Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF Tn N DENGAN

PRE TONSILEKTOMI

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tonsilektomi merupakan pembedahan yang paling banyak dan biasa
dilakukan di bagian THT (Telinga, Hidung dan Tenggorok), oleh karena itu
sering dianggap sebagai pembedahan kecil saja. Tetapi bagaimanapun juga,
tonsilektomi adalah suatu pembedahan yang merupakan tindakan manipulasi
yang dapat menimbulkan trauma dengan risiko kerusakan jaringan.
Komplikasi mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam kematian atau
gejala subyektifpada pasien berupa rasa nyeri pasca bedah dapat saja terjadi.
Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Karena
posisinya, banyak benda asing yang melaluinya dan bisa menimbulkan
infeksi. Tonsil berperan dalam menahan setiap serangan kuman. Karena itu
tonsil akan membesar sebagai reaksi pertahanan bila ada infeksi (Arie, 2007).
Menurut Sakka dkk (2009) menyimpulkan bahwa infeksi pada tonsil
merupakan masalah yang cukup sering dijumpai. Keluhan yang ditimbulkan
berupa nyeri menelan, demam, otitis media, sampai obstructive sleep apnea.
Kadar s-IgA penderita tonsilitis kronik sebelum tonsilektomi tinggi. Empat
minggu setelah operasi, kadar s-IgA turun mendekati kadar s-IgA individu
normal. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di
Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik
tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Berdasarkan data dari
rekam medik di Puskesmas Bayat Kabupaten Klaten, diketahui jumlah
penderita sebanyak 56 orang pada tahun 2013. Data bulan Januari sampai
bulan April 2014, tercatat 21 anak. Diketahui pula bahwa penderita
mengalami panas tinggi dengan suhu 39o C, nyeri waktu menelan dan nafsu
makan menurun.
Menurut (Qimindra,2007) Wilayah kerja Puskesmas Bayat terdiri 8 Desa.
Berdasarkan hasil survei awal di Puskesmas Bayat pada Bulan Desember
2013 didapatkan data bahwa sebagian besar penderita mengalami tonsillitis
karena kebiasaan mereka mengkonsumsi makanan seperti goreng-gorengan,
makanan pedas dan juga minuman yang dingin seperti es. Faktor pencetus
yang dapat mengakibatkan anak mengalami tonsillitis harus dihindari.

B. Tujuan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dimunculkan tujuan masalah dalam
pembuatan makalah ini, yaitu untuk mengetahui dan memahami :
1. Pengertian tonsilektomi
2. Etiologi tonsilektomi
3. Tanda dan Gejala Tonsilektomi
4. Patofisiologi Tonsilektomi
5. Pathway Tonsilektomi
6. Klasifikasi pada Tonsilektomi
7. Data Penunjang pada Tonsilektomi?
8. Komplikasi pada Tonsilektomi?
9. Penatalaksanaan pada Tonsilektomi?
BAB II

Tinjuan Pustaka

A. Definisi
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok Astreptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan
oleh bakterijenis lain atau oleh infeksi virus.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan
streptococcuspygenes, dapat juga disebabkan oleh virus. (Mansjoer,A. 2000).
Tonsilitasi adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagina dan demam
(Megantara, Imam, 2006)

Gb : Perbandingan Tonsil Normal dengan Tonsil yang Radang


(Megantara,2008)
B. Klasifikasi
Macam-macam tonsilitasi menurut Imam Megantara (2006)
1. Tonsilitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians,
dan streptococcus piogynesa, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil bengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudut diliputi
bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
3. Tonsilitis lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lecuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudut yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau
dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan
5. Tonsilitis kronik
Tonsilitis yang berulang, factor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat
dan hyginen mulut yang buruk.
C. Etiologi
Penyebab tonsilitis menurut (Firman S, 2006) dan (Soepardi,Effiaty
Arsyad,dkk, 2007) adalah infeksi kuman Streptococcus betahemolyticus,
Streptococcus viridans, danStreptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan
oleh infeksi virus.
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala Tonsilitis menurut ( Smeltzer & Bare, 2000) ialah
sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Sedangkan
menurut Effiaty Arsyad Soepardi,dkk ( 2007 ) tanda dan gejala yang timbul
yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan,kadang-kadang
disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar submandibuler dan
nyeri tekan.
E. Patofisiologis
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau
mulut.Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme
yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentu
kantibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.Proses ini secara klinik tampak
pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit,bakteri, dan epitel yang terlepas, suatu
tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak
detritus berdekatan menjadisatu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis
dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien
hanya mengeluhmerasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.
Tonsilitis dapatmenyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan
kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada
sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya
sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar
menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane
semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut.
Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar
(kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus
kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.
F. Patway
Kuman ( Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan

Streptococcus pyogenes).

Virus

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

Pembengkakan tonsil

Sumbatan jalan nafas

Tonsilektomi

Sumber : ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 )


G. Data Penunjang
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang
ada dalam tubuh pasien merupakan akteri grup A; Karena grup A ini
disertai dengan demam remnmatik, glomerulnefritis, dan demam
jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
3. Terapi
4. Dengan menggunakan antibiotik spektrum lebar dan sulfonamide,
antipitretik dan obat kuman yang mengandung desinfetan.
H. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius(eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur
spontan gendang telinga.
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam
sel-sel mastoid.
4. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yangdisebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi.
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua ataulebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau 15
ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa.
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx.
I. Penatalaksanaan
Tonsilektomi menurut Firman S, (2006) :
1. Perawatan prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipaskan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik pembedahan
Anestesi umum selain diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan
ekstensi mulut ditahan terbukan dengan suatu penutup dan lidah didorong
keluar dari jalan. Penyedotan harus terbuka dengan suatu penutup dan
lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan haris dapat diperoleh untuk
mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi/quillotine
Metode apapun yanag digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Pendarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu bak kasa
kedalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pendarahan.
Pendarhan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasu
pembuluh darah pada dasae tonsil.
3. Perawatan paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Membantu tanda-tanda pendarahan
1.) Menelan berulang
2.) Muntah darah segar
3.) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur.
J. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Wawancara
a. Kajian adanya riwayat penyakit sebelumnya
b. Apakah pengobatan adekuat
c. Kapan gejala itu muncul
d. Apakah mempunyai kenbiasaan merokok
e. Bagimana pola makannya
f. Apakah rutin / rajin memberishkan mulut

2. Pengkajian fisik
Data dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :
a. Intergritas Ego
Gejala : perasaan takut, khawatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga,kemampuan kerja, dan keuangan.
Tanda : ansietas, depersi, menolak.
b. Makanan / Cairan
Gejala : kesulitan menelan
Tanda : kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi
buruk
c. Hygiene
Tanda : kesulitan menelan
d. Nyeri / Keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati
Gejala : sakit tenggorokan kronis, penyebabkan nyeri ke telinga
e. Pernapasan
Gejala : riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan
serbuk kayu, debu
Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :
1. Pembagian tonsil dan hiperemis
2. Leraegi
3. Kesulitan menelan
4. Demam
5. Nyeri tenggorokan
6. Kebersihan mulut buruk
3. Pemerisaan diagnosa
- Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan
ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitive
terhadapnya.
Diagnose ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
- Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
- Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, dikontinuitas jaringan
2. Resiko tinggi terhadap infesi berhubungan dengan prosedur
invasive
3. Kekurangan pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang
infromasi
L. Intervensi
- Pre Operasi
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil
NOC : kontrol nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan menejemen nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan
skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Mengenali faktor penyebab
b. Mengenali serangan nyeri
c. Tindakan pertolongan non analgentik
d. Mengenali gejala nyeri
e. Melaporkan control nyeri
Skala :
1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Menejemen nyeri
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dann factor presipitasi.
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi/latihan nafas
dalam
3. Berikan analgesic yang sesuai
4. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
5. Ajarkan pasien untuk istirahat
Dx 2 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
NOC : Fluid balance
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan menejemen nutrisi
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4
sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi.
Criteria hasil :
A. Adanya peningkatan BB seusi tujuan
B. BB idela sesuai tinggi badan
C. Mampu mengindentifikasi kebutuhan nutrisi
D. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC ; Menejemen nutrisi
1. Berikan makanan yang terpilih
2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3. Berikan sedikit teapi sering
4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 3 : hipertermi berubungan dengan proses penyakit
NOC : Termoregulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan fere treatment selama
3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan
skala 4 sehingga suhu tubuh kemabali normal atau turun.
Criteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Suhu kulit dalam batas normal
c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Fever Treatment
1. Monitor sushu sesering mungkin
2. Monitoring warna, dan suhu kulit
3. Monitor intake dan output
4. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
5. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
BAB III
Kasus dan Asuhan Keperawatan
Kasus :
Tn N datang ke Rumah Sakit X dengan keluhan sakit tenggorokan disertai demam,
sudah 4 hari akhir-akhir ini tidur ngorok, sulit untuk menelan, nyeri pada
tenggorokan, tidak nafsu makan dan nyeri saat menelan. Pasien diperiksa di
laboratorium dengan hasil di tenggorokan terdapat benjolan dan di diagnosa oleh
dokter pasien memiliki penyakit Tonsilitis. Pasien mengatakan takut bila akan
dioperasi, sempat bertanya sakit tidaknya tindakan operasi dan lamanya operasi
berlangsung. Hasil pemeriksaan tanda vital : Tekanan darah : 100/70mmHg, Nadi :
90x/m, Suhu : 38,6oC Berat badan : 55kg, Tinggi badan 175 cm .

A. Pengkajian Pre Op Tonsilektomi


Hari/tanggal : Senin, 26 September 2016
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Bakung RS X
Oleh : Annisa, Ela, Sirly
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi
Sumber data : Pasien, keluarga, rekam medis, tim kesehatan
lainnya
1. Data dasar
Nama : Tn. N
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Goden, Yogyakarta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Tonsilitis akut
Nomor RM : 006xxx
Tanggal masuk RS : Senin, 26 September 2016

1. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS :
Pasien mengatakan sakit tenggorokan disertai demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sudah 4 hari akhir-akhir ini tidur ngorok, sulit untuk menelan, nyeri pada
tenggorokan, tidak nafsu makan dan nyeri saat menelan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
-Pasien sebelumnya belum pernah menjalankan operasi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian Pola Gordon (bandingkan kondisi saat klien di rumah/sebelum


masuk RS dan saat klien dirawat di RS).

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Pengetahuan tentang penyakit/perawatan

Pasien tahu tentang penyakit yang sedang diderita pasien.

2. Pola nutrisi / metabolik


Program diit RS : diit bubur

Intake makanan :

- Sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan makanan sayur, tempe,


ayam
- Ketika dirumah sakit pasien hanya makan setengah piring.
Intake cairan

- Sebelum sakit pasien BAK 5x sehari


- Ketika dirumah sakit pasien BAK 3x sehari

3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
- Sebelum sakit pasien BAB 1x sehari
- Ketika dirumah sakit pasien BAB 1hari 2x
b. Buang air kecil
- Sebelum sakit pasien BAK 5x sehari
- Ketika dirumah sakit pasien BAK 3x sehari
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum V

Mandi V

Toileting V

Berpakaian V

Mobilitas di tempat tidur V

Berpindah V

Ambulasi/ROM V

Ket: 0: mandiri

1: alat Bantu

2: dibantu orang lain


3: dibantu orang lain dan alat

4: tergantung total

5. Pola tidur dan istirahat


(lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun tidur) :

- Sebelum dirumah sakit pasien tidur siang 3jam


- Ketika dirumah sakit pasien tidur 1jam
6. Pola persepsi diri
(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)

Klien merasa dirinya sakit dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya.

7. Pola seksualitas dan reproduksi


(fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll)

Klien sudah menikah, mempunyai 2 anak

8. Pola peran-hubungan
(komunikasi, hubungan dengan keluarga dan petugas kesehatan, kemampuan
keuangan)

Klien selalu memberi tahu istrinya ketika sakit.

9. Pola managemen koping-stress


(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini, penanganan klien
terhadap perubahan, dll)

Klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, klien hanya bisa berbaring
di kasur.
10. Sistem nilai dan keyakinan
(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)

Klien selalu sholat 5 waktu.

Pemeriksaan Fisik
(Cephalocaudal)

Keluhan yang dirasakan

Klien mengatakan sakit tenggorokan disertai demam.

TD: 100/70mmHg P: 20 x/menit N: 90 x/menit S: 38,6oC

BB/TB : 55 kg, 157cm

a. Kepala
Rambut pasien lurus, beruban, kulit kepala bersih
b. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tak ikterik.
c. Telinga
Bentuk daun telinga simetris, pendengaran terganggu (agak tuli).
d. Hidung
Cukup bersih, terdapat rambut hidung, tidak terdapat polip.
e. Mulut
Bibir dan mukosa mulut lembab, terdapat peradangan pada kedu tonsilnya
(tonsil palatina membesar diameter ± 2 cm).
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan nodul limfe pada kedua sisi leher,
tidak terdapat peningkatan vena jugularis pressure (JVP).
g. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada benjoalan tulang costa saat pasien bernafas,
tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Tidak terdapat acites, hepar tidak membesar, tidak ada distensi abdomen,
terdapat benjolan dua jari diatas simfisis, tidak ada nyeri tekan.
i. Genetalia
Bersih, tidak ada penyakit kulit di area tersebut.
j. Ekstremitas
Atas : Turgor kulit elastis, tidak ada edema
Bawah : Simetris tidak ada kelemahan dan tidak terdapat edema.
B.Pengkelompokkan data Pre Op Tonsilektomi
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien mengatakan tenggorokkannya sakit 1. Terdapat benjolan di tenggorokkan
disertai demam 2. Teknan Darah : 100/70 mmHg
2. Pasien mengatakan sulit menelan saat makan Nadi : 90x/menit
3. Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokan Suhu : 38,6˚C
4. Pasien mengatakan tidak nafsu makan Berat badan : 55 kg
5. Pasien mengatakan takut jika dilakukan Tinggi badan : 175 cm
tindakan operasi IMT : berat badan / (tinggi badan) m2 =
6. P :Merasakan nyeri sat menelan 55/1,752 = 17.97 kg/m2
Q : Sakitnya seperti tersayat-sayat 3. Pasien tampak kesakitan sambil
R:Sakitnya di bagian tenggorokan memegangi tenggorokannya
S: Skala sakitnya 5 4. Pasien tampak gelisah
T :Pada saat menelan 5. Teraba panas di bagian leher pasien
C.Analisa Data Pre Op Tonsilektomi
Data Senjang Etiologi Problem
Ds : - Pasien mengatakan nyeri pada Pembengkakan jaringan tonsil Nyeri Akut
tenggorokan
P :Merasakan nyeri sat menelan
Q : Sakitnya seperti tersayat-sayat
R:Sakitnya di bagian tenggorokan
S: Skala sakitnya 5
T :Pada saat menelan
Do : -Pasien tampak kesakitan sambil
memegangi tenggorokannya
- Terdapat benjolan di tenggorokkan

Ds : - Pasien mengatakan tenggorokkannya Penyakit (infeksi) Hipertermi


sakit disertai demam
Do : - Suhu : 38,6˚C
- Teraba panas di bagian leher pasien
Ds : - Pasien mengatakan sulit menelan saat Ketidak mampuan makan Ketidak seimbangan nutrisi
makan kurang dari kebutuhan tubuh
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
Do : - IMT : berat badan / (tinggi badan) m2 =
55/1,752 = 17.97 kg/m2
D.Rumusan Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas
1.Nyeri Akut b.d pembengkakan jaringan tonsil
2. Hipertermi b.d Penyakit (Infeksi)
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidak mampuan makan
NO Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
1 Tanggal : 26 september Nyeri : Kontrol Manajemen nyeri Tanggal :26 September Tanggal :26 September
2016 nyeri 2016 2016
Jam : 10.00 WIB Setelah Jam : 10.00 Jam : 10.00
Dx : Nyeri Akut b.d dilakukan Lakukan pengkajian Mengindikasi Melakukan pengkajian Ds : -Pasien mengatakan
pembengkakan tindakan nyeri komprehensif kebutuhan nyeri komprehensif masih merasa nyeri
jaringan tonsil keperawatan yang meliputi lokasi, untuk yang meliputi lokasi, - P :Merasakan
Ditandai degan : Ds : 1x24 jam, karakteristik,durasi,f intervensi dan karakteristik,durasi,freq nyeri sat menelan
Pasien diharapkan requensi,qualitas,ber juga tanda- uensi,qualitas,beratnya Q : Sakitnya
mengatakan tidak ada atnya nyeri dan tanda nyeri dan faktor seperti tersayat-
nyeri pada masalah nyeri faktor pencetus. perkembangan/ pencetus. sayat
tenggorokan dengan kriteria resolusi R:Sakitnya di
P :Merasakan hasil : komplikasi bagian
nyeri sat 1. Skala nyeri tenggorokan
menelan berkurang S: Skala sakitnya
Q : Sakitnya dari 5 5
seperti tersayat- menjadi 3 T :Pada saat
sayat 2. Mengurangi menelan
R:Sakitnya di ekspresi Do: - Pasien tampak
bagian nyeri wajah meringis
tenggorokan menahan rasa
S: Skala sakit
sakitnya
5 ( ttd )
T :Pada saat
menelan Ajari klien untuk Mengajari klien untuk Jam : 10.15
Do : -Pasien tampak nafas dalam nafas dalam S : klien mengatakan
kesakitan ketika nafas
sambil dalam nyeri
memegangi sedikit berkurang
tenggorokannya O : Klien terlihat
- Terdapat mengerti dan
benjolan di mengikuti
tenggorokkan intruksi dengan
baik

(ttd)

Edukasi klien dan Meningkatkan Mengedukasi klien dan Jam 10.20 WIB
keluarga untuk kembali keluarga untuk S : klien mengatakan
menghilangkan perhatiannya menghilangkan nyeri, mengerti saat
nyeri, seperti : agar tidak seperti : nonton Tv, diajari
nonton Tv, hiburan tertuju hiburan, dan lain-lain O : klien terlihat asik
dan lain-lain terhadap nyeri sebaginya menonton TV
sebaginya yang dirasakan
(ttd)

Jam 13.00 WIB


S : Pasien mengatakan
Mengkolaborasi dengan masih merasa nyeri
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat O : - Pasien tampak
pasien, orang dan tim kesehantan meringis
terdekat dan tim lainya untuk memilih -
kesehantan lainya dan Pasien bisa tarik
untuk memilih dan mengimplementasikan nafas dalam
mengimplementasik tindakan penurun nyeri untuk
an tindakan penurun dan farmakologi sesuai menghilangkan
nyeri dan kebutuhan. nyeri
farmakologi sesuai -
kebutuhan. Pasien mengerti
dan memahami
ROM
A: Masalah belum
teratasi
P:
1.
Monitoring skala
nyeri
2.
Ajari pasien tarik
nafas dalam
3.
Ajari pasien
ROM

(ttd)
N Diagn Perencanaan Implementasi Evaluasi
O osa Tujuan Inter Rasi
Keper vensi onal
awata
n
2 Tangg Status Neurologi Feve Tanggal : 26 Tanggal : 26 September 2016
al : 26 Setelah dilakukan tindakan r september 2016
septe keperawatan 1x24 treat Jam : 10.00 WIB
mber jam,diharapkan suhu pasien ment
2016 menurun dengan kriteria :
Jam : hasil : Jam : 10.30 WIB
10.00 1. Mempertahankan tekanan suhu memonitor suhu S :-
WIB darah yang normal 38,9 tubuh O :Suhu : 38,6oC
Dx: 2. Diharapkan suhu tubuh 0C,
Hipert normal 36,5- 37,5 Moni 41,1 ( TTD )
ermi 3. Tekanan nadi normal 80- tor 0C
b.d 100 x/menit suhu men
Penya 4. tubu unju
kit iharapkan respirasi normal h kan
(Infek dengan 16-24x/menit pros
si) es
peny
Ditan akit
d infek Jam : 10.35 WIB
a sius S : klien mengatakan dari jam 07.00
i akut. Mengajari klien sampai jam 11.00 sudah 2 gelas (240ml)
Pada untuk minum O : klien terlihat pucat
d dem yang banyak
e am (1500 – 2000 cc) ( TTD )
g dapa
a Anju t
n rkan mem Jam : 10.55
klien bant S
: untu u :klienmengatakanmengertidanakanmelaku
k dala kanketikamasihhangat
D minu m Mengedukasiklie O :
s m diag ndankeluargacara klienterlihatmengertidanmemahamitentan
yang nosis mengompres air gcaramengompres air hangat
: bany ; hangat
ak misa (ttd)
- (150 l
0 – kuru
P 2000 n Jam 11.00 WIB
a cc) dem S:
s am O : obat antipirentik masuk
i lanju
e t (ttd)
n berk Jam 13.00 WIB
Eduk
ahir Mengkolaborasi S:-
asi
m dari dokter untuk O:
klien
e 24 pemberian obat -
dan
n jam. antipirentik Klienterlihatpucat
kelua
g -
rga
a Dapa Klienmengertiketikadiberikaneduk
cara
t t asi
meng
a men -
ompr
k gura Obat antipirentik masuk
es air
a ngi A:Masalah belum teratasi
hang
n dem P:
at
am, -
t kare Moitoring suhu
e na -
n untu Moitoring minum klien
g k -
g mens Lanjutkan intervensi
o tabil (TTD)
r kan
o Kola caira
k boras n
k i tubu
a dokte h.
n r
n untu
y k
a pemb Dapa
erian t
s obat men
a antip gura
k irenti ngi
i k dem
t am
d
i
s
e
r
t
a
i
Digu
d naka
e n
m untu
a k
m men
gura
Do : - ngi
S dem
u am
h deng
u an
aksi
: sentr
alny
3 a
8 pada
, hipot
6 alam
˚ us,
C mesk
- ipun
T dem
e am
r mun
a gkin
b dapa
a t
berg
p una
a dala
n m
a mem
s batas
i
d pertu
i mbu
han
b orga
a nism
g e dan
i meni
a ngka
n tkan
auto
l destr
e uksi
h dari
e sel-
r sel
yang
p terin
a feksi
s
i
e
n
NO Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
3. Tanggal : 26 Status Menelan Manajemen Tanggal : 26 September Tanggal 26 September
september 2016 Setelah Gangguan 2016 2016
Jam : 10.00 WIB dilakukan makan : Jam : 10.00 WIB Jam : 10.45 WIB
Dx : Ketidak tindakan
seimbangan keperawatan
nutrisi kurang 1x24 1. M 1. M 1. Mengabservasi S : klien mengatakan
dari kebutuhan jam,diharapkan onitor engindenti riwayat nutrisi hanya makan 5 sendok
tubuh b.d kebutuhan berat fikasi makan
Ketidak nutrisi pasien badan perubahan O : piring klien tinggal
mampuan tercukupi klien yang setengah piring
makan 1. Peningkat sesuai mempeng
Di tandai kan usaha secara aruhi (ttd)
dengan : menelan rutin. pilihan
Ds : - Pasien 2. Berat intervensi
mengatakan bedan dan
sulit dalam membantu
menelan keadaan mengklari
saat makan normal fikasi
- Pasien 3. IMT = 20- harapan
mengatakan 25 2. Mengabservasi dan Jam : 11.00
tidak nafsu 2. Ajarka 2. Mengawas catat masukkan S : -
makan n dan i makanan pasien
O : klien hanya makan 5
Do : - IMT : berat dukung masukkan
sendok makan
badan / konsep kalori atau
(tinggi nutrisi kualitas
(ttd)
badan) yang kekuranga
m2 = baik n
55/1,75 dengan konsumsi
2 Jam : 11.30
= pasien makan 3.
S:
17.97 3. Observ 3. enimbang berat
O : berat badan : 55 kg
kg/m2 asi engawasi badan setiap hari
selama penurunan
(ttd)
dan berat
setelah badan atau
pember efektivitas
ian intervensi
makan nutrisi
Jam : 12.00
4. S : klien mengatakan saya
4. Berikan 4. emberikan makan roti tapi sering
makana enurunkan makanan sedikit O : terlihat klien sedang
n kelemahan dengan frekuensi makan roti
sedikit meningkat sering
dengan kan (ttd)
frekuen pemasuka S : klien mengatakan
si n dan hanya makan dikit tapi
sering mencegah sering
5. Kolabo distensi O : klien terlihat
rasi gaster menghabiskan roti dan
dengan berat badan klien : 55 kg
ahli A : Teratasi sebagian
5. Membantu
gizi 5. Mengkolaborasi P:
dalam
untuk dengan ahli gizi 1.
rencana
rencana untuk rencana diet Mengukur tanda-
diet untuk
diet tanda vital
memenuhi
2.
kebutuhan
Observasi nutrisi
yang masuk
3.
Monitoring berat
badan klien

(ttd)
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data yang ada pada teori dan ada pada kasus :
1) Nyeri Menelan
Nyeri adalah pegalaman sensori dan emosioal tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan yang
terjadi secara tiba-tiba atau waktu yang lama dengan intensitas
ringan sampai berat dan dapat di antisipasi atau di prediksi dan
berlangsung kurang dari 6 bulan (Nanda,2009-2011).
Nyeri menelan pada pasien tonsilitis disebabkan karena
adanya pembengkakan tonsil yang disebabkan oleh backteri
dan virus yang terletak pada kerongkongan,sehingga jika
pasien menelan sesuatu pasien akan merasakan nyeri saat
menelan (Pracy.2006).
Data yang di peroleh selama pengkajian tanggal 26
september 2016 yaitu nyeri pada saat menelan dengan hasil
pengkajian, P : Merasakan nyeri saat menelan, Q : Sakitnya
seperti tersayat-sayat, R : Sakitnya di bagian tenggorokan, S :
Skala sakitnya 5, T : Pada saat menelan .
2) Demam
Demam adalah peningkatan abnormal suhu tubuh rectal
minimal 38oC. Demam merupakan tanda adanya masalah yang
menjadi penyebab, bukan suatu penyakit dan tidak terjadi
secara sendirinya. (Mary E,Muscari,2005).
Pasien tonsilitis bisa menyebabkan demam karena
tonsilitis disebabkan oleh virus atau bakteri sehingga reaksi
antigen dan antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen
kuman sehingga virus dan bakteri menginfeksi tonsil sehingga
suhu tubuh menigkat. (Adams,2007)

Data yang diperoleh selama pengkajian tanggal 26


september 2016 yaitu pasien Tn.N dibuktikan dengan
pemeriksaan tanda-tanda vital suhu : 38,6oC .
3) Penurunan nafsu makan
Anoreksi dapat di artikan sebagai turunnya nafsu
makan dan tidak tertarik akan makanan untuk menyantap.
Nafsu makan di pengaruhi oleh gabungan faktor-faktor
neurologis,metabolik, hormonal baik dalam jaringan otak
maupun jaringan lainnya.(Carpenito,J,Linda, 2006).
Pasien tonsilitis bisa mengalami penuruan nafsu makan
karena adanya pembesaran pada tonsil yang menyebabkan
nyeri saat menelan makanan, sehingga pasien akan mengalami
penurunan nafsu makan.(Mansjoer,2005)
Hal ini dibuktikan pada saat pengkajian tanggal 26
september 2016 pasien mengatakan tidak nafsu makan karena
sulit untuk menelan. Setiap makan pasien menghabiskan 5
sendok makan yang disediakan.
b. Data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus :
Tidak Ada
c. Data yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus :
Ansietas
Ansietas adalah Perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak di ketahui oleh individu ).
Perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.(Nanda,2015).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan ada pada kasus :
1) Nyeri Akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil
Nyeri adalah pegalaman sensori dan emosioal tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan yang terjadi
secara tiba-tiba atau waktu yang lama dengan intensitas ringan
sampai berat dan dapat di antisipasi atau di prediksi dan
berlangsung kurang dari 6 bulan (Nanda,2009-2011).
2) Hipertemi berhubungan dengan penyakit (infeksi)
Hipertermi adalah Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(Nanda, 2013)
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.(Nanda,2013)
b. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus
:
Tidak Ada
c. Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus
:
1) Ansietas berhubugan dengan penyakit
Ansietas adalah Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran
yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak di ketahui oleh individu ). Perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.(Nanda,2015).
Data ini tidak ada pada teori tetapi ada dikasus dikarenakan
saat pengkajian tanggal 26 September 2016 didapatkan data bahwa
Tn.N mengatakan takut bila akan dioperasi.
3. Intervensi
a. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan ada pada kasus :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frequensi, qualitas, beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
Diagnosa ini menjaadi prioritas yang pertama karena
pasien mengatakan P : merasakan nyeri saat menelan, Q :
Sakitnya seperti tersayat-sayat, R : Sakitnya di bagian
tenggorokan, S : Skala sakitnya 5, T : Pada saat menelan .
b. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi/latihan nafas
dalam
Hal ini digunakan untuk membantu membantu pasien
mengurangi rasa nyeri pada pasien sehingga membuat pasien
lebih nyaman.
2. Hipertermi b.d Penyakit (Infeksi)
a. Monitor tanda-tanda vital
Hal ini untuk mengidentifikasi nyeri yang dapat menyebabkan
demam serta untuk mengetahui perkembangan suhu pasien.
b. Kolaborasi dokter untuk pemberian obat antipiretik
Hal ini digunakan untuk membantu pasien menurunkan suhu
tubuh, dari suhu yang tinggi menjadi kembali normal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan
a. Berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering
Hal ini digunakan agar asupan nutrisi yang masuk sesuai
dengan kebutuhan pasien dan agar pasien tidak lemas dan berat
badan turun.
b. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus:
Tidak ada
c. Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus:
1. Ansietas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Hal ini digunakan agar pasien tenang bila ada didekat kita, dan
pasien merasa nyaman dan aman bila dengan kita. Sehingga
kita mengunakan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan.
b. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang
tepat.
Hal ini agar pasien nyaman secara psikologis karena dekat
dengan keluarga.
c. Ajarkan teknik relaksasi
Hal ini digunakan agar pasien merasa nyaman selama di rumah
sakit dan tidak merasakan tegang, gelisa saat berada disana.
d. Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan
kejadian dengan lebih objektif.
Hal ini untuk mengalihkan pikiran pasien supaya tidak terfokus
pada kecemasan yang dirasakan.
e. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang digunakan (musik)
Hal ini digunakan untuk pasien terhibur ketika berada di rumah sakit, dan
juga paisen merasa nyaman di rumah sakit selama pengobata
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sangat menentukan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit terhadap klien
yang sedang sakit. Hal ini dapat dibuktikan dengan puas tidaknya klien
terhadap mutu pelayanan keperawatan pada klien kesehatan dan percepatan
kesembuhan serta kemandirian pasien yang sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan dari pemberi palayanan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Tn.N di Ruang
Bakung RS X selama 1 hari, penulis telah memperoleh pengalaman mengenai
proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi serta pendokumentasian. Tahap
pengkajian dengan mengumpulkan data sesuai mtode wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi, study dokumentasi merupakan dasar utama
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pada saat penulis melakukan pengkajian pada tanggal 26, September 2016
pada Tn. “N” dengan diagnosa medis Tonsilitis Akut tidak ditemukan
hambatan. Keluarga pasien cukup kooperatif dan menerima terhadap
kehadiran penulis dalam memberikan asuhan keperawatan. Data informasi
terhadap kebenaran penulis dalam memberikan perawatan. Data informasi
yang banyak didapat dari klien dan keluarga klien ini, yang nantinya akan
dijadikan dasar dalam melakukan perencanaan dan implementasi pada
masalah klien.
Tahap pengkajian yang dilakukan oleh perawat di bangsal Bakung RS
X sudah cukup baik. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat bangsal Bakung
sudah mencakup keluhan utama, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan fisik. Dalam perumusan diagnosa keperawatan
sudah dilakukan secara lengkap meliputi masalah, penyebab, dan data
senjang. Dan sesuai dengan permasalahan yang ada pada pasien dan keluarga
pasien. Dalam menyusun diagnosa keperawatan, prioritas tertinggi diberikan
pada diagnosa yang mengancam keselamatan pasien sehingga dalam
penetapan diagnosa keperawatan ditentukan penulis berdasarkan pada tingkat
yang segera ditangani tetapi penulis tidak hanya fokus pada diagnosa yang di
prioritaskan saja. Penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan pada pasien
yang sesuai prioritas masalah. Dalam perencanaan dibangsal sesuai dengan
kebutuhan klien. Tidak ada spesifikasi untuk setiap klien sehingga tujuan dan
kriteria SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Reality, Timelimited)
benar-benar terpenuhi pada masing-masing individu. Untuk intervensi
keperawatan harus mencakup empat aspek yaitu ONEK (Observasi, Nursing
Treatment, Education, Kolaborasi). Perencanaan yang harus disusun
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien. Perencanaan yang perawat
buat untuk memberikan asuhan keperawatan pada Tn. “N” telah sesuai dengan
kebutuhan pasien dan diagnosa yang muncul. Dengan diagnosa Tonsilitis
Akut, perawat mengambil diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang
muncul dan Hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia tanpa
mengesampingkan keadaan yang mengancam jiwa.

B. Saran
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn. “N” dengan diagnosa medis
Tonsilitis Akut di RS X pada tanggal 26 September 2016, penulis menemukan
hal-hal yang dapat dijadikan saran dan dapat dijadikan bahan untuk
peningkatan mutu pertimbangan kearah yang lebih baik antara lain:
a. Saran untuk profesi perawat
1. Selalu pertahankan komunikasi kepada klien dan keluarga saat
melakukan tindakan, dengan melakukan komunikasi terpeutik ini
dapat meningkatkan hubungan yang terjalin dengan baik dengan klien
dan keluarga serta klien pun tetap kooperatif dengan asuhan
keperawatan yang dilakukan.
2. Pertahankan penulisan tanggal pada waktu insersi infu, ini berguna
untuk mengevaluasi kapan pergantian insersi infus dapat
diminimalkan.
3. Perencanaan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan klien dapat
mendukung peningkatan mutu dan ketepatan asuhan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari klien itu sendiri.
4. Tetapkan prioritas masalah yang sesuai dengan keadaan klien, agar
dapat mengetahui tindakan mana yang segera dilakukan dan pertama
dilakukan.
5. Pendekatan pada pasien dengan cara menunjukan perhatian, sikap
ramah tamah dan etika yang benar dapat meningkatkan semangat
pasien untuk sembuh dan mempermudah jalannya asuhan keperawatan
b. Rumah Sakit
Kebersihan ruangan tetap dipertahankan, sehingga pasien serta pengunung
merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
Daftar Pustaka

Adams, George L.2007.BOISE Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC.

Indo Sakka, Raden Sedjawidada, Linda Kodrat, Sutji Pratiwi Rahardjo. Laporan
Penelitian : Kadar Imunoglobulin A sekretori pada penderita Tonsilitis Kronik
sebelum dan sesudah Tonsilektomi. Pdf

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

Pracy R, dkk.2006.Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan.


Jakarta:Gramedia.

Qimindra, 2008. Penatalakasanaan Penyakit-penyakit Tiroid Bagi Dokter. Jakarta :


FKUI

Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai