Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS

1.2 ANATOMI FISIOLOGI


Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-
30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris.
Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga
tertekan setiap kali makan. Walaupun tonsil terletak di orofaring karena
perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat
menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan.
Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering
menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara
mikroskopik mengandung 3 unsur utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium

Tabel 1:Gambar Tonsilitis


Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah
faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai
berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari
ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil
dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain
yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara optimal. Sistem imunitas ada 2
macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas seluler bekerja dengan membuat
sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya.
Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat
menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman
yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan
tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang
(Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid
“bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran
tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal.
Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat
menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan
batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada
ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis)
dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak seringkali juga
disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.
1.5 PATOFISIOLOGI
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel berperan
sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini
akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah
yang menyebabkan tonsillitis. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-
tonsil epitel menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada
tonsil.Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim
pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah
peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses
peritonsiler).Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit
yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong
tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan. Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan
sehingga menjadi parah.pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya
sehingga berhenti makan.Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran
menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah
submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala
dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh
sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. (Edward,2001
Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )

a. Kebutuhan Dasar Manusia (Sesuai Sistem)

Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia


dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan
bahwa bahwa setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015).
Kebutuhan dasar manusia berfokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien
yang mengalami masalah pada keseahatan, maka kemungkinan ada salah satau atau
beberapa kebutuhan dasar manusia yang terganggu.
Teori Virginia Henderson membehas tentang kebutuhan dsar manusia. Virginia
Hederson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasarnya pada setiap situasi
keperawatan, sehingga perawat dapat bekerja pada semua dibidang yang khusus di
rumah sakit. Virginia Henderson merupakan ahli teori keperawatan yang penting dan
memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia.virginia
Virginia Henderson mengharapkan pasien menjadi salah satu titik fokus perhatian bagi
perawat dan profesional lainnya. Virginia Henderson tidak menyukai, bila pasien
sebagai penerima asuhan keperawatan tidak dilindungi dari malpraktek, sehingga
Hendorson berpikir bahwa profesi yang mempengaruhi kehidupan manusia harus
memiliki fungsi yang jelas. Sehingga fungsi dari perawat adalah membantu pasien,
sehat atau sakit, dalam memberikan keehatan atau pemulihan atau kematian yang
damai yang dapat dilakukan tanpa bantuan jika memiliki kekuatan, kemauan atau
pengetahuan, dan melakukan dengan cara tersebut dapat membantu kemandirian
secara cepat.
Teori keperawatan Virginia Henderson mencakup seluruh kebutuhan dasar
manusia yang dibagi menjadi 14 kerangka kerja dalam melakukan asuhan
keperawatan atau lebih sering disebut 14 kebutuhan dasar Henderson dan kebutuhan
cairan terdapat dalam urutan ke-2 yaitu “makan dan minum cukup” (Potter & Perry,
2010). Gangguan pada sistem Tongsilitis salah satunya akan menyebabkan
kebutuhan dasar manusia terganggu.
1. Konsep dasar penyakit

1.1 Definisi

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Berikut adalah gambar tonsilitis :
Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang tenggorokan.
Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi dan membantu tubuh
untuk melawan infeksi. Tonsilitis sangat umum dan dapat terjadi pada semua usia.
Hal ini paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. Tonsilitis akut adalah
radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.
(Mansjoer,A. 2000). Tonsilitis sebagian besar disebabkan oleh virus dan sering
didahului oleh dingin (hidung meler, batuk dan sakit mata). sedikit kasus (sekitar satu
dari tujuh) yang disebabkan oleh bakteri. paling jenis umum dari bakteri yang terlibat
adalah streptokokus (juga dikenal sebagai 'radang' tenggorokan). Tonsilektomi adalah
suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad
Soepardi,1995)

Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus
viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung,
faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga
menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan
cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.

3. Angina Plout Vincent


Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala
berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang gangguan
pecernaan.

4. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca
kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya
sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang

1.3 Etiologi
Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta
hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus, staphylococcus, Haemalphilus
influenza, sterptoccoccus non hemoliticus atau streptoccus viridens. Bakteri
merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain streptococcus B hemoliticus grup
A, streptococcus, Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta herpes.
Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. (Adam,1999;
Iskandar,1993; Firman,2006)
Patway
Streptococcus hemolitikus tipe A
Virus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

nyeri saat Respon Pembengka Mulut bau,suara


menelan inflamasi kan tonsil parau

Anoreksia Rangsang sumbatan jalan fungsi tubuh


termoregulasi napas dan cerna
hipotalamus
Intake tidak harga
adekuat suhu tubuh tindakan diri
nyeri tonsilektomi cemas rendah

resiko kurang Hipertemi terputusnya


nutrisi pembuluh darah

penumpukkan terputusnya keutuhan luka terbuka


sekret jaringan

pendarahan pertahanan tubuh


Resiko tidak
Resiko kekurangan
efektif bersihan pemajanan
volume cairan mikroorganisme
jalan nafas
berhubungan dengan
perdarahan yang
berlebihan resiko infeksi
1.6 MANIFESTASI KLINIK
a. Orang dengan tonsilitis sering memiliki:
 sakit tenggorokan dan leher
 Nyeri ketika menelan
 drooling pada anak-anak
 demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38 º
C pada anak-anak)
 kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat'
 amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
 bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi
leher
perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang tenggorokan, dan
mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin hanya mengalami demam.

1.7 KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus. Komplikasi yang lain dapat berupa :

Abses pertonsil Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

Otitis media akut Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur
spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

Mastoiditis akut Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
Laringitis Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

Sinusitis Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara
dari dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

Rhinitis Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

1.9 PENGOBATAN

Pada kebanyakan orang, infeksi yang disebabkan oleh virus hanya perlu diobati
dengan parasetamol untuk menurunkan demam. Pereda nyeri juga mungkin berguna
untuk mengurangi rasa sakit . Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri mungkin perlu
diobati dengan antibiotik (misalnya penisilin atau eritromisin, jika alergi
terhadap penisilin). Jika anak Anda mendapatkan antibiotik, penting sekali untuk
meminum obat sampai tuntas agar bakteri benar-benar musnah dan tidak menjadi
resisten obat. Bedah amandel Bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu
pernah menjadi tindakan umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila
tonsilitis sering berulang atau kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan
komplikasi serius. Pengangkatan amandel tidak berefek buruk terhadap daya
kekebalan tubuh secara keseluruhan. Namun demikian, operasi ini kini relatif lebih
jarang dilakukan dibandingkan dulu

1.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan yang
cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap
tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut
terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan
kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara
menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dilakukan jika diperlukan
1.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
 Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
 Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
 Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
 Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah :


a. Penatalaksanaan tonsillitis akut
 Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klidomisin.
 Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
 Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
 Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
 Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
 Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1.11 Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

1.12 Teknik pembedahan


Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan terlentang
dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus
dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi
quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang
post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat
ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

1.13 Perawatan paska-bedah


a. Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
Memantau tanda-tanda perdarahan:
 Menelan berulang
 Muntah darah segar
 Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

b. Diet
Memberikan cairan bila muntah telah reda.
 Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari adanya kepingan kecil)
 Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan)

c. Menawarkan makanan
 Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
 Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada
pagi hari setelah perdarahaan.
 Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak bumbu selama 1
minggu
d. Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
 Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
 Memberikan analgesik (hindari aspirin)
 Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
 Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.

e. Mengajari pasien mengenal hal berikut


 Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera
selama 1-2 minggu
 Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
 Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8
setelah operasi.

1.14 KOMPLIKASI

Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam rematik,
nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman streptokokus. Komplikasi
yang lain dapat berupa :

a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

b. Otitis media akut Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba
auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah
pada ruptur spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

d. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara
dari dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

PENGKAJIAN
   a. Aktivitas / istirahat
       Gejala :     – kelemahan
                        – kelelahan (fatigue)
   b. Sirkulasi
       Tanda :     – Takikardia
                        – Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
   c. Integritas Ego
       Gejala :     – Stress
                        – Perasaan tidak berdaya
        Tanda :    – Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,  perhatian
menyempit.
   d. Eliminasi
       Gejala :     – Perubahan pola berkemih
       Tanda :     – Warna urine mungkin pekat
   e. Maknan / cairan
       Gejala :     – Anoreksia
                        – Masalah menelan
                        – Penurunan menelan
       Tanda :     – Membran mukosa kering
                        – Turgor kulit jelek
   f. Nyeri / kenyamanan
      Gejala :      – Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
                        – Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui
oral, obat-obatan.
      Tanda :    Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
Pathways Keperawatan

Streptococcus hemolitikus tipe A


Virus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil


Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

nyeri saat Respon Pembengka Mulut bau,suara


menelan inflamasi kan tonsil parau

Anoreksia Rangsang sumbatan jalan fungsi tubuh


termoregulasi napas dan cerna
hipotalamus
Intake tidak harga
adekuat suhu tubuh tindakan diri
nyeri tonsilektomi cemas rendah

resiko kurang Hipertemi terputusnya


nutrisi pembuluh darah

penumpukkan terputusnya keutuhan luka terbuka


sekret jaringan

pendarahan pertahanan tubuh


Resiko tidak
Resiko kekurangan
efektif bersihan pemajanan
volume cairan mikroorganisme
jalan nafas
berhubungan dengan
perdarahan yang
berlebihan resiko infeksi

Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
tonsilektomi.

2. Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)

Fokus Intervensi dan Rasional


1. Pre Operasi
A. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan nutrisi pasien
adekuat
Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi,
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau
dibutuhkan
Intervensi
a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan
terapi
b. Auskultasi bunyi usus
R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi
c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak toleransian, memerlukan
perubahan pada kecepatan/tipe formula
d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang yang
sesuai indikasi
R:-
(Doenges,2000)

B. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang, skala nyeri menurun
Intervensi
a. Monitoring perkembangan nyeri
R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan
b. Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi
R : Mengetahui keadaan pasien
c. Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan
R :Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada
sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan kebutuhan dosis
analgetik
d. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan
R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan
e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi efek
samping
R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan
(Doenges,2000)

C. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37ºC) tubuh tidak terasa panas, pasin tidak
gelisah
Intervensi
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan menggigil/diaphoresis
R : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
R : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
R : Dapat membantu mengurangi demam
d . Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon
R : Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
meskipun demam mungkin dapatberguna dalam mengatasi pertumbuhan organism
dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
(Doenges,2000)

D. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh


Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah
Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada
situasi yang ada 2. Mengidentifikasi persepsi diri negative
Intervensi
a. Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah, jelaskan hubungan
antara gejala dengan asal penyakit
R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh
b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif, perilaku bersahabat
R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan pasien
untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa, berkunjung atau
berpartisipai pada perawatan
R : Anggota keluarga dapagt merasa bersalah tentang kondisi pasien dan takut
terhadap kematian.
d. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik mengenai penyembuhan fungsi
tubuh ataupun kemandirian pasien
R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan adanya perkembangan
e. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas salah satu bagian
kehidupan
(Doenges,2000)

E. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.


Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas kecemasan.
Intervensi:
a. Kaji sejauh mana kecemasan klien.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi
R : Mengembangkan rasa percaya diri.
c. Identifikasikan tingkat rasa cemas.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
d. Validasi sumber rasa takut.
R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik.
e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R : Mengurangi rasa takut
(Doenges,2000)

2. Post Operasi
A. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding
inspirasi
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon terhadap pengumpulan secret
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan mencari posisi yang
paling
mudah untuk bernafas
d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan
(Doenges,2000)

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan


Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume
cairan dapat terstasi ditandai dengan tanda vital stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
Intervensi
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan
R : Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada tambahan cairan
b. Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya. Ukur TD
dengan posisi duduk atau berbaring serta ukur nadi
R : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah,
missal nadi diduga 25% penurunan >110
c. Catat respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,
berkeringant, takipnea, peningkatan suhu
R : Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat badan atau lamanya episode
perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau
tidak adekuatnya penggataian cairan
d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan
R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan dapat
mencetuskan perdarahan langit
(Doenges,2000)

C.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri
terkontrol

Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan
karakter atau lokasi atau intensitas nyeri
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan komplikasi
b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
1. minum air dingin atau air es
2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras
3. melakukan teknik relaksasi
R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk mengurangi nyeri
dan menghilangkan ketidaknyamanan
c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
d. Pantau tanda vital
R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat
(Doenges,2000)

D. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan
steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi

1.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap - tiap masalah di atas
adalah:
a. Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.

b. Keseimbangan cairan terpenuhi


Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil

c. Nutrisi tubuh terpenuhi


Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang,
peningkatan berat badan.

d. Suhu tubuh dalam batas normal


Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam batas
normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas
normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.

e. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat


Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya,
mengetahui penyebab mengalami kecemasan.

f. Pola nafas efektif


Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal, tidak
terjadi batuk

DAFTAR PUSTAKA

http://health.vic.gov.au/edfactsheets/downloads/tonsilitis.pdf
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar-5392-2-babiik-
r.pdf

https://sseplyruminding.wordpress.com/2013/06/22/makalah-tonsilitis/

http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-radang-amandel-tonsilitis/

Anda mungkin juga menyukai