OLEH:
KELOMPOK 8
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri dari beberapa bagian organ limfa yang
terdapat didalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual
dan tonsil tuba Eustachius. Penyebaran infeksi melalui udara , tangan dan ciuman.
Biasanya terjadi pada semua usia terutama pada anak (Soepardi, Iskandar,
Bashiruddin, & Restuti, 2017). Tonsilitis merupakan bagian dari infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) (Kepmenkes RI, 2018). Tonsilitis adalah penyakit yang
umum dan sekitar 1,3% dari kunjungan rawat jalan. Ini sebagian besar merupakan
hasil dari infeksi virus atau bakteri. (Meegalla & Downs, 2022) (Masters, Zezoff,
tonsilektomi yang terdiri dari 1.501 (38%) orang dewasa dan 2.345 (62%) anak-
anak. Selama periode yang sama, 5.627 pasien dirawat dengan tonsilitis, dimana
2.376 adalah orang dewasa (42%) dan 3.251 adalah anak-anak (58%) (Millington
akibat komplikasi tonsilitis akut, terutama yang tidak mendapat terapi adekuat.
Selain pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat, faktor predisposisi timbulnya
tonsilitis kronis lain adalah higien mulut yang buruk, kelelahan fisik dan beberapa
karena gejala tonsilitis kronis bervariasi, gejala lokal yaitu rasa tidak nyaman pada
mengganjal di tenggorok, susah menelan dan nyeri atau sakit menelan karena
radang tonsil yang berulang. Gejala sistemis yaitu rasa tidak enak badan, nyeri
kepala, demam, nyeri otot dan persendian. Gejala klinis yaitu tonsil dengan kripta
regional dan hipertrofi tonsil yang dapat menyebabkan obstructive sleep apnea
karena sesak atau henti nafas, sering mengantuk, gelisah, perhatian berkurang dan
diagnosa tonsilitis kronis di ruang perawatan Baji Dakka RSUD Labuang Baji
Makassar.
B. Tujuan
KONSEP KEPERAWATAN
1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Tonsil (amandel) terdiri dari jaringan limfatik dan terletak di setiap
sisi orofaring. Tonsil palatina dan tonsil lingual masing-masing terletak di
belakang pilar tenggorokan dan lidah. Mereka sering menjadi tempat
infeksi akut (tonsilitis). Tonsilitis (radang amandel) adalah penyakit yang
umum dan merupakan 1,3% dari kunjungan rawat jalan (Hinkle & Cheever,
2017).
b. Etiologi
Tonsilitis umumnya merupakan hasil dari infeksi, yang mungkin
virus atau bakteri. Etiologi virus adalah yang paling umum. Penyebab virus
yang paling umum biasanya yang menyebabkan flu biasa, termasuk
rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan coronavirus.
Infeksi bakteri biasanya disebabkan oleh grup A beta-hemolytic
Streptococcus (GABHS), tetapi Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, dan Haemophilus influenza juga dapat menyebabkannya
(Andeson & Paterek, 2021).
c. Manifestasi klinis
Gejala tonsilitis meliputi sakit tenggorokan, demam, dan disfagia
(sulit menelan). Selain itu, tonsilitis juga dapat menyebabkan halitosis
(napas busuk), mendengkur, dan odinofagia (nyeri saat menelan)
(Alasmari, Bamashmous, & Alshuwaykan, 2017).
d. Penatalaksanaan medis
Beberapa penatalaksanaan medis yang diberikan pada pasien tonsilitis,
antara lain :
1) Antibiotik
Antibiotik seperti penicilin merupakan pilihan pengobatan yang
digunakan khususnya pada tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri
(Alotaibi, 2017).
2) Analgesik
Analgesik diberikan pada pasien dengan nyeri tenggorokan yang
disebabkan oleh tonsilitis. Analgesik seperti non steroidal anti
inflamatory drugs (NSAIDs) memiliki efektifitas yang tinggi dan
memiliki efek samping yang minimal. Beberapa analgesik yang
diberikan seperti ibuprofen, diklofenak, dan ketorolac (Alotaibi,
2017).
3) Tonsilektomi
Tonsilektomi adalah prosedur pengangkatan tonsil dengan atau tanpa
pengangkatan kelenjar adenoid. Tonsilektektomi dilakukan
khususnya pada pasien dengan tonsilitis kronis (Alotaibi, 2017).
Indikasi tonsilektomi dibedakan menjadi 2 , yaitu :
a) Indikasi Relatif
Pasien mengeluhkan adanya infeksi berulang (Yuliyani, et al.,
2022). Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun. Infeksi
tonsil tidak membaik dengan pemberian antibiotik (Srikandi,
Sutanegara, & Sucipta, 2015).
b) Indikasi Absolut
Pasien mengeluhkan adanya kesulitan bernapas, kesulitan
menelan dan gangguan tidur (mengorok) (Yuliyani, et al., 2022).
Indikasi absolut ditandai dengan adanya pelebaran pada kripta
tonsil yang berisi detritus. Selain itu, ditemukan hipertrofi tonsil
yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas, kesulitan menelan,
gangguan tidur dan abses peritonsiler (Srikandi, Sutanegara, &
Sucipta, 2015).
4) Kriptolisis
Kriptosis merupakan metode untuk menyusutkan tonsil dengan cara
memeberikan suhu panas atau dingin pada jaringan tonsil secara
interstisial. Akibatnya, jaringan tonsil akan membentuk jaringan
parut dan menyusut (Alotaibi, 2017).
5) Adenoidectomi
Adenoidectomi yaitu prosedur pengangkatan seluruh adenoid melalui
orofaring atau melalui lubang hidung menggunakan endoskopi
(Rusmarjono & Kartoesoediro, 2007).
e. Prognosis
Secara umum, pasien tonsilitis memiliki prognosis jangaka panjang
yang baik dan tanpa komplikasi . Sebagian besar kasus adalah infeksi yang
dapat sembuh sendiri karena di pengaruhi oleh gejala sisa yang minimal.
Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh dukungan pengobatan seperi
analgesik dan antibiotik serta hidrasi mulut (Anderson & Paterek, 2021).
Sebagian besar tonsilitis virus sembuh dalam 7-10 hari, sedangkan tonsilitis
bakteri dengan terapi antibiotik sesuai mulai membaik dalam 24-48 jam.
Pemberian atau pemilihan terapi antibiotik dalam penatalaksanaan tonsilitis
perlu memperhatikan bakteri penyebab sesuai dengan bukti empiris yang
ada, sehingga akan dapat mengurangi resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Pada beberapa kasus, tonsillitis dapat menjadi sumber infeksi serius seperti
glomerulonefritis atau demam rematik. Oleh karena itu diperlukan
penanganan yang tepat pada penyakit ini (Yuliyani, E. A. Nuaba, G. A.
Ratnawati, M. L., Setiawan, E. P. 2015). Morbiditas dapat meningkat jika
tonsilitis berulang sehingga mengganggu aktivitas dalam sekolah dan
bekerja (Georgalas, 2014)
Tonsilitis berulang atau rekuiren yang disebut tonsilitis kronik.
Adapun Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan
yang menahun dari rokok, berbagai jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang
tidak adekuat Jika gejala mengganggu pasien dan berulang dengan selang
waktu yang sering walaupun terapi sudah adekuat, atau pasien mempunyai
tanda infeksi pada daerah yang jauh dalam tubuh yang disebabkan oleh
fokal infeksi di tonsil, untuk itu dapat dilakukan pengangkatan tonsil atau
tonsilektomi (Soraya, A. A. D, 2012).
f. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis tonsilitis didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang tonsilitis meliputi:
1. Swab Tenggorokan
2. Foto polos nasofaring lateral
3. Pasca operasi: Pemeriksaan histopatologi jaringan tonsil dan/atau
adenoid apabila dicurigai keganasan (Rusmarjono & Kartoesoediro, 2007).
a. Pengkajian
Kondisi Klinis Terkait : Infeksi saluran Napas. Posisikan semi fowler atau
5. Risiko Defisit Nutrisi (D. 0032 ) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
Kategori: Fisiologis keperawatan masalah Status Observasi :
Subkategri: Nutrisi dan cairan nutrisi pasien membaik dengan Monitor asupan makanan
Faktor risiko: kriteria hasil: Monitor mual dan
Ketidakmampuan menelan makanan Porsi makan yang muntah
Faktor psikologis (mis. stres, keenganan untuk dihabiskan meningkat Terapeutik :
makan) Kekuatan ototo menelan Lakukan oral hygiene
Kondisi klinis terkait: Infeksi meningkat sebelum makan
Frekuensi makan Edukasi :
(SDKI, 2017) meningkat Anjurkan posisi duduk
Nafsu makan membaik saat makan, jika mampu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
medikasi antiemetik
6. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (I.09326)
Kategori: Psikologis keperawatan diharapkan status Observasi :
Subkategori: Nyeri dan kenyamanan kenyamanan klien dapat Identifikasi penurunan
meningkat dengan kriteria hasil: tingkat energi,
Penyebab: Gejala penyakik Keluhan tidak nyaman ketidakmampuan
Gejala dan tanda mayor: menurun berkonsentrasi, atau gejala
Mengeluh tidak nyaman Gelisah menurun lain yang mengganggu
Gelisah Keluhan sulit tidur menurun kemampuan kognitif
Gejala dan tanda minor: Merintih menurun Terapeutik :
Mengeluh sulit tidur Gunakan relaksasi sebagai
Tampak merintih strategi penunjang dengan
Tidak mampu rileks analgetik atau tindakan medis
Kondisi klinis terkait: penyakit kronis lain
(SDKI, 2017) Edukasi :
Jelaskan tujuan terapi
relaksasi
Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (napas
dalam)
7. Risiko Perdarahan (D.0012 ) Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
Kategori: Fisiologis keperawatan diharapkan tingkat (I.02067)
Subkategori: Sirkulasi perdarahan dapat menurun Observasi :
dengan kriteria hasil: Monitor tanda dan gejala
Faktor risiko: Perdarahan pasca operasi perdarahan
Tindakan pembedahan. menurun Terapeutik :
Kurang terpapar informasi tentang pencegahan Tekanan darah dalam Pertahankan bed rest selama
pencegahan perdarahan. rentang normal perdarahan
Kondisi terkait: Tindakan Pembedahan. Batasi tindakan invasive,
(SDKI, 2017) jika perlu
Edukasi :
Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
pengontrolan perdarahan,
jika perlu
B. Web of Caution (WOC)
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
- Tonsil tampak T3-T2 : Tonsil kiri membesar dan melebihi pilar tonsil, sedangkan
tonsil kanan membesar dan mencapai pilar tonsil
- Kripta tampak melebar
⃝ Tingling: ⃝ Edema:
⃝ Bradikardi : ⃝ Murmur:
⃝ Mati rasa : ⃝ Nadi tidak teraba:
Catatan : Tidak ditemukan kelainan pada sistem kardiovaskular
⃝ Distensi : ⃝ Hipoperistaltik :
GASTROINTESTIN
Catatan :
4. Jalan
tidur bantuan
Sendiri
1. Tidak 2.Sangat terbatas 3. Agak 4. Bebas 3
Mobilitas mampu terbatas bergerak
bergerak
Inkontinensia 1.Inkontinen 2.Selalu 3. Kadang-
urin dan alvi inkontinen kadang
urin inkontinen 4. T i d a k 4
urin Inkontinen
Ket :
⃝ < 12 : Resiko tinggi decubitus , ⃝ 12-15 Resiko sedang
Skor 19
dekubitus,
⃝16-20 : Resiko rendah
Mengendalikan 0.Perlu pencahar 1.Kadang perlu 2. Mandiri
(Functional
BARTEL
menyiram
jamban
Makan 0. Tidak mampu 1. Perlu dibantu 2.Mandiri
memotong makanan 2
Berubah posisi 0. Tidak mampu 1. Dibantu lebih 2.Dibantu 1
dari berbaring dari 2 orang 3. Mandiri 3
keduduk atau 2 orang
Berpindah/ 0. Tidak mampu 1. Dengan kursi 2. dibantu
3. mandiri 3
berjalan roda
1orang
Memakai baju 0. Tergantung 1. Sebagian 2.Mandiri 2
dibantu
Naik turun 0. Tidak mampu 1. Sebagian 2.Mandiri 2
tangga dibantu
Mandi 0. Tergantung 1. mandiri 1
Lokasi : Leher
NYERI
Dexametasone 1 Ampul/12 jam/IV Golongan obat Obat ini bekeja dengan cara
kortikosteroid untuk berikatan dengan reseptor
mengatasi peradangan glukokortikoid di sitoplasma
khususnya pada penyakit dan berikatan dengan DNA
yang disebabkan oleh virus/bakteri sehingga terjadi
infeksi modifikasi transkripsi dan
virus/bakteri/jamur sintesis protein. Akibatnya
infiltrasi leukosit terhambat,
mediator inflamasi terganggu
dan edema jaringan berkuang
Ketorolac 1 Ampul/8jam/IV Golongan obat anti Obat ini bekerja dengan cara
inflamasi non steroid menghambat kerja enzim
(OAINS) untuk siklooksigenasi (COX) yang
mengatasi nyeri sedang berperan dalam pembentukan
hingga nyeri berat prostaglandin . sehingga
setelah prosedur produksi prostaglandin
pembedahan berkurang dan rasa sakit pun
akan berkurang.
Prostaglandin yaitu zat yang
dapat memicu rasa nyeri ,
peradangan dan demam
Ranitidine 1 Ampul/8 jam/IV Golongan obat untuk Obat ini bekeja dengan cara
mengobati gejala menghambat sekresi asam
peningkatan produksi lambung
asam lambung berlebih
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 46 Tahun
Ruangan : Ruang Perawatan Baji Dakka kamar 315
No RM : 399495
Inisial Pasien : Ny. R
2 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (I. 15506)
dengan proses penyakit diharapkan hipertermia berkurang, dengan Observasi :
kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
Termoregulasi (L.14134) Terapeutik :
- Suhu tubuh membaik - Sediakan lingkungan yang nyaman
- Suhu kulit membaik - Berikan kompres hangat
Edukasi :
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
mencegah dehidrasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
jika perlu
3 Gangguan Menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan Diri : Makan & Minum
berhubungan dengan efek diharapkan gangguan menelan berkurang, (I. 11351)
pembedaahan dengan kriteria hasil : Observasi:
- Monitor status menelan
Status Menelan (L.03030) - Identifikasi diet yang dianjurkan yaitu diet
- Keluhan sulit menelan berkurang lunak
- Nyeri saat menelan berkurang Terapeutik :
- Reflek menelan baik - Sediakan lingkungan yang nyaman selama
makan
- Atur posisi yang nyaman untuk makan dan
minum, seperti posisi semi fowler atau fowler
- Berikan bantuakn saat makan/minum sesuai
dengan diet yang dianjurkan\
Edukasi :
- Ajarkan diet makanan yang lunak seperti
bubur saring, jus buah dan lainnya
3 Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan (I. 02067)
diharapkan resiko perdarahan berkurang, Observasi :
dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Kontrol Resiko (L.14128) Terapeutik :
- Perdarahan tidak ada - Batasi tindakan invasif
- Pengeluaran lendir berlebihan tidak Edukasi :
ada - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I. 14539)
diharapkan resiko infeksi berkurang, Observasi :
dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Tingkat Infeksi (L.14137) Terapeutik :
- Kemerahan berkurang - Cuci tangan sebelum dan setelah kontak
- Bengkak berkurang dengan pasien dan lingkungan pasien
- Nyeri berkurang Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan asupan caira
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotik
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.00 WITA Jam : 15.00 WITA Jam :10.00 WITA
Implentasi : Implementasi Implementasi :
1. Pengkajian 1. Monitor tanda- 1. Monitor tanda-
kesehatan tanda vital tanda vital
2. Mengidentifikasi 2. Mengkaji skala 2. Mengkaji skala
masalah utama nyeri post operasi nyeri - -
pasien yaitu 3. Mengidentifikasi 3. Mengajari teknik
nyeri akut. lokasi, durasi, relaksasi napas
3. Mengidentifikasi karakteristik dan dalam untuk
lokasi, durasi, kualitas nyeri menurunkan nyeri
karakteristik dan 4. Kolaborasi 4. Evaluasi
kualitas nyeri pemberian kemampuan pasien
4. Mengukur tanda- analgesik terhadap teknik
tanda vital 5. Menjelaskan yang diberikan
5. Mengajari teknik jenis obat dan
relaksasi napas efek yang akan
dalam untuk dirasakan
menurunkan nyeri 6. Evaluasi respon
dan merileks kan pasien terhadap
tubuh sebelum terapi yang
operasi diberikan
6. Evaluasi
kemampuan
pasien terhadap
teknik yang
diberikan
Catatan Evaluasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.30 WITA Jam : 16.00 WITA Jam : 11.00WITA
S: S : Klien S : Klien mengatakan
- Klien mengatakan mengatakan nyeri tenggorokan
merasakan nyeri nyeri post operasi
pada tenggorokan, tenggorokan menurun dari
nyeri bertambah post operasi skala 2 menjadi
saat menelan, ±1 menurun dari skala 1
menit, terasa perih skala 3 menjadi O: - -
dan mengganjal skala 2 - Keadaan umum
pada tenggorokan , O: sedang
skala nyeri 3 - Keadaan umum - Compos mentis
- Setelah sedang - Pasien mampu
mengajarkan - Compos mentis mempraktekkan
relaksasi napas - Tanda vital : teknik relaksasi
dalam, pasien TD : 130/80 napas dalam
mengatakan nyeri mmHg - Tanda vital :
berkurang N : 112 x/m TD : 110/80
O: S : 36°C mmHg
- Keadaan umum RR : 20 x/m N : 80 x/m
baik A : Nyeri akut S : 36°C
- Pasien mampu P : Mengajarkan RR : 20 x/m
mempraktekkan teknik relaksasi A : Nyeri akut
teknik relaksasi napas dalam P : menganjurkan
napas dalam yang untuk pasien untuk
diajarkan menurunkan mengkonsumsi
- Composmentis nyeri makanan lunak
- Tanda vital : seperti bubur, jus
TD :100/70 mmHg buah maupun
N : 88 x/m yogurt untuk
S :38,1°C membantu
RR :20 x/m mengurangi nyeri
A : Nyeri akut tenggorokan dan
P : mengajarkan membantu
teknik relaksasi pemulihan post
napas dalam dan operasi
kolaborasi
pemberian analgesik
untuk menurunkan
nyeri post operasi
CATATAN IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.00 WITA Jam : 15.30 WITA Jam : 10.00 WITA
Implentasi : Implementasi : Implementasi :
1. Pengkajian 1. Monitor tanda- 1. Monitor tanda-
kesehatan tanda vital tanda vital
2. Monitor tanda 2. Monitor 2. Monitor
vital keluhan utama keluhan utama
3. Mengidentifikasi pasien pasien - -
terjadinya 3. Menganjurkan
peningkatan suhu kompres
tubuh diatas hangat untuk
normal menurunkan
suhu tubuh
Catatan Evaluasi
Hari 1 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.45 WITA Jam : 19.00 WITA Jam : 10.15 WITA
S:- S:- S:-
O: O: O:
- Keadaan umum - Keadaan umum - Keadaan umum - -
sedang sedang baik
- Composmentis - Compos mentis - Compos mentis
- Terjadi - Suhu tubuh - Suhu tubuh
peningkatan suhu menurun berada dalam
tubuh menjadi : 37°C rentang normal
- Tanda vital : A : Hipertermia - Tanda vital :
TD :100/70 mmHg teratasi TD : 110/80
N : 88 x/m P : Menyediakan mmHg
S :38,1°C lingkungan N : 80 x/m
RR :20 x/m yang nyaman S : 36°C
A : Hipertermia untuk pasien RR : 20 x/m
P : Anjurkan kompres A : Hipertermia
hangat untuk teratasi
menurunkan suhu P : Menganjurkan
tubuh pasien untuk
meningkatkan
asupan cairan
untuk mencegah
terjadinya
dehidrasi
CATATAN IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.00 WITA Jam : 15.30 WITA Jam : 10.00 WITA
Implentasi : Implementasi : Implementasi :
1. Pengkajian 1. Monitor tanda- 1. Monitor tanda-
kesehatan tanda vital tanda vital
2. Monitor 2. Monitor 2. Monitor
kemampuan kemampuan kemampuan
menelan pasien menelan pasien menelan pasien -
3. Anjurkan pasien 3. Edukasi pasien
meningkatkan terkait diet yang -
asupan cairan dianjurkan yaitu
4. Anjurkan pasien makanan lunak
untuk menelan seperti bubur
secara perlahan saring maupun
agar mengurangu jus buah
rasa sakit yang 4. Anjurkan pasien
dirasakan meningkatkan
asupan cairan
Catatan Evaluasi
Hari 1 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.00 WITA Jam : 19.00 WITA Jam : 10.15 WITA - -
S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan
kadang-kadang sulit menelan S : Pasien mengatakan
sullit menelan dan berkurang namun sulit menelan
ada rasa masih terasa sakit berkurang
mengganjal pada ketika menelan O:
tenggorokan O: - Keadaan umum
O: - Keadaan umum baik
- Keadaan umum sedang - Compos mentis
sedang - Compos mentis - Tanda vital :
- Composmentis - Tanda vital : TD : 110/80
- Tanda vital : TD : 130/80 mmHg
TD :100/70 mmHg mmHg N : 80 x/m
N : 88 x/m N : 112 x/m S : 36°C
S :38,1°C S : 36°C RR : 20 x/m
RR :20 x/m RR : 20 x/m A : Gangguan
A : Gangguan A : Gangguan menelan
menelan menelan P : Anjurkan pasien
P : Monitor P : Monitor untuk tetap
kemampuan menelan kemampuan mematuhi diet
dan edukasi diet menelan dan nutrisi yaitu
nutrisi yang edukasi diet nutrisi makanan lunak
dianjurkan yang dianjurkan
CATATAN IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.00 WITA Jam : 15.30 WITA Jam : 10.00 WITA
Implentasi : Implementasi : Implementasi :
1. Pengkajian 1. Monitor tanda- 1. Monitor tanda-tanda
kesehatan tanda vital vital
2. Identifikasi 2. Monitor adanya 2. Monitor adanya
premedikasi yang perdaraha perdarahan
akan diberikan 3. Pemberian obat 3. Edukasi pasien
sebelum operasi anti fibrinolitik tentang tanda
3. Pemberian obat Asam perdarahan seperti
- -
anti fibrinolitik traneksamat ludah berdarah, atau
Asam untuk keluar darah dari
traneksamat pencegahan mulut dan hidung
untuk perdarahan 4. Menganjurkan pasien
pencegahan untuk menyikat gigi
perdarahan secara perlahan untuk
menghindari
terjadinya perdarahan
Catatan Evaluasi
Hari 1 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 17.00 WITA Jam : 19.00 WITA
Jam : 10.15 WITA
S:- S:-
S:-
O: O:
O:
- Keadaan umum - Keadaan umum
- Keadaan umum baik
sedang sedang
- Compos mentis
- Composmentis - Compos mentis
- Tanda vital :
- Terjadi - Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
peningkatan suhu TD : 130/80
N : 80 x/m
tubuh mmHg
S : 36°C
- Tanda vital : N : 112 x/m - -
RR : 20 x/m
TD :100/70 mmHg S : 36°C
A : Resiko perdarahan
N : 88 x/m RR : 20 x/m
P : Anjurkan pasien untuk
S :38,1°C A : Resiko perdarahan
meningkatkan asupan
RR :20 x/m P : Pantau adanya
cairan dan anjurkan
A : Resiko perdarahan perdarahan dan
agar mengunjungi
P : Monitor tanda edukasi tanda
fasilitas kesehatan jika
perdarahan dan perdarahan
terjadi tanda-tanda
pemberian anti abnormal
perdarahan abnormal
fibrinolitik
CATATAN IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN
Catatan Implementasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 14.00 WITA Jam : 15.30 WITA Jam : 10.00 WITA
Implentasi : Implementasi : Implementasi
1. Pengkajian 1. Monitor tanda- 1. Monitor tanda-
kesehatan tanda vital tanda vital
2. Identifikasi 2. Monitor 2. Edukasi tanda-
premedikasi yang adanya tanda tanda infeksi
akan diberikan infeksi seperti
sebelum operasi 3. Pemberian tenggorokan
3. Pemberian obat obat antibiotik bengkak
antibiotik yaitu yaitu 3. Menganjurkan
ceftriaxone untuk ceftriaxone pasien untuk - -
pencegahan untuk menjaga
infeksi pencegahan kebersihan mulut
infeksi 4. Menganjurkan
pasien untuk
menyikat gigi
secara perlahan
untuk
menghindari
terjadinya
perdarahan
Catatan Evaluasi
Hari 1 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Jam : 17.00 WITA Jam : 19.00 WITA Jam : 10.15 WITA
S:- S:- S:-
O: O: O:
- Keadaan umum - Keadaan umum - Keadaan umum
sedang sedang baik
- Composmentis - Compos mentis - Compos mentis
- Terjadi - Tanda vital : - Tanda vital :
peningkatan suhu TD : 130/80 TD : 110/80 mmHg
tubuh mmHg N : 80 x/m
- Tanda vital : N : 112 x/m S : 36°C
- -
TD :100/70 mmHg S : 36°C RR : 20 x/m
N : 88 x/m RR : 20 x/m A : Resiko infeksi
S :38,1°C A : Resiko Infeksi P : Menganjurkan
RR :20 x/m P : Pantau adanya pasien untuk
A : Resiko infeksi tanda infeksi meningkatkan
P : Pemberian dan edukasi asupan cairan dan
antibiotik untuk tanda-tanda menjaga kebersihan
mencegah infeksi infeksi mulut untuk
menurunkan resiko
infeksi
BAB IV
1. Manajemen nyeri
Pasien pasca pembedahan cenderung mengalami nyeri akut atau nyeri
yang dirasakan kurang dari 6 bulan. Nyeri akut dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan mengganggu proses pemulihan. Salah satu intervensi yang
dapat dilakukan adalah teknik relaksasi yang dinilai efketif untuk menurunkan
nyeri. Nyeri yang dirasakan seperti nyeri akut atau nyeri yang dirasakan kurang
dar 6 bulan (Hidayatullah et al, 2020).
Sementara itu, pemberian obat merupakan salah satu intervensi yang
secara umum digunakan unutk menurunkan nyeri. Obat anti inflamasi non
steroid (OAINS) merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk kasus
nyeri pasca pembedahan seperti ketorolac dan dexketoprofen. Penggunaan obat
tersebut didasarkan pada minimnya efek samping seperti mual, muntah dan
sedasi yang tidak diinginkan (Mitra et al, 2018). Mekanisme OAINS dalam
menurunkan nyeri yaitu dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase (COX)
yang sekaligus menghambat pembentukan prostaglandin yaitu mediator yang
menimbulkan rasa nyeri pada saat terjadi peradangan (Ida & Valerie, 2021)
Literatur review menunjukan bahwa penggunaan OAINS adalah pilihan
aman dan efektif untuk manajemen nyeri pasca operasi. Dalam beberapa
penelitian menunjukan bahwa obat ini tidak meningkatkan efek samping secara
signifikan bila digunakan dalam jangka waktu pendek dan dengan dosis yang
relatif rendah. Namun perlu diperhatikan dosis obat pada pasien yang memiliki
penyakit gagal ginjal , riwayat jantung dan gangguan gastrointestinal (Chang,
Tompkins, & Cohn, 2020). Untuk menilai keefektifan obat yang digunakan,
maka dibutuhkan evaluasi skala nyeri yang dilakukan tiga kali sehari untuk
mengetahui tren penurunan nyeri yang signifikan (Murwaningsih & Waluyo,
2021).
2. Kompres Hangat untuk Menurunkan Suhu Tubuh
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal akibat
peningkatan pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Demam juga merupakan
peroses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh
ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal yaitu >37,2°C (Fadli
& Hasan, 2018). Salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan deman
adalah kompres hangat atau dingin, dengan mengompres pada bagian tubuh tertentu
yang memiliki pembuluh darah besar (Novikasari, Siahaan, & Maryustiana, 2019).
Berdasarkan penelitian Rahmawati & Purwanto (2020) mengenai perbedaan
efektivitas kompres hangat dan dingin untuk menurunkan suhu tubuh menemukan
bahwa baik kompres hangat maupun dingin menurunkan suhu tubuh. Namun,
kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh yaitu didapatkan rata-
rata 37,7 °C sedangkan kompres dingin yaitu dengan rata-rata 38,38 °C. Hasil ini
sejalan dengan temuan Kurniawan (2015) bahwa pada anak demam yang tidak
diberikan antipiretik rata-rata penurunan suhu tubuh setelah pemberian kompres
hangat 1,1°C dan setelah pemberian kompres dingin 1,6 °C. Kompres panas lebih
efektif karena kompres panas melepaskan panas melalui evaporasi sedangkan
kompres dingin melepaskan panas melalui konduksi.
BAB V
1. Kesimpulan
cincin Waldeyer. Tonsilitis adalah penyakit yang umum dan sekitar 1,3% dari
kunjungan rawat jalan. Ini sebagian besar merupakan hasil dari infeksi virus atau
terutama yang tidak mendapat terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis akut
yang tidak adekuat, faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis lain adalah higien
mulut yang buruk, kelelahan fisik dan beberapa jenis makanan. Adapun asuhan
keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa medis tonsilitis kronis antara lain sebagai
berikut:
1. Ny. R (46 tahun) saat ini dirawat di ruang perawatan Baji Dakka RSUD
Labuang Baji, dikaji pada tanggal 29 Maret 2022. Pasien dating ke rumah sakit
melalui poliklinik THT dengan diagnosa medis Tonsilitis Kronis, keluhan utama
saat dikaji: pasien mengatakan nyeri tenggorokan, nyeri bertambah saat menelan
dengan onset ± 1 menit, pasien mengatakan terasa perih dan mengganjal pada
2. Masalah keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien Ny. R antara lain
Infeksi
Adapun rencana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Ny. R yaitu
Infeksi
2. Saran
pemberian edukasi terkait diet dan perawatan pasca operasi penting untuk
Albeladi, M., Salamah, M., & Alhussain, R. (2020). The Effect of Ice Cream Intake of
Pain Relief for Patients After Tonsilectomy. Cureus, 12(7).
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.
Chang, R. W., Tompkins, D. M., & Cohn, S. M. (2020). Are NSAIDs Safe ? Assessing
the Risk-Benefit Profile of Nonsteroidal Anti Inflamatory Drug Use in
Postoperative Pain Management. The American Surgeon, 87(6), 873-879.
Fadli, & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh pada Pasien Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 7(2), 78-83.
Hidayatullah, A. I., Limbong, E. O., Ibrahim, K., & Nandang. (2020). Pengalaman dan
Manajemen Nyeri Pasien Pasca Operasi di Ruang Kemuning V RSUP DR.
Hasan Sadikin Bandung : (Studi Kasus). Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 11(2), 187-204.
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2017). Brunner & Suddarth's textbook of medical-
surgical nursing (14th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Ida, G., & Valerie, G. (2021). Nonsteriodal Anti Inflammatory Drugs (NSAID).
Treasure
Masters, K. G., Zezoff, D., & Lasrado, S. (2022). Anatomy, Head and Neck, Tonsils.
Treasure Island (FL).
Maulana Fakh, I., Novialdi, N., & Elmatris, E. (2016). Karakteristik Pasien Tonsilitis
Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 436–442.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.536
Meegalla, N., & Downs, B. W. (2022). Anatomy, Head and Neck, Palatine Tonsil
(Faucial Tonsils). Treasure Island (FL).
Millington, A. J., & Phillips, J. S. (2014). Current trends in tonsillitis and tonsillectomy.
Annals of the Royal College of Surgeons of England, 96(8), 586–589.
https://doi.org/10.1308/003588414X13946184901966
Mitra, S., Carlyle, D., Kodumudi, G., Kodumudi, V., & Vadivelu, N. (2018). New
Advances in Acute Postoperative Pain Menegement. Current Pai and Headache
Reports, 1-11.
Murwaningsih, E., & Waluyo, A. (2021). Manajemen Perawatan Luka Akut. Journal of
Telenursing (JOTING), 3(2), 546-554.
Mustofa, F. L., Susanti, F., & Aziza. (2020). Hubungan Tonsilektomi dengan Umur
Keluhan Utama dan Ukuran Tonsil pada Pasien Tonsilitis Kronik. ARTERI :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(3), 255–261. https://doi.org/10.37148/arteri.v1i3.80
Novikasari, L., Siahaan, E. R., & Maryustiana. (2019). Efektifitas Penurunan Suhu
Tubuh Menggunakan Kompres Hangat Dan Water Tepid Sponge Di Rumah
Sakit Dkt Tk Iv 02.07.04 Bandar Lampung. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(2),
143-151.
Perry & Potter (2010) Fundamental of Nursing: Consep, Proses, and Practice . Edisi 7,
Vol.1, Singapura: Elsevier.
Poonuraparamil, J. A., Halemani, K. R., Karim, H. M., John, M. R., & Mistry, T.
(2021). Effect of Tonsillar Fossa Cooling with Cold Saline on Early Post-
Tonsilectomy Pain: A Randomize, double Blind Controlled Study. Indian
Journal of Clinical Anastesi, 8(2), 243-249.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rahmawati, I., & Purwanto, D. (2020). Efektifitas Perbedaan Kompres Hangat Dan
Dingin Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Anak Di Rsud Dr. M. Yunus
Bengkulu. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(2), 246-255.
Rusmarjono, & Kartoesoediro, S. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher : Tonsilitis Kronik. Jakarta: FKUI Jakarta.
Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., & Restuti, R. D. (2017). buku ajar ilmu
kesehatan : Telinga, hidung, tenggorok, kepala & leher (7th ed.). Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Srikandi, N. M., Sutanegara, S. W., & Sucipta, I. W. (2015). Profil Pembesaran Tonsil
pada Pasien Tonsilitis Kronis yang Menjalani Tonsilektomi di RSUP Sanglah
pada Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana, 4(12), 1-10.
Yuliyani, E. A., Kadriyan, H., Yudhanto, D., Trisna, G. A., Wedyani, A. A., Ghaffar, L.
M., & Fitriatulnisa. (2022). Karakteristik dan Ukuran Tonsil Pasien
Tonsilektomi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Provinsi NTB
Bulan Juli Tahun 2019. Jurnal Kedokteran Unram, 11(1), 759-763.