Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

Tension Type Headache (TTH)

Pembimbing :

dr. Fairus, Sp.N

Disusun oleh :

Mochamad Hasan Bahtiar

201920401011177

SMF NEURO

RSUD DR. H. SLAMET MARTODIRDJO KAB. PAMEKASAN

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua

orang dan lebih dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala.

Setidak-tidaknya secara episodik selama hidupnya. Di Amerika Serikat lebih dari

23 juta orang mengalami nyeri kepala, dimana 17,6% diderita oleh wanita dan 6%

pada laki-laki.

Nyeri kepala dapat merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat

peningkatan tekanan intrakranial, cedera kepala, tumor otak, ketegangan mata,

sinusitis, perubahan atmosfir, alergi makanan, strees emosional, alkohol,

makanan, dan sebagainya. Daftar faktor-faktor etiologi yang mugkin menjadi

penyebab nyeri kepala tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis

nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala dari IHS

(International Headache Society) yang terbaru tahun 2004, terdiri atas Migraine,

Tension Type Headache (TTH), serta Cluster Headache dan cephalalgia lainnya

dari nyeri kepala primer lainnya.

Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari

reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau

hostilitas yang tertekan.Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks pelebaran

pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan

wajah
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

Tension Type Headache (TTH) mengenai patofisiologi, pemeriksaan, dan

tatalaksananya.

1.3 Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Tension Type Headache (TTH)

beserta patofisiologi dan penangananannya.


BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. N
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sampang
Tanggal Pemeriksaan : 24 Februari 2020
No. Register : 467042
2.2 Anamnesis
RPS: Nyeri kepala belakang dan leher sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri
kepala dirasakan hilang timbul. Setiap nyeri berlangsung sekitar 3 jam.
Nyeri kepala seperti tertindih dengan intensitas nyeri ringan sedang ( skala
nyeri 3-4) dan masih bisa beraktivitas. Saat nyeri kepala dirasakan kedua
mata cekot-cekot dengan pandangan menjadi kabur. Tidak memburuk saat
terkena cahaya. Waktu awal nyeri kepala diminumi bodrek atau istirahat
keluhan hilang. Demam -, lumpuh -, BAB BAK dalam batas normal tidak
ada keluhan

RPD: HT (-), DM (-)


RPK: DM (-), HT (-), Asma (-), atopik (-)
RPSos: Pasien merokok sudah 12 tahun, 1bungkus setiap hari
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum: Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS : 456
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 kali/menit
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 36°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-, KGB tidak teraba, nyeri tekan (-)
Cor
 Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis
 Palpasi : kuat angkat iktus (-), thrill (-)
 Perkusi : batas jantung normal
 Auskultasi : Bunyi Jantung regular, S1 S2 tunggal, murmur (-),
gallop (-), Ekstrasistol (-)
Pulmo
 Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
 Palpasi : krepitasi (-)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-),
Abdomen
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral HKM (+/+/+/+), CRT< 2 detik, Oedema(-/-/-/-)
Kaku kuduk :-
Reflek Fisiologis
 BPR +2/+2
 TPR +2/+2
 KPR +2/+2
 APR +2/+2
Reflek Patologis
 Hoffman -/-
 Trommer -/-
 Babinski -/-
 Chaddock -/-
Motorik 5 5
5 5
Sensorik
N N
N N
Nervus Kranialis
Nervus Kranialis Komponen yang Diperiksa Hasil
Nervus I Membau kopi dan sabun secara bergantian Dalam batas normal
Olfaktorius dengan hidung yan tidak diperiksa ditutup,
pemeriksaan dengan mata tertutup
Nervus II Tajam Penglihatan Dalam batas normal
Optikus Lapang penglihatan Dalam batas normal
Nervus III Bentuk dan ukuran pupil Pupil bulat, isokor,
Occulomotorius 3 mm/ 3 mm
Refleks cahaya langsung dan tak langsung Dalam batas normal
Gerak mata: atas, bawah, medial Dalam batas normal
Nervus IV Gerak mata ke lateral bawah Dalam batas normal
Trokhlearis
Nervus V Fungsi eksteroseptif (raba) sentral & perifer Dalam batas normal
Trigeminus  Cabang oftalmik
 Cabang maksilar
 Cabang mandibular
Reflek kornea Tidak dilakukan
Fungsi Motorik Dalam batas normal
 Membuka mulut
 Mengunyah
Nervus VI Gerak mata superior obliq Dalam batas normal
Abducens
Nervus VII Mengerutkan dahi Dalam batas normal
Fasialis Menutup mata Dalam batas normal
Memperlihatkan gigi Dalam batas normal
Nervus VIII Test rhinne,weber, schwabach Tidak dilakukan
Vestibulo-
koklearis
Nervus IX Inspeksi arcus pharingeus dan uvula Dalam batas normal
Glossofaringeus
Suara parau Tidak ditemukan
dan Nervus X
Disfagi Tidak ditemukan
Vagus
Nervus XI Memalingkan kepala Dalam batas normal
Accesorius Sikap bahu Dalam batas normal
Nervus XII Menjulurkan lidah Dalam batas normal
Artikulasio Dalam batas normal

2.4 Hasil Laboratorium dan Foto Rontgen


Gula Darah
 GDS : 112 mg/dL
Profil Lipid
 Kolesterol Total : 210 mg/dl
 HDL : 33 mg/dl
 LDL : 120 mg/dl
 Trigliserida : 288 mg/dl
Faal Ginjal
 Asam Urat : 8,6 mg/dl
2.5 Clue and Cue
 Tn. N 37 th
 Nyeri kepala seperti ditekan pada leher dan kepala belakang sejak
2bln
 Nyeri hilang timbul, Berlangsung selama 3jam
 Nyeri ringan-sedang
 Kedua mata cekot-cekot dan agak kabur saat serangan.
2.6 Problem List
 Chepalgia
2.7 Diagnosis
 Diagnosis klinis : Nyeri kepala, seperti ditekan dan diikat, berlangsung 30
menit tiap kali, insomnia, anoreksia
 Diagnosis topis : Muscle
 Diagnosis etiologis : Tension Type Headache
 Diagnosis banding : Migren, Cluster-type hedache, Gangguan metabolic,
Penggunaan obat, Neoplasma
2.8 Planning Diagnosis
 MRI untuk mengetahui letak inflamasi atau kompresi pada saraf
trigeminal, juga untuk planning terapi apabila akan dilakukan
tindakan pembedahan, serta untuk menyingkirkan kelainan
anatomis lain yang menyebabkan gejala
 Foto Skull Waters untuk menyingkirkan diagnosis banding
Sinusitis Maxillaris
 Darah Lengkap untuk menyingkirkan diagnosis infeksi (sinusitis)
dan monitoring terapi carbamazepine yang memiliki efek samping
supresi hematologi
2.9 Planning Terapi
 Terapi non farmakologi
o Menjaga nutrisi dengan makan makanan sehat yang
mengandung banyak sayur, buah dsb
o Hindari stress
o Peregangan leher otot bahu selama 20-30 menit
 Terapi farmakologi abortif
o Parasetamol 500mg 3x1
o Betahistine 6mg 3x1
 Terapi farmakologi profilaktif (preventive) TTH
o Amitriptyline 30–75 mg
2.10 Monitoring
 Keluhan pasien
 Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan neurologis
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai

rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul

episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa

adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi terus-menerus otot-

otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis, m. temporalis, m.maseter, m.

sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior, dan m. levator

skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-

berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak

menonjol. Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle

contraction headache, psychomiogenic headache, ordinary headache, and

psikogenik headache.

3.2. Epidemiologi

Pada penelitian di Amerika, tension headache merupakan penyakit nyeri

kepala primer. Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan

sekitar 60% serangan sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun.

3.3. Etiologi

Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun

diduga disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang

menyilaukan, stres psikososial, kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut,

serta penggunaaan obat untuk tension headache yang berlebihan (6).


3.4. Klasifikasi

Klasifikasi nyeri kepala tipe tegang/ Tension Headache menurut Ad Hoc

Committee of The International Headache Society adalah sebagai berikut:

1. Nyeri kepala tipe tegang episodik

a. Minimal mengalami 10 kali episode nyeri kepala, dimana jumlah hari

dengan nyeri kepala tersebut < 180 hari/tahun (<15 hari/bulan)

b. Nyeri kepala berlangsung antara 30 menit sampai 7 hari

c. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri berikut ini :

- Kualitas nyeri seperti diikat atau ditekan

- Intensitas nyeri ringan sampai sedang

- Lokasi bilateral

- Tidak diperberat dengan berjalan menaiki tangga atau aktivitas fisik

sejenis

d. Tidak ada mual atau muntah, tidak ada fotofobia dan fonofobia

2. Nyeri kepala tipe tegang kronik

a. Rata-rata frekuensi nyeri kepala > 15 hari/bulan (>180 hari/tahun)

selama 6 bulan yang memenuhi kriteria 1b-1d diatas

b. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri pada nyeri

kepala tipe tegang episodik

c. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau

fonofobia

3.5. Patofisiologi
Patofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang

mempengaruhinya, baik dari faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH

didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi

jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang

menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang

bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.

TTH adalah kondisi stres mental, nonfisiologikal motor stres, dan

miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya

yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi

supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-

masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal

intensitas nyeri kepalanya.

Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga

struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi

oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan

serabut tebal yang bermyelin (A∞ dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan

sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan

inocuous, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator

kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang

berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache.


Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat

menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension type

headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction

headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang

menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache

ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak

mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka

akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun

bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.

Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial

trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak terdapat

pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin( dilepas

dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin)

dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin Gene Related

Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor

otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri

miofascial terhadap timbulnya TTH.

Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap

nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi
otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain

inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif

amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua nilai

ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan

menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.


3.6. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri kepala

yang dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang melingkari

kepala, kencang dan menekan. Kadang-kadang disertai nyeri kepala yang

berdenyut. Bila berlangsung lama, pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah

yang membenjol, keras dan nyeri tekan. Dapat pula disertai gejala mual, kadang-

kadang muntah, vertigo, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun

menjelang pagi dan sulit tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, sedih,

hilangnya kemauan untuk belajar atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi

lainnya. Bisa juga nyeri dirasakan seperti perasaan tegang yang menjepit di kepala

dan nyeri berlokasi di daerah oksipito servikal

Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau

kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis

biasanya nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun

malam hari, dan berlangsung sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terasa

menekan, tidak berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi

dan perasaan tertekan.

Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah,

perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang

tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai

rasa berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan

nyeri tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada

kualitas berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari

bangunan yang terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat
dirasakan terlokalisir di satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan

mengerutkan dahi dapat merasakan nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan

kebiasaan leher lurus merasakan nyeri di oksipital.

Gambaran intensitas nyeri pada nyeri kepala ini sebagai “seakan-akan

kepala akan pecah, yang menunjukkan karakteristik histerik”. Sedangkan durasi

dari nyeri kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau

berbulan-bulan. Penderita dapat melaporkan tak pernah sembuh dari nyeri

kepalanya. Namun selama perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat

menyusut dan mengembang dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan

setiap hari, ters menerus dan tak pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya

disebut pola undulasi (bergelombang), dimana nyeri menetap kontinyu,

periodisitasnya tak jelas dan awitannya tidak paroksismal.

Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini yaitu :

- Fotofobia ringan namun konstan, mendorong penderita memakai kacamata

hitam walaupun hari mendung.

- Gejala-gejala GI : nausea pada pagi hari, Vomitus (jarang), sendawa belebihan

dan mengeluarkan flatus.

- Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan

melakukan hobi, Gejala-gejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom cemas

(anxietas).

- Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini

bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan sebagai

sindrom depresi.
Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak

ada stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama,

faktor pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan

menambah intensitas nyerinya. Gerakan-gerakan pada jurusan tertentu dapat

memperberat nyerinya.

Pada tension headache biasanya tidak ditemukan kelainan organik, anemia

sedang dan tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah tidak relevan

bagi tension headache, yang menonjol adalah unsur fobia berupa sakit kepala

kalau melihat orang banyak, sakit kepala kalau berada ditempat yang tinggi atau

sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia yang diproyeksikan dalam keluhan adalah

agorafia (fobia terhadap tempat yang luas dan ramai), akrofobia (fobia terhadap

kecuraman), klustrofobia (fobia terhadap ruang yang sempit). Tension headache

yang diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu sakit kepala yang

terpusat pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini hampir selalu disertai gejala

globus histerikus yaitu perasaan seolah-olah tenggorokan dicekik atau

kerongkongan tersumbat.

Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat

menyebabkan kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa

bergerak, sehingga menyebabkan sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi

pengetikan atau penggunaan computer, pekerjaan halus dengan tangan dan

penggunaan mikroskop. Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin atau tidur

dengan posisi leher yang salah dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini.
3.7. Diagnosis

Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang

mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk

evaluasi neurological yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis.

Diagnosis pasti dapat ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan

fisik.

3.8. Penatalaksanaan

Pada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Terapi psikofisiologis

Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres,

serta tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut,

frekuensi tension headache serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi

pengelolaan stress mungkin sangat menolong pada tension headache. Perubahan

cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara

tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan

atau kebiasaan relaksasi ataupun perubahan yang lain

2. Fisioterapi

Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi,

yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS (Transcutaneus electrical nerve

stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi ini dapat

memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus.

3. Farmakoterapi
Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau

mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta terapi

pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada tension

headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache tipe

episodik. Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache

yaitu :

a. Analgetikum /Non Streoid Anti Infalammatory Drugs (NSAIDs), dapat

menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila sebelumnya diberi obat

yang memacu gastrointestinal. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :

 Asam Asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr

 Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr

 Glafein 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hr

 Asam Mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hr

 Ibuprofen 400-800 mg tablet dengan dosis < 2400 mg/hr

b. Hipnotik-sedatif/antiansietas. Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi

neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Efek

sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan

psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung, disartria, mulut kering dan

rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :

 Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr

 Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hr

 Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr

 Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr


c. Antidepresan. Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali

noradrenalin dan memblokade aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor

histamin. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan

sukar berak. Obat-obatan yang dapat digunakan misalnya :

 Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr

 Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr

 Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr

d. Antagonis serotonin, sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau

spray nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual atau

muntah. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar

neurotransmitter serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu :

 Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr

 Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr

 Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr

e. Agonis selektif reseptor α2, obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya

adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh darah secara

abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron penghambat. Efek

sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi pada

terapi profilaksis nyeri kepala harian.

Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti

asam asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan

profilaksis diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor

selektif serotonin dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski
banyak pasien berespon terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini

harus dibatasi penggunaannya karena memiliki potensi adiktif.

Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan

untuk meredakan nyeri pada tension headache, diantaranya yaitu :

1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit

berat yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot. Meskipun mekanismenya

belum diketahui secara pasti, diduga BTX A mempunyai target menurunkan

Substance P, dan sebagai relaksan otot.

2. Injeksi dengan anastesi lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein

kompleks, lidokain dan lain-lain, atau yang lebih dikenal dengan istilah injeksi

trigger point, yang juga membantu mempercepat penyembuhan.

3.9. Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini dapat

berupa teknik relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress. Pada

beberapa orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat

digunakan Trisiklik antidepresan, bahkan untuk orang-orang tanpa depresi.

Pencegahan lain meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau mengubah

posisi tidur, posisi saat membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan

aktivitas lain yang dapat menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus

sering terutama saat mengetik, menggunakan computer atau pekerjaan lain. Selain

itu juga harus cukup tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit

kepala. Mandi atau berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala

untuk sebagian orang.


Nyeri kepala Tegang Tension Headache dapat berkurang atau membaik

dengan beberapa cara antara lain :

- Obat vasodilator

- Obat analgetik

- Kombinasi Kafein-analgetik

- Relaksasi dan masage tengkuk

- Relaksasi volunter pada otot kering dan mandibula

3.10. Prognosis

Prognosis dari Tension Headache umumnya memberikan respon yang baik

terhadap pengobatan tanpa pengaruh efek sisa.

3.11. Komplikasi

Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala

yangdisebabkan oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin,

asetaminofen, dll yang berlebihan.


DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin M, Neurologi Klinis,UMM press, Malang 2013


Crystal SC, Robbins MS. Epidemiology of tension-type headache. Curr Pain
Headache Rep. 2010;14:449–54.
Dito, Tension Type Headache, Neuroscience Department, Brain and Circulation
Institute of Indonesia (BCII)Surya University, Indonesia CDK-214/ vol. 41
no. 3, th. 2014
Headache Classifi cation Subcommittee of the International Headache Society:
The International Classifi cation of Headache Disorders, 2nd edn.
Cephalalgia 2004;24(Supp 1):1–150.
Kristiansen HA, Kvarner KJ, Akre H, et al. Tension-type headache and sleep
apnea in the general population. J Headache Pain. 2011;12:63–9.
Macfoed Hasan M, Hamdan M, Machin A, Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf, AUP:
2011
Ravishankar K, Chakravarty A, Chowdhury D, Shukla R, Singh S. Guidelines on
the diagnosis and the current management of headache and related
disorders. Ann Indian Acad Neurol. 2011 July;14(Suppl1):S40–S59.
Russell MB. Genetics of tension-type headache. J Headache Pain 2007;8:71-6.

Anda mungkin juga menyukai