OLEH:
Jufikri Akbar
2021-01-14901-033
PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik
1.1.3 Etiologi/Predisposisi
1.1.3.1 Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus,
staphylococcus, Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non hemoliticus
atau streptoccus viridens.
1.1.3.2 Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain streptococcus B
hemoliticus grup A, streptococcus, Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus,
Virus influenza serta herpes.
1.1.3.3 Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis. (Adam,1999; Iskandar,1993; Firman,2006)
1.1.4 Klasifikasi
Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu : a.
Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman
yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas
yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi
dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka
penyakit ini jarang ditemukan.
1.1.5 Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel
darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan
memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan
tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi
bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses besar
yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam
tinggi (39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke
tengah tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien
hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.Tonsilitis
dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan,
seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan
terasa mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir
setelah 72 jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 ).
1.1.6 Manifestasi Klinik
a. Sakit tenggorokan dan leher
b. Nyeri ketika menelan
c. Drooling pada anak-anak
d. Demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38
º C pada anak-anak)
e. Kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat
f. Amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
g. Bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi leher
h. Perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang tenggorokan, dan
mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin hanya mengalami demam.
1.1.7 Komplikasi
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus. Komplikasi yang lain dapat berupa :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
b. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur
spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-
sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
d. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi
udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux,
Lockhart, 2001 ).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
2. Post Operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di
banding inspirasi
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel,
ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan
atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan secret
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan
mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas
d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi
pernafasan (Doenges,2000)
d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah
perdarahan
R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan dapat
mencetuskan perdarahan langit
(Doenges,2000)
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala
nyeri terkontrol
Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki
perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan
komplikasi
b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
- minum air dingin atau air es
- hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras
- melakukan teknik relaksasi
R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk
mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan
c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
d. Pantau tanda vital
R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital
telah terlihat
(Doenges,2000)
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan
resiko infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan sarung
tangan steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi
1.2.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap - tiap masalah di atas adalah:
a. Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.
b. Keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil
c. Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang,
peningkatan berat badan.
d. Suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam
batas normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam
batas normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.
e. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat
Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya,
mengetahui penyebab mengalami kecemasan.
f. Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal, tidak
terjadi batuk
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. J
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku/Bangsa : Mangoloid/Indonesia
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Simolawang Baru III/5
Tgl MRS : 30 Mei 2022
Diagnosa Medis : Hipertrophy Tonsil Pro Adenotonsilectomy
GENOGRAM KELUARGA :
2.1.3 PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kondisi klien sedang, klien terlihat rapi, kesadaran klien compos menthis,
terpasang infus RL 20 tpm di tangan sebelah kanan klien
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,1 0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 88 x/menit
c. Pernapasan/RR : 20 x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 128/78 mmHg
Radiologi:
Thorax AP/lat : dalam batas normar
Skul AP/lat HV raho o,578
Jufikri Akbar
ANALISIS DATA
Intra Operatif :
Hipotermia berhubungan dengan perubahan suhu ruangan yang ditandai dengan :
DS : - DO :
- Klien dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh anastesi
- Suhu tubuh klien teraba dingin
- Terpasang infus Ringer Lactate 20 tpm di tangan sebelah kanan
- Klien berbaring dengan posisi terlentang
- Klien dengan tubuh telanjang diselimutin kain steril operasi
- Suhu ruangan 18ºC – 20ºC - TTV:
TD : 119/71 mmHg
N : 85x/menit
S : 35,0 oC
R : 20 x/menit
Post Operatif :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan luka insisi yang ditandai dengan :
DS : - DO :
- Kesadaran klien belum pulih karena pengaruh anastesi
- Terpasang alat monitor
- Klien tidak mampu mengerakan tubuhnya
- TTV post op
TD : 128/78 mmHg, SpO2: 99%
Suhu :36,1 °C
Nadi :88 x/menit
RR :20 x/menit
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. J
Ruang Rawat : Instalasi Bedah Central/OK
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut Tingkat Nyeri (SLKI. Manajemen Nyeri (SIKI. I.08238) 1. Mengetahui dimana lokasi, dan seperti apa
berhubungan dengan L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas nyeri itu
pembengkakan tonsil Setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Skala nyeri menjadi pantokan untuk
(SDKI. I. keperawatan selama 30 2. Identifikasi skala nyeri menentukan seberapa berat nyeri yang
menit nyeri klien dapat 3. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas dirasakan
berkurang, dengan kriteria hidup 3. Apakah nyeri tersebut menganggu
hasil: 4. Berikan teknik non farmakologi untuk aktifitas sehari-hari
1. Keluhan nyeri berkurang mengurangi rasa nyeri kompres hangat 4. Membantu mengurangi rasa nyeri
2. Klien tidak tampak atau dingin 5. Supaya klien dpat mengatasi nyerinya
meringin/gelisah 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk sendiri
3. Tanda-tanda vital dalam mengurangi rasa nyeri
batas normal
4. Frekuensi nadi menurun
Intra Operatif : Termoregulasi (SLKI. Manajemen Hipotermia (SIKI. I.14507) 1. Mengetahui keadaan suhu tubuh klien
Hipotermia L.14134)Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign 2. Penyebab hipotermi sendiri bisa
berhubungan dengan tindakan keperawatan dan 2. Monitor suhu tubuh klien diakibatkan oleh suhu ruangan yang
perubahan suhu tindakan invasive selama 2 3. Identifikasi penyebab hipotermia rendah/dingin dibawah suhu normal
ruangan (SDKI. I. jam hipotermia dapat 4. Monitor tanda dan gejala akibat 3. Misalakan tubuh menjadi mengigil, kulit
dicegah, dengan kriteria hipotermia teraba dingin, dan terasa kaku
hasil: 5. Sediakan lingkungan yang hangat 4. Membantu menurunkan suhu tubuh yang
1. Tidak tampak mengigil 6. Ganti pakaian atau linen yang basah dingin
2. Takikardi menurun 7. Lakukan penghangatan pasif (mis 5. Menghindari tambahnya dingin
3. Suhu tubuh membaik selimut, menutup kepala, pakaian tebal) disebebkan pakaian atau linen yang
dalam batas normal basah
4. Suhu kulit teraba hangat 6. Memberikan rasa hangat terhadap tubuh
Post Operatif : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign klien 1. Mengetahui keadaan umum klien
Intoleransi aktivitas keperawatan selama 5 menit 2. Identifikasi nyeri atau keluhan fisik 2. Mengetahui apa ada kendala melakukan
berhubungan dengan resiko infeksi dapat lainnya aktivitas misalkan nyeri pada lokasi yang
(SDKI. I. dikontrol dengan kriteria 3. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat dilakukan operasi
hasil: bantu (tongkat, kruk) 3. Membantu menyediakan falisitas upaya
1. Frekuensi nadi cukup 4. Libatkan keluarga untuk membantu mempermudah aktivitas pasien
2. Saturasi oksigen pasien dalam meningkatkan ambulasi 4. Adnya keluarga juga mempermudah
meningkat pasien untuk melakukan aktivitas ketika
3. Kekuatan tubuh bagian tidak ada perawat yang membantu
atas meningkat
4. Kekuatan tubuh bagian
bawah meningkat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI