ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : G3A016252
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Seminar
Stase Anak yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Pre dan
Post Operasi Tonsilektomi Diruang Ismail 2 Rumah Sakit Roemani
Semarang ini dengan sebaik-baiknya. Asuhan keperawatan ini disusun guna
memenuhi tugas stase anak.
Laporan seminar stase anak ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Ifadah, S. Kep. selaku kepala ruang sekaligus pembimbing klinik yang
memberikan motivasi, bimbingan serta arahan.
2. Ns. Maryam, M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing akademik yang
memberikan motivasi, bimbingan serta arahan.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan seminar
stase anak.
Menurut penulis laporan seminar stase anak ini masih jauh dari
kesempurnaan ibarat Tiada Gading Yang Tak Retak oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Tujuan Umum
Tujuan umum mahasiswa mampu melaporkan asuhan keperawatan
Tonsilitis pada An.M secara akurat dan tepat di Ruang Ismail 2 RS
Roemani Muhammadiyah Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaporkan konsep dasar tentang penyakit
tonsiltis
b. Mahasiswa mampu menguraikan pengkajian kasus
c. Mahasiswa mampu menjabarkan diagnosa keperawatan
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan implementasi keperawatan
f. Mahasiswa mampu memaparkan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan
BAB II
KONSEP DASAR
B. PENGERTIAN
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel
atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya
tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap
infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah
kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan
detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan
menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan
gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan
kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada
sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya
sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar
menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan
parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula. (Corwin, 2008)
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Tonsilitis menurut ( Smeltzer & Bare, 2010) ialah sakit
tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Tanda dan gejala
yang timbul yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan,
kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar
submandibuler dan nyeri tekan. (Smletzer & Bare, 2010)
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut ( Mansjoer, 2008) yaitu :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan
diberikan eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
(Mansjoer, 2008)
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap. Terapi
radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil
G. PENGKAJIAN
1. Fokus pengkajian wawancara
a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
b. Apakah pengobatan adekuat
c. Kapan gejala itu muncul
d. Bagaimana pola makannya
e. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut ( Doengoes, 2000), yaitu :
a. Intergritas Ego, Gejala : Perasaan takut, khawatir Tanda : ansietas,
depresi, menolak.
b. Makanan / Cairan, Gejala : Kesulitan menelan, Tanda : Kesulitan
menelan, mudah terdesak, inflamasi
c. Hygiene, Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
d. Nyeri / Keamanan, Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati, Gejala :
Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga
e. Pernapasan, Gejala : Riwayat menghisap asap rokok ( mungkin ada
anggota keluarga yang merokok ), tinggal di tempat yang berdebu.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium, Tes laboratorium ini digunakan untuk
menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien dengan
tonsilitis merupakan bakteri grup A, kemudian pemeriksaan jumlah
leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah. Persiapan
pemeriksaan yang perlu sebelum tonsilektomi adalah :
1) Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.
2) Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.
3) Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula
darah, elektrolit, dan sebagainya.
b. Kultur,
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
c. Terapi
Dengan menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
4. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi:
Penyebaran limfogen
Peradangan tonsil
Tonsilitis akut
Genogram Keluarga
Keterangan:
atau : pria, wanita sehat : tinggal satu rumah
atau : pasien : garis pernikahan
atau : meninggal
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan An. M nyeri saat menelan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan An.A sejak 1 tahun yang lalu mengalami nyeri saat
menelan, sakit tenggorokan dan batuk, kemudian pasien dibawa kedokter
praktik untuk mendapat pengobatan dan dapat sembuh.setelah itu 1 minggu
yang lalu gejala yang sama kambuh lagi ditambah kalau tidur sering
mendengkur lalu dipriksakan kedokter dan disarankan untuk dioperasi karena
tonsilnya makin membesar, akhirnya keluarga membawa An. A ke IGD RS
Roemani Semarang kemudian dipindahkan keruang inap Ismail 2 untuk
mendapatkan pengobatan.
4. Riwayat Masa Lalu
1. Kehamilan Ibu
a. Gestasi : Aterm
b. Usia ibu saat hamil : 24 tahun
c. Kesehatan ibu saat hamil :Ibu sehat dalam masa kehamilan, selalu
kontrol ke yankes terdekat.
d. Obat obatan yang digunakan : vitamin dan zat besi
2. Persalinan
a. Tipe persalinan : Normal
b. Tempat melahirkan : Bidan
3. Penyakit atau operasi sebelumnya
a. Penyakit/ operasi sebelumnya : tidak pernah
b. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain : Keluarga tidak ada yang
mengalami kejadian seperti yang diderita pasien.
4. Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan atau
benda asing.
5. Imunisasi
Jenis Imunisasi Pemberian
BCG Lengkap
DPT 1 Lengkap
HEP B Lengkap
POLIO Lengkap
CAMPAK Lengkap
DPT 2 Lengkap
6. Pengkajian Fisik
a. Pre operasi
1) Pengukuran Umum
a) BB sekarang : 13 kg
b) BB sebelum sakit: 14 kg
c) Tinggi badan : 97cm
d) Lingkar kepala : 49 cm
e) Lingkar dada :50 cm
f) LILA : 15 cm
g) Status gizi : Normal/ideal
2) Tanda Vital
a) Suhu : 37,1oC
b) Frekuensi jantung : 84 x/mnt
c) Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt
3) Kepala
Bentuk simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, rambut
berwarna hitam bersih, rambut lurus dan halus, bentuk wajah
simetris.
4) Kebutuhan Oksigenasi
Hidung
Tidak ada sekret, bentuk hidung simetris, penciuman baik, tidak
ada polip hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Jantung
Bentuk simetris, tidak ada luka, suara perkusi dinding dada pekak,
perkembangan dada simetris, tidak ada suara tambahan.
Paru Paru
Bentuk simetris, tidak ada luka, suara perkusi sonor, auskultasi
vesikuler
5) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Mulut
Tidak sianosis,membran mukosa kering, ada pembesaran tonsil,
ada caries gigi, lidah tampak kotor.
Abdomen
Bentuk simetris, umbilikus bersih, perkusi dinding perut tympani,
bising usus 15 x/m, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
pembesaran limpa.
Pola nutrisi dan cairan Sehat Sakit
Jam Makan pagi 1 kali ( 07.00) 1 kali (07.00)
makan Makan siang 1 kali ( 12.00) 1 kali ( 12.00)
Makan 1 kali ( 18.00) 1 kali (18.00)
malam
Porsi makanan 4-5 ctm 1-2 ctm
Jenis makanan pokok Nasi, lauk pauk, Bubur
Jenis makanan susu Susu
selingan
Makanan kesukaan
Makanan yang tidak - -
disukai
Jumlah air yang 6-7 gelas 6-7 gelas
diminum
6) Kebutuhan Eliminasi
Pola buang air besar (BAB) Sehat Sakit
Frekuensi 1-2x belum
Warna Kuning -
Keluhan saat BAB - -
Konsistensi Lembek -
11) TERAPI
a) Infus d5 N tpm
b) Cefotaxime mg/8jam (sebelum op)
c) Cefotaxime (setelah op)
d) Paracetamol
e) Imunos
12) DIIT
Bubur tim
B. Analisa Data
1. Pre Operasi
Data (DS dan DO) Masalah Etiologi
DS: Pasien mengatakan nyeri menelan Gangguan Abnormalitas
P: nyeri saat menelan, menalan orofaring
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:3
T: 30 detik
DO: Lama saat menelan makanan, batuk
ketika akan menelan
DS: Pasien mengatakan takut Ansietas Kurang
DO: Pasien tampak takut, cemas, nadi cepat informasi
N:110x/mnt, akral dingin
2. Post Operasi
Data (DS dan DO) Masalah Etiologi
DS: Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Prosedur
P: nyeri saat akan menelan invasif
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:5
T: 1-2menit
DO: Pasien tampak memegangi leher, wajah
tampak meringis, skala nyeri 5
DS: - Resiko Adanya
DO: Ada luka terbuka post operasi, suhu infeksi jaringan
37,O oC terbuka
Penyebaran limfogen
Peradangan tonsil
Tonsilitis akut
Abnormalitas orofaring
Gangguan menelan
E. Intervensi
No TujuanKriteriaHasil Intervensidanrasional
Dx
1 Tujuan : NIC :
setelahdilakukantindakankeperawatan 1. Kaji tingkat
selama 1 x 24 jam proses menelan terbantu kesulitan menelan
NOC : 2. Identifikasi
1. Pasien dapat mempertahankan makanan penyebab gangguan
dalam mulut menelan
2. Kemampuan menelan adekuat 3. Berikan informasi
tentang penyebab
gangguan menelan
4. Kolaborasi
pemberian diit cair
5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
dilakukan operasi
2 Tujuan : NIC:
setelahdilakukantindakankeperawatanselama 1. Kaji tingkat
1x24 jam cemas berkurang kecemasan
NOC : 2. Anjurkan pasien
1. Pasien mengatakan sudah tidak cemas untuk tenang
2. Ttv normal 3. Bimbing untuk
3. Tidak ada ekspresi cemas berdoa
4. Beri informasi
mengenai tindakan
operasi
5. Libatkan keluarga
dalam masa
perawatan agar
pasien termotivasi
3 Tujuan : NIC:
setelahdilakukantindakankeprawatan selama 1. Kaji intensitas nyeri
2x24j jam nyeri akut teratasi 2. Ajarkan teknik
NOC : distraksi main game
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang handphone
2. Skala nyeri turun, TTV normal 3. Beri posisi yang
nyaman dan
informasikan tentang
penyebab nyeri
4. Kolaborasi
pemberian analgetik
4 Tujuan: setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan selama 2x24 jam, tidak terjadi 1. Kaji tanda-tanda
kekurangan darah perdarahan
NOC: 2. Anjurkan untuk
1. Membrane mukosa lembab mengkompres air
2. Tidak ada perdarahan dingin
3. TTV normal 3. Anjurkan untuk
4. Hb, Ht normal minum air es
4. Pemberian terapi
cairan IV
5 Tujuan : setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi 1. Kaji tanda-tanda
infeksi infeksi
NOC : 2. Anjurkan pasien
Pasien mengatakan lebih nyaman, suhu menjaga kebersiihan
tubuh 36,5-37,5, lekosit 4000-10000 rb/ul mulut
3. Anjurkan untuk
menghindari
makanan / minuman
yang panas
4. Lanjutkan pemberian
antibiotik
F. Implermentasi
O : pasien tampak
memegangi leher
2. Mengidentifikasi S : Ibu pasien mengatakan
penyebab gangguan sejak 6 bulan yang lalu
menelan sering batuk, tenggorokan
sakit dan tidur mendengkur
O : tonsil tampak
membengkak dan berwarna
kemerahan
S : pasienmengatakan takut
2 3. Mengkaji tingkat menghadapi operasi
kecemasan O : pasien tampak cemas,
nadi 90 x/menit, akral
dingin.
4. Menganjurkan pasien S : pasien mengatakan
untuk tenang belum lega jika belum
1 dioperasi
O : pasien tampak cemas
5. Memberikan informasi S : pasienmengatakan
tentang penyebab kurang paham
terjadinya gangguan O : pasien memperhatikan
menelan dan tindakan penjelasan perawat
yang akan dilakukan
untuk mengatasinya
6. Melanjutkan pemberian S : pasien mengatakan
diit cair senang jika makanannya
lunak dan berkuah
O : pasien menghabiskan
minuman yang disediakan
oleh tim gizi
7. Menganjurkan keluarga S: Keluarga mengatakan
untuk terlibat dalam akan mendampingi pasien
masa perawatan hingga masa perawatan
selesai
2 O:Keluarga memperhatikan
penjelasan perawat
8. Berkolaborasi dengan S: Keluarga mengatakan
tim medis untuk bersedia
dilakukan operasi O: Keluarga sudah ttd surat
pernyataan tindakan operasi
3 1. Mengkajiskalanyeri S:pasienmengatakannyeri
P: nyeri saat akan menelan,
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:4
T: 1-2menit
O : pasieen memegangi
leher
S : pasien mengatakan nyeri
berkurang
2. Megajarkan teknik O : skala nyeri 3
distraksi (main game
handphone) S : pasienmengatakan lebih
nyaman jika tidur pakai
bantal
O : pasien tidur pakai bantal
S: -
5. Menganjurkan keluarga O: Tangan kiri pasien
untuk minum air terpasang infus
es/makan es krim
3 1. Mengkajiskalanyeri S:pasienmengatakannyeri
P: nyeri saat akan menelan,
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:3
T: 1 menit
O : pasieen memegangi
leher
G. Evaluasi
BAB IV
A. IDENTITAS KLIEN
Tn Nama : An. M
Umur : 6 Tahun 9 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Dx medis : Post operasi tonsilektomi
Nama Orangtua/ Wali : Ny. S
Alamat : Semarang
Suku : Jawa
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
B. DATA FOKUS PASIEN
DS:
DO:
Nyeri akut
Mengalihkan perhatian
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
pasien berkurang atau hilang dan TTV normal. Rencana keperawatan yang
dilakukan adalah kaji intensitas nyeri, ajarkan tekhnik distraksi (main game
handphone), beri posisi nyaman. Dalam mengatasi nyeri juga bisa dengan
melakukan tekhnik distraksi (main game handphone) (Perry&Potter, 2005).
Main game handphone bisa dilakukan kapan saja semau pasien, tetapi dalam
mengatasi nyeri saat menelan yang dirasakan pasien disarankan untuk maine
gamenya saat pasien makan, jadi saat makan bisa dilakukan dengan main
game handphone, pikiran pasien akan terfokus pada game dan tidak akan
merasakan nyeri.
Evaluasi
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada hasil evaluasi
terakhir tanggal 21 Desember 2015 didapatkan masalah nyeri akut belum
teratasi dengan data subyektif ibu klien mengatakan anaknya masih nyeri saat
menalan, tetapi nyerinya sudah mulai berkurang dan dari data objektif pasien
tampak memegangi leher, skala nyeri 2. Lanjutkan intervensi yaitu kaji skala
nyeri, ajarkan tekhnik distraksi (main game handphone), beri posisi nyaman.
Ada berbagai macam nyeri yang dialami oleh pasien di Rumah Sakit dansebagian
besar penyebab nyeri pasien diakibatkan karena tindakan pembedahan/ operasi
yang termasuk nyeri akut dan dapat menghambat proses penyembuhan pasien
karena menghambat kemampuan pasien untuk terlibat aktif dalam proses
penyembuhan dan meningkatkan resiko komplikasi akibat imobilisasi sehingga
rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak
terkontrol sehingga harus menjadi prioritas perawatan. Teknik distraksi dapat
digunakan saat individu dalam kondisi sehat atausakit dan merupakan upaya
pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dengan meminimalkan nyeri
secara efektif (Perry & Potter, 2005).
C. MEKANISME PENERAPAN EBNP PADA KASUS
Teknik distraksi yang digunakan dalam mengatasi nyeri post operasi di Rumah
Sakit ada banyak tergantung kesukaan dari pasiennya, untuk pasien yang saya
kelola adalah dengan main game handphone. Penerapan EBN terhadap klien An.
M dilakukan mulai hari Selasa, 20 Desember 2016 jam 11:30 WIB.Main game
dilakukan saat pasien mau makan
Tahap-tahap pelaksanan terapi distraksi (main game handphone) meliputi:
1. Tahap persiapan
a. Jelaskan tujuan dan prosedure terapi distraksi (maine game
handphone)
b. Persiapan alat meliputi handphone dan charger
2. Pelaksanaan
a. Kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
b. Nyalakan handphone dan buka game yang disukai pasien
c. Mainkan game saat pasien mau makan
d. Hentikan prosedure jika pasien sudah mulai bosan
e. Kaji skala nyeri sesudah d berikan terapi distraksi
Adapun keuntungan dari teknik distraksi antara lain dapat dilakukan setiap saat di
mana saja dan kapan saja, caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien, dapat merilekskan otot-otot yang tegang, sedangkan
kerugiannya adalah tidak efektif dilakukan pada penderita penyakit mata minus
dan boros baterai handphone (Smeltzer, 2001). Kemudian ditegaskan kembali
oleh Carney (1983) dalam Perry (2005) melaporkan hasil penelitian bahwa 60%
sampai 70% klien dengan nyeri kepala yang disertai ketegangan dapat
mengurangi aktifitas nyeri sampai 50% dengan melakukan relaksasi dan distraksi.
(Perry & Potter, 2005)
D. HASIL YANG DICAPAI
Skala nyeri sebelum diberi tindakan distraksi adalah 4, nadi 110 x/menit dan
respirasi rate 24x/menit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
pemberian teknik distraksi main game handphone nyeri menjadi 2 nadi 102
x/menit dan respirasi rate 24x/menit, hal ini menunjukkan bahwa teknik distraksi
mampu membantu menurunkan skala nyeri.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan
tepat. Yaitu dengan cara pengangkatan tonsil yang ada pada faring dengan
salah satu cara operasi yaitu operasi tonsilektomi. Pasien dengan pre dan
post operasi tonsilektomi membutuhkan perhatian khusus dari perawat.
Tonsilektomi melibatkan area orofaring, area tersebut merupakan jalan
untuk mencerna makanan, pasien dengan post tonsilektomi perlu diberikan
diit cair khusus yang dingin untuk membantu menghentikan perdarahan
dan pasien tersebut juga harus memperhatikan kebersihan mulut untuk
mencegah terjadinya infeksi
B. SARAN
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
tonsilitis perlu memperhatikan terjadinya komplikasi, abses pertonsil,
otitismediaakut, mastoditis akut, lariofaringitis, sinusitis, rhinitis pada
pasien post tonsilektomi diminimalkan dengan memberikan penyuluhan /
pendidikan kesehatan tentang perawatan tonsilektomi terutama pada
keluarga saat nanti pasien pulang sehingga dapat dilakukan secara mandiri.
BIBLIOGRAPHY
Corwin, E. J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi NANDA & NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Smletzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Medical Surgical Nursing. USA: LWW.
Sudoyo, A., & dkk. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.