Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. M DENGAN PRE DAN POST OPERASI TONSILEKTOMI

DI RUANG ISMAIL 2 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

NAMA : NOVI DWI RUDIANTO

NIM : G3A016252

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Seminar
Stase Anak yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Pre dan
Post Operasi Tonsilektomi Diruang Ismail 2 Rumah Sakit Roemani
Semarang ini dengan sebaik-baiknya. Asuhan keperawatan ini disusun guna
memenuhi tugas stase anak.

Laporan seminar stase anak ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Ifadah, S. Kep. selaku kepala ruang sekaligus pembimbing klinik yang
memberikan motivasi, bimbingan serta arahan.
2. Ns. Maryam, M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing akademik yang
memberikan motivasi, bimbingan serta arahan.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan seminar
stase anak.
Menurut penulis laporan seminar stase anak ini masih jauh dari
kesempurnaan ibarat Tiada Gading Yang Tak Retak oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semarang, 31 Desember 2016

Lathiful Anshori Zain


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan dari penyakit pada tonsil termasuk penyakit yang


paling banyak ditemukan pada populasi umum. Keluhan sepertinyeri
tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sering
disertaidengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien
yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak-anak.

Keluhan-keluhan infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan


penyakit-penyakit telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari
tonsil. Cincin Waldeyer yang tersusun dari jaringan limfoid
berperansebagai daya pertahanan lokal dan surveilen imun. Seperti halnya
jaringanlimfoid lain, jaringan limfoid pada cincin Waldeyer menjadi
hipertrofi padamasa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah
dan menjadi lebihterbuka kesempatan untuk mendapat infeksi dari anak
yang lain.(Mansjoer, 2008)

Lokasi tonsil pada saluran pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia


tidak jarang terkena infeksi/menjadi sarang (fokal) infeksi, serta bisa
jugamembesar dan mengganggu proses menelan/pernafasan, sehingga
tonsilitiskronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering
dari semuapenyakit tenggorokan yang berulang.Radang kronis yang terjadi
pada tonsil ini dapat menimbulkankomplikasi-komplikasi baik komplikasi
ke daerah sekitar atau pun komplikasijauh. Pengobatan pasti untuk
tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatantonsil.Berdasarkan
banyaknya masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan klien dengantonsilitis(Corwin, 2008).
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Tujuan umum mahasiswa mampu melaporkan asuhan keperawatan
Tonsilitis pada An.M secara akurat dan tepat di Ruang Ismail 2 RS
Roemani Muhammadiyah Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaporkan konsep dasar tentang penyakit
tonsiltis
b. Mahasiswa mampu menguraikan pengkajian kasus
c. Mahasiswa mampu menjabarkan diagnosa keperawatan
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan implementasi keperawatan
f. Mahasiswa mampu memaparkan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan
BAB II

KONSEP DASAR

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL


Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yangbanyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil
terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang
mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin
waldeyer ). Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara
lengkung langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di
dalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.

Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring danterletak di


belakang koana
2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
lapisantanduk.
3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke
seluruhtubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui
mulut,hidung, dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang
tonsilmengalami peradangan. Peradangan pada tonsil disebut
dengantonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan Telinga
Hidung& Tenggorokan ( THT ). Kuman yang dimakan oleh imunitas
seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang
disana sertamenyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang
(Tonsilitiskronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil
dan adenoidbekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang
banyak sehinggaukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan
cepat melebihiukuran yang normal.(Pearce, 2012)

B. PENGERTIAN

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat


ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil
sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis(Sudoyo & dkk, 2012).
Tonsilitis adalah peradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan
tonsil yang pada umumnya sering didahului oleh suatu keradangan di
bagian tubuh lain, seperti misal sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti
morbili, dan sebagainya(Corwin, 2008).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang
sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak. (Sriyono, 2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2008).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis
adalah suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok Streptococcus beta hemolitik, Streptococcus viridons dan
Streptococcus pyrogenes, namun tonsillitis juga dapat disebabkan juga
oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
C. ETIOLOGI
Penyebab tonsillitis bermacam macam, diantaranyaadalah yang
tersebutdibawahiniyaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksiinimenularmelaluikontakdarisekrethidungdanludah(droplet
infections )
(Corwin, 2008)

D. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel
atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya
tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap
infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah
kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan
detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan
menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan
gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan
kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada
sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya
sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar
menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak
menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan
parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula. (Corwin, 2008)
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Tonsilitis menurut ( Smeltzer & Bare, 2010) ialah sakit
tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Tanda dan gejala
yang timbul yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan,
kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar
submandibuler dan nyeri tekan. (Smletzer & Bare, 2010)
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut ( Mansjoer, 2008) yaitu :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan
diberikan eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
(Mansjoer, 2008)
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap. Terapi
radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil
G. PENGKAJIAN
1. Fokus pengkajian wawancara
a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
b. Apakah pengobatan adekuat
c. Kapan gejala itu muncul
d. Bagaimana pola makannya
e. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut ( Doengoes, 2000), yaitu :
a. Intergritas Ego, Gejala : Perasaan takut, khawatir Tanda : ansietas,
depresi, menolak.
b. Makanan / Cairan, Gejala : Kesulitan menelan, Tanda : Kesulitan
menelan, mudah terdesak, inflamasi
c. Hygiene, Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
d. Nyeri / Keamanan, Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati, Gejala :
Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga
e. Pernapasan, Gejala : Riwayat menghisap asap rokok ( mungkin ada
anggota keluarga yang merokok ), tinggal di tempat yang berdebu.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium, Tes laboratorium ini digunakan untuk
menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien dengan
tonsilitis merupakan bakteri grup A, kemudian pemeriksaan jumlah
leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah. Persiapan
pemeriksaan yang perlu sebelum tonsilektomi adalah :
1) Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.
2) Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.
3) Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula
darah, elektrolit, dan sebagainya.
b. Kultur,
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
c. Terapi
Dengan menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
4. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi:

T0 : Tonsil masuk di dalam fossa


T1 : <25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Peradangan tonsil

Tonsilitis akut

Pre operasi Post operasi

Reaksi peradangan Pembesaran kedua Luka operasi Jaringan terbuka


Local tonsil
Merangsang area Proteksi kurang
sensorik
Sistem hipotalamus Obstruksi Invasi bakteri
Nyeri akut
Kerusakan system Saluran pencernaan
termoregulasi atas
Resiko
infeksi
Disertai radang Resiko perdarahan
Hipertermia
Nyeri telan/disfagia Darah disal.nafas Ketidakef
ektifan
Ketidaktahuan Asupan nutrisi kurang
Ttg penyakit Resiko bersihan
kekurangan jalan
Perubahan nutrisi
Ansietas volume nafas
kurang dari kebutuhan
tubuh cairan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi
a. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat.
b. hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi.
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan
dilakukannya tonsilektomi.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas
jaringan.
b. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan
penumpukan sekret.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan tonsilektomi
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan .
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.
(Herdman & Kamitsuru, 2015)
J. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi
a. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7
jam pemenuhan kebutuhan nutrisi terbantu
2) NOC : pasien berusaha untuk mempertahankan intake setiap
hari,
3) NIC
a) Kaji status nutrisi
R : mengetahui status nutrisi
b) Anjurkan pasien makan makanan yg cair dan dingin
R : pasien tonsilitis mengalami peradangan dia area
tenggorokan sebaiknya mengkonsumsi makanan yang cair
dan dingin
c) Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai
toleransi
R : mengkonsumsi makanan sesuai dengan kemampuan
pasien untuk intake yg adekuat
d) Berikan diet nutrisi seimbang ( makanan cair atau halus )
R : membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
b. hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7
jam suhu tubuh normal
2) NOC : suhu tubuh 36,5-37,5 C, ektremitas tidak teraba hangat
3) NIC
a) Pantau tanda-tanda vital secara berkala
R : mengetahui adanya hipertermia
b) Beri kompres air biasa
R : membantu menurunkan suhu tubuh
c) Kondisikan ruangan
R : suhu ruangan yang terlalu panas dapat menyebabkan
hipertermia
d) Beri pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit
R : informasi dapat mengurangi kecemasan pasien
e) Kolaborasi pemberian antipiretik
R : membantu menurunkan suhu tubuh
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan
dilakukannya tonsilektomi.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x7
jam cemas teratasi
2) NOC : pasien mengatakan sudah tidak cemas, tidak ada ekpresi
wajah cemas, ttv normal
3) NIC
a) Kaji tingkat kecemasan
R : mengetahui tingkat kecemasan
b) Berikan informasi mengenai prosedur tindakan operasi
yang akan dilakukan
R : informasi yang jelas dapat mengurangi kecemasan
c) Anjurkan pasien untuk tetap tenang dan berdoa
R : edukasi spiritual membantu menenangkan pasien
d) Motivasi pasien dan keluarga dalam menghadapi operasi
R : motivasi yang posiif dapat membantu pasien untuk
semangat
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas
jaringan.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7
jam nyeri teratasi
2) NOC : pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri turun,
TTV normal
3) NIC :
a) Kaji intensitas nyeri dengan P Q R S T
R : mengetahui kualitas nyeri pasien
b) Beri posisi nyaman
R : posisi mempengaruhi rasa nyeri
c) Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyebab nyeri
R : mengurangi kecemasan pasien
d) Kolaborasi pemberian analgetik
R : analgetik membantu mengurangi rasa nyeri
b. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan
penumpukan sekret.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7
jam berdihan jalan napas tidak terganggu
2) NOC : suara napas bersih, tidak ada ronchi, RR 16-20
x/menit,irama reguler
3) NIC :
a) Auskultasi suara napas
R : mengidentifikasi adanya suara napas abnormal
b) Miringkan pasien saat tidur
R : menghindari terjadinya aspirasi (muntah)
c) Ajarkan batuk efektif
R : membantu mengeluarkan sekret yang berlebih
d) Kolaborasi pemberian mukolitik
R : membantu mengencerkan sekret sehingga mudah
dikeluarkan
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan .
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7
jam pemenuhan volume cairan tidak terganggu
2) NOC :
Membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, tanda-tanda vital
dalam batas normal
3) NIC :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
R : mengidentifikasi terjadinya dehidrasi
b. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi cairan cukup
R : membantu pemenuhan kebutuhan cairan
c. Kondisikan suhu ruangan
R : ruangan yang panas mempengaruhi hidrasi
d. Lanjutkan pemberian terapi cairan intravena
R : memenuhi kebutuhan cairan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7
jam tidak ada tanda-tanda infeksi
2) NOC : suhu tubuh normal, lekosit dalam jumlah normal, luka
post operasi bersih
3) NIC :
a) Kaji tanda-tanda infeksi
R : mengetahui adanya infeksi
b) Lakukan pencegahan infeksi baik pada diri sendiri, pasien,
keluarga ataupun pengunjung dengan cuci tangan
R : cuci tangan dapat mencegah infeksi
c) Beri pendidikan kesehatan mengenai resiko terjadinya
infeksi pada pasien
R : pendidikan kesehatan meningkatkan pengetahuan
d) Kolaborasi pemberian antibiotik
R : antibiotik membantu mengurangi infeksi
(Nurarif & Kusuma, 2013)
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Anak : An. A
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Semarang
Suku : Jawa
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Tanggal Masuk : 17/ 04 / 2017
Tanggal Pengkajian :
Pemberi Informasi : Ny. S
Hubungan dg Anak : Ibu

Genogram Keluarga

Keterangan:
atau : pria, wanita sehat : tinggal satu rumah
atau : pasien : garis pernikahan
atau : meninggal
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan An. M nyeri saat menelan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan An.A sejak 1 tahun yang lalu mengalami nyeri saat
menelan, sakit tenggorokan dan batuk, kemudian pasien dibawa kedokter
praktik untuk mendapat pengobatan dan dapat sembuh.setelah itu 1 minggu
yang lalu gejala yang sama kambuh lagi ditambah kalau tidur sering
mendengkur lalu dipriksakan kedokter dan disarankan untuk dioperasi karena
tonsilnya makin membesar, akhirnya keluarga membawa An. A ke IGD RS
Roemani Semarang kemudian dipindahkan keruang inap Ismail 2 untuk
mendapatkan pengobatan.
4. Riwayat Masa Lalu
1. Kehamilan Ibu
a. Gestasi : Aterm
b. Usia ibu saat hamil : 24 tahun
c. Kesehatan ibu saat hamil :Ibu sehat dalam masa kehamilan, selalu
kontrol ke yankes terdekat.
d. Obat obatan yang digunakan : vitamin dan zat besi
2. Persalinan
a. Tipe persalinan : Normal
b. Tempat melahirkan : Bidan
3. Penyakit atau operasi sebelumnya
a. Penyakit/ operasi sebelumnya : tidak pernah
b. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain : Keluarga tidak ada yang
mengalami kejadian seperti yang diderita pasien.
4. Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan atau
benda asing.
5. Imunisasi
Jenis Imunisasi Pemberian
BCG Lengkap
DPT 1 Lengkap

HEP B Lengkap

POLIO Lengkap

CAMPAK Lengkap
DPT 2 Lengkap

6. Pengkajian Fisik
a. Pre operasi
1) Pengukuran Umum
a) BB sekarang : 13 kg
b) BB sebelum sakit: 14 kg
c) Tinggi badan : 97cm
d) Lingkar kepala : 49 cm
e) Lingkar dada :50 cm
f) LILA : 15 cm
g) Status gizi : Normal/ideal
2) Tanda Vital
a) Suhu : 37,1oC
b) Frekuensi jantung : 84 x/mnt
c) Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt
3) Kepala
Bentuk simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, rambut
berwarna hitam bersih, rambut lurus dan halus, bentuk wajah
simetris.
4) Kebutuhan Oksigenasi
Hidung
Tidak ada sekret, bentuk hidung simetris, penciuman baik, tidak
ada polip hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Jantung
Bentuk simetris, tidak ada luka, suara perkusi dinding dada pekak,
perkembangan dada simetris, tidak ada suara tambahan.
Paru Paru
Bentuk simetris, tidak ada luka, suara perkusi sonor, auskultasi
vesikuler
5) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Mulut
Tidak sianosis,membran mukosa kering, ada pembesaran tonsil,
ada caries gigi, lidah tampak kotor.
Abdomen
Bentuk simetris, umbilikus bersih, perkusi dinding perut tympani,
bising usus 15 x/m, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
pembesaran limpa.
Pola nutrisi dan cairan Sehat Sakit
Jam Makan pagi 1 kali ( 07.00) 1 kali (07.00)
makan Makan siang 1 kali ( 12.00) 1 kali ( 12.00)
Makan 1 kali ( 18.00) 1 kali (18.00)
malam
Porsi makanan 4-5 ctm 1-2 ctm
Jenis makanan pokok Nasi, lauk pauk, Bubur
Jenis makanan susu Susu
selingan
Makanan kesukaan
Makanan yang tidak - -
disukai
Jumlah air yang 6-7 gelas 6-7 gelas
diminum

6) Kebutuhan Eliminasi
Pola buang air besar (BAB) Sehat Sakit
Frekuensi 1-2x belum
Warna Kuning -
Keluhan saat BAB - -
Konsistensi Lembek -

Pola buang air kecil (BAK) Sehat Sakit


Frekuensi 4-5 kali 4- 5 kali
Warna Kuning Kuning keruh
Keluhan saat BAK - -
Kebutuhan cairan berdasarkan BB
5 x 100= 500
5 x 50= 250
3x20= 60
810 : 24 = 34 cc/jam
7) Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat
Ibu klien mengatakan sebelum sakit kegiatan sehari-hari klien
bermain selayaknya anak berusia 6 tahun. Selama di rumah sakit
klien tampak tidak bersemangat, hanya berbaring di tempat tidur
dan main game handphone.
Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien tidur 7-9 jam dalam
sehari dengan nyenyak, selama sakit klien menjadi susah tidur,
tidur 7-8 jam per hari dan sering terbangun saat tidur.
8) Kebutuhan Higyene Personal
a) Frekuensi mandi : 2x sehari dengan sibin
b) Kuku
1. Warna kuku : Normal
2. Higiene : Bersih
3. Kondisi kuku : Pendek
c) Genetalia : Bersih
9) Organ Sensoris
Mata
a) Penempatan dan kesejajaran : Simetris
b) Warna sklera : Tidak ikterik
c) Warna iris : Hitam
d) Konjungtiva : Anemis
e) Ukuran pupil : Simetris
f) Refleks pupil : Rangsang terhadap cahaya baik
g) Refleks kornea : Dalam batas normal
h) Refleks berkedip : Dalam batas normal
i) Gerakan kelopak mata : Dalam batas normal
Telinga
a) Penempatan dan kesejajaran pinna : Sejajar
b) Higine telinga : Kanan + kiri : kotor
c) Rabas telinga : Kanan + kiri bersih
Kulit
a) Warna kulit : sawo matang
b) Turgor : Kering
c) Edema : tidak ada edema
d) Capillary refill : Kurang dari 3 detik
10) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaanlaboratoriumtanggalselesai 17 April 2017 jam 23.13

Nama Test Flag Hasil Unit Nilai Rujukan


Imunologi : H negatif S/CO Neg : <0,13 post : > 0,13
HBsAg kuantitatif
-

laboratoriumtanggal selesai 17 April 2017 jam 09.52

Nama Test Hasil Unit NilaiRujukan


Darah lengkap
Hemoglobin 12.5 g/dL 13.2-15.5
Lekosit 115000 /mm3 3800-10.600
Trombosit 394000 /mm3 150.000-
440.000
Hematokrit 36.7 % 31.0-45.0
Eritrosit 4.55 Juta/uL 3.7-5.8
MCV 81.0 fL 80-100
MCH 27.4 pg 26-34
MCHC 34.0 g/dL 32-36
RDW 11.8 % 11.5-14.5
MPV 7.3 fL 7.9-11.1
PDW fL 9.0-13.0
Eosinofil 3.4 % 2-4
Basofil 1.0 % 0-1
Neutrofil 39.8 % 50-70
Limfosit 50.3 % 25-40
Monosit 5.5 % 2-8
Waktu perdarahan 102 Menit 1-3
Waktu pembekuan 312 Menit 2-6
HBsAg Kualitatif Negatif Negatif <0,13
Glukosa Sewaktu 74 Mg/dL 80-150

11) TERAPI
a) Infus d5 N tpm
b) Cefotaxime mg/8jam (sebelum op)
c) Cefotaxime (setelah op)
d) Paracetamol
e) Imunos
12) DIIT
Bubur tim
B. Analisa Data
1. Pre Operasi
Data (DS dan DO) Masalah Etiologi
DS: Pasien mengatakan nyeri menelan Gangguan Abnormalitas
P: nyeri saat menelan, menalan orofaring
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:3
T: 30 detik
DO: Lama saat menelan makanan, batuk
ketika akan menelan
DS: Pasien mengatakan takut Ansietas Kurang
DO: Pasien tampak takut, cemas, nadi cepat informasi
N:110x/mnt, akral dingin

2. Post Operasi
Data (DS dan DO) Masalah Etiologi
DS: Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Prosedur
P: nyeri saat akan menelan invasif
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:5
T: 1-2menit
DO: Pasien tampak memegangi leher, wajah
tampak meringis, skala nyeri 5
DS: - Resiko Adanya
DO: Ada luka terbuka post operasi, suhu infeksi jaringan
37,O oC terbuka

DS: Pasien mengatakan meludah warna Resiko Adanya


merah perdarahan pembedahan
DO: Tampak adanya perdarahan, tonsil tonsiloktomi
memerah

C. Pathways Keperawatan Kasus

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Peradangan tonsil

Tonsilitis akut

Pre operasi Post operasi

Ketidaktahuan Pembesaran kedua Luka operasi Jaringan terbuka


Ttg penyakit tonsil
Merangsang area Proteksi kurang
sensorik
Ansietas Obstruksi Invasi bakteri
Nyeri akut
Saluran pencernaan
atas
Resiko
infeksi
Disertai radang Resiko
perdarahan
Nyeri telan

Abnormalitas orofaring

Gangguan menelan

D. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Pre operasi
a. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi
b. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasive (terputusnya
kontinuitas jaringan).
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan tonsiloktomi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jaringan terbuka

E. Intervensi

No TujuanKriteriaHasil Intervensidanrasional
Dx
1 Tujuan : NIC :
setelahdilakukantindakankeperawatan 1. Kaji tingkat
selama 1 x 24 jam proses menelan terbantu kesulitan menelan
NOC : 2. Identifikasi
1. Pasien dapat mempertahankan makanan penyebab gangguan
dalam mulut menelan
2. Kemampuan menelan adekuat 3. Berikan informasi
tentang penyebab
gangguan menelan
4. Kolaborasi
pemberian diit cair
5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
dilakukan operasi
2 Tujuan : NIC:
setelahdilakukantindakankeperawatanselama 1. Kaji tingkat
1x24 jam cemas berkurang kecemasan
NOC : 2. Anjurkan pasien
1. Pasien mengatakan sudah tidak cemas untuk tenang
2. Ttv normal 3. Bimbing untuk
3. Tidak ada ekspresi cemas berdoa
4. Beri informasi
mengenai tindakan
operasi
5. Libatkan keluarga
dalam masa
perawatan agar
pasien termotivasi
3 Tujuan : NIC:
setelahdilakukantindakankeprawatan selama 1. Kaji intensitas nyeri
2x24j jam nyeri akut teratasi 2. Ajarkan teknik
NOC : distraksi main game
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang handphone
2. Skala nyeri turun, TTV normal 3. Beri posisi yang
nyaman dan
informasikan tentang
penyebab nyeri
4. Kolaborasi
pemberian analgetik
4 Tujuan: setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan selama 2x24 jam, tidak terjadi 1. Kaji tanda-tanda
kekurangan darah perdarahan
NOC: 2. Anjurkan untuk
1. Membrane mukosa lembab mengkompres air
2. Tidak ada perdarahan dingin
3. TTV normal 3. Anjurkan untuk
4. Hb, Ht normal minum air es
4. Pemberian terapi
cairan IV
5 Tujuan : setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi 1. Kaji tanda-tanda
infeksi infeksi
NOC : 2. Anjurkan pasien
Pasien mengatakan lebih nyaman, suhu menjaga kebersiihan
tubuh 36,5-37,5, lekosit 4000-10000 rb/ul mulut
3. Anjurkan untuk
menghindari
makanan / minuman
yang panas
4. Lanjutkan pemberian
antibiotik

F. Implermentasi

No Waktu Tindakankeperawatan Respon TTD


dx
1 1. Mengkaji tingkat S : pasien mengatakan bisa
kesulitan menelan makan jika makanannya
berkuah atau makanan yang
cair

O : pasien tampak
memegangi leher
2. Mengidentifikasi S : Ibu pasien mengatakan
penyebab gangguan sejak 6 bulan yang lalu
menelan sering batuk, tenggorokan
sakit dan tidur mendengkur
O : tonsil tampak
membengkak dan berwarna
kemerahan

S : pasienmengatakan takut
2 3. Mengkaji tingkat menghadapi operasi
kecemasan O : pasien tampak cemas,
nadi 90 x/menit, akral
dingin.
4. Menganjurkan pasien S : pasien mengatakan
untuk tenang belum lega jika belum
1 dioperasi
O : pasien tampak cemas
5. Memberikan informasi S : pasienmengatakan
tentang penyebab kurang paham
terjadinya gangguan O : pasien memperhatikan
menelan dan tindakan penjelasan perawat
yang akan dilakukan
untuk mengatasinya
6. Melanjutkan pemberian S : pasien mengatakan
diit cair senang jika makanannya
lunak dan berkuah
O : pasien menghabiskan
minuman yang disediakan
oleh tim gizi
7. Menganjurkan keluarga S: Keluarga mengatakan
untuk terlibat dalam akan mendampingi pasien
masa perawatan hingga masa perawatan
selesai
2 O:Keluarga memperhatikan
penjelasan perawat
8. Berkolaborasi dengan S: Keluarga mengatakan
tim medis untuk bersedia
dilakukan operasi O: Keluarga sudah ttd surat
pernyataan tindakan operasi

3 1. Mengkajiskalanyeri S:pasienmengatakannyeri
P: nyeri saat akan menelan,
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:4
T: 1-2menit
O : pasieen memegangi
leher
S : pasien mengatakan nyeri
berkurang
2. Megajarkan teknik O : skala nyeri 3
distraksi (main game
handphone) S : pasienmengatakan lebih
nyaman jika tidur pakai
bantal
O : pasien tidur pakai bantal

S: Pasien mengatakan kalau


3. Memberi posisi nyaman meludah berwarna merah
O: Ludah warna merah

4 S: Ibu pasien mengatakan


4. Mengkaji tanda-tanda bersedia
perdarahan O: Pasien tampak makan es
krim

S: -
5. Menganjurkan keluarga O: Tangan kiri pasien
untuk minum air terpasang infus
es/makan es krim

6. Memberikan terapi S : pasien mengatakan leher


cairan IV terasa hangat
O : Terasa hangat, S: 37,6 C
Lekosit 11000

7. Mengkaji tanda-tanda S : pasien mengatakan akan


5 infeksi selalu rajin untuk menjaga
kesehatan mulut
O : Pasien dan keluarga
kooperatif
8. Menganjurkan pasien
untuk menjaga S : pasienmengtakan akan
kebersihan mulut menghindari minuman
9. Menganjurkan pasien panas
untuk menghindari O : Pasien dan keluarga
makanan atau minuman kooperatif
yang panas S :-
O: Antibiotik cefotaxime
10. Memberikan antibiotik 750mg masuk

3 1. Mengkajiskalanyeri S:pasienmengatakannyeri
P: nyeri saat akan menelan,
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:3
T: 1 menit
O : pasieen memegangi
leher

2. Megajarkan teknik S : pasien mengatakan nyeri


distraksi (main game berkurang
handphone) O : skala nyeri 2
3. Memberi posisi nyaman S : pasien mengatakan lebih
nyaman jika tidur pakai
bantal
O : pasien tidur pakai bantal

4. Mengkaji tanda-tanda S: Pasien mengatakan kalau


perdarahan meludah sudah tidak
berwarna merah
O: Ludah warna putih
5. Memberikan terapi S: -
cairan IV O: Tangan kiri pasien
terpasang infus
6. Mengkaji tanda-tanda S : pasien mengatakan leher
4 infeksi terasa hangat
O : Terasa hangat, S: 37,0 C
Lekosit 11000

7. Menganjurkan pasien S : pasien mengatakan akan


untuk menjaga selalu rajin untuk menjaga
kebersihan mulut kesehatan mulut
O : Pasien dan keluarga
kooperatif
8. Menganjurkan pasien S : pasien mengtakan akan
untuk menghindari menghindari minuman
5 makanan atau minuman panas
yang panas O : Pasien dan keluarga
kooperatif
9. Memberikan antibiotik S :-
O: Antibiotik cefotaxime
750mg masuk

G. Evaluasi

Waktu Evaluasi ttd


S : Pasienmengatakannyeri saat menelan, bisa makan kalau
ada kuah, masih batuk dan sakit ditenggorokan.
P: nyeri saat menelan,
Q : seperti ditusuk
R : nyeri di tenggrokan
S:3
T: 30 detik
O : Pasien tampak memegangi leher, tonsil tampak besar dan
berwarna merah
A : Masalah gangguan menelan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Beri posisi yang nyaman
2. Anjurkan konsumsi makanan lembek atau berkuah
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk dilakukan operasi
S: Pasien mengatakan takut kalau dioperasi
O: Pasien tampak takut, cemas, akral dingin, nadi 110x/mnt
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk tenang
2. Beri motivasi
3. Bimbing untuk berdoa
4. Persiapan operasi besok tgl 20/12/2016 jam 08:30 WIB
S : Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokan,
P : nyeri jika menelan
Q: nyeri seperti ditusuk
R : tenggorokan
S:4
T : 1-2 menit
O : Pasien tampak meringis, memegangi leher
A : Masalah nyeri belum teratasi, dan resiko infeksi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan tekhnik distraksi
3. Beri posisi nyaman
4. Kolaborasi pemberian analgetik
S: Pasien mengatakan saat meludah berwarna merah
O: Tampak ludah warna merah
A: Masalah resiko perdarahan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda perdarahan
2. Anjurkan untuk minum air es atau es krim
3. Berikan terapi cairan IV
S: Pasien mengatakan leher terasa hangat
O: Leher terasa hangat, S: 37,6 C, tonsil warna merah
A: Masalah resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Anjurkan untuk menjaga kebersihan mulut
3. Kolaborasi pemeberian antibiotik
S : Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokan,
P : nyeri jika menelan
Q: nyeri seperti ditusuk
R : tenggorokan
S:3
T : 1 menit
O : Pasien tampak memegangi leher
A : Masalah nyeri belum teratasi, dan resiko infeksi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan tekhnik distraksi
3. Beri posisi nyaman
4. Kolaborasi pemberian analgetik
S: Pasien mengatakan saat meludah tidak berwarna merah
O: Tampak ludah warna putih
A: Masalah resiko perdarahan teratasi
P: Pertahankan intervensi
1. Kaji tanda-tanda perdarahan
2. Anjurkan untuk minum air es atau es krim
S: Pasien mengatakan leher terasa hangat
O: Leher terasa hangat, S: 37,0 C, tonsil warna merah
A: Masalah resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Anjurkan untuk menjaga kebersihan mulut
3. Kolaborasi pemeberian antibiotik

BAB IV

APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RESEARCH

A. IDENTITAS KLIEN
Tn Nama : An. M
Umur : 6 Tahun 9 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Dx medis : Post operasi tonsilektomi
Nama Orangtua/ Wali : Ny. S
Alamat : Semarang
Suku : Jawa
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
B. DATA FOKUS PASIEN

DS:

- Pasien mengatakan nyeri saat menelan

DO:

- Pasien tampak memegangi leher


- Wajah tampak meringis
- Skala nyeri 4
- Akral dingin

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RESEARCH
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (
prosedur invasif

D. ANALISA SINTESA JUSTIFIKASI

Prosedur invasif tonsilektomi

Terputusnya kontinuitas jaringan, adanya saraf yg terpotong

Nyeri akut

Gangguan rasa nyaman

Distraksi (Main game handphone)

Mengalihkan perhatian

Penurunan skala nyeri


BAB V
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedure invasive (terputusnya kontinuitas
jaringan).
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association
for the study of pain) (Nanda, 2015).
Batasan Karakterisitik :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernafasan
e. Laporan isyarat
f. Perilaku distraksi (mis: berjalan mondar-mandir, aktivitas yang berulang)
g. Mengekspresikan prilaku (mis: gelisah, merengek)
h. Sikap melindungi area nyeri
i. Sikap tubuh melindungi
Alasan ditegakkannya diagnosa :
Alasan penulis mengambil diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan
prosedure invasive (terputusnya kontinuitas jaringan) karena dari hasil
pemeriksaan didapatkan data subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri saat
menelan dan dari data obyektif didapat hasil yaitu pasien tampak memegangi
leher, pasien tampak meringis, skala nyeri 4 dan akral dingin.

Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
pasien berkurang atau hilang dan TTV normal. Rencana keperawatan yang
dilakukan adalah kaji intensitas nyeri, ajarkan tekhnik distraksi (main game
handphone), beri posisi nyaman. Dalam mengatasi nyeri juga bisa dengan
melakukan tekhnik distraksi (main game handphone) (Perry&Potter, 2005).
Main game handphone bisa dilakukan kapan saja semau pasien, tetapi dalam
mengatasi nyeri saat menelan yang dirasakan pasien disarankan untuk maine
gamenya saat pasien makan, jadi saat makan bisa dilakukan dengan main
game handphone, pikiran pasien akan terfokus pada game dan tidak akan
merasakan nyeri.

Evaluasi
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada hasil evaluasi
terakhir tanggal 21 Desember 2015 didapatkan masalah nyeri akut belum
teratasi dengan data subyektif ibu klien mengatakan anaknya masih nyeri saat
menalan, tetapi nyerinya sudah mulai berkurang dan dari data objektif pasien
tampak memegangi leher, skala nyeri 2. Lanjutkan intervensi yaitu kaji skala
nyeri, ajarkan tekhnik distraksi (main game handphone), beri posisi nyaman.

B. JUSTIFIKASI PEMILIHAN TINDAKAN BERDASARKAN EBNP

Ada berbagai macam nyeri yang dialami oleh pasien di Rumah Sakit dansebagian
besar penyebab nyeri pasien diakibatkan karena tindakan pembedahan/ operasi
yang termasuk nyeri akut dan dapat menghambat proses penyembuhan pasien
karena menghambat kemampuan pasien untuk terlibat aktif dalam proses
penyembuhan dan meningkatkan resiko komplikasi akibat imobilisasi sehingga
rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak
terkontrol sehingga harus menjadi prioritas perawatan. Teknik distraksi dapat
digunakan saat individu dalam kondisi sehat atausakit dan merupakan upaya
pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dengan meminimalkan nyeri
secara efektif (Perry & Potter, 2005).
C. MEKANISME PENERAPAN EBNP PADA KASUS
Teknik distraksi yang digunakan dalam mengatasi nyeri post operasi di Rumah
Sakit ada banyak tergantung kesukaan dari pasiennya, untuk pasien yang saya
kelola adalah dengan main game handphone. Penerapan EBN terhadap klien An.
M dilakukan mulai hari Selasa, 20 Desember 2016 jam 11:30 WIB.Main game
dilakukan saat pasien mau makan
Tahap-tahap pelaksanan terapi distraksi (main game handphone) meliputi:
1. Tahap persiapan
a. Jelaskan tujuan dan prosedure terapi distraksi (maine game
handphone)
b. Persiapan alat meliputi handphone dan charger
2. Pelaksanaan
a. Kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
b. Nyalakan handphone dan buka game yang disukai pasien
c. Mainkan game saat pasien mau makan
d. Hentikan prosedure jika pasien sudah mulai bosan
e. Kaji skala nyeri sesudah d berikan terapi distraksi
Adapun keuntungan dari teknik distraksi antara lain dapat dilakukan setiap saat di
mana saja dan kapan saja, caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien, dapat merilekskan otot-otot yang tegang, sedangkan
kerugiannya adalah tidak efektif dilakukan pada penderita penyakit mata minus
dan boros baterai handphone (Smeltzer, 2001). Kemudian ditegaskan kembali
oleh Carney (1983) dalam Perry (2005) melaporkan hasil penelitian bahwa 60%
sampai 70% klien dengan nyeri kepala yang disertai ketegangan dapat
mengurangi aktifitas nyeri sampai 50% dengan melakukan relaksasi dan distraksi.
(Perry & Potter, 2005)
D. HASIL YANG DICAPAI
Skala nyeri sebelum diberi tindakan distraksi adalah 4, nadi 110 x/menit dan
respirasi rate 24x/menit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
pemberian teknik distraksi main game handphone nyeri menjadi 2 nadi 102
x/menit dan respirasi rate 24x/menit, hal ini menunjukkan bahwa teknik distraksi
mampu membantu menurunkan skala nyeri.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN YANG DITEMUKAN


Adapun keuntungan dari teknik distraksi main game handphone antara lain dapat
dilakukan setiap saat di mana saja dan kapan saja,caranya sangat mudah dan dapat
dilakukan secara mandiri oleh pasien, dapat merilekskan otot-otot yang tegang,
sedangkan kerugiannyaadalah tidak efektif dilakukan pada penderita penyakit
minus mata dan boros baterai.
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan
tepat. Yaitu dengan cara pengangkatan tonsil yang ada pada faring dengan
salah satu cara operasi yaitu operasi tonsilektomi. Pasien dengan pre dan
post operasi tonsilektomi membutuhkan perhatian khusus dari perawat.
Tonsilektomi melibatkan area orofaring, area tersebut merupakan jalan
untuk mencerna makanan, pasien dengan post tonsilektomi perlu diberikan
diit cair khusus yang dingin untuk membantu menghentikan perdarahan
dan pasien tersebut juga harus memperhatikan kebersihan mulut untuk
mencegah terjadinya infeksi
B. SARAN
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
tonsilitis perlu memperhatikan terjadinya komplikasi, abses pertonsil,
otitismediaakut, mastoditis akut, lariofaringitis, sinusitis, rhinitis pada
pasien post tonsilektomi diminimalkan dengan memberikan penyuluhan /
pendidikan kesehatan tentang perawatan tonsilektomi terutama pada
keluarga saat nanti pasien pulang sehingga dapat dilakukan secara mandiri.

BIBLIOGRAPHY
Corwin, E. J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan, Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi NANDA & NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction.

Pearce, S. (2012). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: EGC.

Perry, P., & Potter, A. G. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Smletzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Medical Surgical Nursing. USA: LWW.

Sudoyo, A., & dkk. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai