Anda di halaman 1dari 1

 Dasar Hukum Tas’ir

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga ini tidak dijumpai dalam al-
Qur’an. Ketentuan yang berkaitan dengan tas’ir al-jabari terdapat dalam hadist Rasulullah SAW. seperti
yang diriwayatkan dari Anas Ibn Malik. Dalam riwayat itu dikatakan:

Dari Anas Ibn Malik ia berkata: “ pada zaman Rasulullah Saw. terjadi pelonjakan harga di pasar, lalu
sekelompok orang menghadap kepada Rasulullah Saw. seraya berkata: “ ya Rasulullah, harga-harga di
pasar kian melonjak begitu tinggi, tolonglah tetapkan harga itu. Rasulullah Saw., menjawab:
sesungguhnya Allahlah yang (berhak) menetapkan harga dan menahanny, melapangkan dan memberi
rezeki. Saya berharap akan bertemu dengan Allah dan jangan seseorang di antara kalian menuntut saya
untuk berlaku zalim dalam soal harta dan nyawa”

Menurut jumhur ulama, tas’ir bertentangan dengan nash-nash yang terdapat dalam Hadist. Sebab tas’ir
bermakna pemaksaan atas penjual dan pembeli untuk berjual-beli dengan harga tertentu.

Dalil lainnya, Hadits Nabi saw :

‫ دعوا الناس يرزق هللا بعضهم من بعض‬، ‫ال يبيع حاضر لباد‬

“Janganlah orang kota menjual kepada orang dusun, biarkanlah manusia, Allah akan memberi rizki
kepada mereka sebagian dari sebagian lainnya”.

Dari Hadits ini Rasulullah saw melarang orang kota yang tahu harga menjual barang dagangan kepada
orang dusun yang tidak tahu harga. Karena hal ini akan dapat melonjakkan harga. Maka tas’ir dibolehkan
agar tidak terjadi pelonjakan harga.

1. Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, tas’ir yang dibolehkan itu contohnya : penguasa melarang para
pedagang untuk menjual barang dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar, sementara saat itu
masyarakat sangat membutuhkan barang itu. Maka dalam kondisi seperti ini penguasa mewajibkan
pedagang menjual dengan harga pasar, karena ini berarti mengharuskan keadilan. Padahal keadilan
adalah hal yang diperintahkan Allah.

Anda mungkin juga menyukai