Anda di halaman 1dari 18

ELASTISITAS PENAWARAN DAN PERMINTAAN

DALAM EKONOMI ISLAM

MAKALAH

MATA KULIAH EKONOMI MIKRO DAN MAKRO ISLAM

Pengampu:
Ust. Miftahussurur M.H.I

Diusulkan oleh:
Ali Ahmad Syaifuddin
Aji Nur Ikhlas

MAHAD ALY SALAFIYAH SYAFI’IYAH


SITUBONDO
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Puja-puji yang tidak seberapa dihadapan laksa nikmat yang tak
terkira. Salam sejahtera untuk nabi Muhammad saw beserta keluarga. Sang duta
kuasa yang risalahnya adalah suluh bagi jiwa bahagia.

Beragam proses telah kami lewati setelah mendapat tugas membuat


makalah tentang Elastisitas Penawaran dan Permintaan dalam Ekonomi Islam,
yang baru kami ketahui, dengan upaya yang tidak seberapa namun dengan
semangat yang membara.

Telah menjadi hal yang semestinya bagi kami untuk mematuhi dan
mengikuti arahan dari dosen pembimbing dan para guru. Karena sudah tentu
merekalah yang mengerti bagaimana metode yang terbaik untuk kami. Maka
dengan segenap hati kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah
memberi sumbangsih waktu maupun pikiran dalam ikut membantu kami
menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen kami Ust. Lora
Miftahussurur M.H.I. yang selalu memberikan bimbingan pelajaran serta arahan
kepada kami, sejak semester 1 hingga semester 6 ini.

Dengan ini kami persembahkan makalah kami yang berjudul: Elastisitas


Penawaran dan Permintaan dalam Ekonomi Islam.

Situbondo, 5 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. iii
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 1
A. Pengertian Permintaan dan Penawaran ................................................................... 1
B. Sumber Hukum dan Dalil Yang Berkkaitan Dengan Penawaran dan Permintaan . 2
C. Pengaruh dan Dampak Penawaran dan Permintaan ................................................ 3
D. Teori Harga dalam Islam......................................................................................... 5
E. Penentuan Harga di Dalam Ekonomi Islam ............................................................ 7
F. Faktor Yang mempengaruhi Naik-turunnya Harga dalam Ekonomi Islam .......... 11
BAB 3 KESIMPULAN..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Kajian ekonomi mikro membahas prilaku induvidu sebagai pelaku ekonomi


yang berperan dalam menentukan harga di dalam mekanisme pasar bebas.
Mekanisme pasar itu sendiri adalah interaksi antara produsen dan konsumen
dalam bentuk penawaran dan permintaan, sehingga menciptakan harga dari
perpaduan dua kekuatan itu.

Pandangan ekonomi Islam terhadap penawaran dan permintaan relatif sama


dengan ekonomi konvensional. Hanya ekonomi Islam menyisipkan nilai dan
moral dalam setiap kegiatan ekonomi. Yakni, faktor penawaran dan permintaanlah
yang menciptakan harga, dan yang mengubah naik atau turunnya harga.
Sedangkan, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam sistem ekonomi di dalam
mekanisme pasar bebas.

Makalah ini membahas tentang bagaimana elastisitas penawaran dan


permintaan menurut Islam, serta bagaimana konsep penawaran dan permintaan
sehingga dapat merubah harga menjadi naik-turun?

Tujuan makalah ini tidak lain adalah ingin mengetahui konsep elatisitas
penawaran dan permintaan. Serta teori tentang harga di dalam Islam yang menjadi
akibat dari penawaran dan permintaan tersebut.

iii
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Permintaan dan Penawaran

Permintaan dalam dunia ekonomi sering disebut dengan istilah demand yaitu
suatu keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat
harga selama priode waktu tertentu.1 Atau lebih ringkasnya adalah banyaknya
jumlah barang dalam suatu pasar, dengan memperhatikan tingkat pendapatan dan
tingkat harga dalam suatu periode tertentu.
Dalam ekonomi Islam permintaan juga mempunyai pengertian tersendiri,
sebagaimana yang diungkapkan oleh ibnu Taimiyah, permintaan adalah hasrat
terhadap sesuatu atau jumlah barang yang diminta (raghbah fil al-syai’),2 Secara
garis besar permintaan dalam pengertian ekonomi Islam, relatif sama dengan
ekonomi konvensional namun ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu
dalam berperilaku ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam (Al-Quran dan As-
Sunnah serta ijtihad para ulama’ atau para ekonomi Islam) yang membuatnya
berbeda dengan ekonomi konvensional. Dalam Islam nilai norma dan moral lebih
diutamakan dalam berekonomi, dua poin ini sangat dijunjung dalam Islam dan hal
inilah yang membuatnya berbeda dengan ekonomi konvensional.
Sementara penawaran dalam dunia ekonomi sering disebut (supply), yaitu
jumlah barang yang ingin produsen tawarkan (jual) di berbagai tingkatan harga
selama satu periode tertentu.3 Atau lebih simpelnya adalah banyaknya barang
yang ditawarkan oleh penjual, pada satu pasar tertentu, periode tertentu, serta pada
tingkatan harga tertentu. Jadi sebenarnya permintan dan penawaran itu adalah satu
kesatuan yang tak bisa dipisahkan seperti hati kita, karena, jika kita cermati dan
pahami permintaan dan penawaran hanya berbeda pada satu kata, jika permintaan

1
Perathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar ilmu ekonomi (Mikro dan Makro
ekonomi)”
(jakarta: Lembaga Penrbit Universitas Fakultas Ekonomi Indonesia, 2008), halaman 24.
2
Karim A Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), halaman
31.
3
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi Indonesia, 2008),
halaman: 32.

1
menggunakan kata membeli, jika penawaran menggunakan kata menjual, jadi
setiap ada penjual pasti ada pembeli begitupun sebaliknya.
Dalam ekonomi Islam penawaran memiliki hal-hal yang harus diperhatikan
diantaranya yaitu jumlah barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan
terperinci spesifikasinya, seperti bagaimana keadaan barang tersebut, apa
kekurangan dan kelebihan dari barang tersebut, jangan sampai penawaran yang
kita tawarkan merugikan oranglain.4 Pengertian penawaran dalam ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam relatif sama, namun ada prinsip-prinsip tertentu
yang harus diperhatikan seperti norma dan moral yang sesuai dengan syariat Islam
dan hal inilah yang membuatnya berbeda dengan ekonomi konvensional.

B. Sumber Hukum dan Dalil Yang Berkkaitan Dengan Penawaran dan


Permintaan
Dalil adanya permintaan dan penawaran akan barang dan jasa sebenarnya
sudah dijelaskan dalam al-Quran :

‫ي اَطْ َع َم ُه ْم ِّم ْن‬ ٍِۙ ‫ب ٰه َذا الْب ي‬


ْْٓ ‫الَّ ِذ‬,‫ت‬ ِ ِ ‫الشت ۤا‬
ِ ِ ٍۙ ِ ‫ِِِليْ ٰل‬
َْ َّ ‫ر‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫د‬ ‫ب‬ ‫ع‬
َ ْ ُ ُْ َ‫ي‬ ‫ل‬
ْ ‫ف‬,
َ ‫ف‬ ْ َ َ ّ َ‫اٰٖلف ِه ْم ِر ْحلَة‬, ‫ف قَُريْش‬
‫ي‬ ‫الص‬
َّ ‫و‬ ‫ء‬
5
ࣖ ‫ُج ْوع ٍۙە َّواٰ َمنَ ُه ْم ِّم ْن َخ ْوف‬

“Karena kebiasaan orang orang Qurais, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada
musim dingin dan musim panas, maka hendaknya mereka menyembah tuhan
rumah ini (ka’bah) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengaankan mereka dari ketakutan.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang Quraish biasa mengadakan


perjalanan terutama ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada
musim dingin. Dalam hal tersebut menunjukkan adanya transaksi ekonomi
dikarenakan adanya permintaan dan penawaran yang diakibatkan oleh perbedaan
musim, sehinga terjadilah transaksi dan kesepakatan harga.

4
azharnasri.blogspot.co.id
5
Al-Qur’an, 106: 1-4.

2
Namun konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi, tidak
semuanya bisa untuk dikonsumsi dan digunakan, tetapi harus bisa membedakan
halal dan haram, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur‟an :

‫اّللَ الَّ ِذ ْْٓي اَنْتُ ْم بِهٖ ُم ْؤِمنُ ْو َن‬ ِ


ّٰ ‫اّللُ َح ٰل اًل طَيِّباا َّۖواتَّ ُقوا‬
6
ّٰ ‫َوُكلُ ْوا ِمَّا َرَزقَ ُك ُم‬
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah allah
rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada allah yang kamu beriman
kepadanya”

Oleh karenanya, dalam teori permintaan Islam membahas permintaan barang


halal dan barang haram beserta hubungan antara keduanya, sedangkan dalam
ekonomi konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau
digunakan.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa penawaran adalah


keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga
selama periode waktu tertentu, maka sudah menjadi keniscayaan bahwa hubungan
antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harga barang adalah hubungan
yang searah. Jika harga barang tinggi maka akan lebih banyak orang yang melihat
potensi mendapatkan keuntungan dengan menjual barang yang diproduksi atau
dimilikinya, sehinga jumlah penawaran harga tersebut semakin tinggi, begitupun
sebaliknya jika harga turun maka jumlah penawaran pun akan turun.

C. Pengaruh dan Dampak Penawaran dan Permintaan


Dalam proses permintaan ada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
itu sendiri diantaranya adalah :
1. Harga barangnya, artinya semakin murah harga barang maka permintaan terhadap
barang itu semakin bertambah, begitu pula sebaliknya.
2. Keterkaitan harga barang lain, artinya keterkaitan dua macam barang dapat
bersifat substitusi (pengganti) dan berifat komplementer (tambahan). Misalnya
barang substitusi dari daging sapi adalah daging ayam, ikan, atau tempe.7

6
Al-Qur’an,5: 88.
7
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam” (Jakarta:PRENADAMEDIA
GROUP, 2006), halaman 84.

3
3. Tingkatan pendaptan perkapita, artinya semakin tinggi tingkat pendapatan
perkapita (daya beli) maka semakin meningkat permintaan terhadap suatu barang.
4. Selera atau kebiasaan seorang pembeli, artinya meski barang itu sama dalam
harganya tetapi selera seorang dan kebiasaan seorang itu berbeda contoh: beras
Bulog dengan beras Lele mempunyai harga yang sama tapi minat seorang itu lebih
ke beras bulog.
5. Jumlah penduduk, artinya semakin banyak penduduk maka semakin banyak
permintaan terhadap suatu barang.8
6. Analisis harga suatu barang di masa mendatang, artinya jika kita menganalisis
harga suatu barang itu semakin naik kedepannya maka lebih baik membeli barang
itu sekarag untuk masa mendatang, sehingga mendorong orang untuk membeli
banyak barang untuk masa mendatang.
7. Distribusi pendapatan, artinya jika distribusi pendapatan buruk, maka daya beli
akan melemah, sehingga permintaan terhadap barang juga akan menerun.9
8. Usaha usaha produsen untuk meningkatkan penjualan, artinya usaha-usaha yang
dilakukan agar permintaan suatu barang meningkat dengan cara, promosi atau
pengiklanan.

Sementara dalam proses penawaran ada beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi ketika melakukan penawaran berikut ulasannya :

1. Biaya dan teknologi.


Biaya dan teknologi adalah dua konsep yang tak bisa dipisahkan, maksud biaya
disini adalah sesuatu yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa, yang
mencakup biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya sewa mesin, biaya
administrasi, serta biaya bunga atas pinjam modal. Sementara teknologi adalah
penemuan dan peningkatan yang diterapkan untuk menurunkan biaya produksi.
Seperti otomatisasi produksi, atau penggunaan robot, yang mana jika hal ini
diterapkan maka akan mengakibatkan biaya produksi menjadi lebih rendah,
sehingga dapat meningkatkan penawaran.
2. Jumlah Penjual

8
Ibid, halaman 85
9
Sukirno Sadono, “Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga” (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), halaman 75.

4
Jumlah penjual memiliki dampak yang jelas bagi penawaran, karena semakin
banyak jumlah penjual yang mampu menjual pada tingkat tertentu maka akan
berimbas pada tingginya penawaran itu sendiri. Seperti dalam suatu pasar terdapat
si A penjual martabak dengan harga 10K, sementara masih dalam satu lingkup
pasar terdapat si B yang menjual martabak dengan harga 8K, maka dari sini
pembeli dapat menentukan penawaran harga dengan cara membandingkan harga
dengan penjual lain.
3. Dugaan tentang masa depan
Faktor ini mencakup dugaan mengenai perubahan harga dari barang tersebut
dikemudian hari seperti conntoh: penjual masker yang menduga bahwa harga
masker akan meningkat di masa mendatang karena dibutuhkan oleh pembeli.
Maka penjual tersebut akan mengurangi penawaran harga masker pada saat ini
yang bertujuan untuk meningkatkan penawaran dimasa mendatang.
4. Kondisi alam
Kondisi alam sangat mempengaruhi proses penawaran, dikarenakan jika kondisi
alam tak mendukung seperti halnya terjadi banjir, tanah longsor, angin ribut, bisa
mempengaruhi terhadap penawaran terhadap barang barang berukuran contoh:
hasil pertanian, di daerah yang notabennya tempat penghasil pertanian, karena
pada saat kondisi bersahabat penawaran akan hasil tani akan meningkat begitu
pula sebaliknya jika kondisi alam tak bersahabat maka penawaran akan hasil tani
akan berkurang.10

D. Teori Harga dalam Islam

Harga secara bahasa adalah nilai barang yang ditentukan dengan uang atau
jumlah uang atau alat tukar yang diserupakan dengan uang. 11 Secara umum harga
adalah nilai tukar barang dan jasa apabila dipertukarkan dengan uang.

Kata harga barang tentu tidak asing di telinga kita. Kata tersebut sering
muncul saat seseorang melakukan transaksi dengan orang lain. Demikian, karena

10
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam” (Jakarta:PRENADAMEDIA
GROUP, 2006), halaman 92-93.
11
artikata.com

5
harga merupakan elemen penting di dalam transaksi. Ada beberapa pakar ekonomi
yang mencoba mendefinisikan harga. Berikut kami cantumkan sebagiannya saja.

Menurut an-Nabhani, harga adalah nilai yang diberikan masyarakat terhadap


sebuah barang. Nilai tersebut pada selanjutnya berwujud mata uang di dalam
kenyataan.12 Menurut Mc Cartgy, harga adalah apa yang dibebankan untuk
sesuatu. Sedangkan menurut Philip Kotler, harga adalah sejumlah nilai atau uang
yang dibebankan atas suatu produk atau jasa untuk jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat-manfaat harga yang telah menjadi faktor penting yng
memengaruh pilihan pembeli.13

Di dalam terminologi Arab, harga memiliki dua istilah; ats-tsaman dan as-
si’ru. Yang pertama dipakai untuk harga riil yang telah disepakati dalam
tranksaksi yang berasas antaradin. Sedangkan yang terakhir dipakai untuk harga
barang dagangan. Besar kecilnya nilai tersebut ditentukan oleh manfaat yang
diberikan barang, semakin besar manfaat suatu barang maka semakin besar pula
nilai yang diberikan, sebaliknya, barang akan dinilai kecil bila manfaat yang
diberikannya juga kecil.

Adapun teori harga menurut ibnu Khaldun sebagaimana yang sudah ditulis
dalam kitabnya mqaddimah adalah bila suatu kota berkembang dan populasinya
bertambah banyak maka rakyatnya akan semakin makmur, lalu hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan (demand) terhadap barang barang.
Karena menurut ibnu Khaldun, jika sebuah kota berkembang dengan pesat,
mengalami kemajuan dan penduduknya padat, maka persediaan bahan makanan
pokok akan melimpah, dari pernyataan ibnu Khaldun bisa diartikan bahwa
penawaran yang meningkat akan mengakibatkan harga barang/bahan pokok
tersebut murah.

Harga merupakan elemen bauran yang elastis, tidak seperti sifat-sifat


produksi dan komitmen jalur distribusi. Harga hanya terjadi pada akad, yakni saat

12
Taqiyuddin an-Nabhani, “an-Nidlo al-Iqtishod fi al-Islam, (Bairut: Dar al-Ummah, cet. 6, 2004),
hal. 283.
13
H. Idris Parakkasi dan Kamiruddin, Analisis Harga Dan Mekanisme Pasar Dalam Perspektif
Islam, Laa Masyir, Vol 5, No 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2018, hal, 110.

6
dua orang yang bertransaksi mencari kesepakatan transaksi dengan menentukan
harga. Harga menjadi pertukaran barang yang direlakan oleh kedua belah pihak.
Ia menjadai satu-satu elemen bauran yang menghasilkan keuntungan di saat yang
lain menjadi penghasil biaya.

Pada dasarnya harga dibentuk oleh besar dan kecilnya permintaan dan
penawaran. Dengan memperhatikan kurva permintaan dan penawaran seorang
pembisnis dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dengan daya jual yang
tinggi bersama dengan tidak menyekik pembeli dangan harga yang terlampau
mahal.

Dengan demikian dari penjelasan di atas dapat kita pahami harga menjadi
unsur penting dalam berekonomi. Harga menjadi titik mula keuntungan yang akan
didapat oleh dua orang yang bertransaksi. Bukan hanya itu, keadilan sosial yang
menjadi salah satu rukun ekonomi Islam dapat dicapai dengan penentuan harga
yang baik dan adil, bukan hanya dalam pandangan pihak konsumen saja tapi juga
dalam sudut pandang produsen yang menuntut agar hasil kerja kerasya memiliki
nilai yang sama dengan usahanya.

E. Penentuan Harga di Dalam Ekonomi Islam

Kestabilan perekonomian negara salah satunya disokong oleh kesehatan


pasar. Sedangkan kesehatan pasar tergantung mekanisme pasar dalam
menyeimbangkan harga pasar melalui kekuatan interaksi penawaran dan
permintaan. Apabila keadaan pasar berjalan dengan normal dan tidak ada
pelanggaran semisal monopoli, maka akan tercipta keseimbangan harga yang
dapat bermanfaat bagi ekonomi rakyat. Berlaku juga sebaliknya.

Di dalam Islam, prinsip dalam menentukan harga adalah kekuatan penawaran


dan permintaan. Keseimbangan penawaran dan permintaan akan mengakibatkan
keseimbangan harga pula. Artinya, harga ditentukan oleh kemampuan produsen
dalam menyediakan barang dan kemampuan konsumen dalam membeli barang.
Bila melihat kepada diagram kurva penetapan harga pembeli dan penjual akan
terllihat bahwa keduanya saling bertolak belakang. Dari sisi pembeli, harga

7
cenderung menurun, sedangkan pada penjual cenderung naik. Akan tetapi terdapat
titik di mana pembeli dan penjual merasa puas dengan harga barang.

harga

kurva permintaan
kurva penawaran

Jumlah Penawaran

Diagram penawaran dan permintaan.

Dari kurva di atas dapat kita lihat bahwa penjual cenderung terus menaikkan
harga barangnya. Akan tetapi, harga yang semakin tinggi akan mengakibatkan
pemerosotan permintaan, karena harga yang tidak dapat dijangkau oleh pembeli.
Dengan mengamati permintaan dan penawaran, kita akan mengetahui titik dimana
harga disepakati dan sejalan dengan tujuan masing-masing dari penjual dan
pembeli.

Aturan penentuan harga menurut an-Nabhani adalah menyesuaikan daya beli


pembeli, maksudnya adalah, tinggi atau rendahnya harga tergantung sebesar apa
manusia mampu membeli barang dengan harga yang telah ditentukan tersebut.
Harga barang akan tinggi bila kemampuan pembeli juga tinggi, berlaku juga
hukum sebaliknya.14

Penentuan harga menurut Ibnu Khaldun juga tidak jauh berbeda. Di dalam
bukunya, al-Muqaddimah, beliau menulis suatu bab khusus membahas tentang
harga. Bab itu beliau beri judul Harga di Kota-kota. Ibnu Khaldun membagi

14
Taqiyuddin an-Nabhani, “an-Nidlom al-Iqtishod fi al-Islam, (Bairut: Dar al-Ummah, cet. 6,
2004), hal. 283.

8
barang menjadi dua; barang pokok dan pelengkap. Menurut Ibnu Khaldun
kebutuhan bahan pokok di kota besar sangatlah besar, oleh karena itu
ketersediaanya juga besar dan memicu murahnya harga kebutuhan pokok.
Sedangkan di daerah kota kecil, kebutuhan pokok relative kecil dan memicu harga
barang pokok menjadi mahal, karena semua orang berlomba untuk memenuhi
kebutuhannya masing-masing.15

Islam menganut prinsip kebebasan berekonomi. Dengan kebebasan


berokonomi tersebut umat muslim diharapkan dapat memperhatikan keadilan dan
tetap berpegang pada aturan mencari keuntungan yang baik dan halal. Dengan
demikian, di dalam masalah penentuan harga, pada dasarnya pemerintah tidak
boleh turut serta berperan di dalamnya. Harga ditentukan oleh interaksi antara
penjual dan pembeli, sebab mereka sendirilah yang lebih tahu dengan harga
berapa mereka mau melepas barang yang dimilikinya.

Adalah kesepakatan semua ulama kalau penentuan harga atau tas’ir tidak
diperbolehkan. Akan tetapi pada beberapa kondisi, kebolehan tas’ir masih
menjadi ajang perbedaan pendapat. Ulama berbeda pendapat, dan seperti biasa
perbedaan itu berputar-putar di antara boleh dan tidak.

Menurut Syafi‟iyah dan Hanabilah, larangan penetapan harga merupakan


hukum asal. Hanabilah berpendapat bahwa imam tidak boleh menetapkan harga
rakyatnya. Setiap orang berhak menjual hartanya dengan harga yang mereka mau.
Sedangkan Syafi‟iyah menuturkan hukum penetapan harga adalah haram,
sekalipun pada masa harga barang melonjak tinggi.

Pendapat mereka di atas bertolak dari hadis Nabi yang diriwayatkan oleh
Anas. Anas berkata bahwa di zaman Rasulullah harga barang pernah mahal. Umat
muslim datang menemui Rasulullah meminta beliau untuk menetapkan harga
yang mahal itu. Tapi Nabi menolak. Beliau berkata, “sesungguhnya Allahlah yang
berkuasa, dialah yang maha lapang, lagi maha pemberi rezki dan yang berhak
menentukan harga. sedangkan sesungguhnya saya beharap dapat menemui

15
Supriadi Muslimin, Zainab, Wardah Jafar, “Konsep Penetapan Harga Dalam Perspektif Islam,”
Vol 2 No 1, Januari 2020, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa, hal, 9.

9
tuhanku dan tidak ada seorang pun yang menuntutku karena kedloliman yang aku
perbuat dari darah ataupun harta.”

Berdasarkan hadis di atas, jelas bahwa penentuan harga dari pemerintah


adalah tindakan dlolim, dan tindakan dlolim itu tidak diperbolehkan. Bilamana
seandainya boleh maka niscaya Nabi akan melakukannya. Namun, meskipun
harga barang tinggi dan umat merasa berat dengan harga tesebut, Nabi tetap tidak
mau menentukan harga, dengan menyebut bahwa hal itu adalah hak prerogatif
Allah. Dan apabila manusia melangkahinya maka ia telah berlaku dlolim.

Menurut Imam Maliki dan Hanafi penetapan harga untuk barang-barang


sekunder dierbolehkan, dengan catatan apabila para pedagang menaikkan harga
barangnya di atas harga yang tidak wajar. Pada kondisi tersebut imam boleh
menetapkan harga dengan anjuran dari orang-orang yang cerdas dan pakar pada
bidangnya. Hal ini bertujuan demi menjaga maslahat umat dan menolak kenaikan
harga yang terlampau tinggi yang dapat menyebabkan kegiatan ekonomi menjadi
terhambat.

Pendapat ulama di atas didasarkan kepada beberapa kaidah fikih yang


berbunyi, “janganlah berbuat kerusakan pada diri sendiri dan orang lain,”
“bahaya harus dihilangkan,” “menanggung bahaya yang lebih ringan demi
menolak yang lebih berat.”

Pada dasarnya imam tidak melarang rakyatnya untuk melakukan transaksi,


akan tetapi yang dilarang hanyalah menjual barang melebihi harga yang telah
ditentukan. Imam juga tidak melarang rakyatnya untuk mengambil keuntungan,
akan tetapi yang dilarang adalah berbuat „aniaya‟ dengan menyekik pembeli
melalui harga yang di atas batas kewajaran. Adapun tujuannya adalah demi
menjaga maslahat manusia secara umum.

Menurut Syeikh Wahbah Zuhaili, penentuan harga oleh pemerintah


mengikuti pendapat Malikiyah dan Hanafiyah tidak menyalahi hadis di atas.
Bahkan menurut beliau hal itu adalah penerapan isi hadis yang dipahami melalui
ijtihad lalu dihadapkan kepada realitas yang berlaku, dan merupakan pengertian
terhadap redaksi hadis yang koheren terhadap maslahat. Nabi tidak mau

10
menetapkan harga bukan karena hal tersebut tidak boleh, akan tetapi karena dapat
mendlolimi para pedagang.16

Pada masa Nabi, para pedagang telah menjual barang dengan harga yang
sudah semestinya. Mahal tidaknya barang ditentukan oleh kekuatan penawaran
dan permintaan, bukan dari pedagang itu sendiri. Barang menjadi mahal apabila
ketersediaanya sedikit dan permintaan pembeli banyak. Sebaliknya juga berlaku.
Sehingga apabila pedagang menaikkan harga barangnya mengikuti perkembangan
ketersediaan barang dan permintaan pembeli maka hal tersebut adalah wajar dan
bukanlah sebuah pelanggaran, dan pemerintah tidak boleh ikut campur
menentukan harga.

Dengan demikian, harga barang ditetapkan oleh kekuatan penawaran dan


permintaan. Pemerintah hanya boleh turun tangan mengatur harga apabila harga di
pasaran sudah tidak lagi seimbang. Hal ini demi mewujudkan keadilan sosial yang
menjadi rukun ekonomi Islam. Agar setiap manusia dapat sejahtera dan berdaya
dalam bidang ekonomi.

F. Faktor Yang mempengaruhi Naik-turunnya Harga dalam Ekonomi


Islam
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi naik-turunnya harga di
dalam Islam tidak ada bedanya dengan ekonomi konvensional. Supply
(penawaran) dan demand (permintaan), sangat memengaruhi harga di dalam
pasar. Hal ini merupakan akibat dari pengakuan Islam terhadap kepemilikan
pribadi, dan menganut mekanisme pasar bebas.

Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam harta. Setiap manusia memiliki


hak untuk mengatur dan mengelola hartanya sendiri. Tidak seperti sistem
ekonomi sosialis yang tidak memberikan ruang kepada setiap induvidu mengelola
hartanya. Dengan demikian secara otomatis Islam juga mengakui mekanisme
pasar bebas, dimana dalam kegiatan ekonominya setiap induvidu berpegang pada
kemampuannya sendiri-sendiri dalam berekonomi.

16
Wahbah Zuhaili, “al-Fiqhi al-Islami wa Adillatuhu,” (Maktabah Syamilah), juz 4, hal 2696.

11
Pemerintah tidak boleh memberikan intervensi penuh terhadap kegiatan
pasar. Naik-turun harga dibiarkan berjalan dengan sendirinya mencari
keseimbangan. Dalam ekonomi konvensional tepatnya kapitalisme hal ini disebut
dengan lassez faire et laissez le monde va de lui meme (biarkan ia berbuat dan
biarkan ia berjalan, dunia akan mengurus diri sendiri). Artinya, biarlah sistem
pasar berjalan dengan sendirinya, nanti akan ada tangan tak terlihat (invisible
hands) yang mengatur dan menyeimbangkannya. Menurt penganut kapitalisme
sistem pasar akan berjalan dengan sendirinya dan menyelesaikan masalahnya
sendiri yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi.

12
BAB 3

KESIMPULAN

Penawaran dan permintaan baik dalam dunia ekonomi konvensional atau


ekonomi islam adalah dua konsep yang mendasari kegiatan perekonomian secara
luas penawaran dan permintaan sendiri adalah dua kata yang sudah lumrah
digunakan oleh para pelaku ekonomi (econom). Keduanya adalah kekuatan yang
dapat membuat kegiatan ekonomi dapat bekerja.

Harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Mekanisme


pasar bebas dengan persaingan yang sehat di dalamnya dengan sendirinya akan
menyeimbangkan harga. Pemerintah tidak boleh ikut campur dalam menentukan
harga pasar. Akan tetapi, paada kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan
harga pasar. Yaitu manakala harga terlampau tinggi atau rendah, yang
mengakibatkan ketidakseimbangan dan berbagai masalah. Hal ini demi
mewujudakan keadilan sosial, dan kesejahteraan bersama yang menjadi rukun dari
ekonomi Islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, K. A. (2007). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Manurung, P. R. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro dan Makro). Jakarta:
Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi Indonesia.
Muslimin, Supriadi, Zainab, Wardah Jafar, (2020),Konsep Penetapan Harga Dalam
Perspektif Islam, Vol 2 No 1, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar
Gowa.
Mustofa, E. N. (2013). Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
an-Nabhani, Taqiyuddin, (2004), an-Nidlom al-Iqtishod fi al-Islam, Bairut: Dar al-
Ummah.
Parakkasi, H. Idris dan Kamiruddin, (2018), Analisis Harga Dan Mekanisme Pasar
Dalam Perspektif Islam, Laa Masyir, Vol 5, No 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
Sadono, S. (2013). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Zuhaili, Wahbah,, al-Fiqhi al-Islami wa Adillatuhu, (Maktabah Syamilah)

14

Anda mungkin juga menyukai