Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN AN.A DENGAN DIAGNOSA TONSIL DI


RUANG BEDAH ANAK RSD GUNUNG JATI CIREBON

Disusun Oleh :
RISKA FATMAWATI
JNR0230087

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer dari beberapa bagian organ limfa yang terdapat didalam ron
gga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual dan tonsil tuba Eustachius.
Penyebaran infeksi melalui udara, tangan dan ciuman. Biasanya terjadi pada semua usia t
erutama pada anak (Soepardi,Iskandar,Bashiruddin & Restuti, 2017). Tonsilitis merupak
an bagian dari infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (Kemenkes RI, 2018). Tonsilitis ad
alah penyakit yang umum dan sekitar 1,3% dari kunungan rawat jalan. Ini sebagian besar
merupakan hasil dari infeksi virus atau bakteri.
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua penya
kit tenggorok yang berulang. Tonsilitis kronis umunya terjadi akibat komplikasi tonsilitis
akut, terutama yang tidak mendapat terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis akut yan
g tidakadekuat, faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis lain adalah higien mulut ya
ng buruk, kelelahan fisik dan beberapa jenis makanan (Maulana Fakh, Novialdi & Elmatr
is, 2016).
Keluhan utana yang dinyatakan penderita tonsilitis kronis beragam karena gejala t
onsilitis kronis bervariasi, gejala local yaitu rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat a
danya pembesaran ukuran tonsil sehingga ada rasa mengganjal di tenggorok, susah mene
lan dan nyeri atau sakit menelan karena radang tonsil yang berulang. Gejala sistematis ya
itu rasa tidak enak badan, nyeri kepala, demam, nyeri otot dan persendian. Gejala klinis y
aitu tonsil dengan kripta melebar, pika tonsilaris anterior hiperemis, pembengkakan kelen
jar limfe regional dan hipertrofi tonsil yang dapat menyebabkan obstruvtive seleep apnea
(OSA) dengan gejala mendengkur/megorok ketika tidur, terbangun tiba – tiba karena ses
ak atau henti nafas, sering mengantuk, gelisah, perhatian berkurang dan prestasi belajar
menurun (Mustofa, Susanti & Aziza, 2020).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penyakit Tonsilitis.
1.1.1. Tujuan Khusus

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Mahasiwa dapat menjelaskan :
1. Definisi Tonsilitis
2. Etiologis Tonsilitis
3. Patofisiologi Tonsilitis
4. Faktor Risiko Tonsilitis
5. Manifestasi Klinik Tonsilitis
6. Penatalaksanaan Tonsilitis
7. Pathway Tonsilitis
8. Konsep Asuhan Keperawatan Tonsilitis
1.2. Manfaat
Makalah ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis
khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan
pemahaman mendalam mengenai penyakit Tonsilitis.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.3. Definisi Tonsilitis


Penyakit tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus. Selain virus dan bakteri, penyakit ini juga bisa disebabkan
karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotic pada saat pertama kali
menderita (tonsilitis akut) sehingga penyakit ini semakin meradang jika timbul untuk
kedua kalinya dan menjadi tonsilitis kronis. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
namum umumnya menyerang pada anak – anak (Ramadhan et al., 2017).
Tonsilitis diartikan sebagai peradangan tonsil palatina yang ditandai dengan
peradangan tonsil, sakit tenggorok, gangguan menelan, dan pembesaran ringan kelenjar
limfe di leher. Peradangan biasanya bisa meluas hingga ke adnoid maupun tonsil lingual
(melibatkan cincin Waldeyer) dan sering kali bersamaan dengan faringitis yang
dinamakan daringotonsilitis. Penyebaran infeksi ini ditransmisikan melalui udara (air
borne droplet), tangan dan ciuman (Klarisa dan Faridzza F, 2014).
Berdasarkan pengertian diatas kesimpulan dari penulis adalah tonsilitis
merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus, prosesna
bisa akut atau kronis.
1.4. Etiologi Tonsilitis
Gejala umum tonsilitis kronis yaitu sakit tenggorok, disfagia, dan demam.
Penyakit tonsil mempengaruhi struktur terkait anatomi lainnya seperti celah telinga,
sinus paranasal, dan gabungan saluran pernafasan dengan bagian atas saluran
pencernaan. Anak – anak yang mengalami tonsilitis kronis memiliki pembesaran tonsil
dan pembuluh darah membesar pada permukaan tonsil (Triola, Zuhdi & Vani, 2020).
Tanda – tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan diantaranya
perasaan mudah lelah dan lesu, sulit berkonsentrasi, rasa tidak enak pada tenggorokan,
sulit menelan hingga rasa sakit saat menelan, nafas atau mulut berbau serta terkadang
muncul juga gangguan pada telinga dan siklus tidur seseorang. Pengaruh non mikroba
juga gangguan pada telinga dan siklus tidur seseorang. Pengaruh non mikroba juga
menjadi penyebab dari penyakit ini seperti refluks esofagus, imunomodulator dan radikal
bebas. Radikal bebas sendiri merupakan molekul tidak stabil dan sangat reaktif sehingga

PAGE \* MERGEFORMAT 17
bisa menyebabkan kerusakan jaringan terutama di membrane sel (Liwiskasari, 2018).
Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang menyebabkan kesulian
menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok. Pada anak biasanya keadaan ini
juga dapat mengakibatkan keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh besarnya
tonsil mengganggu pernafasan bekan keluhan sesak nafas juga dapat terjadi apabila
pembesaran tonsil telah menutup jalur pernafasan. Jika peradangan telah ditanggulangi,
kemungkinan tonsil kembali pulih seperti semula atau bahkan tidak dapat kembali sehat
seperti semula. Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil, dapat
terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri pathogen akan berserang
di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis yang diseut dengan tonsilitis kronis
(Maulana Fakh, Novaldi & Elmatris, 2016).
2.3 Patofisologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung dan mulut, amandel berperan
sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya,sel – sel darah
putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu tubuh
untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang –
kadang amandel sdah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus
inilah yang menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada
korups tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan
Kumpulan leukost, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus
disebut tonsilitis falikulars, bila vercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi
parah. Pasien hanya mencegah rasa sakit tenggorokannya sehingga nafsu makan
berkurang. Radang pada tonsil dapat menyebabkan kerusakan menelan, panas, bengkak,
dan kelenjar getah bening melemah di dalam daerah sub mandibular, sakit pada sendi
dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.
Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menalan, belakang tenggorokan
akan terasa mengental. Hal – hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir 72
jam. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

PAGE \* MERGEFORMAT 17
penyembuhan, jeringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses
ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.
2.4 Faktor Risiko Tonsilitis
1.4.1. Kebersihan mulut dan gigi yang buruk
Rusmarjono menjelaskan hygiene mulut harus dijaga agar mulut tidak
menjadi media pembiakan kuman, apabila hygiene mulut tidak dijaga dan jarang
gosok gigi, kuman strepococus beta hemolitis mudah masuk melalui makanan,
minuman dan sisa – sisa makanan yang di sela – sela gigi juga dapat membawa
bakteri di mulut. Hygiene mulut yang buruk berperan dalam kekambuhan
tonsilitis, untuk itu agar tetap gigi bersih dari sisa – sisa makanan dan bau mulut
sebaiknya hygiene mulut dijaga dengan cara menggosok gigi pada waktu
pagi,sore, setiap habis makan dan malam hari sebelum tidur. Pada penelitian ini
banyak anak yang kebersihan mulutnya kurang karena tidak menggosok gigi
sebelum tidur dan setelah makan.
1.4.2. Kebiasaan merokok
Perubahan panas akibat merokok, menyebabkan perubahan vaskularisasi,
sekresi kelenjar liur dan fungsi tonsil. Terdapat peningkatan laju aliran saliva dan
konsentrasi ion kalsium salive, selama proses merokok. Senyawa kalsium
fosfatase yang ditemukan pada kalkulus spuragingva, berasa dari saliva. Hal
tersebut dapat dijadikan dasar, ,mengapa skor kalkulus pada perokok lebih tinggi
disbanding bukan perokok. Merokok juga menyebabkan penurunan antibody
pada tonsil, fungsi tonsil yaitu apabila pathogen menembus lapisan epitel maka
sel – sel fagositik mononunclear akan mengenal dan mengeiminasi antigen,
sehingga terjadi gangguan fungsi sel – sel pertahanan tubuh. Kemudian partikel
dalam asap rokok merangsang tonsil untuk produksi antibody. Jika berlangsung
terus menerus tonsil akan mengalami peradangan.
1.4.3. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan gorengan makanan yang tidak diproses dengan hyginis
serta tempat penyimpanan makanan yang terbuka dapat tertempel oleh kuman.
Apabila dikonsumsi terus menerus dapat menjadikan anak mengalami tonsilitis.
Mengkonsumsi minuman dingin, minuman yang didinginkan lebih segar dari

PAGE \* MERGEFORMAT 17
pada minuman biasa tetapi justru minuman yang didinginkan malah dapat
menyaabkan terjadi vaskontriksi sehingga pembuluh darah mengecil dan jumlah
sel darah putih berkurang.
1.4.4. Stress
Stress adalah suatu kondisi yang menakan keadaan psikis seseorang dalam
mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat
batasan atau penghalang yang menghasilkan perubahan fisik yang mengakibatkan
kemampuan meniru dan efek negative respons neuroendokrin yang
mengakibatkan kegagalan fungsi sistem imun. Sistem kekebalan tubuh sebagai
proteksi tubuh dari unsur luar berupa antigen. Selain itu juga menertralisir dan
nenyingkirkan antigen dari tubuh. Tonsila platine merupakan jaringan limfo epitel
yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh. Dimana jika seseorang
mengalami stress akan memicu timbulnya peradangan tonsil.
1.5. Manifestasi Klinik Tonsilitis
Menurut (Rusmarjono & Soepardi, 2016) manifestasi klinis yang muncul akan
berbeda-beda pada setiap kategori tonsilitis sebagai berikut :
1.5.1. Tonsilitis akut
1. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan pada kasus berat dapat menolak
untuk minum atau makan melalui mulut. Penderita mengalami malaise, suhu
tinggi, dan nafasnya bau.
2. Tonsilitis bacterial
Gejala dan tanda masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering
ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan
suhu tubuh tinggi, rasa lesu, rasa nyeri disendi-sendi, tidak nafsu makan dan
rasa nyeri ditelinga karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf N.
Gelosofaringeus (N, IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,
hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna atau tertutup oleh
membrane semu. Kelenjar sub-mandibula membengkak dan nyeri tekan
(otalgia).
1.5.2. Tonsilitis membranosa
1. Tonsilitis difteri
Gejala umumnya sepertiseperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu

PAGE \* MERGEFORMAT 17
tubuh biasanya sub-febris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi
lambat serta keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor yang semakin lama semakin meluas
dan Bersatu membentuk membrane semu. Membrane ini dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, lanng, trakea dan bronkus dan dapat
menyumbat saluran napas. Membrane semu ini melekat pada dasarnya,
sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan pernyakit
ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak
sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau
disebut juga burgemeester`s.
2. Tonsilitis septik disebabkan oleh streptococcus hemoliticus pada susu sapi,
tapi di Indonesia jarang.
3. Angina plaut vincent
Gejala demam sampai dengan 39℃, nyeri kepala, badan lemah, dan kadang-
kadang terdapat gangguang pencernaan. Rasa nyeri dimulut, hipersalivasi, gigi
dan gusi mudah berdarah. Pada pemeriksaan tampak mukosa mulut dan faring
hiperemis, tampak membrane putih keabuan diatas tonsil, uvula, dinding
faring, gusi, serta terdapat bau mulut dan kelenjar sub medibula membesar.
1.6. Penatalaksanaan Tonsilitis
Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di parenkim tonsil
disbanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi
keliru. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian
antibiotik yang bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis cefalosporin ditambah
metronidazole, klindamisin, amoksisilin dengan asam klavualanat jika bukan disebabkan
mononucleosis. Tonsilektomi merupakan Tindakan pembedahan yang paling sering
dilakukan pada penderita tonsilitis kronis, yaitu berupa Tindakan pengangkatan jaringan
tonsil palatinna dari fosa tonsil (Jeyakumar, dkk., 2013).
Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang menderita tonsilitis
kronis yang dan berulang dan indikasi absolut karena adanya sumbatan jalan napas
akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan
berisiko menimbulkan komplikasi seperti pendarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi,
maupun infeksi. Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani dengan secara
simptomatik. Obat kumur, analgetic, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala
yang timbul biasanya akan hilang sendiri. Efektifitas panggunaan obat kumue masih

PAGE \* MERGEFORMAT 17
dipertanyakan, karena bisa saja saat berkumur tidak mengenai tonsil tetapi lebih banyak
mengenai dinding faring.
1.7. Pathway Tonsilitis

1.8. Konsep Asuhan Keperawatan Tonsilitis


1.1.1. Pengkajian Keperawatan
a. Wawancara meliputi ; Kajian dan riwayat penyakit sebelumnya(tonsillitis),
Apakah pengobatan adekuat, Kapan gejala itu
muncul, Apakah mempunyai kebiasaan merokok,
Bagaimana pola makannya, Apakah rutin/rajin
membersihkan mulut

PAGE \* MERGEFORMAT 17
b. Pengkajian Pola
1. Data dasar pengkajian Integritas Ego
Gejala : perasaan takut Khawatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga,kemampuan kerja,dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
2. Makanan/Cairan
Gejala : Kesulitan menelan

Tanda : Kesulitan menelan, menelan, mudah mudah tersedak, tersedak,

inflamasi, inflamasi, kebersihan kebersihan gigi buruk/kurang.


3. Hygiene

Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga

Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati.


4. Pernafasan

Gejala : Riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk

kayu, debu.
1.1.1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Perawat di harapkan memiliki
rentang perhatian di harapkan memiliki rentang perhatian yang luas,baik pada
klien sakit maupun sehat. Respon – respon tersebut merupakan reaksi terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan yang di alami klien (SDKI, 2017).

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar


diagnosis keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama yang
diagnosis keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan mungkin
muncul pada kasus An. A dengan tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
kenyamanan adalah:

1. Nyeri akut

2. Gangguan rasa nyaman

1.1.2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Standar Intervensi
Tujuan (SLKI)
. Keperawatan Indonesia (SIKI)
Keperawatan
Tingkat Nyeri (L.
1. Nyeri akut (D.0077) 08066) Manajeman Nyeri (I. 08238)
Setelah dilakukan
tindakan selama 3 Observasi :
kali 24 jam masalah
nyeri akut di 1. Indentifikasi lokasi, karak
harapkan menurun
asi lokasi, karakteristik,
dan teratasi dengan
indikator : durasi, frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun
2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
3. Sikap protektif non verbal
menurun
4. Identifikasi faktor yang
4. Kesulitan tidur
menurun memberat atau
5. Tekanan darah memperingan nyeri
membaik 5. Identifikasi pengetahuan
6. Pola tidur
mambaik dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon

PAGE \* MERGEFORMAT 17
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
di berikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hipnosis,
akupresur, terapy musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres air hangat/dingin,
terapy bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

PAGE \* MERGEFORMAT 17
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberiananalgesik, jika
perlu

2. Gangguan rasa Status Kenyamanan Perawatan Kenyamanan (I.


nyaman (D.0074) (L. 08064) 08245)
Setelah dilakukan
tindakan selama 3 Observasi :
kali 24 jam masalah 1. Identifikasi gejala yang
nyeri akut di
tidak menyenangkan (mis,
harapkan menurun
dan teratasi dengan mual, nyeri, gatal, sesak)
indikator : 2. Identifikasi pemahaman
1. Keluhan tidak
tentang kondisi, situasi dan
nyaman
menurun perasaannya
2. Gelisah 3. Identifikasi masalah
menurun emosional dan spiritual
3. Kebisingan
menurun\
Terapeutik :
4. Keluhan sulit
tidur menurun 1. Berikan posisi yang
5. Keluhan nyaman
kedinginan
2. Berikan kompres air dingin
menurun
6. Merintih atau hangat
menurun 3. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
4. Berikan terapi akupresur

PAGE \* MERGEFORMAT 17
5. Berikan pemijatan
6. Berikan terapi hipnosis
7. Dukungan keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
8. Diskusikan mengenai
situasi dan pilihan
terapi/pengobatan yang
diinginkan

Edukasi :
1. Jelaskan mengenai kondisi
dan pilihan terapi atau
pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernapasan
4. Ajarkan teknik distraksi
dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, antipruritus,
antihistamin, jika perlu

1.1.1. Implementasi
Implementasi merupakan langkah ke empat dari proses keperawatan yang
telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam membantu pasien
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan. implementasi dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan standar
luaran keperawatan Indonesia (SLKI).
1.1.2. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
PAGE \* MERGEFORMAT 17
meningkatkan kondisi klien. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang di buat padabtahap
perencanaan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus-menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan,merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan ( Manurung, 2011).

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.S
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Status Marital : Menikah
Tanggal Masuk : 8 Januari 2024
Tanggal Pengkajian : 8 Januari 2024
Diagnosa Medis : Tongsilitis Eronis Hipertnopi
No.Medrek : 194786
Rencana Operasi : Tonsilektomy + Adeholdektomy
Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Tn.W
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan Dengan Klien : Suami
Alamat : Desa Darma
Identitas Pelaksana Operasi :
Dokter Bedah : dr.Jagad Sp.THT
Dokter Anastesi : dr.Eka Sp.An
Perawat Asisten 1 : Herry Hermawan S.Kep
Perawat Asisten 2 : Asep Tono Sugiharto S.Kep
Perawat Asisten 3 : Ns. Maya Ervina S.Kep

PAGE \* MERGEFORMAT 17
3.2 Laporan Sig-In
1) Persiapan Operan / Pre Operasi
A Impromed Consent : Melakukann Informed Consent
B Gelang Identitas : Ada
C Alergi : Klien tidak memiliki alergi
D Risiko Aspirasi dan faktor penyulit : Tidak ada
E Risiko kehilangan darah > 500 cc : Tidak ada
F Kesiapan alat dan anastesi : Adanya persiapan STATICS
- Obat injeksi iv obat fentanyl,
propofol, midazolam, farelax
G Infus : Terpasang di tangan kanan Nacl /20 Tpm

2) Data
a. Data subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada saat menelan
- Klien mengatakan nyeri pada mulut skala 3
b. Data obyektif
Klien tampak meringis saat menahan nyeri dengan
P : Nyeri saat kambuh
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada mulut
S : Skala nyeri 8
T : Nyeri hilang timbul
- Klien tampak gelisah
- Klken tampak menunjukan lokasi nyeri.
c. Kesadaran : composmentis
d. Suara nafas : Normal
e. Kulit : Hangat
f. Status Muskuloskeletal : Tidak ada
g. Sistem Perkemihan : Tidak ada
h. Kerusakan sensori : Tidak ada
i. Alat bantu : Tidak ada
j. Cairan Infus : terpasang di tangan kanan NaCL
k. Pemeriksaan penunjang : Rontgen

PAGE \* MERGEFORMAT 17
l. Pemeriksaan TTV sebelum operasi :
- TD : 120/90 mmHg
- N : 99 kali/menit
- R : 19 kali/menit
3) Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
4) Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
a. Anjurkan teknik relaksasi a. Untuk menurunkan rasa
nafas dalam cemas pasien
b. Anjurkan rileks dan merasakan b. Agar pasien merasa rileks
sensasi relaksasi

5) Implementasi Keperawatan
Implementasi Rasional
a. Anjurkan teknik relaksasi a. Klien mengikuti teknik
nafas dalam relaksasi nafas dalam
b. Anjurkan rileks dan merasakan b. pasien merasa lenih rileks
sensasi relaksasi

3.3 Laporan time Out


a Data subyektif
b Data obyektif
Pada tanggal 08 Januari 2024 pukul 10:25 dilakukan tindakan pembedahan
pada Ny.S pembedahan dilakukan pada daerah kanan tenggorokan lama
tindakan 1 jam 30 menit
c Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

d Intervensi
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Intervensi Rasional
a. Cuci tangan sebelum dan a. Untuk mengurangi bakteri
sesudah tindakan dan kuman
Pertahankan lingkungan Untuk mengurangi
aseftik selama operasi kontaminasi bakteri

e Implementasi
Intervensi Respon
a. Cuci tangan sebelum dan a. Melaksanakan mencuci
sesudah tindakan tangan sebelum dan sesudah
b. Pertahankan lingkungan tindakan
aseftik selama operasi b. Mempertahan dan dan
c. Terapi obat injeksi iv obat menjaga lingkungan tetap
fentanyl , propofol, steril
midazolam, farelax

3.4 Laporan Sign Out


a Data subyektif
Klien mengatakan kedinginan
b Data obyektif
- Tampak luka dibalut di daerah kanan tenggorokan klien (O.0142)
- Kulit klien teraba dingin
- Klien tampak menggigil
- Bantalan kuku tampak pucat
- TD : 110/80 N : 80 kali/menit
c Diagnosa Keperawatan
- Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
- Risiko hypotermia berhubungan dengan suhu lingkungan rendah

PAGE \* MERGEFORMAT 17
d Intervensi
Intervensi Rasional
a. Cuci tangan sebelum dan a. Untuk mengurangi bakteri
sesudah tindakan dan kuman
Pertahankan lingkungan Untuk mengurangi
aseftik selama operasi kontaminasi bakteri
Identifikasi adanya nyeri atau Untuk mengetahui adanya
keluhan fisik lainya nyeri
b. Monitor tanda dan gejala b. Untuk mengetahui terjadinya
akibat hipotermia hipotermi
Sediakan lingkungan hanga Agar suhu stabil

e Implementasi
Intervensi Rasional
a. Cuci tangan sebelum dan a. Melaksanakan mencuci tangan
sesudah tindakan sebelum dan sesudah tindakan
Pertahankan lingkungan Menjaga lingkungan agar tetap
aseftik selama operasi steril
Identifikasi adanya nyeri atau Nyeri dibagian luka setelah OP
keluhan fisik lainya b. Terpasang AC
b. Monitor tanda gejala akibat
hypotermia
Menyediakan lingkungan yang
hangat

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer dari beberapa bagian organ limfa yang terdapat
didalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual dan tonsil
tuba Eustachius. Penyebaran infeksi melalui udara, tangan dan ciuman. Biasanya
terjadi pada semua usia terutama pada anak. Tonsilitis kronis merupakan penyakit
yang paling sering terjadi dari semua penyakit tenggorok yang berulang. Tonsilitis
kronis umunya terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut, terutama yang tidak mendapat
terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis akut yang tidakadekuat, faktor
predisposisi timbulnya tonsilitis kronis lain adalah higien mulut yang buruk, kelelahan
fisik dan beberapa jenis makanan
4.2 Saran
1) Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga sebaiknya dapat menerapkan metode teknik nafas
dalam dan dapat menerapkan program hidup sehat seperti hindari, hindari stres,
mengurangi makan dan minuman beralkohol, tidak merokok, makanan yang sehat
dan bergizi, serta olahraga ringan secara teratur. Peran keluarga pada pasien
tonsilitis penting dalam mengontrol kejadian penyakit ini.
2) Bagi rumah sakit
Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
fasilitas kesehatan secara optimal pada para tenaga medis dan juga pasien,
sehingga diharapkan proses perawatan dapat berjalan dengan baik dan sesuai
dengan standar operasional prosedur yang sudah ada.
3) Bagi institusi pendidikan
Laporan studi kasus ini diharapkan menjadi salah satu literatur dan
menambah bahan bacaan bagi mahasiswa maupun institusi pendidikan. Selain itu,
diharapkan institusi dapat menyediakan referensi asuhan keperawatan dengan
tonsilitis yang lebih lengkap dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, dan
menyediakan buku-buku tentang penyakit dalam contohnya tonsilitis dan yang
lainnya.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L.,Boies, L.R & Higler, P.A., 2012. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6 ed.
Philadelphia: BOIES FUNDAMENTALS OF OTOLARYNGOLOGY.

Alotob, A, D., 2017. Tonsilitis in Childern Diagnosis and Treatment Measures. Saudi Journal
of Medicine (SJM), 2 (8), p. 208.

Fakh, I,M., Novialdi & Elmatris, 2016. Karaskteristik Pasien Tonsilitis Kronis Pada Anak di
Bagian THT – KL RSUP Dr.M DJamil Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas,
5(2), pp, 436-437.

Smeltzer & Bare,2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

Shah U. Tonsilitis and Periontonsillar Abscess. 2018

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan

Rusmarjono & Soepardi, E,A.,2016. Faringitis,Tonsilits,dan hipertrofi Adenoid. In: A.A.


Soepardi & N. Iskandae, eds. Telinga Hidung Tenggorokan & Leher. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran UI,p,2000.

PAGE \* MERGEFORMAT 17

Anda mungkin juga menyukai