terjadi 5-10 kasus per 1000 pasien yang masuk ke
rumah sakit dan menjadi lebih tinggi 6-20x pada pasien yang memakai alat
bantu napas mekanis. Angka kematian pada pneumonia nosokomial 20-50%.
Angka
kematian
ini
meningkat
pada
pneumonia
yang
disebabkan
B. Rumusan Masalah
pneumonia)?
Bagaimana upaya
pencegahan
HAP (hospital
acquired
pneumonia)
berdasarkan EBN?
C. Tujuan
pneumonia)
Mengetahui penanganan yang tepat dan sesuai pada pasien dengan HAP
D. Manfaat
Bagi Pembaca :
Bagi Penulis :
Acquired Pneumonia)
Menambah Wawasan mengenai konsep HAP (Hospital Acquired Pneumonia)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan
dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang
dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia
juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia sering kali disertai
batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai
dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri dada seperti pada
pleuritis , nyeri tajam atau seperti ditusuk, demam,dan sesak nafas. Alat
diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum. Pengobatan tergantung
penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri diobati dengan
antibiotika. Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada
semua kelompok umur, dan menunjukan penyebab kematian pada orang tua
dan orang dengan penyakit kronik. Tersedia vaksin tertentu untuk pencegahan
terhadap jenis pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang berbeda tergantung dari
jenis pneumonia, pengobatan yang tepat, ada tidaknya komplikasi dan
kesehatan orang tersebut. Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai
dengan adanya darah, sakit kepala, atau mengeluarkan banyak keringat dan
kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan, kulit menjadi
pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab
pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain. Misalnya pneumonia yang
disebabkan
oleh
Legionella
dapat
menyebabkan
nyeri
perut
dan
Etiologi
Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug
resistance (MDR) misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae, Methicillin
Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) dan kuman MDR misalnya
Pseudomonas
aeruginosa,
Escherichia
coli,
Klebsiella
pneumoniae,
sedangkan gram positif coccus hanya 14 - 38 %, dan anaerob hanya 1 3 %.Infeksi poli mikrobial tercatat kejadiannya mencapai 26 - 53 %.
Pneumonia nosokomial yang disebabkan jamur, kuman anaerob dan virus
jarang terjadi.
Angka kejadian sebenarnya dari pneumonia nosokomial di Indonesia tidak
diketahui disebabkan antara lain data nasional tidak ada dan data yang ada
hanya berasal dari beberapa rumah sakit swasta dan pemerintah serta
angkanya sangat bervariasi. Bahan pemeriksaan untuk menentukan bakteri
penyebab dapat diambil dari dahak, darah, cara invasif misalnya bilasan
bronkus, sikatan bronkus, biopsi aspirasi transtorakal dan biopsi aspirasi
transtrakea.
hingga 52%. Insiden ini meningkat karena pasien yang berada di ICU sering
mendapatkan mekanikal ventilasi, dan pasien yang terpasang mekanikal
ventilasi 6 sampai 21 kali lebih beresiko menderita HAP dari pada pasien
yang tidak terpasang mekanikal ventilasi. Ventilasi mekanik berhubungan
dengan kejadian HAP karena endotracheal tube mengganggu mekanisme
pertahanan saluran pernapas bagian atas , sehingga dapat menyebabkan
penumpukan atau genangan sekresi orofaringeal, mencegah batuk efektif, dan
dapat menyebabkan infeksi. Perkembangan HAP pada pasien dengan ventilasi
mekanik
Patofisiologi
Pada kejadian infeksi saluran pernapasan, setidaknya harus ada satu dari
tiga kondisi berikut : pertahanan host terganggu, masuknya organisme ke
dalam saluran pernapasan bawah yang jumlahnya cukup untuk menginfeksi
dan mengalahkan pertahanan host, atau tingginya jumlah organisme patogen
yang ada disekitar.
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan
pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran
napas bagian bawah. Ada tiga rute masuknya mikroba tersebut ke dalam
saluran napas bagian bawah yaitu :
1. Aspirasi
Merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus
neurologis dan usia lanjut. Tidak semua jalan efektif untuk masuknya bakteri
sehingga dapat menginfeksi. Jalan yang paling potensial untuk masuknya
bakteri patogen ke dalam saluran pernapasan bawah adalah melalui
mikroaspirasi dari sedikit sekresi orofaringeal yang sebelumnya sudah
terdapat koloni bakteri patogen.
Pasien
yang
mempunyai
faktor
predisposisi
terjadi
aspirasi
dengan prosedur
Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai
prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang
tersebut.
Penyakit immunosupresi dan atau pemberian imunoterapi
Diagnosa Pneumonia Nosokomial
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),
diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah
sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi
pada waktu masuk rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
- suhu tubuh > 38oC
- sekret purulen
- leukositosis
Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS
1. Dirawat di ruang rawat intensif
dapat
dilakukan
pemeriksaan
biakan
kuman
secara
harus
dilakukan
pemeriksaan
kultur
darah.
Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan pandang kecil (lpk) dan
sel epitel < 10 / lpk.
Terapi Antibiotik
Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :
1. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang
harus mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang
mungkin sebagai penyebab, perhitungkan pola resistensi setempat
2. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan
dosis dan cara pemberian yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang
maksimal. Pemberian terapi emperis harus intravena dengan sulih terapi
pada pasien yang terseleksi, dengan respons klinis dan fungsi saluran cerna
yang baik.
3. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada
hasil kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan
respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi
kuman MDR
5. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis
memburuk
6. Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan
empirik apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi
pemberian antibiotik berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak
akan mengubah mortaliti apabila terapi empirik telah memberikan hasil
yang memuaskan.
Tabel 1. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP pada pasien tanpa
faktor risiko patogen MDR, onset dini dan semua derajat penyakit (mengacu ATS /
IDSA 2004)
Patogen potensial
Streptocoocus pneumoniae
Haemophilus influenzae
(Amoksisilin klavulanat)
Metisilin-sensitif Staphylocoocus
atau
aureus
Sefalosporin G3 nonpseudomonal
(Seftriakson, sefotaksim)
enterik
atau
- Escherichia coli
- Klebsiella pneumoniae
Moksifloksasin)
- Enterobacter spp
- Proteus spp
- Serratia marcescens
Tabel 2. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP untuk semua
derajat penyakit pada pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen
MDR (mengacu ATS / IDSA 2004).
Patogen potensial
Pseudomonas aeruginosa
Karbapenem antipseudomonal
Klebsiella pneumoniae
(Meropenem, imipenem)
(ESBL)
atau
Acinetobacter sp
Methicillin resisten
(Piperasilin tasobaktam)
Staphylococcus aureus
ditambah
(MRSA)
Fluorokuinolon antipseudomonal
(Siprofloksasin atau levofloksasin)
atau
Aminoglikosida
(Amikasin, gentamisin atau tobramisin)
ditambah
Linesolid atau vankomisin atau teikoplanin
Tabel 3. Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP pada
pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR (mengacu pada
ATS/IDSA 2004)
Antibiotik
Sefalosporin antipseudomonal
Dosis
1-2 gr setiap 8 12 jam
Sefepim
2 gr setiap 8 jam
Seftasidim
Karbapenem
1 gr setiap 8 jam
1 gr setiap 8 jam
Meropenem
laktam
penghambat
8 jam
4,5 gr setiap 6 jam
laktamase
Aminoglikosida
7 mg/kg BB/hr
Gentamisin
7 mg/kg BB/hr
Tobramisin
Kuinolon antipseudomonal
20 mg/kg BB/hr
750 mg setiap hari
Levofloksasin
Vankomisin
Linesolid
Teikoplanin
400 mg / hari
Kriteria Pasien
Pemberian enternal feeding harus dipertimbangkan untuk pasien yang
mengalami malnutrisi, atau yang beresiko mengalami malnutrisi,namun
saluran gastrointestinalnya masih berfungsi dengan baik , tetapi tidak dapat
mengurangi infeksi.
Jenis Makanan Enteral
Makanan enteral terdiri dari 2 jenis, yaitu:
- Standars enteral feeds:
Jenis ini terdiri dari karbohidrat,protein, lemak, air, elektrolit,
mikronutrien (vitamin dan elemen minor) dan serat yang dibutuhkan
-
terkadang
dapat
diatasi
dengan
menyiramnya
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah
pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang
terjadi sebelum masuk rumah sakit.
ventilator
pneumonia.
dapat
menurunkan
kejadian
nosokomial
4.2 Saran
- Perawat dapat melakukan pencegahan pada HAP (Hospital
Acquired Pneumoni)
- Perawat mampu melakukan usaha untuk meminimalisir terjadinya
penyebaran HAP (Hospital Acquired Pneumoni)
- Perawat dapat mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya HAP
(Hospital Acquired Pneumoni)
- Perawat dapat mengedukasikan kepada pasien dan keluarga
mengenai pencegahan dan penularan HAP (Hospital Acquired
Pneumoni)
DAFTAR PUSTAKA
1730-54
American Thoracic Society. Hospital-acquired pneumonia in adults :
Diagnosis, assessment of severity, initial antimicrobial therapy and preventive
strategies. Am J Respir Crit Care Med 1995; 153 : 1711-25
Ranes, J.L., Gordon, S. & Arroliga, A.C. 2010. Cleveland Clinic Center for
Continuing Education. Hospital-Acquired, Health Care Associated, and
Ventilator-Associated Pneumonia,
(http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/
infectious-disease/health-care-associated-pneumonia/ , diakses tanggal 28
September 2012)