Anda di halaman 1dari 40

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.S


DENGAN RDS (RESPIRATORY DISTRESS SINDOM)
DI RUANGAN ANAK RSUD AROSUKA

OLEH :

Oleh Kelompok 1 :
1. Annisa Sandra 8. Muhammad Sauki
2. Derisda Meldalisa 9. Nita Widya Hayati
3. Elsa Cica Marja 10.Octathia Syahadatain
4. Elsa Danur 11.Risa Siswanti
5. Eni Gusli 12.Tiara Denisia
6. Maizanora 13.Yori Rahma Yulita
7. Marlina Astuti 14.Zulifka Rahmi

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Seminar ini dengan judul ”

Asuhan Keperawatan Pada Pasien By. Ny.S dengan Respiratory Distress Sindrome

( RDS ) di Ruang Rawatan Anak RSUD Arosuka”.

Penulisan makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan siklus Keperawatan Anak di RSUD Arosuka Tahun 2021. Selama

penyusunan sampai selesainya Makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan,

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah Ners ini dapat

memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi pembaca.

Arosuka, April 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang ……………………………………………… …..1
B. Tujuan ……………………………………………………… ….3
C. Manfaat …………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori ……………………………………………………..5
1. Pengertian ……………………………………….……………5
2. Etiologi ………………………………………………….……5
3. Patofisiologi …………………………………………….……6
4. Manifestasi Klinis ……………………………………………7
5. Komplikasi …………………………………………….……..7
6. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………….……..8
7. Penalataksanaan Medis ………………………………..……...8
8. Penatalaksanaan keperawatan ………………………..……….9
B. Konsep Asuhan Keperawatan ……………………………..…….12
1. Pengkajian …………………………………………………….12
2. Diagnosa keperawatan ………………………………………..12
3. Intervensi keperawatan ……………………………………….13
4. Implementasi Keperawatan …………………………………...15
5. Evaluasi keperawatan …………………………………………15
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ……………………………………………………….16
1. Identitas Pasien ………………………………………………16
2. Riwayat Bayi …………………………………………………16
3. Riwayat Ibu……………………………………………….…..17
4. Pemeriksaan Fisik …………………………………………….17
5. Riwayat Sosial ………………………………………….…….18
6. Pola Nutrisi. …………………………………………….……19
7. Data Penunjang ………………………………………………19
ii
8. Terpi yang Diberikan …………………………………………19
B. Analisa Data …………………………………………….….……20
C. Diagnosa Keperawatan …………………………………………..21
D. Intervensi Keperawatan …………………………………………..22
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ………………………..25
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian …………………………………………….………….31
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………….…..….31
C. Intervensi Keperawatan ………………………………………….32
D. Evaluasi Keperawatan …………………………………..………32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………….......……33
B. Saran …………………………………………………..….……..33
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal nafas pada neonates merupakan masalah klinis yang sangat serius,
yang berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, dan biaya
perawatan. Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah
istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan
ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam
paru(Marmi&Rahardjo,2012).
Respiratory Distress Syndrom(RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan
merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi pernapasan
yang lebih dari 60 kali permenit, adanya sianosis, adanya rintihan pada saat
ekspirasi serta adaretraksi dinding dada saat inspirasi. Penyakit ini
merupakan penyakit membrane hialin dimana terjadi perubahan atau
kurangnya komponen surfaktan pulmoner. Komponen ini merupakan suatu
zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapsnya paru. Fungsi surfaktan
itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak
terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Penyakit
ini sering terjadi pada bayi premature mengingat produksi surfaktan yang
kurang (Hidayat, 2003).
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm maupaun pada bayi
preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi
kegawatan lebih besar karena belum maturnya fungsi organ-organ tubuh.
Kegawatan system pernafasan dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram dalam bentuk sindroma gagal nafas dan
asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi cukup bulan paru (Marmi &
Rahardjo, 2012).

1
Angka kematian bayi merupakan indicator yang digunakan untuk
melihat status kesehatan anak, dan kondisi ekonomi penduduk secara
keseluruhan. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada periode
sejak bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Kematian bayi
dipengaruhi oleh jumlah kematian neonatal.
Angka kejadian RDS di Eropa sebelum pemberian rutin antenatal
steroid dan postnatal surfaktan sebanyak 2-3% , di USA1, 72% dari
kelahiran bayi hidup periode 1998 - 1987. Secara tinjauan kasus, di
Negara- Negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan
postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian RDS2-3%, di USA1,72% dari
kelahiran bayi hidup periode 1986-1987. Sedangkan jaman moderen
sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1% di Asia Tenggara. Di
Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada
bayi premature adalahRDS . Sekitar 5-10% di dapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501 - 1500 gram. Angka kejadian
berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak
digunakan surfakta neksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari
seluruh neonatus(WHO, 2012).
Gagal nafas dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan yang
dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan
otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pernafasan adalah
terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada bayi. Bayi akan beradaptasi
terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolism anaerob
yang akan menghasilkan asam Laktat. Dengan memburuknya keadaan
asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan
otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Hal ini dapat
menyebabkan kematian pada neonatus (Ainsworth, 2006).

2
Penatalaksanaan utama gagal nafas pada neonates adalah terapi suportif
dengan ventilasi mekanis, dan oksigenasi konsentrasi tinggi. Terapi lainnya
meliputi high - frequency ventilator, terapi surfaktan, inhalasi nitratoksida
dan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Penanganan neonates
yang mengalami gagal napas memerlukan suatu unit perawatan intensif,
dan penatalaksanaan yang optimal tergantung pada system perawatan
neonatal yang ada yaitu ketrsediaan tenaga ahli, fasilitas yang memiliki
kemampuan dalam menilai dan memberikan tatalaksana kehamilan resiko
tinggi, serta memiliki kemampuan menerima rujukan dari fasilitas
kesehatan di bawahnya (Surasmi2013).
Peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas
pembangunan nasional 2015-2019. Upaya penurunan kematian bayi
memerlukan informasi tentang model intervensi pelayanan kesehatan bayi
yang sesuai di Indonesia. Tujuannya untuk mengetahui factor – factor yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan bayi dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi di Indonesia.Di RSUD Arosuka Kabupaten Solok
jumlah kasus RDS yang berada di Ruang Perinatologi pada bulan Januari
sampai April 2021 adalah 6 kasus.
Dengan melihat latar belakang diatas maka saya melakukan Studi
Kasus Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. S dengan RDS diruangan
Perinatologi RSUD Arosuka

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mendeskripsikan asuhan keperawatan pada By.
Ny. S dengan RDS (RespiratoryDistress Syndrome) diruangan
Perinatologi RSUD Arosuka
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat:
1) Melakukan Pengkajian Keperawatan pada By.Ny.S dengan
RDS Diruangan Perinatologi RSUD Arosuka

3
2) Menetapkan Diagnosa Keperawatan pada By. Ny. S dengan
RDS diruangan Perinatologi RSUD Arosuka
3) Menyusun Intervensi Keperawatan pada By. Ny .S dengan
RDS Diruangan Perinatologi RSUD Arosuka
4) Melakukan Implementasi Keperawatan pada By.Ny.S dengan
RDS diruangan Perinatologi RSUD Arosuka
5) Melakukan Evaluasi Keperawatan pada By.Ny.S dengan
RDS diruangan Perinatologi RSUD Arosuka

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil Studi Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan tambahan bagi pengembangan ilmu keperawatan
khususnya bidang ilmu keperawatan anak yang berkaitan pada
asuhan keperawatan pada bayi dengan RDS.
2. Manfaat Praktisi
1) Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan bagi perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan khususnya pada bayi dengan RDS.
2) BagiInstitusi
Sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada bayi dengan RDS.
3) BagiPenulis
Menambah wawasan dalam bidang ilmu keperawatan anak
tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi dengan
RDS.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI

1. Pengertian RDS (Respiratory Distress Syndrome)


Sindroma gaga lnafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi &
Rahardjo,2012).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama hyaline
membrandesease (HMD) atau penyakit membrane hialin, karena pada
penyakit ini selalu ditemukan membrane hialin yang melapisi alveoli
(Surasmi, dkk,2003).

2. Etiologi RDS(Respiratory Distress Syndrome)

Penyebab kegagalan pernafasan pada neonates yang terdiri dari factor


ibu, factor plasenta, factor janin dan factor persalinan. Faktor ibu meliputi
hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
gravid empat atau lebih, social ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh
darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-lain. Faktor plasenta meliputi
solusi oplasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta
tidak menempel pada tempatnya.
Faktor janin atau neonates meliputi tali pusat menumbung ,tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli,
prematur, kelainan kongenital pada neonates dan lain - lain. Faktor persalina
nmeliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain –lain.

5
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru - paru-paru.
Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat
ketidak mampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini
disebabkan karena adanya masalah-masalah kehamilan dan pada saat
persalinan (Marmi & Rahardjo,2012).

3. Patofisiologi RDS (Respiratory Distress Syndrome)


Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan
pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi
berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada
sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada
tubuh bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin berat
dan lama, metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat.
Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke
otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan
iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium
apneuprimer. Pada keadaan ini bayi tampaksianosis, tetapi sirkulasi darah
relative emasih baik. Curah jantung yang meningkat dan adanya
vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peninggkatan tekanan darah dan
reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat diatasi
dengaan meningkatkan implusaferen seperti perangsangan pada kulit. Apneu
normal berlangsung sekitar 1-2 menit. Apnea primer dapat memanjangdan
diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan
asidosis akan memperberat bradikardi, vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan
ini dapat terjadi sampai 5 menit dan kemudian terjadi apneu sekunder.
Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen
dalam darah terus menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi

6
kecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera dimulai ( Marmi &
Rahardjo,2012).

4. Manifestasi Klinis
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory
Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru.
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis
yang ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran.
Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom) yang mampu bertahan hidup
sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala
umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit), pernapasan dangkal,
mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan tidak teratur,
penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal, pernapasan
cuping hidung (Surasmi, dkk2013).

5. Komplikasi
Menurut Cecily & Sowden(2009) Komplikasi RDS yaitu:
1) Ketidak seimbangan asam basa
2) Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,
Pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisemasubkutan, emfisema
interstisialpulmonal)
3) Perdarahan pulmonal
4) Penyakit paru kronis pada bayi 5% - 10%
5) Apnea
6) Hipotensi sistemik
7) Anemia
8) Infeksi (pneumonia,septikemia,ataunosokomial)
9) Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orang tua

7
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Cecily & Sowden (2009) pemeriksaan penunjang pada bayi dengan
RDSyaitu:
1. Kajian fotothoraks
1) Pola retikulo granulardifus bersama udara yang saling tumpang
tindih.
2) Tanda parusentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
3) Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (
bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif )
4) Bayangan timus yang besar
5) Bergranul merata pada bronco gramudara yang menandakan penyakit
berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas daraharteri-hipoksiadenganasidosisrespiratorikdanataumetabolik
1) Hitung darah lengkap
2) Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
3) Tescairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru.
4) Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia.

7. Penatalaksanaan Medis

a. Lingkungan yang optimal.


Suhu tubuh harus diusahakan agar tetap dalam batas normal
b. Pemberian oksigen
Pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisis
gas darah
c. Pemberian cairan dan elektrolit
Pada permulaan diberi glukosa 5-10%, 60-125 ml/ kg
bb/hari.Asidosis yang selalu dijumpaipun harus segera di
koreksi dengan Nahco3 secara intravena
d. Pemberian antibiotic
Bertujuan mencegah infeksi skunder. Anak bias diberi
penisilin dengan dosisi 5.000-10.000 u/kg bb/hari.

8
e. Pemberian surfaktan eksogen melalui endotrakeal tube. Obat
ini terbukti sangat efektifuntuk mengobati terjadinya RDS.
(Fida dan Maya 2012 )
8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penatalaksanaan secara umum ( Sudarti dan Endang Khoirunnisa 2010 ) :
a) Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang
paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan
dextrose 5 %
b) Pantau selalu vital Sign
c) Jaga kepatenan jalan nafas
d) Berikan oksigen (2-3 lter/menit dengan kateter nasal) jika bayi
mengalami apnea
e) Lakukan tindakan resisutasi sesuai tahap yang diperlukan
f) Lakukan penilaian lanjutan
g) Segera periksa kadr gula darah
h) Pemberian nutrisi adekuat
b. Penatalaksanaan spesifik
a) Pada gannguan nafas ringan :
1. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
2. Bila pernafasan memburuk atau timbul gejala sepsis, terapi
untukmengurangi sepsis
3. Berikan ASI bila mampu menyusui,jika tidak peras ASI
4. Kurangi pemberian O2 bertahap bila ada perbaikan gangguan
nafas , hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas antara 30-
60x/menit
5. Amati bayi selama 24 jam selanjutnya, jika frekuensi nafa
m,enetap 30-60x/menit , jika tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan bayi dapat dipulangkan
b) Pada gangguan nafas sedang
1. Lanjutkan pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang
2. Bayi tidak diberikan minum

9
3. Ambil sampel dara untuk kultur dan berikan antibiotic
( ampisilin dan gentamisin ) untuk terapi kemungkinan besar
sepsis jika tidak ada, tanda;tanda sebagai berikut : suhu aksiler
39oC, air ketuban bercampur meconium, riwayat infeksi intra
urteri, demam curiga infeksi berat atau KPD (>18 jam)
4. Bila suhu aksiler 34-36,5oC atau 37,5-39oC tangani untuk
masalah suhu abnormal dan ulang setelah 2 jam, bila suhu masih
belum stabil atau gangguan pernafasa belum ada perbaikan,
ambil sampel darah dan berikan antibiotic untuk kemungkinan
sepsis, jika suhu abnormal, teruskanamati bayi. Jika suhu
kembali normal ulangi tahapan di atas
5. Bila tidak ada tanda kearah sepsis , nilai kembali bayi setelah 2
jam.
6. Apabila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan
( frekuensi nafas menurun, tarikan dinding dada berkurang atau
suara merintih berkurang ) kurangi terapi O2 secara bertahap ,
pasang pipa lambung dan berikan ASI peras setiap2 jam, bila
pemberian O2 tidak diperlukan lagi, bayi mulai dilatih menyusui
7. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic
dihentikan. Jika bayi tampak kemerahan tanpa pemberian O2
selama 3 hari ,bayi dapat dipulangkan dan bayi sudah bias diberi
ASI
c) Pada gangguan nafas berat
1. Tentukan pemberian O2 dengan kecepatan aliransedang ( antara
rendah dan tinggi )
2. Tangani sebagai kemungkinan Sepsi
3. Bila bayi menunjukkan tanda perburukan atau terhadap sianosis
sentral, naikkan pemberian O2 paada kecepatan aliran tinggi.Jika
gangguan nafas bayi semakin berat dan sianosis sentral menetap
wwalaupun diberikan O2 100% bila kemungkinan rujuk bayi ke
rumah sakit rujukan atau fasilitas dan mampu memakai ventilasi
mekanik.

10
4. Jika gangguan nafas masih menetap selama 2 jam , pasang pipa
lambung untuk mengosongkan cairan lambung dari udara
5. Nilai kondisi bayi 4 kali sehari apabila tanda perbaikan
6. Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan ( frekuuensi nafas
turus ,tarikan dinding dada berkurang, warna kulit membaik,
maka :
o Kurangi pemberian O2
o Mulailah pemberian Asi peras melalui pipa lambung
o Bila pemberian O2 tidak diperlikan lagi, bayi mulai
dilatih dengan menggunakan salah satu alternative cara
pemberian minum

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic yang dilakukan di
laboratorium. (Surasmidkk,2013). Data yang dicari dalam riwayat
keperawatan adalah :

1) Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu


menderita hipotensi atau perdarahan).
2) Kaji riwayat neonates ( lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan
pada keadaan hipotermia ).
3) Kaji riwayat keluarga ( koping keluarga positif)
4) Kaji nilai apgar rendah ( bila rendah di lakukkan tindakan resustasi
pada bayi ).
5) Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS.
Seperti: takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi
dinding dada, pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis ,apnea.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah didapatkan data dari pengkajian, data tersebut dianalisis.


Selanjutnya semua masalah yang ditemukan dirumuskan menjadi diagnosa
keperawatan untuk menentukan intervensi keperawatan (Cecily
&Sowden,2009). Diagnosa keperawatan dari RDS yang sering muncul
(Nanda, 2015).
1) Pola nafas tidak efektik berhubungan dengan hiperventilasi
2) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret pada paru
3) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, terpajan
kuman patogen
4) Hipotermi berhubungan degan adaptasi lingkungan Rahim

12
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan.
Intervensi disusun berdasarkan NANDA (2015-2017), NOC dan NIC.
1. Ketidak efektifan pola Pola nafas efektif dengan kriteria Monitor pernafasan:
hasil :
Nafas berhubungan 1. Monitor kecepatan, irama,
- Pernafasan dalam batas
dengan hiperventilasi kedalaman dan upaya naik
normal (40-60x/menit)
Batasan karakteristik: 2. Monitor pergerakan,
- Pengembangan dada simetris
-adaretraksi dinding kesimetrisan dada, retraksi
- Irama nafas teratur
dada dada, dan alat bantu.
- Tidak ada retraksi dinding
-takipneu 3. Monitor adanya
dada
pernafasan cuping hidung
-dispnea - Tidak ada suara nafas
4. Monitor pola nafas
tambahan
-nafas pendek bardipnea, takipnea,
- Tidak takipneu
hiperventilasi, lusmaul ,dan
-suara nafas tambahan apnea.
5. Monitor adanya
kelemahan otot diagfragama.
6. Auskultasi suara nafas, catat
2. Ketidak efektifan status pernafasan yang adekuat Manajemen jalan nafas:
dengan kriteria hasil:
Bersihan jalan nafas 1. Bersihkan saluran pernafasan
- Tidak ada suara nafas
berhubungan dengan dan pastikan airway paten.
tambahan
penumpukan secret. 2. Monitor perilaku dan status
- Tidak ada retraksi dinding
Batsan karakteristik: mental pasien, kelelahan
dada
- Batuk tidak efektif agitasi dan konfus.
- Secret berkurang
- Dispneu 3. Posisikan klien dengan
- Pernafasan dalam batas
- Gelisah elevasi tempat tidur
normal (40-60x/menit)
- Sianosis 4. Monitor efek sedasi dan
- Tidak sianosis
- Bunyi nafas tambahan analgetik pada pola nafas
- Sputum berlebih klien
5. Berikan posisi semi fowler
dengan posisi lateral 10– 15
derajat atau sesuai toleransi.

13
3. Resiko infeksi Terbebas dari resiko infeksi Kontrol infeksi:
Berhubungan dengan dengan kriteria hasil:
1. Bersihkan lingkungan
terpajannya kuman - Bebas dari tanda tanda infeksi
setelah dipakai
pathogen batasan - Kemampuan mencegah infeksi
2. Pertahankan teknik isolasi
karakteristik: - Jumlah leukosit dalam batas
3. Batasi pengunjung bila
- Tanda gejala normal
perlu
infeksi - Suhu dalam batas normal
4. Intruksikan pengunjung
- Kulit kemerahan
untuk mencuci tangan
- Kenaikan suhu
sebelum dan sesudah
tubuh
berkinjung
5. Gunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan
6. Cuci tangan sebelum dan
sesudah perawatan pasien
7. Pertahankan lingkungan
aseptic selama pemasangan
alat
4. Hipotermia berhubungan Terbebas dari hipotermi denganPerawatan hipotermia:
dengan adaptasi kriteriahasil : 1. Monitor suhu tubuh tiap 2 jam
lingkungan.Batasan - Suhu dalam batas normal 2. Monitor warna kulit dan suhu
karakteristik: - Nadi dan HR dalam batas kulit
- Suhu dibawah batas normal 3. Kaji tanda tanda hipertermia
normal - Tidak sianosis atau hipotermi
- Pucat - Tidak pucat 4. Tingkatkan intake nutrisi dan
- Kulit dingin - Kulit hangat cairan
- Kuku sianosis 5. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

14
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Implemetasi keperawatan adalah kategori
serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien,keluarga,
dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien
yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan
dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Mengakhiri rencana tindakan ( klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).

15
BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama Bayi : BY. Ny.S.
No.RM : 816607
Tempat tgl.lahir/ usia : 15-04-2021
Jenis kelamin : Laki- laki
Nama Orang tua
: Sarmilis

Pendidikan Orang tua : SD


Pekerjaan Orang tua : Petani
Usia Orang tua : Ayah 53(tahun) Ibu 37
(tahun)
Alamat Orang tua : Air Dingin
Tanggal masuk : 15 – 04-2021(jam 14:30 Wib)
Tanggal pengkajian : 16- 04-2021
Diagnosis medik : RDS + HigromaColli

2. Riwayat Bayi
Pasien masuk ke ruang perinatology pindahan dari Ponek dengan
keluhan nafas sesak dengan Frekuensi 60x/menit, pasien tampak
menggunakan otot otot pernafasan dengan adanya retraksi dinding
dada, ,bayi merintih,gerak kurang aktif, tambak biru, Apgar Skor 7/8.
Pasien lahir pada tanggal 15 April 2021 jam 15.00 wib dengan SC,
Hasil pengkajia yang ditemukan adalah nafas sesak frekuensi
58x/menit,pasien masih menggunakan otot bantu pernafasan yaitu
retraksi dinding dada , Oedem pada srotum dan kedua kaki,Bayi
riwayat air ketuban hujau.Pasien terpasang CPAP.

16
3. Riwayat Ibu
Usia Ibu 37 tahun, Persalinan G 3 P 3 A 0 , usia gestasi 36
minggu.Jenis persalinan SC atas indikasi 3 x SC sebelumnya.Ibu tidak
memiliki komplikasi saat kehamilan.Selama kehamilan ibu rutin
memeriksakan kehamilanya ke Posyandu atau Puskesmas terdekat.Pada
Saat pesalinan air ketuban ibu hijau kental.Leukosit ibu 8900
mm3 .Sekarang ibu dirawat di Ruang Kebidanan karena post SC

4. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pada By.S ditemukan :
Keadaan Umum pasien sedang, Kesadaran Kompos Mentis,dengan
tanda-tanda vital frekuensi pernafasan 57 x/menit, nadi 118 x/menit,
suhu 36,9oC,dengan keadaan tubuh : berat badan 2600 gram,panjang
badan 44 cm, lingkar kepala 32 cm,lingkar dada 31 cm, lingkar perut
32 cm,
a. Kepala :
wajah,mata,hidung,dan telinga dalam batas normal,keadaan mulut
normal ,pada leher tampak ada pembengkakan.pasien terpasang
OGT
b. Paru-paru :
Paru-paru simetris ,pasien menggunakan alat bantu nafas yaitu
CPAP, suara nafas pasien vesikuler,tampak menggunakan otot
dinding dada ( retraksi intercostae ) dan takipnue
c. Jantung :
Auskultasi pada jantung,bunyi jantung normal.
d. Abdomen :
Terpasang vena Umbilikal
e. Ektremitas :
Ektremitas atas dalam batas normal, ektremitas bawah terdapat
oedema
f. Panggul :
Dalam batas normal,
17
g. Genitalia :
Laki-laki,terdapat oedema pada srotum,anus ada
h. Kulit :
Kulit kemerahan ,sedikit keriput ,terdapat lanugo
i. Reflek Primitif Bayi
Mata berkedip,Reflek hisap tidak dilakukan krna bayi puasa,reflek
moro ada, reflek rooting ada,reflek menggenggam ada,Reflek
Babinski positif.

5. Riwayat Sosial
Struktur Keluarga/genogram tiga generasi
Suku : Minang
Agama : Islam
BahasaUtama : Indonesia
Perencanaan makanan bayi: ASI

Genogram

Ket:

Laki-aki Pasien

Perempuan

18
6. Pola Nutrisi
Pasien puasa
7. Data Penunjang
Laboratorium :
 Total Protein : 4,3 g/dl (6,0- 9,0 g/dl)
 Albumin : 3,0 g/ dl (3,5 -5,0 g/dl)
 Globulin : 1,3 g/dl ( 1,5 – 2,5 g/dl)
8. Terapi yang diberikan
Tgl 16 april 2021
 IUFD D10% + Ca Glukonas 1amp/Kolf kecepatan 6,5 cc/jam
 Terpasang OGT
 Terpasang CPAP, PEP 8 (F1O2 = 40%)
 Injeksi pycin 2x130 mg
 Injeksi Gentamicin 1 X 12 mg
Tanggal 17 April 2021
 IUFD D10% + Ca Glukonas 1amp/Kolf kecepatan 5 cc/jam
 IUFD Aminolafant kecepatan 2,6 cc/jam
 Bilas OGT,bila bersih beri asi 8x3 cc, bila kotor stop ASI / puasa
 Terpasang CPAP, PEEP 7 (F1O2 = 35%)
 Injeksi pycin 2x130 mg
 Injeksi Gentamicin 1 X 12 mg
 Injeksi Lasik 1 X 2 mg
Tanggal 17 April 2021
 IUFD D12,5% + Ca Glukonas 1amp/Kolf kecepatan 6 cc/jam
 IUFD Aminolafant kecepatan 2,6 cc/jam
 Bilas OGT,bila bersih beri asi 8x3 cc, bila kotor stop ASI / puasa
 Terpasang CPAP, PEEP 6 (F1O2 = 30%)
 Injeksi pycin 2x130 mg
 Injeksi Gentamicin 1 X 12 mg
 Injeksi Lasik 1 X 2 mg

19
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : - Air Ketuban Hijau Ketidak Efektifan
DO : - By. Ny.S tampak Sessak Pola Nafas
- Saturasi 75-80% RDS
- Terapsang CPAP, PEEP: 8
F1O2 : 40% Tekanan Darah Arteri
- Retraksi dinding Dada (+)
- N : 118 X/i
 Takhipnoe
- P : 57 X/i
 Cuping Hidung
- S : 36,9 ºC  Nafas Pendek

Ketidak Efektifan Pola Nafas

2 DS :- Hipoksia Kelebihan Volume


DO : - By. Ny. S tampak bengkak pada Cairan
scrotum
- Pitting Edema pada Kaki derajat Cedera Paru
1
- Hasil labor albumin : 3,0 g/dll Edema

Kelebihan Volume
Cairan

3 DS :- Air Ketuban Hijau Resiko Infeksi


DO : - By. Ny. S terpasang OGT (di alir)
- Terpasang Vena Umbilical
- Terpasang CPAP PEEP :8 Tali Pusat Layu
- Tali Pusat Layu
- Air Ketuban Hijau Resiko Infeksi

20
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.Ketidak Efektifan Pola Nafas


2.Kelebihan Volume Cairan
3.Resiko Infeksi
4.Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
5.Ansietas

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Ketidak Efektifan Pola Nafas


2. Kelebihan Volume Cairan
3. Resiko Infeksi

21
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NoMR : 816607
Nama : By. Ny. S
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Aktivias
Keperawatan (NOC) Keperawatan
(NIC)
1 Ketidak Efektifan Pola Status Pernapasan : Ventilasi - Monitor Pernapasan 1.1. Monitor kecepatan irama,
Nafas  Frekuensi pernapasan dipertahankan kedalaman dan kesulitan
pada deviasi berat dari kisaran normal bernafas
(1) di tingkatkan ke deviasi sedang 1.2. Catat pergerakan dada,
dari kisaran normal (3) penggunaan otot- otot bantu
 Irama pernapasan dipertahankan pada nafas
deviasi berat dari kisaran normal (1) 1.3. Monitor pola nafas
di tingkatkan ke deviasi sedang dari 1.4. Monitor Saturasi oksigen
kisaran normal (3) pada pasien yang tersedasi
 Saturasi Oksigen dipertahankan pada (seperti SP02) Sesuai protokol
deviasi berat dari kisaran normal (1) yang ada
ditingkatkan ke deviasi sedang dari 1.5. Pasang sensor pemantau
kisaran normal(3) oksigen Non- invasive
 Retraksi dinding dada dipertahankan
pada sangat berat (1) di tingkatkan ke
cukup (3) 2.1 Monitor TD, nadi, suhu, dan
 Monitor TTV
RR
2.2 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
2.3 Monitor pola pernapasan
abnormal
2.4 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

22
2 Kelebihan Volume Cairan Keseimbangan cairan : - Manajemen Cairan 1.1. Monitor status hidrasi
 Denyut nadi radial dipertahankan 1.2. Monitor hasil labor
pada sangat terganggu (1) 1.3. Monitor indikasi kelebihan
ditingkatkan ke cukup terganggu (3) cairan
 Turgor Kulit dipertahankan pada 1.4. Berikan diuretik yang
sangat terganggu (1) ditingkatkan ke diresepkan
cukup terganggu (3)
 Kelembapan membrane mukosa - Monitor Cairan 2.1 Tentukan faktor-faktor resiko
dipertahankan pada sangat terganggu yang mungkin menyebabkan
(1) ditingkatkan ke cukup terganggu ketidak seimbangan cairan
(3) 2.1 Monitor Berat Badan
 Oedem dipertahankan pada berat (1) 2.1 Monitor nilai kadar serum
di tingkatkan sedang(3) albumin dan protein total
2.1 Monitor membran
mukosa,turgor kulit dan respon
haus

3 Resiko Infeksi Keparahan Infeksi : Baru Lahir - Kontrol Infeksi 1.1 Bersihkan lingkungan dengan
 Ketidakstabilan suhu dipertahankan baik
pada berat (1) ditingkankan sedang 1.2 Ganti peralatan perawatan
(3) sesuai protokol
 Kejang Neonatus di pertahankan pada 1.3 Batasi jumlah pengunjung
berat (1) ditingkatkan ke sedang (3) 1.4 Cuci tangan sebelum dan
 Kulit kemerahan dipertahankan pada sesudah kegiatan perawatan
berat (1) di tingkatkan ke sedang (3) pasien
 Umbulicus terinfeksi di pertahankan 1.5 Lakukan tindakan pencegahan
pada berat (1) ditingkatkan ke sedang yang bersifat universal
(3) 1.6 Pakai sarung tangan steril
dengan tepat
1.7 Berikan terapi antibiotik yang
sesuai

23
 Perlindungan Infeksi 2.1 Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi
2.2 Monitor kerentanan terhadap
Infeksi
2.3 Batasai Jumlah Pengunjung
Yang sesuai
2.4.Pertahankan asepsis untuk
pasien berisiko
2.1 Berikan perawatan kulit yang
tepat

24
E. CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosis Paraf
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
1 Jumat / 16 April Ketidak Efektifan Pola 1.1. Memonitor kecepatan irama, kedalamanJam: 15.00 Wib
2021 Nafas dan kesulitan bernafas S :-
1.2. Mencatat pergerakan dada, penggunaanO : - By. Ny.S tampak Sesak (1)
Jam : 12.00 Wib otot- otot bantu nafas - Rertrasksi dinding dada (+)
1.3. Memonitor pola nafas (1)
1.4. Memonitor Saturasi oksigen pada - Saturasi 90-94% (2)
pasien yang tersedasi (seperti SP02) - Terpasang CPAP, PEEP : 8
Sesuai protokol yang ada F1O2 : 40 %
1.5. Memasang sensor pemantau oksigen - N : 118x/i
Non- invasive - P : 57x/i
- S : 36,9ºC
2.1. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
A : Masalas Belum teratasi
(TTV)
P : Intervensi dilanjutakan
2.1. Memonitor frekuensi dan irama
( 1.1 s/d 1.6 )
pernapasan
(2.1 s/d 2.4)
2.1. Memonitor pola pernapasan abnormal
2.1. Mengdentifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Jumat / 16 April Kelebihan Volume 1.1. Memonitor status hidrasi Jam : 14.00 Wib
2021 Cairan 1.2. Memonitor hasil labor (hasil labor S :-
albumin) O : - By. Ny. S tampak bengkak pada
Jam : 12.00 Wib 1.3. Memonitor indikasi kelebihan cairan Scrotum (1)
1.4. Memberikan diuretik yang diresepkan - Pitting Edema pada Kaki
(injeksi lasik) derajat 1 (1)
- Hasil labor albumin : 3,0 g/dll
2.4. Menentukan faktor-faktor resiko yang (1)
mungkin menyebabkan ketidakA : Masalah Belum Teratasi
25
seimbangan cairan P : Intervensi dilanjutkan
2.4. Meomonitor Berat Badan (1.1s/d 1.4)
2.4. Memonitor nilai kadar serum albumin dan (2.2 s/d 2.4)
protein total (cek hasil labor albumin )
2.4. Memonitor membran mukosa,turgor kulit
dan respon haus

3 Jumat / 16 April Resiko Infeksi 1.1 Membersihkan lingkungan dengan baik Jam : 13.00 Wib
2021 1.2 Mengganti peralatan perawatan sesuaiS : -
protokol
Jam : 12.00 Wib 1.3 Membatasi jumlah pengunjung O : - By. Ny. S terpasang OGT
1.4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah (dialir)
kegiatan perawatan pasien - Terpasang Vena Umbilical
1.5 Melakukan tindakan pencegahan yang - Terpasang CPAP PEEP :8
bersifat universal (melakukan perawatan F1O2 : 40%
tali pusat) - Tali Pusat Layu (1)
1.6 Memakai sarung tangan steril dengan pada - S : 36,9ºC
saat melakukan tindakan
1.7 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai
A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
2.1. Memonitor adanya tanda dan gejala
(1.1 s/d 1.7)
infeksi
(2.1 s/d 2.5)
2.2. Memonitor kerentanan terhadap Infeksi
2.3. Membatasai Jumlah Pengunjung yang
Sesuai (hanya orang tua bayi)
2.4. Mempertahankan asepsis untuk pasien
Berisiko
2.5.Memberikan perawatan kulit yang tepat

26
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosis Paraf
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
1 Sabtu / 17 April Ketidak Efektifan Pola 1.1. Memonitor kecepatan irama, kedalamanJam : 13.00 Wib
2021 Nafas dan kesulitan bernafas
1.2. Mencatat pergerakan dada, penggunaanS : -
Jam : 10.00 Wib otot- otot bantu nafas O : - By. Ny.S tampak Sesak
1.3. Memonitor pola nafas (1)
1.4. Memonitor Saturasi oksigen pada - Rertrasksi dinding dada (+)
pasien yang tersedasi (seperti SP02) (2)
Sesuai protokol yang ada - Saturasi 96 % (2)
1.5. Memasang sensor pemantau oksigen - Terpasang CPAP, PEEP : 7
Non- invasive F1O2 : 35 %(2)
- N : 115x/i
2.1. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR - P : 52x/i
(TTV) - S : 36,5ºC
2.2.Memonitor frekuensi dan irama pernapasan
2.3.Memonitor pola pernapasan abnormal
A : Masalas Belum teratasi
2.4.Mengdentifikasi penyebab dari perubahanP : Intervensi dilanjutakan
vital sign ( 1.1 s/d 1.6 )
(2.1 s/d 2.4)

2 Sabtu/ 17 April Kelebihan Volume 1.1. Memonitor status hidrasi Jam : 12.00 Wib
2021 Cairan 1.2. Memonitor hasil labor (Memantau hasil S :-
labor albumin) O : - By. Ny. S tampak bengkak
Jam :11.00 Wib 1.3. Memonitor indikasi kelebihan cairan pada Scrotum (1)
1.4. Memberikan diuretik yang diresepkan - Pitting Edema pada Kaki
(injeksi lasik) derajat 1 (1)
- Hasil labor albumin : 3,0
2.1. Menentukan faktor-faktor resiko yang g/dll (1)
mungkin menyebabkan ketidakA : Masalah Belum Teratasi
27
seimbangan cairan P : Intervensi dilanjutkan
2.2. Meomonitor Berat Badan (1.1s/d 1.4)
2.3. Memonitor nilai kadar serum albumin dan (2.2 s/d 2.4)
protein total (cek hasil labor albumin )
2.4. Memonitor membran mukosa,turgor kulit
dan respon haus

3 Sabtu / 17 April Resiko Infeksi 1.1 Membersihkan lingkungan dengan baik Jam : 14.00 Wib
2021 1.2 Mengganti peralatan perawatan sesuai
protokol S :-
Jam : 13.00 Wib 1.3 Membatasi jumlah pengunjung O : - By. Ny. S terpasang OGT
1.4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah (dialir)
kegiatan perawatan pasien - Terpasang Vena Umbilical
1.5 Melakukan tindakan pencegahan yang - Terpasang CPAP PEEP :7
bersifat universal (melakukan perawatan F1O2 : 35 %
tali pusat) - Tali Pusat Layu (2)
1.6 Memakai sarung tangan steril dengan pada - Injeksi Pycin 1 x
saat melakukan tindakan - S : 36,5ºC
1.7 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai
A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
2.1. Memonitor adanya tanda dan gejala
(1.1 s/d 1.7)
infeksi
(2.1 s/d 2.5)
2.2. Memonitor kerentanan terhadap Infeksi
2.3. Membatasai Jumlah Pengunjung yang
Sesuai (hanya orang tua bayi)
2.4. Mempertahankan asepsis untuk pasien
Berisiko
2.5.Memberikan perawatan kulit yang tepat

28
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosis Paraf
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
1 Minggu/ 18 April Ketidak Efektifan Pola 1.1. Memonitor kecepatan irama, kedalamanJam : 13.00 Wib
2021 Nafas dan kesulitan bernafas
1.2. Mencatat pergerakan dada, penggunaanS : -
Jam : 10.00 Wib otot- otot bantu nafas O : - By. Ny.S tampak Sesak (1)
1.3. Memonitor pola nafas - Rertrasksi dinding dada (+)
1.4. Memonitor Saturasi oksigen pada pasien (2)
yang tersedasi (seperti SP02) Sesuai - Saturasi 100 %(3)
protokol yang ada - Terpasang CPAP, PEP : 6
1.5. Memasang sensor pemantau oksigen F1O2 : 30 (2)
Non- invasive - By.Ny. S menangis keras (+)
(3)
2.1. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR (TTV) - N : 121x/i
2.2.Memonitor frekuensi dan irama pernapasan - P : 51x/i
2.3.Memonitor pola pernapasan abnormal - S : 36,7ºC
2.4.Mengdentifikasi penyebab dari perubahan
vital sign A : Masalas Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutakan
( 1.1,1,4 dan 1,5)
(2.1 s/d 2.4)

:
2 Minggu /18 April Kelebihan Volume 1.1. Memonitor status hidrasi Jam : 13.00 Wib
2021 Cairan 1.2. Memonitor hasil labor (Memantau hasil S :-
labor albumin) O : - By. Ny. S tampak bengkak
Jam : 11.00 Wib 1.3. Memonitor indikasi kelebihan cairan pada Scrotum (1)
1.4. Memberikan diuretik yang diresepkan - Pitting Edema pada Kaki
(injeksi lasik) derajat 1 (1)
- Hasil labor albumin : 3,0
29
g/dll (1)
2.1. Menentukan faktor-faktor resiko yangA : Masalah Belum Teratasi
mungkin menyebabkan ketidak seimbanganP : Intervensi dilanjutkan
cairan (1.1s/d 1.4)
2.2. Meomonitor Berat Badan (2.2 s/d 2.4)
2.3. Memonitor nilai kadar serum albumin dan
protein total (cek hasil labor albumin )
2.4. Memonitor membran mukosa,turgor kulit
dan respon haus

3 Minggu/18 April Resiko Infeksi 1.1 Membersihkan lingkungan dengan baik Jam : 14.00 Wib
2021 1.2 Mengganti peralatan perawatan sesuai
protokol S :-
Jam : 13.00 Wib 1.3 Membatasi jumlah pengunjung O : - By. Ny. S terpasang OGT
1.4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah (dialir)
kegiatan perawatan pasien - Terpasang Vena Umbilical
1.5 Melakukan tindakan pencegahan yang - Terpasang CPAP, PEEP :
bersifat universal (melakukan perawatan tali 6 ,F1O2 : 35
pusat) - Tali Pusat Layu (3)
1.6 Memakai sarung tangan steril dengan pada - S : 36,7ºC
saat melakukan tindakan
A : Masalah Belum Teratasi
1.7 Memberikan terapi antibiotik yang sesuai
P : Intervensi di lanjutkan
(1.2 s/d 1.7)
2.1. Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi
(2.1 s/d 2.5)
2.2. Memonitor kerentanan terhadap Infeksi
2.3. Membatasai Jumlah Pengunjung yang
Sesuai (hanya orang tua bayi)
2.4. Mempertahankan asepsis untuk pasien
Berisiko
2.5.Memberikan perawatan kulit yang tepat

30
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pada tahap pengumpulan data,tidak mengalami kesulitan karena telah
melakukan perkenalan diri serta menjelaskan maksud dan tujuandalam
melakukan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.S dan keluarga secara terbuka.
Pada dasarnya pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak
banyak kesenjangan seperti yang didapatkan pada identitas pasien terdapat
nama Bayi NY.S Tanggal lahir 15 April 2021,jenis kelamin laki-laki,BBL 2600
gram, PB: 44 cm, LK: 32 cm, LD: 31 cm, LP: 32 cm, A/S 7/8, masuk keruang
perinatology tgl 15 April 2021,keluhan utama nafas sesak dengan frekuensi
60x/menit, pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien merintih.
Pasien terpasang CPAP dan vena umbilical.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah (1) Ketidak
Efektifan Pola Nafas , (2) Kelebihan Volume Cairan , (3) Resiko Infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan indicator yang mangacu
pada pencapaian tujuan , sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan
menggunakan sasaran,dalam intervensinya dengan alasan inin berupaya
memandirikan pasien dan keluargadalam melaksanakan asuhan keperawatan
melalui peningkatan pengetahuan keterampilan mengenai masalah dan
perubahan tingkah laku pasien

31
D. IMPEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah bentuk perwujudan dan realisasi dari perencanaan yang
telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan
karena hanya membahas teori asuhan keperawatan ,sedangkan pada tinjauan
kasus pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada
pendokumentasian dan intervensi keperawatan.
Pelaksanaan rencana keperawtan dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi
untuk pelaksanaan diagnose pada kasustidak semua sama pada tinjauan pustaka,
hal itu karena di sesuaikan dengan keadaan pasien yang sebenarnya.

E. EVALUASI
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan
teori sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat
diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung. Untuk masalah
keperawaatan Bayi Ny.S , ketiga diagnose keperawatan sebagian teratasi.

32
BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan pengamatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan secara


langsung pada pasien dengan Respiratory Distrss Sindroma di ruang Anak RSUD
AROSUKA, maka kami menarik kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat
dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien dengan Respiratory Distrss
Sindroma.
A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian didapat klien dengan keluhan nafas sesak, pasien tampak
menggunakan otot bantu pernafasan,Odema pada kedua kaki dan skrotum,
tepasang CPAP dan vena umbilical dan bayi ada riwayat ketuban hijau
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah (1) Ketidak Efektifan Pola
Nafas , (2) Kelebihan Volume Cairan , (3) Resiko Infeksi
3. Pada pengkajian klien dengan Respiratory Distrss Sindroma tidak ada
masalah hambatan karena keluarga kooperatif

B. SARAN
Bertolak dari kesimpulan di atas penulis memberikan sara sebagai berikut :
1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan
yang baik dan keterlinatan keluarga
2. Perawat sebagai petuga pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan
tim kesehatan lain.
3. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal maupun informal khususnya pengetahuan
dalam bidang kesehatan.
4. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia
secara kooperatif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan tang
baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Cecily & Sowden (2009). Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Edisi 5. Jakarta:
EGC

Nelson, (2011), Ilmu Ksesehatan Anak Esensial, Ed 6, Jakarta: Elsevier

Nelson, (2010), Esensi Pediatri, Ed 4, Jakarta: EGC

Sudarti & Fauziah. (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Cetakan I. Yogyakarta: Nuha medika

Surasmi,Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC

Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta :
CV Agung Seto

Rahardjo dan Marmi,2012, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah.


Jakarta : Pustaka Belajar

Wong, (2008), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai