PENDAHULUAN
1
penderita anak dengan jenis kelamin laki-laki 156 (51,8%), perempuan 145
(48,2%) yang mengalami tonsillitis kronik. Uji kuadrat menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara tonsillitis dengan aktivitas sehari-hari. Data rekam
medis RS Roemani Semarang tahun 2011 didapati penderita tonsilitis pada anak
dengan jumlah 10 pasien anak.
Karena banyaknya kawasan yang menderita penyakit tonsilitis penulis
tertarik menulis makalah tentang tonsilitis serta membahas tentang asuhan
keperawatannya.
2
1.4. Manfaaat Penulisan
1.4.1. Untuk memberikan ilmu pengetahun mengenai tonsilitis kepada pembaca
1.4.2. Memberikan pembaca informasi terhadap penyebab, perjalanan penyakit
dan tanda gejala dari tonsilitis.
1.4.3. Agar pembaca tahu bagaimana pencegahan dan pengobatan tonsilitis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi fisiologi tonsil terdiri dari beberapa bagian. Tonsil terbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian
luar tonsil terikat longgar pada muskulus
konstriktor faring superior, sehingga tertekan
setiap kali makan.
4
menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang
ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring,
sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada
jalan nafas.
1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di
belakang koana
2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
5
kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak,
karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara
optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.
Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“
kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja
karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang
dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler
tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta
menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis).
Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus“
dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan
adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan
adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi
sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan
batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit
pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid
Artritis) dan kulit (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak
seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.
2.3 Macam-macam tonsilitis
a) Tonsilitis Akut
b) Tonsilitis Kronik
c) Tonsilitis Membranosa
1. Tonsillitis akut
6
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes.
Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan
gejala perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu :
1. Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan
permukaannya berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut
detritus. Detritus ini terdiri dari leukosit, epitel yang terlepas akibat
peradangan, dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
2. Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut.
Perkembangan ini sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi
terdorong ke tengah, rasa nyeri yang sangat hebat , air liur pun tidak bisa di
telan. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat
pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar darah.
3. Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili.
Dan gejala klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan
aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat
palatum mole (langit- langit) akan keluar nanah.
7
III. Tonsilitis membranosa
Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan
tonsil yang membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini
biasanya mudah diangkat atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.
Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisisi
lakuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae,
kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian
atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi
dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit
ini jarang ditemukan.
2.4 Etiologi
8
d. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
e. Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
f. Streptococcus B hemoliticus grup A
g. Streptococcus viridens
h. Streptococcus pyogenes
i. Staphilococcus
j. Pneumococcus
k. Virus
l. Adenovirus
m. ECHO
n. Virus influenza serta herpes
2.5 Patofisiologi
2.6 WOC
Terlampir
9
2.7 Manifestasi klinis
1. Demam 9. Disfagia
2. Tidak enak badan 10. Mual
3 Sakit kepala 11. Otalgia
4 Muntah 12. Suara serak
5 Tidak nafsu makan 13. Tonsil membangkak
6 Nyeri abdomen 14. Hipertermia
7 Pucat 15. Sakit telinga
8 Letargi 16. Sakit pada otot dan sendi
Menurut Hembing :
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit
saat menelan, kadang-kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan
keluar nanah pada lekukan tonsil.
2.8 Komplikasi
10
6. Rhinitis
11
itu telah juga mengakibatkan kejang-kejang dan demam, sehingga perlu tindakan
untuk segera di operasi.
Yang perlu mendapat perhatian bahwa tonsil itu adalah salah satu kelenjar
yang berperan sebagai organ kekebalan tubuh di tenggorokan, dan kelenjar lain di
lokasi itu juga masih banyak, seperti kelenjar-kelenjar getah bening yang
bertebaran di sekitar tengorokan dan di bagian badan lainnya.
Dengan demikian tindakan operasi tonsilitis tidaklah demikian
berpengaruh bagi mengurangi kekebalan tubuh si penderita, bila penyakit itu di
operasi. Karena masih ada organ lain yang dapat menggantikan fungsinya untuk
mempertahankan kekebalan tubuh seseorang. Tindakan pengobatan berupa
operasi tonsil ini tentu saja merupakan jalan terakhir, bila tindakan pengobatan
lain tidak begitu mempan untuk mengurangi penderitaan si penderita. Cara
pengobatan itu tidaklah serta merta dapat dilakukan, tapi sebelumnya sudah
melalui berbagai macam pertimbangan.
perawatan dan pengobatan sebagai salah satu upaya mencegah amandel
atau tonsil membesar dan timbulnya kembali amandel pasca operasi yang
mungkin pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya :
2. Jangan minum air dingin, es krim, jenis makanan dan minuman yang
mengandung bahan kimia seperti pemanis buatan, pewarna buatan dsb.
Utamakan konsumsi buah dalam bentuk sari buah atau buah yang sudah di
blender agar memudahkan masuk ke dalam tenggorokan serta mempermudah
komponen organ pencernaan untuk mengurai makanan.
12
5. Istirahat yang cukup.
7. Mengkompres leher dengan handuk atau kain yang sudah direndam dengan air
hangat setiap hari.
13
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
14
1) Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang
ada dalam tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2) Pemeriksaan penunjang
15
BAB III
kasus
Anak laki-laki usia 6 tahun, berat badan 15 kg, tinggi badan 120.
Tanda-tanda vital :
respirasi = 24 x/menit
Suhunya = 40̊ C
Anak mengeluh sakit pada leher dan sakit pada saat menelan. Ibu mengatakan
3.1. pengkajian
16
tekanan darah : 110/60mmHg
denyut nadi : 76x/menit
respiratory rate: 24x/menit
suhu : 40̊C
berat badan : 15 kg
tinggi badan : 120 cm
tanggal MRS : 23 Agustus 2013
data orang tua
nama ayah : Tn.Y
nama ibu : Ny.Z
pekerjaan ayah : swasta
pekerjaan ibu : IRT
alamat orang tua : Jl. Limau manis, Kec.Pauh
17
Riwayat kesehatan saat ini
Sebelum masuk RS ibu mengeluh bahwa An.X mengalami demam, sakit pada
leher, sakit saat menelan, dan tidur terganggu.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada mengidap penyakit tonsilitis.
18
b) Berat badan:15 kg
c) Panjang badan lahir:47cm
d) Usia mulai timbul gigi 10 bulan jumlah gigi 20 buah
e) Perkembangan anak
f) Hasil dari anamnase dengan ibu, klien mulai berguling dada usia 7 bulan,
duduk pada usia 8 bulan, merangkak, pada usia 10 setengah bulan, berdiri
pada usia 12 bulan, mulai berjalan pada usia 14 bulan, dan mulai berbicara
pada usia 16 bulan.
g) Pemberian ASI
h) Anak pertama kali diberi ASI sejak 2 hari dan cara pemberiannya anak
dibaringkan. Lamanya pemberian tidak menentu. ASI diberikan sampai
usia 2 tahun.
i) Pemberian makanan tambahan
j) Pertamakali diberikan tambahan pada usia 5 bulan. Makanan tambahan
berupa nasi yang dihaluskan. Lama pemberian 7 bulan.
19
20