Pembimbing :
Disusun oleh :
201920401011177
SMF NEURO
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
orang dan lebih dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala.
23 juta orang mengalami nyeri kepala, dimana 17,6% diderita oleh wanita dan 6%
pada laki-laki.
Nyeri kepala dapat merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat
penyebab nyeri kepala tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis
(International Headache Society) yang terbaru tahun 2004, terdiri atas Migraine,
Tension Type Headache (TTH), serta Cluster Headache dan cephalalgia lainnya
Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari
reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau
pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan
wajah
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
tatalaksananya.
1.3 Manfaat
3.1. Definisi
Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai
rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul
episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa
adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi terus-menerus otot-
skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-
berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak
menonjol. Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle
psikogenik headache.
3.2. Epidemiologi
kepala primer. Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan
sekitar 60% serangan sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun.
3.3. Etiologi
Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun
diduga disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang
- Lokasi bilateral
sejenis
d. Tidak ada mual atau muntah, tidak ada fotofobia dan fonofobia
c. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau
fonofobia
3.5. Patofisiologi
Patofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik dari faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH
didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi
miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi
oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan
serabut tebal yang bermyelin (A∞ dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan
sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan
kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang
headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction
headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang
ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak
mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka
akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun
trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak terdapat
pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin( dilepas
dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin)
dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin Gene Related
Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor
otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi
otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua nilai
ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan
Gejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri kepala
yang dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang melingkari
yang membenjol, keras dan nyeri tekan. Dapat pula disertai gejala mual, kadang-
kadang muntah, vertigo, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun
menjelang pagi dan sulit tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, sedih,
hilangnya kemauan untuk belajar atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi
lainnya. Bisa juga nyeri dirasakan seperti perasaan tegang yang menjepit di kepala
kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis
biasanya nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun
menekan, tidak berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi
Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah,
perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang
tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai
rasa berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan
nyeri tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada
kualitas berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari
bangunan yang terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat
dirasakan terlokalisir di satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan
mengerutkan dahi dapat merasakan nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan
dari nyeri kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau
kepalanya. Namun selama perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat
menyusut dan mengembang dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan
setiap hari, ters menerus dan tak pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya
Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini yaitu :
(anxietas).
- Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini
sindrom depresi.
Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak
ada stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama,
faktor pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan
memperberat nyerinya.
sedang dan tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah tidak relevan
bagi tension headache, yang menonjol adalah unsur fobia berupa sakit kepala
kalau melihat orang banyak, sakit kepala kalau berada ditempat yang tinggi atau
sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia yang diproyeksikan dalam keluhan adalah
agorafia (fobia terhadap tempat yang luas dan ramai), akrofobia (fobia terhadap
yang diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu sakit kepala yang
terpusat pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini hampir selalu disertai gejala
kerongkongan tersumbat.
Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat
menyebabkan kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa
penggunaan mikroskop. Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin atau tidur
dengan posisi leher yang salah dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini.
3.7. Diagnosis
Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang
Diagnosis pasti dapat ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan
fisik.
3.8. Penatalaksanaan
1. Terapi psikofisiologis
Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres,
serta tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut,
cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara
tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan
2. Fisioterapi
stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi ini dapat
3. Farmakoterapi
Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau
mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta terapi
headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache tipe
yaitu :
menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila sebelumnya diberi obat
histamin. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan
spray nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual atau
e. Agonis selektif reseptor α2, obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya
menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi pada
Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti
selektif serotonin dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski
banyak pasien berespon terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini
Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan
1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit
kompleks, lidokain dan lain-lain, atau yang lebih dikenal dengan istilah injeksi
3.9. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini dapat
beberapa orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat
posisi tidur, posisi saat membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan
aktivitas lain yang dapat menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus
sering terutama saat mengetik, menggunakan computer atau pekerjaan lain. Selain
itu juga harus cukup tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit
kepala. Mandi atau berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala
- Obat vasodilator
- Obat analgetik
- Kombinasi Kafein-analgetik
3.10. Prognosis
3.11. Komplikasi