Anda di halaman 1dari 10

NAMA : DINO ADIT S

RUANG OK : 5

LAPORAN PENDAHULUAN

PENATALAKSANAAN OPERASI TONSILEKTOMI DENAN TEKNIK


DISEKSI PADA TONSILITIS

I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman


streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus dan Tonsilitis kronik merupakan
hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang (Mansjoer, A. 2000).

Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya


bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa
meninggalkantrauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti uvula dan pilar. Imam
Megantara (2006)

Diseksi Yaitu dengan menggunakan pisau potong untuk memisahkan


tonsil dari jaringan pengikatnya. (Anominus, 209)

Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang


berulang.Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu
serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional
tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi (Sacharin, R.M. 2006).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang


sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006,
2006).

B. Klasifikasi
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians,


dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat


diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan
sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)


permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak


tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat
atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat
dan hygiene mulut yang buruk.
C. Etiologi

Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.


Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan
tonsillitis.(Mansyjoer, 2001).
Menurut Adams George (2007), tonsilitis bakterialis supuralis akut
paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A, yaitu :
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (2006). Bakteri merupakan penyebab pada 50 %
kasus.

1. Streptococcus B hemoliticus grup A


2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Adenovirus
8. ECHO
9. Virus influenza serta herpes

D. Manifestasi Klinis
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita
menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan
telinga memiliki persyarafan yang sama), gejala lain :
1. Demam, Sakit kepala
2. Muntah, Menurut Mans :
a) Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, Tenggorokan
terasa kering
b) Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,
kriptus membesar dan terisi detritus
c) Tidak nafsu makan, Mudah lelah, Nyeri abdomen, Pucat, Nyeri
kepala, Disfagia (sakit saat menelan), Mual dan muntah
E. Patofisiologi
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara
klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris,
bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis
lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran
semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan
parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula.
F. Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang
ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai
dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Brunnes dan Suddart (2001), tujuan dari
penatalaksanaan tonsilitis adalah untuk membunuh kuman atau bakteri
yang menyerang tonsil dengan obat antibiotik diantaranya yaitu :
1. Antibiotik baik injeksi maupun otot seperti cefotaxim, penisilin,
amoksilin, eritromisin dan lain-lain.
2. Antiperetik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
3. Apabila penyakit tonsil sudah kronis harus dilakukan tindakan operatif
(tonsilektomi) karena penyakit tonsilitis yang sudah kronis akan
terjadinya pembesaran pada tonsil sehingga dapat mengakibatkan
sesak nafas karena jalan nafas yang tidak efektif sehingga harus
dilakukan tindakan tonsilektomi.

H. Teknik operasi Diseksi


1. Pasien di posisikan supinasi dengan kepala sedikit ekstensi dan dialasi
dengan blacket ( untuk memberi rasa hangat pada pasien anak ) →
dilakukan desinfektan disekitar area hidung dan mulut ( termasuk
lubang hidung ) → dipersempit dengan doek steril.
2. Pasang dan atur selang suction, klem dengan duk klem dan instrurnen
siap dipergunakan
3. Masukan tounge spatel menilai tinsil
4. Pasang Davis Boyles untuk membuka mulut dan menahan lidah
sangga dengan Bipod Stand
5. klem tonsil masukan Tonsil Disector And Pillar Retractor kedalam
mulut untuk menginsisi tonsil
6. gunting tonsil menggunakan gunting jaringan angkat jaringan tonsil
yang sudah di gunting
7. siapkan kasa untuk menaruh tonsil
8. siapkan depper + sambil menyaction
9. menjepit akar tonsil dengan klem bengkok
10. Masukan Tonsil Snare/ jerat benang yang tersambung benang kromik
untuk menjerat akar tonsil untuk menghentikan pendarahan
11. Lepas Klem , gunting benang (sampai semuanya selesai)
12. operasi selesai, cuci tangan, cuci instrumen, set kembali
instrumen.Persiapkan duk steril untuk menutupi derah operasi.
I. Komplikasi Operasi
Komplikasi jarang terjadi, akan tapi ada ada kemungkinan terjadi
komplikasi sebagai berikut:
1. Pendarahan
2. Masalah pernapasan sementara
3. Reaksi negatif terhadap anestesi
4. Muntah dan dehidrasi
5. Infeksi
J. Teknik instrumen pada operasi Tonsilektomi dengan metode diseksi pada
tonsilitis

1. Pengertian
Suatu cara untuk mengelola instrument selama proses operasi
Tonsilektomi mdengan metode diseksi
2. Tujuan
a. Mengatur alat secara sistematik dimeja instrument
b. Memperlancar handling instrument
c. Mempertahankan keseterilan alat instrument
3. Persiapan alat
a. Alat-alat steril
Set Tonsil
1) Davis Boyles/wonbek devis
2) Klem tonsil
3) Klem alis
4) klem bengkok
5) Tong spatel
6) Runder binder
7) Disektor
8) Sickle nes
9) Pilan hak/ hak tong
10) gunting benang
11) gunting jaringan
12) Suction Bengkok
13) Bipod Stand

Set linen dan bahan penunjang operasi/bahan habis pakai

1. Linen set
2. Handscoon steril bermacam-macam ukuran
3. Bitadin, Alkohol 70% dan NS 0.9%
4. Kanul suction
5. Kasa, tampon
6. Benang kromik 2/0

b. . Alat tidak Steril

1. Plester lebar/hipafix
2. Gunting Verban/ Bandage scissors.
3. Lampu Operasi.
4. Meja Operasi.
5. Meja Mayo.
6. Meja Instrumen.
7. Standar Infus.
8. Suction
9. Tempat sampah

2. Persiapan pasien
a. Persetujuan operasi.
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa
d. Lavement

3. Setelah pasien dilakukan anestesi


a. Mengatur posis supinasi / terlentang
4. Prosedur

1. Perawat instrument cuci tangan


2. Operator dan asisten cucitangan
3. Perawat instrument memakai baju dan handscoonsteril
4. Beri dan pakaikan baju operasi, handscoon pada operator dan
asisten
5. Atur Instrument di meja mayo sesuai kebutuhan operasi
6. Berikan klem dan deper/ kasa desinfektan untuk desinfeksi
lapangan operasi
7. Memasang doek sedang 1 buah, doek kecil 4 buah doek besar
lubang 1 buah, duk klem 4 buah
8. Pasang dan atur selang suction, klem dengan duk klem dan
memberitahu operator bahwa instrurnen siap dipergunakan
9. berikan tounge spatel ke dokter operator untuk menilai tinsil
10. berikan Davis Boyles ke dokter operator untuk membuka
mulut dan menahan lidah
11. Berikan klem tonsil kepada operator
12. berikan Tonsil Disector And Pillar Retractor kepada operator
untuk menginsisi tonsil
13. berikan gunting jaringan untuk memotong tonsil dan angkat
jaringan tonsil yang sudah di gunting
14. siapkan kasa untuk menaruh tonsil
15. siapkan depper + sambil menyaction
16. berikan klem bengkok kepada operator untuk menjepit akar
tonsil
17. berikan Tonsil Snare/ jerat benang yang tersambung benang
kromik untuk menjerat akar tonsil untuk menghentikan
pendarahan
18. Klem dileps oleh operator, siapkan gunting benang dan
gunting benang (sampai semuanya selesai)
19. operasi selesai, cuci tangan, cuci instrumen, set kembali
instrumen.

K. Evaluasi
1. Kelengkapan instrumen
2. Proses operasi
3. Bahan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.

Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.

Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan.


Jakarta:Gramedia.

Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.

Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

http://www.medicastore.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

http://imammegantara.blogspot.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

Anda mungkin juga menyukai