Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HADIS EKONOMI

Penetapan Harga

Disusun Oleh :
11. Nurwahyudillah ( 2022050101007)

Kementerian Agama Republik Indonesia


Institut Agama Islam Negeri Kendari
Fakultas Ekonomi dan Biasnis Islam
Ekonomi Syariah
2023
ii
Kata Pengantar

‫م‬
ِ ‫ح ْي‬
ِ ‫ن ال َّر‬
ِ ‫م‬ ْ ‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر‬
َ ‫ح‬ ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq, dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hadis
Ekonomi. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan nabi besar kita
Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik, dan
saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
Sekian terimah kasih, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Hadis Penetapan Harga................................................................................................2
B. Konsep Harga Dalam Islam.........................................................................................3
BAB III PENUTUP.................................................................................................................5
A. Kesimpulan....................................................................................................................5
B. Saran...............................................................................................................................5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perekonomian merupakan salah satu saka guru kehidupan negara. Perekonomian
negara yang kokoh akan mampu menjamin kesejahteraan dan kemampuan rakyat. Salah
satu penunjang perekonomian negara adalah Kesehatan pasar, baik pasar barang jasa,
pasar uang, maupun pasar tenaga kerja. Kesehatan pasar, sangat tergantung pada
mekanisme pasar yang mampu menciptakan tingkat harga yang seimbang, yakni tingkat
harga yang dihasilkan oleh interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran yang
sehat. Apabila kondisi ini dalam keadaan wajar dan normal tanpa ada pelanggaran ,
monopoli misalnya? Maka harga akan stabil, namun apabila terjadi persaingan yang tidak
fair, maka keseimbangan harga akan terganggu dan yang pada akhirnya mengganggu hak
rakyat secara umum.
Pemerintah islam, sejak Rasulullah SAW di Madinah concern pada mesalah
keseimbangan harga ini, terutama pada bagaimana peran negara dalam mewujudkan
kestabilan harga dan bagaimana mengatasi masalah kestabilan harga. Masing-masing
golongan ulama ini memiliki dasar hukum dan interpretasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hadis tentang penetapan harga.
2. Bagaimana konsep harga dalam islam.

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami hadis tentang penetapan harga.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Penetapan Harga


Abu Daud:

1. Anas berkata: “Ya Rasul! Harga barang menjadi mahal, tentukanlah harga bagi
kami.”Nabi bersabda: “Allah sendirilah yang menentukan harga, Dialah yang
mengekang dan melepas serta pemberi rezeki. Aku berharap akan bertemu Allah
dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menggugat diriku karena aku
pernah berbuat zalim, baik terhadap jiwa maupun harta.”

Dari Hadis tersebut dapat dipahami bahwa nabi menganjurkan umatnya untuk
memanfaatkan mekanisme pasar dalam penyelesaian masalah ekonomi dan menghindari
sistem penerapan harga (21517) oleh otoritas negara kalau tidak terlalu diperlukan.
Jelasnya, dalam Islam otoritas negara dilarang mencampuri, memaksa orang menjual
barang pada tingkat harga yang tidak mereka ridai. Islam menganjurkan agar harga
diserahkan pada mekanisme pasar sesuai kekuatan permintaan dan penawaran.
Pemerintah tidak boleh memihak pembeli dengan mematok harga yang lebih rendah atau
memihak penjual dengan mematok harga tinggi.

Islam menganjurkan penggunaan mekanisme pasar jauh sebelum Adam Smith


menulis mekanisme pasar dalam The Wealeh of Nation 1776, namun ada kalanya sebuah

2
pemerintah boleh menggunakan kebijakan penetapan harga dalam kondisi tertentu. Ini
terutama diperlukan jika kebijakan itu dipandang lebih adil bagi rakyatnya. Yang menjadi
pertanyaan, kapan ketidakadilan terjadi di pasar? Ketidakadilan dapat terjadi jika ada
praktik monopoli atau pihak yang mempermainkan harga. Jika pasar tidak berlaku
sempurna mengalami distorsi—baru pemerintah boleh melakukan kontrol dan
menetapkan harga. Ada juga pakar yang menyatakan bahwa penetapan harga
diperbolehkan pada barang yang dihasilkan oleh BUMN seperti BBM. listrik, telepon, air
bersih dan sejenisnya.

B. Konsep Harga Dalam Islam


Melihat sejarah dan praktek perdagangan yang diajarkan Rasulullah SAW jelaslah
bahwa dalam Islam, harga sesungguhnya menjadi bagian yang tidak boleh diintervensi.
Hal ini sebagai upaya dalam membentuk harga yang adil (gimah al adl) yang sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran dipasar. Dalam konsep Islam pertemuan
antara permintaan dan penawaran tersebut harus sesuai dengan prinsip rela sama rela,
tidak ada pihak yang terpaksa dan dirugikan secara dzolim pada tingkat harga tersebut."

Perlu dipertegas bahwa istilah harga yang adil (gimah al adl) telah digunakan
sejak masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin, tetapi sarjana muslim pertama yang
memberikan perhatian secara khusus adalah Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah sering
menggunakan dua terminologi dalam pembahasan harga ini, yaitu 'iwad al
mithlteguivalen compensation/kompensasi yang setara) dan thaman al mithl (eguivalen
price/harga yang setara). Dalam al Hisbah-nya ia mengatakan: “kompensasi yang setara
akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi keadilan (nafs al adl).
Di manapun ia membedakan antara dua jenis harga, yaitu harga yang tidak adil dan
terlarang serta harga yang adil dan disukai. Dia mempertimbangkan harga yang setara ini
sebagai harga yang adil.'"

Dalam Majmu fatawa-nya Ibnu Taimiyah mendefinisikan eguivalen price sebagai


harga baku (s'ir) di mana penduduk menjual barang-barang mereka dan secara umum
diterir-z sebagai sesuatu yang setara dengan itu dan untuk barang yang sama pada waktu
dan tempat yang khusus. Sementara dalam al Hisbah ia menjelaskan bahwa egivalen price
ini sesuai dengan keinginan atau lebih persisnya harga yang ditetapkan oleh kekuatan
pasar yang berjalan secara bebas - kompetitif dan tidak terdistorsi- antara penawaran dan
permintaan. Ia mengatakan, “Jika penduduk menjual barangnya dengan cara yang normal
(al wajh al ma'ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tak adil, kemudian harga itu

3
meningkat karena pengaruh kekurangan persediaan barang itu atau meningkatnya jumlah
penduduk (meningkatnya permintaan), itu semua karena Allah. Dalam kasus seperti itu,
memaksa penjual untuk menjual barangnya pada harga khusus merupakan paksaan yang
salah (ikrah bi ghairihag).

Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang mendasar dalam
transaksi yang Islami. Pada prinsipnya transaksi bisnis harus dilakukan pada harga yang
adil, sebab ia adalah cerminan dari komitmen syariah Islam terhadap keadilan yang
menyeluruh. Secara umum harga yang adil ini adalah harga yang tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan (kedzaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungan pihak yang lain. Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan
penjualannya secara adil, yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan
pembeli memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.

Konsep harga yang adil yang didasarkan atas konsep equivalance price jelas lebih
menunjukkan pandangan yang Maju dalam teori harga dibandingkan dengan, misalnya,
Konser » srecnkai Konsep just price hanya melihat harga dari sisi produsen sebab
mendasarkan pada biaya produksi saja. Konsep ini jelas kurang memberikan rasa keadilan
dalam perspektif yang lebih luas, sebab konsumen juga memiliki penilaian tersendiri atas
harga suatu barang. Dalam situasi normal equivalance price ini dapat dicapai melalui
mekanisme pasar yang bebas. Itulah sebabnya, syariah Islam sangat menghargai harga
yang terbentuk oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.

Islam menjunjung tinggi mekanisme pasar yang bebas


1. Titik keseimbangan pasar akan terjadi ketika permintaan bertemu dengan penawaran
secarabebas (“antaraddim minkum”).
2. Jika proses mencapai titik keseimbangan ini terganggu maka pemerintah harus
melakukan intervensi.

Dari kurva diatas dapat disimpulkan bahwa ketika mekanisme pasar berjalan
dengan sempurna maka harga yang adil akan bisa terealisasi dengan benar. Hal ini
menjadikan distribusi dan alokasi sumberdaya berjalan dengan baik, sehingga tujuan
hadirnya pasar berjalan dengan optimal dalam terwujudnya maslahah untuk menCapai
falah dalam kehidupan dunia dan akhirat.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Hadis Abu Daud tersebut dapat dipahami bahwa nabi menganjurkan umatnya
untuk memanfaatkan mekanisme pasar dalam penyelesaian masalah ekonomi dan
menghindari sistem penerapan harga (21517) oleh otoritas negara kalau tidak terlalu
diperlukan. Jelasnya, dalam Islam otoritas negara dilarang mencampuri, memaksa orang
menjual barang pada tingkat harga yang tidak mereka ridai. Islam menganjurkan agar
harga diserahkan pada mekanisme pasar sesuai kekuatan permintaan dan penawaran.
Pemerintah tidak boleh memihak pembeli dengan mematok harga yang lebih rendah atau
memihak penjual dengan mematok harga tinggi.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya tulis, karena dalam mengerjakan sebuah tugas
dan tanggung jawab adalah pekerjaan yang selalu dilakukan oleh semua mahasiswa,
namun dalam mengerjakannya tidak selamanya apa yang telah kita kerjakan itu adalah
benar, saya sadar masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca agar makalah ini biar lebih
baik kedepannya. Terimah kasih.

5
Daftar Pustaka

Diana Ifi Nur, Hadis-Hadis Ekonomi, cet. 1; Malang; UIN Malang press
(IKAPI),2008.
Nasution Muatafa, Ekonomi Islam, cet.2 ; Jakarta; Kencana,2007
Hasan, Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta; Raja
Grafindo Persada,2003.
Idris Muhammad, Ekonomic, cet 1; Jakarta; Predemediagroup,2015
Muhammad, Ekonomi Islam, cet 2; Yogyakarta; Graha ilmu,2008

Anda mungkin juga menyukai