OLEH:
Oleh Kelompok 1
Menyetujui
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
seminar kasus ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada By.Ny.I dengan RDS
( Respiratory Distress Syndrom) Di Ruangan Perinatologi RSUD M. NATSIR
SOLOK tahun 2023.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan Seminar Kasus ini penulis
banyak mendapatkan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak terlepas
dari bantuan tenaga, pikiran, dan dukungan moril. Oleh karena itu penulis
meyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Elvi Fitraneti,Sp.PD,FINASIM selaku direktur RSUD M.Natsir
Solok
2. Bapak dan ibu KOMKORDIK RSUD M.Natsir Solok
3. Ibu Ns. Liza Merianti,S.Kep,M.Kep selaku Dosen Akademik I Universitas
Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan seminar kasus
ini sehingga seminar ini dapat terselesaikan
4. Ibu Ns. Ade Sri Wahyuni,S.Kep,MNS selaku Dosen Akademik I
Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan seminar
kasus ini sehingga seminar ini dapat terselesaikan
5. Ibu Ns. Khairany,S.Kep selaku Pembimbing Klinik Ruangan Perinatologi
RSUD M.Natsir Solok yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk mengarahkan dalam penyusunan seminar kasus ini sehingga seminar
ini dapat terselesaikan
6. Ibu Ns. Marlina Astuti,S.Kep selaku Pembimbing Klinik Ruangan
Perinatologi RSUD M.Natsir Solok yang telah menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan seminar kasus ini
sehingga seminar ini dapat terselesaikan
1
8. Ibu Ns.Amliza,S.Kep selaku Karu Ruangan Anak yang telah memberi
banyak ilmu dan kemudahan selama masa praktek dinas
9. Uni – Uni di Ruangan Perinatologi dan ruangan anak yang telah memberi
banyak ilmu dan kemudahan selama masa praktek dinas
Penulis
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar…………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan……………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan Penulisan……………………………………………..
D. Metode Penulisan……………………………………………..
E. Sistematika Penulisan…………………………………………
Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………….
A. Anatomi Dan Fisiologi………………………………………..
1. Anatomi Pernafasan………………………………………
2. Fisiologi Pernafasan………………………………………
B. Respiratory Distress Syndrom ( RDS)………………………..
1. Defenisi RDS………………………………………………….
2. Etiologi RDS…………………………………………………..
3. Faktor Risiko RDS…………………………………………….
4. Klasisfikasi RDS………………………………………………
5. Patofisiologi Dan Woc RDS…………………………………..
6. Manifestasi Klinis RDS………………………………………..
7. Komplikasi RDS……………………………………………….
8. Pemeriksaan Penunjang RDS…………………………………..
9. Penatalaksanaan RDS…………………………………………..
10. Asuhan Keperawatan Teoritis RDS…………………………….
Bab III Tinjauan Kasus………………………………………………….
A. Identitas Bayi / Keluarga………………………………………..
B. Riwayat Kesehatan………………………………………………..
C. Pengkajian Neonatus………………………………………………
D. Riwayat Prenatal (ANC)…………………………………………..
1
E. Pemeriksaan Kehamilan……………………………………………
F. Riwayat Persalinan…………………………………………………
G. Catatan Monitoring Fetus………………………………………….
H. Riwayat Kelahiran………………………………………………….
I. Riwayat Postnatal…………………………………………………..
J. Riwayat Sosial………………………………………………………
K. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………….
L. Analisa Data……………………………………………………….
M. Diagnosa Keperawatan…………………………………………….
N. Intervensi Keperawatan……………………………………………
O. Implementasi Dan Evaluasi………………………………………..
Bab IV Pembahasan……………………………………………………….
A. Pengkajian…………………………………………………………
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………
C. Implementasi Keperawatan……………………………………….
D. Evaluasi Keperawatan……………………………………………..
Bab V Penutup……………………………………………………………..
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bawah lima tahun (balita). Secara global, sekitar 6,6 juta balita meninggal
pada tahun 2012, sebagian besar disebabkan oleh penyebab yang dapat
dicegah (Wright dkk, 2016). Tahun 2019, Sebanyak 7000 Bayi baru lahir di
segera setelah lahir dan bbrp hari pertama setelah lahir, penyebab utama
(asfixia atau kesulitan bernafas saat lahir), infeksi dan cacat lahir (birth
sekitar 5,9 per 1000 kelahiran hidup (KH) terjadi di Eropa dan empat sampai
lima kali lipat terjadi di Asia dan Afrika (Wright dkk, 2019) . Berdasarkan
2020) sebesar 32 per 1000 KH dan kematian balita sebesar 40 Per 1000 KH.
data tahun 2010 sebesar 26 per 1000 KH, dengan target tahun 2021 sebesar
1
23 per 1000 KH. Enam puluh persen kematian bayi di Indonesia terjadi
selama periode neonatal dan 80% kematian anak terjadi selama bayi (BPS,
2021).
bayi terutama pada masa perinatal yaitu gangguan pernafasan pada bayi atau
kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan pernapasan
darah.ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab Kematian bayi 7-28 hari adalah
sepsis 20,55, kelainan kongenital 18,1%, pneumonia dan BBLR 12,8% dan
RDS 12,8%.
darah atau ikterus 5,6%, post matur 2,8% dan kelainan kongenital 1,4%
distress pada bayi baru lahir merupakan masalah yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir (Valman & Thomas, 2009).
1
merupakan suatu penyakit paru-paru akut pada neonatus yang disebabkan
membran yang tersusun atas protein dan sel-sel mati melapisi alveoli
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal apnea, atau
sebagai care giver. Menurut Monica Ester (2003) tindakan yang dapat
1
mempertahakan keseimbangan asam basa, mempertahankan suhu lingkungan
pada bayi dan mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat. Selain itu juga
%, kasus BBLR sebanyak 14%, kasus NCB sebanyak 15%, kasus asfiksia
sebanyak 4%, dan kasus sepsis sebanyak 4%, dari data diatas menunjukkan
kasus RDS dan kasus NBC adalah yang paling tinggi, namun kasus yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
1. Mampu memahami tentang asuhan keperawatan teoritis Respiratory
Solok
Solok
D. Metode Penulisan
1
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang
buku pustaka dan informasi didapat dari jaringan internet dan studi kasus.
E. Sistematika Penulisan
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Pernafasan
dalam jaringan atau “pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-
limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran gas antara oksigen
a. Hidung
a. Nares Anterior
b. Rongga Hidung
1
lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam
cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan,
sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi
membrane mukosa.
olfaktorius.
1
b) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha
superior dan media dan diantara concha media dan inferior
d) Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e) Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian
belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
b. Saluran Pernapasan
1) Faring
(faring-laringeal).
2) Laring
1
( ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
menelan.
3) Trakea
1
lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah
laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya
tulang belakang.
4) Kedua bronkus
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri;
1
sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua
lobus bawah.
b. Rongga Torak
2. Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus
4. Diafragma di bawah
Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru
descendens, vena kava superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah
c. Paru – Paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah
1
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih
2. Fisiologi Pernafasan
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan
erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran,
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
pernapasan eksterna :
1
b. Arus darah melalui paru – paru
1. Definisi
1
hialin, karena pada penyakit ini selalu di temukan membrane hialin yang
melapisi alveoli (Surasmi, 2003). RDS adalah penyakit paru yang akut dan
berat, terutama menyerang bayi-bayi preterm, hal ini dapat terlihat pada
adalah suatu gangguan perkembangan paru yang dimulai saat lahir atau
terdiri dari dispnoe atau hipernoe. dengan frekuensi pernafasan lebih dari
Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari
60x/i atau kurang dari 30x/i danmungkin menunjukan satu atau lebih dari
sentral (biru pada lidah dan bibir) - Ada tarikan dinding dada – Merintih -
2. Etiologi
1
RDS sering terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula
dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih
dalah:
a. Faktor Ibu
1) Infeksi
Infeksi pada ibu hamil dapat terjadi karena ibu yang kurang
1
maka ibu diharapkan mampu menjaga personal hygience. Penyakit
pada ibu
infeksi vagina.
4) Gizi ibu hamil yang tidak optimalisasi. Kebutuhan gizi ibu hamil
b. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
plasenta.
c. Faktor Janin
1
Penekanan umbilicus (pusat) akan mengakibatkan terganggunya
pertukatan gas antara ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada
d. Faktor Neonatus
beberapa hal,yaitu:
b) Trauma persalinan
3. Faktor Resiko
a. Bayi laki-laki
c. Asfiksia perinatal
surfaktaan)
e. Infeksi perinatal
prematur)
1
g. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu banyak
Pada prematuritas :
24-26 minggu.
4. Klasifikasi
Distress Syndrome.
1
Pola retikulogranuler lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata.
meningkat.
paru area cystic pada paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang
Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari luar rongga udara
1
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan
setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai
denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus
1
Primer Sekunder
WOC
Bayi prematur Perdarahan antepartum, Ibu diabetes Seksio sesaria Aspirasi mekonium Asfiksia Resusitasi Pneumotorak,
hipertensi hipotensi (pneumonia aspirasi) neonatorum neonatus sindrom wilson,
Pembentukan (pada ibu) Hiperinsulinemia Pengeluaran mikity
membran hialin janin Janin kekurangan Pemberian kadar
hormon stress oleh
surfaktan paru O2 dan kadar CO2 O2 yang tinggi
Gangguan perfusi darah ibu
belum sempurna Imaturitas paru Pernapasan intra uterin meningkat
uterus
Insufisiensi pada
Sirkulasi utero plasenter Sumbatan jalan napas bayi prematur
kurang baik parsial oleh air ketuban Trauma akibat
Mengalir ke janin Gangguan
dan mekonium kadar O2 yang
pematangan paru
Bayi prematur; dismaturitas tinggi
bayi yang berisi air Kerusakan surfaktan perfusi
Menekan sintesis
Pertumbuhan surfaktan paru belum matang surfaktan
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah
sebagai berikut :
b. Pernafasandangkal
c. Mendengkur
d. Sianosis
e. Pucat
f. Kelelahan
1
Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe :
0 1 2
Nafas
retraksi
menetap
walaupun diberi
O2
masuk
harus dilakukan)
1
7. Komplikasi
yang menetap.
1
b. Retinopathy premature
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis
yang ditemukan pada foto rontgen paru ialah adanya bercak difus
b. Gambaran laboratorium
diantaranya adalah :
1) Pemeriksaan darah
1
arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi
akan terganggu.
c. Gambaran patologi/histopatologi
1
terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin berasal dari
Pemeriksaan Kegunaan
basa
Sumber: Hermansen
9. Penatalaksanaan
meliputi:
e. Mencegah hipotermia.
1
Tindakan untuk mengatasi kegawatan pernafasan (Esty
wahyuningsih,2009)
a. Bebaskan jalan napas dan beri oksigen jika ada gangguan pernapasan
Khoirunnisa,2010) adalah :
paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan
infus dektrosa 5 %
1
11) Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut
berikutnya.
tersebut diatas
pemberian minuman
1
Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi nafas
dapat dipulangkan.
Khoirunnisa,2010)
celcius.
sepsis.
1
ii. Jika suhu abnormal,teruskan amati bayi. Apabila
kemerahan.
jam
1
alasan bayi tetap tinggal dirumah sakit dirumah sakit, bayi
dapat dipulangkan.
semakin sering dan semakin berat. Pada bayi kecil ( berat lahir
mekanik.
udara.
perbaikan.
1
vi. Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan (frekkuensi
membaik).
Kurangi pemberian O2
pemberian minum.
1. Frekuensi nafas
3. Episode apnea.
Konseling antenatal
Pengarahan tim dan pemeriksan
peralatan
1
Lahir
Tetap bersama ibu untuk
perawatan rutin.
Cukup bulan? Hangatkan dan pertahankan suhu
Tonus? Ya normal, posisikan jalan napas,
Bernapas atau menangis bersihkan sekret bila diperlukan,
Tidak keringkan, evaluasi,
berkelanjutan.
Hangatkan dan pertahankan suhu
normal, posisikan jalan napas, bersihkan
sekret biladiperlukan, keringkan,
rangsang
Ya
VTP, pantau SpO2. Pertimbangkan Posisikan dan bersihkan jalan napas,
pasang EKG pantau Spo2. Tambahkan O2 nila
diperlukan. Pertimbangkan CPAP
FJ di bawah 100 dpm ?
Tidak
Perawatan pasca resusitasi.
Pengarahan tim
Lihat gerakan dada. Langkah koreksi
ventilasi bila diperlukan. Pipa ET atau
Yasungkup larings bila diperlukan Target SpO2 praduktal
1. 1 menit 60%-65%
FJ di bawah 60 dpm ? 2. 2 menit 65%-70%
3. 3 menit 70%-75%
4. 4 menit 75 %-80%
Intubasi belum dilakukan. Kompresi dada.
5. 5 menit 80%-85%
Koordinasi dengan VTP. O2 100%. Pasang
EKG 6. 10 menit 85%-95 %
FJ dibawah 60 dpm ?
epinefrin
Epinefrin IV,IV,
bila FJ tetap dibawah 60 dpm,
pikirkan hipovolemi,pikirkan pneumatoraks
1
10.Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Data pasien
Data pasien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, alamat. Nama
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pasien dengan gawat nafas keluarga akan
mengeluhkan bayinya sesak nafas, sebagian tubuh membiru.
b) Riwayat kesehatan sekarang
yang sama
e) Riwayat maternal
1
Kaji apakah bayi lahir prematur, umur kehamilan, apgar
1. Cardiovaskuler
b. Murmur sistolik
2. Integumen
c. Mottling
d. Neurologis
e. Immobilitas, kelemahan
3. Pulmonary
b. Nafas grunting
d. Pernapasan dangkal
f. Sianosis\
4. Status behavioral
1
a, Letargi
3) Pemeriksaan fisik
1. Frekuensi nafas
1
pada obtruksi jalan nafas dan penyakit alveolar. Anggukan
b. Kualitas nadi
dengan cara:
1
jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki
tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan.
Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan
menghilang 2-3 detik.
c) Perfusi pada otak dan respirasi
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah
diselingi agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak
selain terjadi penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot,
kejang dan dilatasi pupil.
4) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul ;
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar
surfaktan, ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi/kelelahan, keterbatasan pengembangan otot.
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penurunan lemak
subkutan, peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS.
4. Risiko efisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme akibat
stress.
5. Risiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif.
6. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan ventilasi
pulmonal
7. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
8. Risiko termogulasi tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit
9. Risiko gangguan perlekatan berhubungan dengan perpisahan antara ibu
dan bayi akibat hospitalisasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa SLKI SIKI
1
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1. Monitor kecepatan
dengan pertukaran gas aliran oksigen
ketidakadekuatan meningkat, dengan 2. Monitor posisi alat
kadar surfaktan, kriteria hasil: terapi oksigen
ketidakseimbangan 1. Sesak napas menurun 3. Monitor aliran
perfusi ventilasi 2. Wheezing menurun oksigen secara periodik
3. Takikardia menurun dan pastikan fraksi yang
4. PCO2 membaik diberikan cukup
5. PO2 membaik 4. Monitor efektifitas
6. pH arteri membaik. terapi oksigen (mis.
Oksimetri, Analisa gas
darah), jika perlu
5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor
monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
9. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
10. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung, dan trakea,
jika perlu
11. Pertahankan
1
kepatenan jalan napas
12. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
13. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
14. Tetap berikan oksigen
saat pasien di transportasi
15. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
16. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
17. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
18. Kolaborasi
penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif intervensi keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1.Monitor pola nafas
dengan penurunan pola nafas membaik, 2.Monitor bunyi nafas
energi/kelelahan, dengan kriteria hasil: tambahan
keterbatasan Terapeutik
1. Dispnea menurun
pengembangan 3. Posisikan semi fowler atau
2. Penggunaan otot bantu
otot. fowler
napas menurun
4.Lakukan penghisapan
3. Frekuensi nafas
1
membaik lender kurang dari 15 menit
4. Kedalaman nafas 5. lakukan hiperoksigenasi
membaik sebelum penghisapan
endotrakeal
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
6.Anjurkan asupan cairan
2000 ml/ hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
7.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik, jika
perlu
Risiko Setelah dilakukan Regulasi Temperatur
3
termoregulasi tidak intervensi keperawatan Observasi
efektif selama 3 x 24 jam, maka 1. Monitor suhu tubuh
berhubungan termoregulasi neonatus bayi sampai stabil (36,5 –
dengan proses membaik, dengan kriteria 37,5°C)
penyakit hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun anak tiap 2 jam, jika perlu
2. Akrosianosis 3. Monitor tekanan
menurun darah, frekuensi
3. Dasar kuku sianotik pernapasan dan nadi
menurun 4. Monitor warna dan
4. Suhu tubuh membaik suhu kulit
5. Suhu kulit membaik 5. Monitor dan catat
6. Frekuensi nadi tanda dan gejala
menurun hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
6. Pasang alat pemantau
1
suhu kontinu, jika perlu
7. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
8. Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
9. Masukkan bayi BBLR
ke dalam plastic segera
setelah lahir (mis: bahan
polyethylene,
polyurethane)
10. Gunakan topi bayi
untuk mencegah
kehilangan panas pada
bayi baru lahir
11. Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
12. Pertahankan
kelembaban incubator
50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan
panas karena proses
evaporasi
13. Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
14. Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan yang
akan kontak dengan bayi
(mis: selimut, kain
1
bedongan, stetoskop)
15. Hindari meletakkan
bayi di dekat jendela
terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angina
16. Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
17. Gunakan Kasur
pendingin, water
circulating blankets, ice
pack, atau gel pad dan
intravascular cooling
cathetherization untuk
menurunkan suhu tubuh
18. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
19. Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
20. Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
21. Demonstrasikan
Teknik perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
1
bayi BBLR
Kolaborasi
22. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
4 Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi intervensi keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1. Identifikasi status nutrisi
dengan status nutrisi membaik, 2. Identifikasi alergi dan
peningkatan dengan kriteria hasil: intoleransi makanan
metabolisme akibat 1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan yang
stress. dihabiskan meningkat disukai
2. Berat badan membaik 4. Identifikasi kebutuhan
3. Indeks massa tubuh kalori dan jenis nutrient
(IMT) membaik 5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis:
piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
12. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
1
13. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
16. Ajarkan posisi duduk, jika
mampu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
18.Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19.Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
5 Risiko infeksi yang Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan prosedur selama 3 x 24 jam, maka 1. Monitor tanda dan gejala
invasif. tingkat infeksi menurun, infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Demam menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
2. Kemerahan 3. Berikan perawatan kulit
menurun pada area edema
3. Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan
1
4. Bengkak sesudah kontak dengan
menurun pasien dan lingkungan
5. Kadar sel darah pasien
putih membaik 5. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
10. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
12.Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
6 Risiko penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung
curah jantung intervensi keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1. Identifikasi
dengan gangguan curah jantung meningkat, tanda/gejala primer
ventilasi pulmonal dengan kriteria hasil: penurunan curah jantung
1. Gambaran aritmia (meliputi: dispnea,
menurun kelelahan, edema,
2. Lelah menurun ortopnea, PND,
3. Dispnea menurun peningkatan CVP).
4. Tekanan darah 2. Identifikasi
membaik tanda/gejala sekunder
1
penurunan curah jantung
(meliputi: peningkatan
berat badan,
hepatomegaly, distensi
vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan
darah (termasuk tekanan
darah ortostatik, jika
perlu)
4. Monitor intake dan
output cairan
5. Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
6. Monitor saturasi
oksigen
7. Monitor keluhan nyeri
dada (mis: intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presipitasi yang
mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12
sadapan
9. Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
10. Monitor nilai
laboratorium jantung (mis:
elektrolit, enzim jantung,
BNP, NTpro-BNP)
1
11. Monitor fungsi alat
pacu jantung
12. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
13. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat
(mis: beta blocker, ACE
Inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Terapeutik
14. Posisikan pasien
semi-fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
15. Berikan diet jantung
yang sesuai (mis: batasi
asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan
tinggi lemak)
16. Gunakan stocking
elastis atau pneumatik
intermitten, sesuai indikasi
17. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
18. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress, jika
perlu
1
19. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
20. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
21. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
22. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
23. Anjurkan berhenti
merokok
24. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
25. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
26. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
27. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
7 Risiko tinggi cidera Setelah dilakukan Pencegahan Cedera
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan hipoksia selama 3 x 24 jam, maka 1. Identifikasi area
jaringan. tingkat cedera menurun, lingkungan yang
dengan kriteria hasil: berpotensi menyebabkan
cedera
1. Kejadian cedera
2. Identifikasi obat yang
menurun
berpotensi menyebabkan
cedera
1
3. Identifikasi
kesesuaian alas kaki atau
stoking elastis pada
ekstremitas bawah
Terapeutik
4. Sediakan pencahayaan
yang memadai
5. Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
6. Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
(mis: penggunaan telepon,
tempat tidur, penerangan
ruangan, dan lokasi kamar
mandi)
7. Gunakan alas kaki
jika berisiko mengalami
cedera serius
8. Sediakan alas kaki
antislip
9. Sediakan pispot dan
urinal untuk eliminasi di
tempat tidur, jika perlu
10. Pastikan bel panggilan
atau telepon mudah
terjangkau
11. Pastikan barang-
barang pribadi mudah
dijangkau
12. Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
1
terendah saat digunakan
13. Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
14. Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas
pelayanan Kesehatan
15. Pertimbangkan
penggunaan alarm
elektronik pribadi atau
alarm sensor pada tempat
tidur atau kursi
16. Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
17. Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas yang
sesuai (mis: tongkat atau
alat bantu jalan)
18. Diskusikan Bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien
19. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
20. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
21. Anjurkan berganti
1
posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
8 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan selama 3 x 24 jam, maka 1. Periksa tanda dan
peningkatan keseimbangan cairan gejala hipovolemia (mis:
permeabilitas meningkat, dengan frekuensi nadi meningkat,
kapiler. kriteria hasil: nadi teraba lemah, tekanan
1. Output urin darah menurun, tekanan
meningkat nadi menyempit, turgor
2. Membrane kulit menurun, membran
mukosa lembab mukosa kering, volume
meningkat urin menurun, hematokrit
3. Tekanan darah meningkat, haus, lemah)
membaik 2. Monitor intake dan
4. Frekuensi nadi output cairan
membaik Terapeutik
5. Kekuatan nadi 3. Hitung kebutuhan
membaik cairan
4. Berikan posisi
modified Trendelenburg
5. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
6. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
7. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1
8. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
9. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (albumin,
plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian
produk darah
9 Risiko gangguan Setelah dilakukan Promosi Perlekatan
perlekatan intervensi keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1. Monitor kegiatan
dengan perpisahan perlekatan meningkat, menyusui
antara ibu dan bayi dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan
akibat hospitalisasi 1. Mempraktikkan bayi menghisap dan
perilaku sehat selama menelan ASI
hamil meningkat 3. Identifikasi payudara ibu
2. Menyiapkan (mis: bengkak, puting
perlengkapan bayi lecet, mastitis, nyeri pada
sebelum kelahiran payudara)
meningkat 4. Monitor perlekatan saat
3. Verbalisasi menyusui (mis: areola
perasaan positif bagian bawah lebih kecil
terhadap bayi daripada areola bagian
meningkat atas, mulut bayi terbuka
4. Mencium bayi lebar, bibir bayi berputar
meningkat keluar dan dagu bayi
5. Melakukan menempel pada payudara
kontak mata dengan ibu)
bayi meningkat
1
6. Berbicara dengan Terapeutik
bayi meningkat
5. Hindari memegang
7. Bermain dengan
kepala bayi
bayi meningkat
6. Diskusikan dengan ibu
8. Berespons dengan
masalah selama proses
isyarat bayi
menyusui
meningkat
Edukasi
9. Kekhawatiran
menjalankan peran 7. Ajarkan ibu menopang
orang tua menurun seluruh tubuh bayi
10. Konflik hubungan 8. Anjurkan ibu melepas
orang tua dan pakaian bagian atas agar
bayi/anak menurun bayi dapat menyentuh
payudara ibu
9. Anjurkan bayi yang
mendekati kearah
payudara ibu dari bagian
bawah
10. Anjurkan ibu untuk
memegang payudara
menggunakan jarinya
seperti huruf “C” pada
posisi jam 12-6 atau 3-9
saat mengarahkan ke
mulut bayi
11. Anjurkan ibu untuk
menyusui menunggu
mulut bayi terbuka lebar
sehingga areola bagian
bawah dapat masuk
sempurna
12. Ajarkan ibu mengenali
1
tanda bayi siap menyusu
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI RUANG RAWAT INAP
PERINATOLOGI RSUD MOHAMMAD NATSIR KOTA SOLOK
1
Riwayat obstetric : G2 P2 A0 H2
BBL : 3390 gram
BB/PB : 3330 gram /52 cm
Apgar score : 6/7
Anak ke :2
Nama ayah : Tn A
Pekerjaan ayah : tani
Pendidikan ayah : SD
Nama ibu : Ny I
Pekerjaan ibu : tani
Pendidikan ibu : SMP
Agama : islam
Alamat : gantung ciri
Diagnosa medis : RDS
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : sesak sejak lahir
Riwayat kesehatan sekarang : pada tanggal 22 januari 2023 By. Ny I lahir
di rumah bidan Helveny dengan cara lahir
spontan/pervaginam pukul 17.30 wib dengan jenis
kelamin laki-laki , apgar skor 6/7 ,warna kulit
kemerahan dan bayi saat lahir merintih,tali pusat
layu dan air ketuban hijau. Pada tanggal 22 januari
2022 jam 17.50 By Ny I di bawa ke ponek ugd
Rumah Sakit M Natsir Solok dengan keluhan sesak
napas sejak lahir, dengan pernapasan : 79 x /i, nadi :
145 x/I, suhu : 36,5 celcius, SpO2 : 97% . Keadaan
umum sedang, kesadaran composmentis , bayi
sudah diberi 02 dengan nasal kanul dengan
konsentrasi 1 liter, terpasang ogt, terpasang infus
dengan cairan D10% sebanyak 8,5 tetes/jam. Pada
jam 18.35 wib By Ny I di pindahkan ke
perinatology , bayi terpasang 02 sebanyak 1 liter,
1
D10 8,5 tetes/jam, ogt di alirkan,injeksi yang sudah
diberikan injeksi gentamicin 1x 17 mg, injeksi
ampisilin 2x 175 mg, bolus D10% sebanyak 7 cc
sudah diberikan jam 13.30,Vit K ,cek glukosa darah
70 . Pada saat pengkajian di jam 15.00 wib bayi
tampak menangis kuat, sesak (+), dan tali pusat
berbau, akral teraba hangat, warna kulit kemerahan,
CTR <2 detik, bayi terpasang OGT,infus di tangan
kanan dengan cairan D10 8,5 tetes per menit ,
terpasang CPAP dan reflek menghisap belum ada,
ASI belum berikan, bayi berada dalam inkubator.
3. Pengkajian Neonates
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Berat badan lahir : 3390 gram ( normal )
Berat badan sekarang : 3330 gram ( normal )
Panjang badan : 52 cm ( normal )
Lingkar kepala : 33 cm ( normal )
Lingkar dada : 34 cm ( normal )
Lingkar perut : 31 cm ( normal )
Panjang lengan : 25 cm ( normal )
Panjang tungkai : 19 cm ( normal )
Tanda tanda vital : Nadi : 132x/menit, SpO2 : 97 %, nafas : 81 x/detik
suhu : 36,1°C
Reflek :moro
Reflek rooting :lemah
Reflek hisap :lemah
Reflek pegang :ada
Tonus/aktivitas :aktif
/ekstremitas Ekstremitas atas dan bawah aktif
Kekuatan otot 5555 5555
1
5555 5555
Akral teraba hangat,CRT < 2 detik.
Kepala :bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada jejas,tidak
ada udema, dan tidak ada pembengkakan
Rambut :pertumbuhan rambut rata, berwarna hitam dan tebal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
Mata :konjungtiva tidak anemis, skelera tidak anemis dan
keadaan bersih
Hidung :lubang hidung simetris , tidak ada lesi dan tidak ada
polip atau kelainan,terpasang O2 sebanyak 1 liter
Telinga :telinga kiri dan kanan simetris , tidak ada
pembengkakan
Mulut :mulut simetris tidak ada secret dan dalam keadaan
bersih
Kulit :berwarna kemerahan, tidak ada sianosis ,tidak ada
terdapat tanda lahir
Paru-paru :bunyi napas vesikuler ,tidak ada suara tambahan
Jantung :terdengar reguler, tidak ada mur-mur
Abdomen :perut :BU (+), abdomen mengembang, lingkar
perut 31 cm
Tali pusat/umbilikus :layu dan berbau
Genitalia :jenis kelamin laki-laki ,anus paten dan tidak ada
kelainan
4. Riwayat Prenatal ( ANC )
Tidak didapatkan data karena ibu bayi tidak ada berkunjung
5. Pemeriksaan Kehamilan
Tidak didapatkan data karena ibu bayi tidak ada berkunjung
6. Riwayat persalinan
Tidak didapatkan data karena ibu bayi tidak ada berkunjung
7. Catatan monitoring fetus
Tidak mendapatkan data catatan monitoring fetus
1
8. Riwayat kelahiran
Tidak didapatkan data karena ibu bayi tidak ada berkunjung
9. Riwayat postnatal
Usaha napas dengan bantuan yaitu menggunakan O2 sebanyak 1 liter
Apgar skor ( 5 menit 1) hasilnya 6/7
Tanda 0 1 2
Activity Tidak ada Flexi lengan dan Aktif
tungkai
Pulse Tidak ada < 100 x/ menit >100x / menit
Grimace Lumpuh Respon minimal Respon baik
terhadap rangsangan terhadap stimulasi
Appearance Lumpuh Tubuh kemerahan Kemerahan
Respiration Biru / pucat Lambat, tidak teratur Menangis kuat
Penilaian skor downess
Pernapasan 0 1 2 Nilai
Frekuensi < 60/menit 60-80 menit >80/menit 2
napas
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat 1
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis 0
dengan O2 menetap
walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan Tidak ada udara 0
ringan udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat didengar 1
dengan tanpa alat bantu
stetoskop
Total nilai 4
Kebutuhan resusitasi : tidak ada
Adanya trauma lahir : tidak ada
1
Adanya nekrosis : tidak ada
Keluarnya urin : tidak ada
Prosedur yang dilakukan : suction bayi
10. Riwayat sosial
Genogram keluarga
Genogram tidak di dapatkan karena ibu bayi tidak ada berkunjung
Budaya
Suku : minang
Agama : islam
Bahasa utama : minang
Perencanaan makanan bayi :
Problem social yang penting :tidak ada data
didapatkan karena ibu
tidak ada berkunjung
Perbedaan bahasa :tidak ada
Kurangnya system dukungan social :ada, bapak bayi
mengatakan tidak ada
nya dukungan moril
atau social dari
keluarga
Riwayat penyalahan penggunaan zat adikti :tidak ada
Lingkungan rumah yang kurang memadai :tidak ada
Keuangan :ada
Dll
Hubungan orang tua dengan bayi
1
- Kontak mata -
Orang yang dapat dihubungi : tidak ada, karena orang tua bayi tidak
memiliki handphone
Orang tua berespon terhadap penyakit : ya, orang tua merasa sangat sedih
karena anak nya harus di rawat di rumah sakit serta
keterbatasan biaya membuat orang tua bayi susah
untuk berkunjung ke Rumah Sakit untuk menemui
anaknya
Orang tua berespon terhadap rumah sakit : ya, ibu dan ayah bayi
mempercayai anaknya di rawat di rumah sakit
dengan harapan semoga anak nya lekas sembuh .
Riwayat persalinan
1
MCHC 36.1 g/dl 33-37 Normal
RDW-CV 21.1 % 11.5-14.5 Tinggi
Leukosit 31.0 10₃/mm₃ 9.0-29 Tinggi
(leukositosis)
Trombosit 186 10₃/mm₃ 150-450 Normal
Terapi yang di dapat :
Analisa data
1
11. Terpasang CPAP
12. U/K 41 – 42 minggu
1
3. Bayi diberikan susu formula
4. Bayi tampak hiperbilirupin
Intervensi Keperawatan
1
ekspektoran,mukolitik, jika perlu
2 Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi
d/d kurangnya keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
pertahanan maka tingkat infeksi menurun, 1. Monitor tanda dan gejala
imunologi dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
1. Demam menurun Terapeutik
2. Kemerahan menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
4. Bengkak menurun kontak dengan pasien dan
5. Kadar sel darah putih membaik lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
7. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
3 Risiko Setelah dilakukan intervensi Regulasi Temperatur
termugulasi keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
tidak efektif d/d maka termoregulasi neonatus 1. Monitor suhu tubuh bayi sampai
proses penyakit membaik, dengan kriteria hasil: stabil (36,5 – 37,5°C)
Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2
1. Akrosianosis menurun jam, jika perlu
2. Dasar kuku sianotik menurun 3. Monitor tekanan darah, frekuensi
3. Suhu tubuh membaik pernapasan dan nadi
4. Suhu kulit membaik 4. Monitor warna dan suhu
5. Frekuensi nadi menurun kulit
5. Monitor dan catat tanda
1
dan gejala hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
6. Pasang alat pemantau suhu
kontinue, jika perlu
7. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat
8. Bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah kehilangan
panas
9. Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
10. Hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis: selimut, kain
bedongan, stetoskop)
11. Gunakan matras
penghangat, selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
12. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi
13. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
14. Demonstrasikan Teknik
perawatan metode kanguru (PMK)
untuk bayi BBLR
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu
1
4 Risiko gangguan Setelah dilakukan intervensi Promosi Perlekatan
perlekatan d/d keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
perpisahan maka perlekatan meningkat, dengan 1. Monitor kegiatan menyusui
antara ibu dan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan bayi
bayi akibat 1. Mempraktikkan perilaku sehat menghisap dan menelan ASI
hospitalisasi selama hamil meningkat 3. Identifikasi payudara ibu (mis:
2. Menyiapkan perlengkapan bayi bengkak, puting lecet, mastitis,
sebelum kelahiran meningkat nyeri pada payudara)
3. Verbalisasi perasaan positif 4. Monitor perlekatan saat
terhadap bayi meningkat menyusui (mis: areola bagian
4. Mencium bayi meningkat bawah lebih kecil daripada areola
5. Melakukan kontak mata dengan bagian atas, mulut bayi terbuka
bayi meningkat lebar, bibir bayi berputar keluar
6. Berbicara dengan bayi dan dagu bayi menempel pada
meningkat payudara ibu)
7. Bermain dengan bayi Terapeutik
meningkat 5. Hindari memegang kepala bayi
8. Berespons dengan isyarat bayi 6. Diskusikan dengan ibu masalah
meningkat selama proses menyusui
9. Kekhawatiran menjalankan Edukasi
peran orang tua menurun 7. Ajarkan ibu menopang seluruh
10. Konflik hubungan orang tua tubuh bayi
dan bayi/anak menurun 8. Anjurkan ibu melepas pakaian
bagian atas agar bayi dapat
menyentuh payudara ibu
9. Anjurkan bayi yang mendekati
kearah payudara ibu dari bagian
bawah
10. Anjurkan ibu untuk memegang
payudara menggunakan jarinya
seperti huruf “C” pada posisi jam
12-6 atau 3-9 saat mengarahkan
1
ke mulut bayi
11. Anjurkan ibu untuk menyusui
menunggu mulut bayi terbuka
lebar sehingga areola bagian
bawah dapat masuk sempurna
12. Ajarkan ibu mengenali tanda bayi
siap menyusu
1
Implementasi dan Evaluasi
1
yang boleh masuk Haemoglobin 19.8 g/Dl
3. Mencuci tangan sebelum dan Eritrosit 5.80 10/mm³
sesudah kontak dengan pasien Trombosit 36.1°C ( bayi tidak
dan lingkungan pasien demam)
R: mencuci tangan 6 langkah A : masalah keperawatan resiko
sebelum kontak dengan bayi infeksi belum teratasi
4. Mempertahankan teknik aseptic P : intervensi di lanjutkan
pada pasien berisiko tinggi ( 1,2,3,4,5,6)
R: tekhnik aseptic dipertahankan
dengan selalu mencuci tangan
sebelum kontak dengan bayi
5. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
R: asupan ASI bayi ditingkatkan
6. Berkolaborasi pemberian
imunisasi
R: bayi diberikan injeksi gentamicin
dan ampicillin sulbactam
3 Risiko Tanggal : 23 Januari 2023 Tanggal : 23 Januari 2023
termogulasi Jam : 15.00 WIB Jam : 19.00 WIB
tidak efektif 1. Memonitor suhu tubuh bayi S: -
b.d proses sampai stabil (36,5 – 37,5°C) O:
penyakit R: T: 36,6 0C - K/U sedang
2. Memonitor suhu tubuh anak tiap - U/K 41 – 42 minggu
2 jam - Diletakkan dalam incubator dengan
R: suhu tubuh bayi dicek per 2 jam suhu 33,3 derajat
3. Memonitor tekanan darah, - Akral teraba hangat
frekuensi pernapasan dan nadi - CRT < 2 detik
R: RR: 72 x/ I, N: 142x/ menit - Warna kulit kemerahan
4. Monitor warna dan suhu kulit - TTV
R: kulit bayi tampak tidak sianosis N =136 x/i
5. Monitor dan catat tanda dan RR= 67 x/ i
1
gejala hipotermia atau S = 36,1 0C
hipertermia A: Masalah keperawatan risiko
R: tidak ada tanda hipotermi termogulasi tidak efektif belum
(menggigil) dan hipertermi (kejang) teratasi
6. Pasang alat pemantau suhu P: intervensi dilanjutan
kontiniue ( 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
R: alat pemantauan suhu bayi
terpasang pada tubuh bayi
7. Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi
R: kelembapan incubator bayi
dipertahankan
8. Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
R: suhu incubator bayi 33,3oC
9. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
R: suhu lingkungan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien
10. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
R:tutup incubator dan atur suhu
incubator
4 Resiko Tanggal : 23 Januari 2023 Tanggal : 23 Januari 2023
gangguan Jam : 15.15 WIB Jam : 19.30 WIB
perlekatan 1. Memonitor kegiatan menyusui S:-
b.d R : bayi belum ada menyusu pada O:
perpisahan ibunya secara langsung,bayi puasa Orang tua bayi belum ada
antara ibu 2. Mengidentifikasi kemampuan berkunjung ke RS
1
dan bayi bayi menghisap dan menelan asi Bayi belum dapat di susukan
akibat R : bayi terpasang OGT dan bayi secara langsung
hospitalisasi puasa sehingga kemampuan Bayi tampak hanya di rawat oleh
menghisap dan menelan bayi belum perawat
dapat di lihat A : masalah keperawatan resiko
3. Mengindetifikasi payudara ibu gangguan perlekatan belum teratasi
R : payudara ibu belum dapat P : intervensi dilanjutkan ( 1,2,3 4)
diidentifikasi karena ibu bayi belum
ada berkunjung ke RS
4. Mendiskusikan dengan ibu bayi
belum melakukan kunjungan
R : diskusi belum dapat dilakukan
karena ibu bayibelum melakukan
kunjungan
1 Pola napas Tanggal : 24 Januari 2023 Tanggal : 24 Jauuari 2023
tidak efektif Jam : 08.30 WIB Jam : 13.00 WIB
b.d 1. Memnitor pola napas S:-
hambatan R : RR 71 x/i , napas dalam dan O:
upaya napas dangkal , HR: 131x/i Pasien masih tampak sesak
2. Memonitor bunyi napas Ku : sedang
tambahan Masih adanya penggunaan otot
R: tidak ada bunyi napas tambahan bantu napas
3. Memposisikan / mengatur posisi RR :62 x/i
semifowler Nadi : 119 x/i
R: bayi di atur dengan posisi
SpO2 : 93 %
semifowler 30°
Retraksi (+)
4. Memberikan oksigen
Terpasang CPAP medin flow 7
R : pasien dipasangkan CPAP medin
FiO2 30%
flow 7 FiO2 30%
A : masalah keperawaan pola napas
tidak efektif belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1
(1,2,3,4)
2 Resiko Tanggal : 24 Januari 2023 Tanggal :23 Januari 2023
infeksi d.d Jam : 09.00 WIB Jam : 13.15 WIB
kurangnya 1. Memonitor tanda dan gejala S : bidan mengatakan air ketuban
pertahanan infeksi lokal dan sistemik berwarna hijau saat lahir
imunologi R: tidak ada kemerahan, tidak ada O:
pembengkakan, tidak ada nyeri, Leukosit 31.0 10³/mm³ (tinggi)
tidak ada rasa panas, bayi tidak Di berikan injeksi ampicylin 2 x
demam, leukosit tinggi 175, dan gentamicyn 1 mg x 17
2. Membatasi jumlah pengunjung mg
R: Pengunjung dibatasi, hanya ibu Haemoglobin 19.8 g/Dl
yang boleh masuk Eritrosit 5.80 10/mm³
3. Mencuci tangan sebelum dan Trombosit 36.1°C ( bayi tidak
sesudah kontak dengan pasien demam)
dan lingkungan pasien A : masalah keperawatan resiko
R: mencuci tangan 6 langkah infeksi belum teratasi
sebelum kontak dengan bayi P : intervensi di lanjutkan
4. Mempertahankan teknik aseptic ( 1,2,3,4,5,6 )
pada pasien berisiko tinggi
R: tekhnik aseptic dipertahankan
dengan selalu mencuci tangan
sebelum kontak dengan bayi
5. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
R: asupan ASI bayi ditingkatkan
6. Berkolaborasi pemberian
imunisasi
R: bayi diberikan injeksi gentamicin
dan ampicillin sulbactam
3 Risiko Tanggal : 24 Januari 2023 Tanggal : 24 Januari 2023
termogulasi Jam : 09.15 WIB Jam : 13.30 WIB
tidak efektif 4. Memonitor suhu tubuh bayi S: -
1
b.d proses sampai stabil (36,5 – 37,5°C) O:
penyakit R: T: 36,4 0C - K/U sedang
5. Memonitor suhu tubuh anak tiap - U/K 41 – 42 minggu
2 jam - Diletakkan dalam incubator dengan
R: suhu tubuh bayi dicek per 2 jam suhu 30,3 derajat
6. Memonitor tekanan darah, - Akral teraba hangat
frekuensi pernapasan dan nadi - CRT < 2 detik
R: RR: 67 x/ i, N: 132x/ menit - Warna kulit kemerahan
7. Monitor warna dan suhu kulit - TTV
R: kulit bayi tampak tidak sianosis N =118 x/i
8. Monitor dan catat tanda dan RR= 60 x/ i
gejala hipotermia atau S = 36,1 0C
hipertermia A: Masalah keperawatan risiko
R: tidak ada tanda hipotermi termogulasi tidak efektif belum
(menggigil) dan hipertermi (kejang) teratasi
9. Pasang alat pemantau suhu P: intervensi dilanjutan
kontiniue ( 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
R: alat pemantauan suhu bayi
terpasang pada tubuh bayi
10. Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi
R: kelembapan incubator bayi
dipertahankan
11. Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
R: suhu incubator bayi 33,3oC
11. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
R: suhu lingkungan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien
1
12. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
R:tutup incubator dan atur suhu
incubator
4 Resiko Tanggal : 24 Januari 2023 Tanggal : 24 Januari 2023
gangguan Jam : 09.30 WIB Jam : 14.00 WIB
perlekatan 1. Memonitor kegiatan menyusui S:-
b.d R : bayi belum ada menyusu pada O:
perpisahan ibunya secara langsung,bayi hanya Orang tua bayi belum ada
antara ibu diberikan asi / susu formula lewat berkunjung ke RS
dan bayi OGT Bayi belum dapat di susukan
akibat 2. Mengidentifikasi kemampuan secara langsung
hospitalisasi bayi mneghisap dan menelan asi Bayi tampak hanya di rawat oleh
R : bayi terpasang OGT sehingga perawat
kemampuan menghisap dan menelan A : masalah keperawatan resiko
bayi belum dapat di lihat gangguan perlekatan belum teratasi
3. Mengindetifikasi payudara ibu P : intervensi dilanjutkan ( 1,2,3 4)
R : payudara ibu belum dapat
diidentifikasi karena ibu bayi belum
ada berkunjung ke RS
4. Mendiskusikan dengan ibu bayi
belum melakukan kunjungan
R : diskusi belum dapat dilakukan
karena ibu bayibelum melakukan
kunjungan
1 Pola napas Tanggal : 25 Januari 2023 Tanggal : 25 Jauuari 2023
tidak efektif Jam : 15.00 WIB Jam : 19.45 WIB
b.d 1. Memonitor pola napas S:-
hambatan R : RR 79 x/i , napas dalam dan O:
upaya napas dangkal , nadi 140 x/i Pasien masih tampak sesak
2. Memonitor bunyi napas Ku : sedang
1
tambahan Masih adanya penggunaan otot
R: tidak ada bunyi napas tambahan bantu napas
3. Memposisikan / mengatur posisi RR : 61 x/i
semifowler Nadi :120 x/i
R: bayi di atur dengan posisi SpO2 :99 %
semifowler 30° Retraksi (-)
4. Memberikan oksigen
Terpasang nasal kanul dengan
R : pasien dipasangkan nasal kanul
konsentrasi 1/2 liter
dengan konsentrasi 1/2 liter
A : masalah keperawaan pola napas
tidak efektif belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(1,2,3,4)
2 Resiko Tanggal : 25 Januari 2023 Tanggal :25 Januari 2023
infeksi d.d Jam : 15.15 WIB Jam : 20.00 WIB
kurangnya 1. Memonitor tanda dan gejala S : bidan mengatakan air ketuban
pertahanan infeksi lokal dan sistemik berwarna hijau saat lahir
imunologi R: tidak ada kemerahan, tidak ada O:
pembengkakan, tidak ada nyeri, Leukosit 31.0 10³/mm³
tidak ada rasa panas, bayi tidak Di berikan injeksi ampicylin 2 x
demam, leukosit tinggi 175, dan gentamicyn 1 mg x 17
2. Membatasi jumlah pengunjung mg
R: Pengunjung dibatasi, hanya ibu Haemoglobin 19.8 g/Dl
yang boleh masuk Eritrosit 5.80 10/mm³
3. Mencuci tangan sebelum dan Trombosit 36.5°C ( bayi tidak
sesudah kontak dengan pasien demam)
dan lingkungan pasien A : masalah keperawatan resiko
R: mencuci tangan 6 langkah infeksi belum teratasi
sebelum kontak dengan bayi P : intervensi di lanjutkan
4. Mempertahankan teknik aseptic ( 1,2,3,4,5,6 )
pada pasien berisiko tinggi
R: tekhnik aseptic dipertahankan
dengan selalu mencuci tangan
1
sebelum kontak dengan bayi
5. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
R: asupan ASI bayi ditingkatkan
6. Berkolaborasi pemberian
imunisasi
R: bayi diberikan injeksi gentamicin
dan ampicillin sulbactam
3 Risiko Tanggal : 25 Januari 2023 Tanggal : 25 Januari 2023
termogulasi Jam : 15.30 WIB Jam : 20.30 WIB
tidak efektif 1. Memonitor suhu tubuh bayi S: -
b.d proses sampai stabil (36,5 – 37,5°C) O:
penyakit R: T: 36,5 0C - K/U sedang
2. Memonitor suhu tubuh anak tiap - U/K 41 – 42 minggu
2 jam - nayi sudah dipindahkan dari
R: suhu tubuh bayi dicek per 2 jam inkubatorke box
3. Memonitor tekanan darah, - Akral teraba hangat
frekuensi pernapasan dan nadi - CRT < 2 detik
R: RR: 60 x/ i, N: 118x/ menit - Warna kulit kemerahan
4. Monitor warna dan suhu kulit - TTV
R: kulit bayi tampak tidak sianosis N = 121 x/i
5. Monitor dan catat tanda dan RR= 62 x/ i
gejala hipotermia atau S = 36,0 °C
hipertermia A: Masalah keperawatan risiko
R: tidak ada tanda hipotermi termogulasi tidak efektif belum
(menggigil) dan hipertermi (kejang) teratasi
6. Pasang alat pemantau suhu P: intervensi dilanjutan
kontiniue ( 1,2,3,4,5,6,9,10)
R: alat pemantauan suhu bayi
terpasang pada tubuh bayi
7. Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih untuk
1
mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi
R: bayi sudah dipindahkan dari
incubator ke box
8. Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
R: bayi sudah dipindahkan dari
incubator ke box
9. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
R: suhu lingkungan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien
10. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
R: selimutkan bayi
4. Resiko Tanggal : 25 Januari 2023 Tanggal :25 Januari 2023
gangguan Jam : 15.45 WIB Jam : 20.45 WIB
perlekatan 1. Memonitor kegiatan menyusui S:-
b.d R : bayi belum ada menyusu pada O:
perpisahan ibunya secara langsung,bayi hanya Orang tua bayi masih belum ada
antara ibu diberikan asi / susu formula lewat berkunjung ke RS
dan bayi OGT Bayi belum dapat di susukan
akibat 2. Mengidentifikasi kemampuan secara langsung
hospitalisasi bayi mneghisap dan menelan asi Bayi tampak hanya di rawat oleh
R : bayi terpasang OGT sehingga perawat
kemampuan menghisap dan menelan A : masalah keperawatan resiko
bayi belum dapat di lihat gangguan perlekatan belum teratasi
3. Mengindetifikasi payudara ibu P : intervensi dilanjutkan ( 1,2,3 4)
R : payudara ibu belum dapat
diidentifikasi karena ibu bayi belum
ada berkunjung ke RS
1
4. Mendiskusikan dengan ibu bayi
belum melakukan kunjungan
R : diskusi belum dapat dilakukan
karena ibu bayibelum melakukan
kunjungan
1. Pola napas Tanggal : 26 Januari 2023 Tanggal : 26 Jauuari 2023
tidak efektif Jam : 08.00 WIB Jam : 13.45 WIB
b.d 1. Memonitor pola napas S:-
hambatan R : RR 59 x/i , napas dalam dan O:
upaya napas dangkal , nadi 128 x/i Pasien sudah tampak tidak sesak
2. Memonitor bunyi napas Ku : sedang
tambahan Sudah tidak adanya penggunaan
R: tidak ada bunyi napas tambahan otot bantu napas
3. Memposisikan / mengatur posisi RR :49 x/i
semifowler Nadi : 125 x/i
R: bayi di atur dengan posisi
SpO2 :100 %
semifowler 30°
Retraksi (-)
4. Memberikan oksigen
nasal kanul sudaj dilepas
R : pasien sudah tidak terpasang
A : masalah keperawaan pola napas
oksigen karena pasien sudah tidak
tidak efektif teratasi
sesak
P : intervensi dihentikan
(pasien pulang)
2 Resiko Tanggal : 26 Januari 2023 Tanggal :26 Januari 2023
infeksi d.d Jam : 08.15 WIB Jam : 14.00 WIB
kurangnya 1. Memonitor tanda dan gejala S : bidan mengatakan air ketuban
pertahanan infeksi lokal dan sistemik berwarna hijau saat lahir
imunologi R: tidak ada kemerahan, tidak ada O:
pembengkakan, tidak ada nyeri, Leukosit 31.0 10³/mm³
tidak ada rasa panas, bayi tidak Di berikan injeksi ampicylin 2 x
demam, leukosit tinggi 175, dan gentamicyn 1 mg x 17
2. Membatasi jumlah pengunjung mg
R: Pengunjung dibatasi, hanya ibu
1
yang boleh masuk Haemoglobin 19.8 g/Dl
3. Mencuci tangan sebelum dan Eritrosit 5.80 10/mm³
sesudah kontak dengan pasien Trombosit 36.5°C ( bayi tidak
dan lingkungan pasien demam)
R: mencuci tangan 6 langkah A : masalah keperawatan resiko
sebelum kontak dengan bayi infeksi belum teratasi
4. Mempertahankan teknik aseptic P : intervensi dihentikan
pada pasien berisiko tinggi (pasien pulang)
R: tekhnik aseptic dipertahankan
dengan selalu mencuci tangan
sebelum kontak dengan bayi
5. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
R: asupan ASI bayi ditingkatkan
6. Berkolaborasi pemberian
imunisasi
R: bayi diberikan injeksi gentamicin
dan ampicillin sulbactam
1
5. Monitor dan catat tanda dan RR= 58 x/ i
gejala hipotermia atau S = 36,1 °C
hipertermia A: Masalah keperawatan risiko
R: tidak ada tanda hipotermi termogulasi teratasi
(menggigil) dan hipertermi (kejang) P: intervensi dihentikan
6. Pasang alat pemantau suhu (pasien pulang)
kontiniue
R: alat pemantauan suhu bayi
terpasang pada tubuh bayi
7. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
R: suhu lingkungan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien
8. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
R: selimutkan bayi
4 Resiko Tanggal : 26 Januari 2023 Tanggal :26 Januari 2023
gangguan Jam : 15.45 WIB Jam : 20.45 WIB
perlekatan 1. Memonitor kegiatan menyusui S:-
b.d R : bayi belum ada menyusu pada O:
perpisahan ibunya secara langsung,bayi hanya Orang tua bayi masih belum ada
antara ibu diberikan asi / susu formula lewat berkunjung ke RS
dan bayi oral dengan dot Bayi belum dapat di susukan
akibat 2. Mengidentifikasi kemampuan secara langsung
hospitalisasi bayi menghisap dan menelan asi Bayi tampak hanya di rawat oleh
R : daya hisap dan menelan bayi perawat
sudah bagus dengan dotnamun daya A : masalah keperawatan resiko
hisap bayi pada payudara ibu belum gangguan perlekatan belum teratasi
dapat dilihat karena ibu belum P : intervensi dihentikan
menyusui anaknya secara langsung (pasien pulang)
3. Mengindetifikasi payudara ibu
1
R : payudara ibu belum dapat
diidentifikasi karena ibu bayi belum
ada berkunjung ke RS
4. Mendiskusikan dengan ibu bayi
belum melakukan kunjungan
R : diskusi belum dapat dilakukan
karena ibu bayi belum melakukan
kunjungan
1
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal
Januari 2023 pukul 15.00 WIB di ruang Perinatologi. Didapatkan masalah
dari klien Bayi Ny.i yang berusia 12 jam yaitu Respiratory Distress
Syndrome dengan data pengkajian yang menunjukkan hasil respirasi klien
81x/permenit, bayi tampak sesak nafas. Pengertian dari Respiratory Distress
Syndrom dapat diartikan suatu gangguan perkembangan paru yang dimulai
saat lahir atau segera setelahnya, menetap selama 48 sampai 96 jam dan
sembuh dieresis inisial dimulai .Tanda gejala pasien dengan RDS antara
lain : sesak nafas atau respirasi lebih dari 60x permenit, nafas pendek, kulit
pucat, pernapasan tidak teratur dan terdapat retraksi pada dinding dada.
1
B. Diagnosa keperawatan
1
yaitu frekuensi pernapasan dalam rentan normal, dan retraksi dinding
dada menurun.
1
resiko infeksi dibuktikan dengan kurangnya pertahanan imunologi.
Resiko infeksi itu sendiri adalah beresiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik. Resiko infeksi disebabkan oleh
tingginya kadar leukosit pada tubuhnya. Leukosit sendiri adalah sel
darah putih yang berperan melindungi tubuh dari infeksi penyebab
penyakit . Dan didapatkan data subjektif yaitu air ketuban bewarna
hijau saat partus. Data objektif yaitu didapat tali pusat bayi berbau ,
u/k 41-42 minggu, hemoglobin 19.8 g/dl, eritrosit 5.80 10³/mm³ dan
leukosit 31.0 10³/mm³.
1
c. Resiko termogulasi tidak efektif berhubungan dengan proses
penyakit
Pada diagnosa ketiga penulis mengangkat diagnosa resiko
termogulasi tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit.
Resiko termogulasi tidak efektif adalah beresiko mengalami
kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Diagnosa resiko termogulasi tidak efektif diangkat dikarenakan
suhu tubuh klien tidak stabil . Dan bayi dilakukan perawatan degan
menggunakan ingkubator. Klien lahir dengan kelebihan bulan yang
mengakibatkan bayi dicurigai terminum air ketuban dengan ogt
dialirkan ..
Implementasi dilakukan selama 3 hari, dimulai dari tanggal 23
Januari 2023 hingga 25 januari 2023. Penulis melakukan
implementasi sesuai intervensi , dalam melakukan implementasi
penSulis tidak menemukan kendala apapun. Klien mendapatkan
perawatan ingkubator selama 2x24 jam.
1
mengajarkan orang tua untuk berinteraksi dengan bayi seperti
memberikan sentuhan dengan menggenggam dan mengajak bayi
berbicara. Kehadiran orang tua dengan menyentuh dan mengajak bayi
berbicara dapat membantu meningkatkan kemampuan bayi mengatasi
stresor selama perawatan dan memberikan rangsangan sensorik yang
tepat danbermakna.
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dalah
Memnitor pola napas, Memonitor bunyi napas tambahan,
Memposisikan / mengatur posisi semifowler, Memberikan oksigen.
1
4. Resiko gangguan perlekatan b. d perpisahan antara ibu dan bayi
akibat hospitalisasi
D. EVALUASI
1
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah Demam menurun,
Kemerahan menurun, Nyeri menurun, Bengkak menurun, Kadar
sel darah putih membaik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diperoleh hasil objektif : K/U sedang, U/K 41 – 42 minggu, bayi
sudah dipindahkan dari inkubatorke box, Akral teraba hangat, CRT
< 2 detik. Hal tersebut menadakan diagnosa ketiga sudah teratasi
sehingga tindakan perlu dilanjtkan.
1
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Respiratoty distress syndrome merupakan perkembangan yang imatur
pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai Hyaline Membrane Diseasa. Respiratory Distres Syndrom
(RDS) hampir selalu terjadi pada bayi prematur; semakin prematur, semakin besar
kemungkinan terjadinya sindroma ini. RDS terjadi pada bayi prematur atau
kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan.
2. SARAN
Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada
khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan
respiratory distress syndrome dengan baik dan sesuai dengan prosedur
keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek tertentu yang
berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn dan Sowden Linda A. 2020. Keperawatan Pediatri (Penyakit
RDS / PMH).
Aryanto Suwondo, Ishak Yusuf, Cleopas Martin Lumende, 2018. Sindrome Gagal
Nafas Pada Orang Dewasa dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi
Ketiga. Hal : 907-914
Sylia A. Price dan Lorraine M. Wilson, 2018, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hal : 739-740
1
Hood Alsagaf, M. Jusuf Wibisono, Winariani, 2019, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Paru, Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR –RSU Dr. Sutomo, Surabaya. Hal :
186-189.