Anda di halaman 1dari 10

Review Jurnal

TEORI PEMBENTUKAN HARGA


Lailatus Syukriya Az Zahro ( 20212001290140 )
20212001290140@student.uluwiyah.ac.id
Alfath Shofi Amanda ( 20212001290132 )
20212001290132@student.uluwiyah.ac.id
Prodi Ekonomi Syai’ah, Institut agama islam Uluwiyah
Abstrak

Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba


perusahaan.Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas barang yang
dijual.Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas
yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi
produksi. Oleh karena itu penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan biaya
total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan penting dalam
setiap perusahaan. Penentuan harga menjadi suatu keharusan dengan alasan menegakkan
kemaslahatan manusia dengan memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau
kerusakan yang terjadi di lapangan). Dalam konsep Islam, yang paling prinsip adalah
harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran dan keadilan ekonomi
dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak yang terlibat di pasar.
Kata Kunci : Penetapan Harga, Hukum, prespektif islam
Abstract

Price is a component that directly affects the company's profit. The set price level
affects the quantity of goods sold. In addition, the price also indirectly affects costs,
because the quantity sold affects the costs incurred in relation to production efficiency.
Because pricing affects total revenue and total costs, pricing decisions and strategies play
an important role in every company. Pricing is a must for the reason of upholding human
benefit by fighting market distortions (fighting mafsadah or damage that occurs in the
field). In the Islamic concept, the most principle is that the price is determined by the
balance of supply and demand and economic justice by considering the interests of the
parties involved in the market.

Keywords: Pricing, Law, Islamic perspective

PENDAHULUAN

Harga merupakan salah satu variabel dari pemasaran atau penjualan.Islam


memberikan kebebasan dalam harga yang artinya segala bentuk konsep
harga yang terjadi dalam transaksi jual beli diperbolehkan dalam ajaran islam
selama tidak ada dalil yang melarangnya, dan selama harga tersebut terjadi atas
dasar keadilan dan sukasama suka antara penjual dan pembeli. Harga menjadi
sesuatu yang sangat penting, artinya bila harga suatu barang terlalu mahal
dapat mengakibatkan barang menjadi kurang laku, dan sebaliknya bila
menjual terlalu murah,keuntungan yang didapat menjadi berkurang.
Penetapan harga yang dilakukan penjual atau pedagang akan mempengaruhi
penadapatan atau penjualan yang akan diperoleh atau bahkan kerugian
yang akan diperoleh jika keputusan dalam menetapkan harga jual
tidak dipertimbangkan dengan tepat sasaran.Harga adalah faktor utama dalam
mengalokasikan sumberdaya pelaku ekonomi. Dalam suatu transaksi, bagian
terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari suatu barangyang dijual. Zaman
sekarang nilai tukar itu biasa disebut dengan uang. Terjadinya harga
didasarkan pada nilai kepuasan dari produsen ataupun
konsumen.Konsumen Islam tidak dianjurkan untuk melakukan suatu
kepuasan yang setinggi-tingginya. Mekanisme pembentukan harga yang
hasil dari permintaan dan penawaran ini sudah ada sejak awal.Teori
ekonomi Islam mengenai harga pertama-tama dapat dilihat dari sebuah hadis
yang menceritakan bahwa ada sahabat yang mengusulkan kepada nabi untuk
menetapkan harga di pasar. Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat
berperan efektif dalam kehidupan ekonomi bila prinsip persaingan bebas
dapat berlaku secara efektif. Pasar tidak mengharapkan adanya intervensi
dari pihak manapun, tak trekecuali Negara dengan otoritas penentuan harga
atau private sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun lainnya.

PEMBAHASAN
Harga Dalam prespektif islam

harga merupakan sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang


/jasa di mana kesepakatan tersebut diridhai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut
haruslah direlakan oleh kedua belah pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih
besar, atau sama dengan nilai barang/ jasa yang ditawarkan oleh pihak penjual
kepada pihak pembeli. Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Yusuf
Qardhawi: “Penentuan harga mempunyai dua bentuk; ada yang boleh dan ada
yang haram. Tas’ir ada yang zalim, itulah yang diharamkan dan ada yang adil,
itulah yang dibolehkan.”. Menurut Rachmat Syafei, harga hanya terjadi pada
akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar,
atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang
diridhai oleh kedua pihak yang akad.

penentukan harga berdasarkan permintaan produk/jasa oleh para pembeli


dan pemasaran produk /jasa dari para pengusaha/pedagang, oleh karena jumlah
pembeli adalah banyak, maka permintaan tersebut dinamakan permintaan
pasar.Adapun penawaran pasar terdiri dari pasar monopoli, duopoli, oligopoli, dan
persaingan sempurna.Apapun bentuk penawaran pasar, tidak dilarang oleh agama
Islam selama tidak berlaku zalim terhadap para konsumen.Jadi harga harga
ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar yang membentuk suatu
titik keseimbangan.Titik keseimbangan itu merupakan kesepakatan antara para
pembeli dan para penjual yang mana para pembeli memberikan ridha dan para
penjual juga memberikan ridha.Jadi para pembeli dan para penjual masing-
masing meridhai.Titik keseimbangan yang merupakan kesepakatan tersebut
dinamakan dengan harga.

Hukum penetapan Harga

Menurut Adiwarman Karim bahwa penentuan harga dilakukan oleh


kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.
Dalam konsep Islam, pertemuan permintaan dengan penawaran tersebut haruslah
terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk
melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. 20
Jadi titik pertemuan antara
permintaan dan penawaran yang membentuk harga keseimbangan hendaknya
berada dalam keadaan rela sama rela dan tanpa ada paksaan dari salah satu
pihak.Landasan hukum Islam yang terdiri dari ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi
SAW.telah memberikan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penetapan
harga Firman Allah SWT. Dalam Q.S An-Nisa ayat 29 :
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
‫تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًم‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka samasuka di antara kamu.Dan janganlah kamu
membunuhdirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Maksud dari ayat tersebut adalah Dasar halalnya perniagaan adalah saling
meridhai antara pembeli dengan penjual, Penipuan, pendusataan dan pemalsuan
adalah hal-hal yang diharamkan. Segala yang ada di dunia berupa perniagaan dan
yang tersimpan di dalam maknanya seperti kebatilan yang tidak kekal dan tidak
tetap, hendaknya tidak melalaikan orang berakal untuk mempersiapkan diri demi
kehidupan akhirat yang lebih baik dan kekal. sebagian besar jenis perniagaan
mengandung makna memakan harta dengan batil. Sebab, pembatasan nilai sesuatu
dan menjadikan harganya sesuai dengan ukurannya berdasar neraca yang lurus,
hampir-hampir merupakan sesuatu yang mustahil, oleh karena itu, disini berlaku
toleransi jika salah satu diantara dua benda pengganti lebih besar daripada yang
lainnya, atau jika yang menjadi penyebab tambahnya harga itu adalah kepandaian
pedagang di dalam menghiasi barang dagangannya, dan melariskannya dengan
perkataan yang indah tanpa pemalsuan dan penipuan. Sering orang membeli
sesuatu, sedangkan dia mengetahui bahwa dia mungkin membelinya di tempat
lain dengan harga yang lebih murah. Hal ini lahir karena kepandaian pedagang di
dalam berdagang. Ia termasuk kebatilan perniagaan yang dihasilkan karena saling
meridhai, maka hukumnya halal.

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga ini tidak
dijumpai di dalam al-Qur‘an. Adapun dalam hadits Rasulullah saw, dijumpai
beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan bahwa penetapan
harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi
landasan hukum at-tas‘ir al-jabbari, menurut kesepakatan para ulama fiqh adalah
al-maslahah al-mursalah (kemaslahatan).sebagaimana hadist dibawah ini :
‫صلَّى‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬.‫س ِّع ْر لَنَا‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ َ‫س ْع ُر ف‬
ِّ ‫سو َل هَّللا ِ َغاالَ ال‬ ِ َ‫عَنْ َأن‬
ُ َّ‫ قَا َل الن‬:‫سى ْب ِن َملِ ٍك قَا َل‬
ُ ‫ يَا َر‬: ‫اس‬
َ ‫ق وَِإنِّي نََأ ْر ُجو َأنْ َأ ْلقَى هَّللا ِ َولَ ْي‬
‫س‬ ُ ‫اسطُ ال َّرا ِز‬
ِ َ‫ض ا ْلب‬
ُ ِ‫س ِّع ُر ا ْلقَاب‬
َ ‫ ِإنَّ هَّللا َ ه َُو ا ْل ُم‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َو‬
) ‫ ( رواه ابو داود‬.‫ال‬ ٍ ‫َأ َح ُد ِم ْن ُك ْم يُطَالِبُنِ َي بِ َم ْظلَ َم ٍة فِي د ٍَم َواَل َم‬
Dari Anas bin Malik, ia berkata:”Pernah (terjadi) kenaikan harga di Madinah zaman
Rasulullah SAW, kemudian orang-orang berkata, “Ya Rasulallah, telah naik harga,
karena itu tetapkanlah harga bagi kami”. Rasulullah bersabda, sesungguhnya Allah itu
penetap harga, yang menahan, yang melepas, yang memberi rizqi, dam sesungguhnya
aku berharap bertemu Allah SWT di dalam keadaan tidak seorangpun dari kamu
menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau di harga”
Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman
Rasulullah saw tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari para
pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai dengan
hukum ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar barang tersebut naik. Oleh
sebab itu, dalam keadaan demikian Rasulullah saw tidak mau campur tangan
membatasi harga komoditas tersebut.
Hadits tersebut mengandung pengertian mengenai keharaman penetapan
harga (termasuk upah dalam transaksi persewaan atau perburuhan) walau dalam
keadaan harga-harga sedang naik, karena jika harga ditentukan murah akan dapat
menyulitkan pihak penjual. Sebaliknya, menyulitkan pihak pembeli jika harga
ditentukan mahal.Sementara penyebutan darah dan harta pada hadis tersebut
hanyalah merupakan kiasan.Selain itu, karena harga suatu barang adalah hak
pihak yang bertransaksi maka kepadanya merekalah diserahkan
fluktuasinya.Karenanya, imam atau penguasa tidak layak untuk mencampuri
haknya kecuali jika terkait dengan keadaan bahaya terhadap masyarakat
umum.Jika terjadi perselisihan di antara dua pihak, penjual dan pembeli, maka
pihak terkait itu harus melakukan ijtihad bagi kepentingan diri mereka sendiri.
Konsep Penetapan Harga Dalam Islam
1. Menurut Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua jenis, yaitu barang
kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota
berkembang dan selanjutnya populasinya bertambah banyak (kota besar),
maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapat prioritas
pengadaan. Akibatnya, penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga.
Ibnu Khaldun juga menjelaskan tentang mekanisme penawaran dan
permintaan dalam menentukan harga keseimbangan. Secara lebih rinci, ia
menjabarkan pengaruh persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan
barang pada sisi permintaan.
Menurut Ibnu Khaldun : “ Ketika barang-barang yang tersedia sedikit,
harga-harga akan naik, Namun, bila jarak antar kota dekat dan aman untuk
melakukan perjalanan, akan banyak barang yang diimpor sehingga
ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun”.
Maksudnya bahwa jika barang-barang yang tersedia di pasar-pasar sedikit,
sedangkan barang-barang tersebut diperlukan oleh banyak konsumen, maka
harga akan naik.Sebaliknya bila transportasi antar kota lancar dan cepat
sehingga jarak antar kota terasa dekat, dan perjalanan dapat dilakukan dalam
keadaan aman, maka akan banyak barang impor yang masuk ke pasar-pasar
sehingga barang yang tersedia menjadi banyak dan melimpah, akibatnya
harga barang akan turun.
2. Menurut Abu Yusuf
Fenomena yang berlaku pada amasa Abu Yusuf dapat dijelaskan
dalam teori permintaan yang mana teori ini menjelaskan hubungan antara
harga dengan banyaknya kuantitas yang diminta. Abu Yusuf menyatakan,
‚tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan.
Hal tersebut ada batasan yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui.
Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak
disebabkan kelangkaan makanan. Abu Yusuf berpendapat harga tidak
bergantung pada penawaran saja, tetapi juga bergantung pada kekuatan
permintaan. Karena itu, peningkatan atau penurunan harga tidak selalu
berhubungan dengan penurunan atau peningkatan produksi. Abu yusuf
menegaskan bahwa ada beberapa variable lain yang mempengaruhi, tetapi dia
tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi, variable itu adalah pergeseran dalam
permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara, atau penimbunan
dan penahanan barang atau semua hal tersebut. Abu Yusuf
menyatakan:“Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal dan
kadang-kadang makanan sangat sedkit tetapi murah.”
3. Menurut Ibnu Taimiyah
Ibnu taimiyah menyatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran. Dari perspektif ilmu ekonomi, Ibn Taimiyah
juga berpendapat bahwa naik turunnya harga tidak selalu diakibatkan oleh
kedzaliman orang-orang tertentu, akan tetapi adanya beberapa faktor seperti
kekurangan produksi atau penurunan kuota impor terhadap barang-barang
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, bila permintaan terhadap
barang tertentu itu naik sementara penawaran barang tersebut menurun, maka
kecenderungan harga akan semakin naik. Di sisi lain, bila persediaan barang
atau penawaran barang naik, sementara permintaan berkecenderungan
menurun, maka harga barang tersebutpun akan menurun. Kelangkaan atau
surplus komoditas perdagangan tidak jarang bukan tindakan pihak-pihak
tertentu atau hal itu terjadi bukan karena unsur dzulmakan tetapi hal ini terjadi
karena kemahakuasaan Allah SWT yang telah menciptakan keinginan di hati
manusia.
Ia mengatakan, ‚jika penduduk menjual barangnya dengan cara yang
normal (al-wajh al-ma‘ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil,
kemudian harga itu meningkat karena pengaruh kekurangan persediaan
barang itu atau meningkatnya jumlah penduduk (meningkatnya permintaan).
Dalam kasus seperti itu, memaksa penjual untuk menjual barangnya pada
harga khusus merupakan paksaan yang salah (ikrah bi ghai>ri haq), karena
bisa merugikan salah satu pihak. Secara umum, harga yang adil ini adalah
harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kezaliman)
sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain.
Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara adil
yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli memperoleh
manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.39 Ada dua terma
yang seringkali ditemukan dalam pembahasan Ibnu Taimiyah tentang
masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil (‘Iwad al-Mitsl) dan harga
yang setara/adil (Tsaman al-Mitsl). Dia berkata: ‚Kompensasi yang setara
akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi dari
keadilan (Nafs al-‘Adl).
Metode Penetapan Harga
Menurut Fandy Tjiptono, metode penetapan harga dikelompokkan menjadi
empat macam berdasarkan basisnya, yaitu berbasis permintaan, biaya, laba, dan
persaingan.

1. Penetapan Harga Berbasis Permintaan

Dalam metode ini lebih menekankan pada Permintaan atau selera


dari pembeli. Dimana faktor faktor yang didasarkan pada kemampuan
pelanggan dalam membeli, kemauan pelanggan dalam membeli, manfaat
produk bagi pelanggan, prilaku konsumen terhadap produk serta segmen-
segmen dalam pasar.

2. Penetapan Harga berbasis biaya

Dalam metode ini harga menjadi penentu dalam penetapannya,


dimana harga ditentukan berdasarkan pada biaya produksi dan biaya
pemasaran .

3. Penetapan harga berbasis laba

Dalam metode ini harga diseimbangan dengan pendapatan atas


target volume dari laba.

4. Penetapan harga berbasis persaingan

Dalam metode ini harga ditentukan dengan peaing lain atas dasar
produk yang dijual sama.

Tujuan penetapan harga

1. Berorientasi pada laba

Setiap produsen pasti selalu ingin memilih harga yang dapat


menghasilkan laba yang tinggi. Dalam maksimalisasi laba tingkat
pencapaiannya sangat sulit karna sulit dalam memperkirakan akurat
jumlah penjualan dengan harga tertentu.

2. Berorientasi pada volume

Harga ditetapkan sedemikian rupa dalam volume penjualan, nilai


penjualan. Hal ini sering diterapkan oleh perusahaan tour and travel,
perusahaan penerbangan, serta pemilik bisnis pertunjukkan lainnya.

3. Berorientasi pada citra

perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga.


Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat
digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.

4. Stabilisasi harga

stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk


mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu
perusahaan dan harga pemimpin industry
Kesimpulan
Harga merupakan sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli
barang /jasa di mana kesepakatan tersebut diridhai oleh kedua belah pihak. Harga
tersebut haruslah direlakan oleh kedua belah pihak dalam akad, baik lebih sedikit,
lebih besar, atau sama dengan nilai barang/ jasa yang ditawarkan oleh pihak
penjual kepada pihak pembeli. Landasan hukum Islam yang terdiri dari ayat Al-
Qur’an dan Al-Hadits Nabi SAW.telah memberikan ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan penetapan harga Firman Allah SWT. Dalam Q.S An-Nisa ayat
29. Dalam konsep penetapan harga ada 3 ulama yang memberi pandangannya
yakni Ibnu Taimiyah, Abu Yusuf, Ibnu Khaldun. Dalam penetapan harga ada 4
metode yang bisa digunakan. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang
dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau
mereknya. Sebagai produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik, dapat
menentukan premium harga dan mendapatkan laba besar.
Kelebihan
Materi yang dipaparkan di masing-masing artikel sudah sangat jelas .
Perbedaan penjelasan yang sangat membantu sehingga dapat melengkapi
dalam pembuatan resume ini.
Kekurangan
Di salah satu artikel tidak dijelaskan landasan hukum dalam penetapan
harga.

Anda mungkin juga menyukai