TONSILITIS
OLEH :
HASAN ASSAGAF
201410330311097
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui anatomi serta
untuk mengetahui manifestasi tonsilitis mulai dari definisi, etiologi, diagnosis,
manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya.
1.3 Manfaat
Makalah ini adalah bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang
terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya. Diharapkan
dengan makalah ini pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami lebih
mendalam mengenai Tonsilitis sehingga penanganan yang lebih cepat dan
tepat dapat dilakukan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Tonsil berbentuk oval, tipis terletak pada bagian samping belakang
orofaring dalam fossa tonsilaris atau sinus tonsilaris. Bagian atas fossa
tonsilaris kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat
longgar. Berat tonsil pada laki-laki berkurang dengan bertambahnya umur,
sedangkan pada wanita berat bertambah pada masa pubertas dan kemudian
menyusut kembali.
Permukaan lateral tonsil meletak pada fascia faring yang sering juga
disebut capsula tonsil. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam
dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah
epitel squamous yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
Kripta pada tonsil palatina lebih besar, bercabang dan berlekuk-lekuk
dibandingkan dengan sistem limfoid lainnya, sehingga tonsil palatina lebih
sering terkena penyakit. Selama peradangan akut, kripta dapat terisi dengan
koagulum yang menyebabkan gambaran folikuler yang khas pada permukaan
tonsil.
Tonsil mendapatkan peredaran darah dari arteri tonsilaris yang
merupakan cabang dari arteri maksilaris eksterna dan arteri palatina asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor faringeus
superior. Arteri palatina asenden masuk tonsil melewati pinggir atas atas m.
konstriktor faringeus. Tonsil juga mendapatkan peredaran darah dari arteri
lingualis dorsalis dan arteri palatina desenden.
2.2 Definisi
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat tiga macam tonsil,
yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual. Tonsil
palatina yang biasa disebut tonsil saja terletak didalam fossa tonsil. Tonsil
dibatasi oleh pilar anterior yang berisi m. Palatoglossus, pilar posterior yang
berisi m. Palatopharingeus dan bagian lateral dibatasi oleh m. Constrictor
pharingeus superior.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer. Tonsilitis disebabkan peradangan pada tonsil yang
diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur6. Tonsilitis adalah peradangan tonsil
palatina yang merupakanbagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri
atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil
faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil
pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlach’s
tonsil 12,20.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, tonsilitis dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu sebagai berikut 18,19 :
1. Tonsilitis Akut
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A streptokokus β hemolitikus,
pneumokokus, streptokokus viridan, dan streptokokus pyogenes. Hemofilus influenzae
merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif 6,10. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus
yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,
membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat
melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembrane) yang menutupi tonsil 6.
Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla palatina,
yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya infeksi maupun
virus. Tonsilitis akut dapat dibagi menjadi17 :
Acute superficial tonsilitis, biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan
biasanya merupakan perluasan dari faringitis serta hanya mengenai lapisan
lateral.
Acute folicular tonsilitis, infeksi menyebar sampai ke kripta sehingga terisi
dengan material purulen, ditandai dengan bintik – bintik kuning pada tonsil
Acute parenchymatous tonsilitis, infeksi mengenai hampir seluru bagian
tonsil sehingga tonsil terlihat hiperemis dan membesar6,
Acute membranous tonsilitis, merupakan stase lanjut dari tonsilitis folikular
dimana eksudat dari kripta menyatu membentuk membran di permukaan
tonsil 5.
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa
beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut
Vincent, penyakit kelainan darah seperti leukemia akut, anemia pernisiosa,
neutropenia maligna serta infeksi mononucleosis, proses spesifik luas dan
tuberculosis, infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis dan blastomikosis, serta infeksi
virus morbili, pertusis, dan skarlatina.
Gambar 2.7. Gambaran tonsilitis akut. Etiologi disebabkan oleh (a) Streptococcus
beta hemoliticus grup A (b) Lesi eksudatif terlihat pada kedua tonsil (c) Infeksi
mononukleosis (Onerci, 2009)
2.5 Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil
berperan sebagai filter yang menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk
dan membentuk antibodi terhadap infeksi6,7. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial mengadakan
reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi
bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis falikularis2.
Gambar 2.9. Tonsilitis akut dengan folikel pada tonsil (Snow, 2003)
Infeksi berulang pada tonsilitis akut sering tejadi pada pengobatan
yang tidak adekuat. Hal terjadi dikarenakan kemampuan bakteri untuk
bertahan pada lingkungan intraseluler di dalam kripta tonsil, sehingga tidak
terkena paparan antibiotik yang diberikan pada pasien. Dengan begitu bakteri
tersebut dapat berkembang biak dan menyebabkan reinfeksi kembali 4.
Mekanisme lain yang dapat menjelaskan kejadian ini adalah karena penetrasi
antibiotik ke dalam tonsil yang rendah akibat jaringan parut karena infeksi
tonsilitis. Selain itu juga adanya flora normal yang menghasilkan enzim
protektif dan membentuk lapisan biofilm juga dapat menghalangi penetrasi
dari antobiotik ke dalam tonsil 15.
Gambar 2.10. Pembesaran tonsil. Disebabkan oleh (A) Tonsilitis berulang (B) Pada
pasien Obstructive Sleep Apnea (C) Unilateral hipertrofi tonsil (Alasil, 2011)
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang
mungkin tampak14,17, yakni :
T2 : Tonsil keluar dari fossa tonsil tapi belum melewati garis tengah antara
pinggir lateral faring-uvula
T3 : Tonsil sudah melewati garis tengah namun tidak sampai uvula
(Shah, 2014)
Untuk pasien yang menderita tonsilitis akut, berikut ini penatalaksanan yang
dapat diberikan, yaitu6,12 :
1. Antibiotik golongan penisilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
2. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4. Pemberian antipiretik.
Beberapa perawatan yang harus dilakukan pada pasien yang telah menjalani
tonsilektomi adalah sebagai berikut18 :
1. Perawatan awal
Pasien tetap dikondisikan dalam keadaan “Posisi Koma” sampai efek anestesi
hilang
Awasi tanda – tanda perdarahan dari hidung dan mulut
Awasi tanda – tanda vital pasien
2. Diet
Saat pasien sudah sadar, pasien dapat mulai diberikan makanan cair, seperti
susu dingin atau es krim. Kulum – kulum es batu juga dapat mengurangi rasa
nyeri. Diet diberikan bertahap mulai dari makanan lunak sampai makanan
biasa/solid. Pemberian puding, jelli, dan telur rebus dapat diberikan pada hari
kedua post-operasi.
3. Oral hygine
Pasien diberikan obat kumur 3 – 4 kali sehari. Mulut dibersihkan dengan air
bersih setiap selesai makan
4. Analgesik
Nyeri, biasanya terjadi secara lokal pada tenggorokan yang dapat menjalar ke
telinga, dapat diredakan dengan analgesik lemah, seperti paracetamol.
Analgesik dapat diberikan setengah jam sebelum pasien makan.
5. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dapat diberikan secara injeksi /oral selama sekitar satu
minggu
Pasien dapat dipulangkan 24 jam setelah operasi jika tidak ada komplikasi
dan dapat beraktivitas normal kembali 2 minggu setelah operasi.
(Dhingra, 2005)
Gambar 2.14. Tonsil yang sudah diangkat beserta kapsulnya (Onerci, 2009)
2.7 Prognosis
Tonsilitis biasanya dapat sembuh dalam waktu beberapa hari dengan
beristirahat dan pengobatan suportif15. Penanganan gejala klinis
dapat membuat penderita Tonsilitis lebih nyaman bila antibiotika diberikan untuk
mengatasi infeksi. Antibiotik tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi
penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan
dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi
bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya. Infeksi yang sering terjadi
yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat
menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia6,14.
2.8 Pencegahan
Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu
penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga atau beberapa anak
pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang sama, khususnya bila
Streptokokus pyogenase adalah penyebabnya. Risiko penularan dapat diturunkan
dengan mencegahterpapar dari penderíta Tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit
menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai
bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum
digunakan kembali. Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah
infeksi berulang6. Karier Tonsilitis seharusnya sering mencuci tangan mereka untuk
mencegah penyebaran infeksi pada orang lain9.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri dari susunan kelenjer limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil faucial),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan tonsil tuba eustachius (lateral band dinding
faring / gerlach’s tonsil). Penyebaran infeksi melalui udara (air-bond droplets),
tangan dan ciuman dapat terjadi pada semua umur terutama pada anak.
Tonsilitis akut sering mengenai anak-anak usia sekolah, tetapi juga dapat
mengenai orang dewasa. Jarang mngenai bayi dan usia lanjut > 50 tahun. Penyebab
tersering tonsillitis akut adalah steptokokus beta hemolitikus grup A. yaitu sekitar
50% dari kasus. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsillitis akut adalah
Haemophilus influenza. Pada tonsillitis kronis, dapat berupa komplikasi dan
tonsillitis akut.
Tonsilitis dapat diklasifikasi menjadi tonsillitis akut, tonsillitis difteri, dan
tonsillitis kronik dengan diagnosis serta penanganan yang berbeda. Penatalaksanaan
dari tonsillitis dapat dilakukan secara konservatif maupun operatif. Terapi konservatif
dilakukan untuk mengeliminasi kusa, yaitu infeksi dan mengatasi keluhan yang
mengganggu. Bila tonsil membesar dan menyebabkan sumbatan jalan nafas, disfagia
berat, gangguan tidur, terbentuk abses atau tidak berhasil dengan pengobatan
konvensional, maka operasi tonsilektomi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan
indikasi, kontraindikasi, serta komplikasi yang mungkin timbul.
3.2. Saran
Seorang klinisi harus mengetahui pola manajemen yang benar dalam
menghadapi pasien yang datang dengan kejadian Tonsilitis. Hal ini penting untuk
dapat mengenali tanda – tanda kegawatdaruratan pada pasien Otitis Media Akut
sehingga penanganan dan penatalaksanaan yang akan dilakukan tidak terlambat serta
penyakit tidak berkembang menjadi lebih parah lagi.
DAFTAR PUSTAKA