Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, yang

memang kodratnya hidup dalam masyarakat umum, tidak bisa terlepas dari

saling memerlukan adanya manusia-manusia lain yang sama-sama hidup

dalam masyarakat. Dalam konteks inilah terjadinya pergaulan antar manusia

dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan individu

maupun sosial. Pergaulan tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam

hubungannya dengan orang lain, disebut dengan muamalah.1

Macam-macam bentuk muamalah adalah jual beli, gadai, pemindahan

hutang, sewa menyewa, upah dan lain sebagainya. Salah satu bidang

muamalat yang paling sering dilakukan pada umumnya adalah jual beli. Jual

beli dapat diartikan tukar menukar suatu barang lain atau uang dengan barang

atau sebaliknya dengan syarat-syarat tertentu.2

Manusia muslim, individu maupun kelompok, dalam lapangan ekonomi

atau bisnis disatu sisi diberi kebebasan untuk mencari kebebasan untuk

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun disisi lain, ia terkait

dengan iman dan etika, sehingga dia tidak bebas mutlak dalam

menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya.3

1
Muhammad, Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), Cet.1, 42.
2
Khabib Basori, Muamalat (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), 1.
3
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. Alih bahasa Zairel Arifin dan Dahlan
Husain, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 51.
2

Semua kebutuhan di dunia ini, tidak dapat diperoleh secara gratis, tetapi

haruslah di usahakan dengan benar dan sah. Untuk mengetahui cara yang

benar dan sah inilah Islam sebagai agama Allah swt. yang utuh, abadi dan

serba lengkap memberikan pedoman, bimbingan dan petunjuk kepada

segenap manusia. Salah satu sumbangan terbesar Islam kepada ummat

manusia, adalah prinsip keadilan, dan pelaksanaannya dalam setiap aspek

kehidupan manusia. Dengan ketentuan Islam yang membimbing manusia

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya secara benar dan sah ini, maka

manusia akan mengatur lalu lintas material dan harmoni pergaulan sosialnya

secara adil dan membawa rahmat bagi seluruh alam, terutama jika manusia

menetapkan harga sesuai dengan etika Islam. Sebagaimana dalam firman

Allah yang berbunyi:

ْ ُ‫وا الَ تَْأ ُكل‬


‫وا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل ِإالَّ َأن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً عَن‬ ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

﴾٢٩﴿ ً ‫وا َأنفُ َس ُك ْم ِإ َّن هّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيما‬


ْ ُ‫اض ِّمن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُل‬
ٍ ‫تَ َر‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa:4:29)4

Dari ayat al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa jual beli jangan

dilakukan dengan cara yang batil dan jangan ada unsur pemaksaan antara

4
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema,2015), 83.
3

kedua belah pihak. Dalam melakukan transaksi, barang ataupun jasa yang

dijadikan sebagai objek akad haruslah diperbolehkan oleh syariat Islam.

Oleh karena itu nilai-nilai syariat mengajak seorang muslim untuk

menerapkan konsep tas’ir (penetapan harga) dalam kehidupan ekonomi,

menetapkan harga sesuai dengan nilai yang terkandung dalam barang

tersebut. Dengan adanya tas’ir atau penetapan harga maka akan

menghilangkan beban ekonomi yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh

masyarakat, menghilangkan praktik penipuan, serta memungkinkan ekonomi

dapat berjalan dengan mudah dan penuh kerelahan hati.5

Terdapat berbagai macam bentuk jual beli dan barang yang di

perjualbelikan. Mulai dari bahan-bahan baku yang berupa bahan mentah

sampai pada bahan-bahan yang telah diolah. Salah satu contoh jual beli

barang yang telah diolah adalah jual beli makanan. Jual beli makananpun

bermacam-macam, salah satunya adalah jual beli makanan matang yang

berupa nasi dan sebagainya. Jual beli bentuk tersebut biasanya dikenal dengan

warung, rumah makan, atau restoran yang terdapat di berbagai tempat-tempat

umum baik di pinggir jalan maupun di pemukiman penduduk.

5
Abdul Sami’ Al-Mishri, Pilar-Pilar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), Cet. I, 95.
4

Salah satu contohnya adalah Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj.

Rupini. Asal mula berdirinya warung ini karena Ibu Hj. Rupini membuka

warung pecel dan soto pada tahun 1982, kenapa bisa menjadi ayam panggang

pedas karena pada saat hari raya ketupat beliau mau makan bingung masak

lauk apa, maka beliau membakar ayam di kasih kuah santan kemudian ada

seorang pelanggan datang tepat di hari libur jualan, pelanggan tersebut

ditawari ada ketupat dengan lauk ayam panggang pedas, pelanggan tersebut

ingin mencobanya dan ternyata enak sampai ingin memesan lagi di kemudian

hari. Pada keesokan harinya ada pelanggan lain yang ingin mencobanya dan

sampai sekarang jadilah menu spesial yang berada di warung ayam panggang

pedas yang berada di Dusun Krajan Desa Menampu Kecamatan Gumukmas.

Daftar menu yang disajikan ada 4 yaitu Ayam Panggang Pedas, Ayam

Kuah Pedas, Kutuk Bakar Pedas dan Ayam Goreng. Sedangkan minuman di

warung ini tersedia Es Jeruk dan Jeruk hangat. Warung Ayam Panggang

Pedas Anak Hj. Rupini ini sangat terkenal karena rasa yang sangat enak dan

juga tingkat kepedasan yang sangat nagih bagi pelanggan yang merupakan

menu andalan pada warung ini. Selain daftar menu yang menarik, lokasi juga

dapat menjadi faktor penentu kedatangan konsumen, warung ini memiliki

lokasi yang tergolong strategis dan mudah ditemukan. Karena keputusan

memilih lokasi memiliki dampak yang permanen dan jangka panjang serta

mempengaruhi pertumbuhan usaha dimasa yang akan datang.


5

Harga yang ditawarkan warung Hj. Rupini ini sangatlah variatif, bahkan

tergolong murah bagi semua kalangan, mulai dari mahasiswa, pekerja

kantoran dan menjadi pilihan keluarga karena mengingat harga yang sangat

terjangkau. Harga sangatlah berpengaruh dan dianggap hal terpenting dalam

membeli produk bagi beberapa kalangan, mereka akan lebih condong

memilih produk dengan harga yang lebih murah dibanding harga yang mahal,

terlebih jika produk yang akan didapat memiliki kualitas yang lebih baik.

Keputusan dalam penetapan harga merupakan faktor positioning yang

paling berpengaruh. Dengan harga dapat mencerminkan sebuah usaha yang

dijalankan, atau menjadi pembeda bahkan dengan usaha para pesaing.

Inilah mengapa peneliti menganggap pentingnya sebuah harga dan

menjadikan penelitian ini sebagai sebuah penelitian yang menarik serta layak

untuk diteliti dengan judul “ Konsep Penetapan Harga Jual Dalam Pandangan

Ilmu Ekonomi Syariah”.

B. Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan rumusan masalah

sebagai berikut:

(1) Bagaimana konsep penetapan harga jual di Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini di Gumukmas?

(2) Bagaimana pandangan ilmu ekonomi syariah dalam melihat konsep

penetapan harga jual di Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj.

Rupini di Gumukmas?
6

C. Tujuan

Dengan acuan rumusan masalah diatas, tujuan kajian penelitian ini

adalah untuk:

(1) Mendiskripsikan dan mengetahui penetapan harga jual di Warung

Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini di Gumukmas

(2) Menganalisa pandangan ilmu ekonomi syariah dalam melihat

konsep penetapan harga jual di Warung Ayam Panggang Pedas

Anak Hj. Rupini di Gumukmas.

D. Manfaat

(1) Kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu keislaman pada khususnya

serta masalah harga yang sesuai syariat Islam yang paling

terpenting.

(2) Semoga memberikan sumbangan pemikiran pada semua pihak

yang terkait mengenai masalah penetapan harga sesuai syariat

islam.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Harga Menurut Pandangan Ilmu Ekonomi Syariah

a. Pengertian Penetapan Harga Dalam Islam

Harga merupakan salah satu variabel dari pemasaran atau

penjualan. Islam memberikan kebebasan dalam harga yang artinya

segala bentuk konsep harga yang terjadi dalam transaksi jual beli

diperbolehkan dalam ajaran islam selama tidak ada dalil yang

melarangnya, dan selama harga tersebut terjadi atas dasar keadilan

dan suka sama suka antara penjual dan pembeli.

Harga menjadi sesuatu yang sangat penting, artinya bila harga

suatu barang terlalu mahal dapat mengakibatkan barang menjadi

kurang laku, dan sebaliknya bila menjual terlalu murah, keuntungan

yang didapat menjadi berkurang. Penetapan harga yang dilakukan

penjual atau pedagang akan mempengaruhi pendapatan atau penjualan

yang akan diperoleh atau bahkan kerugian yang akan diperoleh jika

keputusan dalam menetapkan harga jual tidak dipertimbangkan

dengan tepat sasaran. Dalam menetapkan harga jual dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti :6

6
Soemarsono, Peranan Pokok dalam Menentukan Harga Jual (Jakarta: Rieneka Cipta,
1990), 17.
8

1) Penetapan harga jual oleh pasar yang artinya penjual tidak dapat

mengontrol harga yang dilempar dipasaran. Harga ditentukan oleh

mekanisme penawaran dan permintaan dalam keadaan seperti ini

penjual tidak dapat menetapkan harga jual yang diinginkan

2) Penetapan harga jual yang dilakukan oleh pemerintah, artinya

pemerintah berwenang menetapkan harga barang dan jasa

terutama menyangkut masyarakat umum. Perusahaan tidak dapat

menetapkan harga jual barang sesuai kehendaknya.

3) Penetapan harga jual yang dicontoh oleh penjual oleh perusahaan,

maksudnya harga ditetapkan sendiri oleh perusahaan. Penjual

menetapkan harga dan pembeli boleh memilih, membeli atau

tidak. Harga ditetapkan oleh keputusan atau kebijaksanaan dalam

perusahaan.

Menurut jumhur ulama telah sepakat bahwa islam menjunjung

tinggi mekanisme pasar bebas, maka hanya dalam kondisi tertentu saja

pemerintah dapat melakukan kebijakan penetapan harga. Prinsip dari

kebijakan ini adalah mengupayakan harga yang adil, harga yang

normal, atau sesuai harga pasar. Dalam penjualan islami, baik yang

bersifat barang maupun jasa, terdapat norma, etika agama, dan

perikemanusiaan yang menjadi landasan pokok bagi pasar islam yang

bersih, yaitu:7

7
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Bisnis Islam, Alih Bahasa Zainal Arifin
(Jakarta:Gema Insani,1999), 189.
9

a) Larangan menjual atau memperdagangkan barang-barang yang

diharamkan

b) Bersikap benar, amanah dan jujur

c) Menegakkan keadilan dan mengharamkan riba

d) Menerapkan kasih sayang

e) Menegakkan toleransi dan keadilan

Ajaran islam memberikan perhatian yang besar terhadap

kesempurnaan mekanisme pasar. Mekanisme pasar yang sempurna

merupakan resultan dari kekuatan yang bersifat massal, yaitu

merupakan fenomenal alamiah. Pasar yang bersaing sempurna

menghasilkan harga yang adil bagi penjual maupun pembeli. Oleh

karena itu, islam sangat memperhatikan konsep harga yang adil dan

mekanisme pasar yang sempurna.

Menurut Ibnu Taimiyah naik dan turunnya harga tidak selalu

disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat

transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun

akibat inefisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang

yang diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu, jika permintaan

terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran menurun, harga

barang tersebut akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan

melimpahnya barang mungkin disebakan oleh tindakan yang adil atau

mungkin juga tindakan yang tidak adil.8


8
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo
10

Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang

terjadi merupakan kehendak Allah. Hal tersebut yang impersonal.

Ibnu Taimiyah juga membedakan dua faktor penyebab pergeseran

kurva permintaan dan penawaran yaitu tekanan pasar yang otomatis

dan perbuatan melanggar hukum dari penjualan, misalnya

penimbunan.9

Islam mengatur agar persaingan dipasar dilakukan dengan adil.

Setiap bentuk yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang, yaitu

sebagai berikut:10

(1) Talaqqi rukban diarang karena pedagang yang menyongsong

dipinggir kota mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual

dikampung akan harga yang berlaku dikota. Mencegah masuknya

pedagang desa kekota ini (entry barrier) akan menimbulkan pasar

yang tidak kompetitif.

(2) Mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan

harga yang sama dengan jumlah yang sedikit.

(3) Menyembunyikan barang cacat dilarang karena penjual

mendapatkan harga yang baik untuk kualitas yang buruk.

(4) Menukar kurma kering dengan basah dilarang karena takaran

kurma basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma

kering yang ditukar.

Persada,2011), 144.
9
Ibid, 145.
10
Ibid, 153.
11

(5) Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua tukar kurma

kualitas sedang dilarang karena setiap kualitas kurnma

mempunyai harga pasarnya. Rasulullah menyuruh menjual

kurma yang satu, kemudian membeli kurma yang lain dengan

uang.

(6) Transaksi najasy dilarang karena si penjual menyuruh orang lain

memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang

lain tertarik.

(7) Ikhtikar dilarang yaitu mengambil keuntungan diatas keuntungan

normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang

lebih tinggi.

(8) Ghaban faa-hisy (besar) dilarang yaitu menjual diatas harga

pasar.
12

b. Dasar Hukum Islam

Ilmu Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang

mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh

nilai-nilai islam. Ekonomi Syariah itu sendiri memiliki beberapa

sumber, yaitu:

1) Al-Quran

Al-Quran adalah sumber pokok bagi pandangan Islam. Al-

Qur’an merupakan Kalam Ilahi yang bersifat abadi yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.11 Al-Quran adalah

sumber utama pengetahuan sekaligus sumber hukum yang

memberi inspirasi pengaturan segala aspek kehidupan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dalam al-Qur’an

surat An- Nisaa’ ayat 29:

َ ‫اط ِل ِإالَّ َأن تَ ُكونَ تِ َج‬


‫ارةً عَن‬ ْ ُ‫وا الَ تَْأ ُكل‬
ِ َ‫وا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬ ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

﴾٢٩﴿ ً ‫وا َأنفُ َس ُك ْم ِإ َّن هّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيما‬


ْ ُ‫اض ِّمن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُل‬
ٍ ‫تَ َر‬
Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama

suka diantara kamu. Dan janagnlah kamu membunuh

dirimu sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu.12

11
M. Faruq an-Nabahan, Sistem Ekonomi Islam (pilihan setelah kegagalan kapitalisme
dan sosial) (Yogyakarta: UII Pres, 2002), 20.
12
Depertemen Agama RI, Op.cit.
13

Berdasarkan ayat diatas dengan tegas melarang orang

memakan harta orang lain atau hartanya sendiri dengan

jalan batil, artinya tidak ada haknya. Memakan harta sendiri

dengan jalan batil ialah membelanjakan hartanya pada jalan

maksiat. Memakan harta orang lain dengan jalan batil ada

berbagai caranya, seperti pendapat Suddi, memakannya

dengan jalan riba, judi, menipu, dan menganiaya. Menurut

Hasan dan Ibnu Abbas, memakan harta orang lain dengan

tidak ada pergantian. Termasuk juga dalam jalan batil ini

segala jual beli yang dilarang syara’, yang tidak termasuk

ialah jalan perniagaan yang saling “berkeridhaan” (suka

sama suka) diantaramu, yakni dari kedua pihak. Sudah tentu

perniagaan yang diperbolehkan oleh syara’.13

Dalam kegiatan ekonomi tidak boleh ada pihak yang

dirugikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran

surat al-Baqarah (2) ayat 279:

‫ب ِّمنَ هّللا ِ َو َرسُولِ ِه َوِإن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُرُؤ وسُ َأ ْم َوالِ ُك ْم‬ ْ ُ‫وا فَْأ َذن‬
ٍ ْ‫وا بِ َحر‬ ْ ُ‫فَِإن لَّ ْم تَ ْف َعل‬

ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َوالَ ت‬


﴾٢٧٩﴿ َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ‫اَل ت‬

Artinya :

“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa

riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan

memerangimu, dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),

13
Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al-Ahkam (Jakarta: Kencana,2006), Edisi 1 Cet. 1
258.
14

maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak

(pula) dianiaya”.14

2) Hadis (Sunnah)

Sebagaimana di atas sudah disampaikan bahwa dalam fiqih,

istilah penetapan harga disebut tas'ir. Asal katanya dari kalimat

sa'ara-yusa'iru-tas'iran. Secara syara', Al Syaukani

mendefinisikan:

‫هُ َو َأ ْن يَْأ ُم َر الس ُّْلطَانَ َأوْ نَ َوابِ ِه َأوْ ُكلُّ َم ْن َولِ ُّى ِم ْن اُ ُموْ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َأ ْمرًا َأ ْه ُل‬

‫صا ِن‬ ٍ ‫ق اِاَّل يَبِ ْيعُوْ ا ُأ َمتهتِ ِه ْم اِاَّل بِ ِسع‬


َ ‫ْر َك َذا فَيَ ْسنَعُوْ ا‘ ِمن ال ِّزيَا َد ِة َعلَ ْي ِه َأوْ النُ ْق‬ ‘ِ ْ‫ال ًّسو‬

‫لِ ُمصْ لِ َح ِة‬

Artinya:

“Yaitu jika seorang pemimpin atau wakilnya atau setiap

orang yang menguasai urusannya kaum Muslimin memerintahkan

sesuatu hal kepada ahli pasar untuk tidak menjual harta bendanya

selain daripada harga tertentu, lalu mereka menjual harga tersebut

dengan tambahan atau pengurangan harga sesuai dengan yang

telah ditetapkan karena kemaslahatan.”15

Depertemen Agama RI, Op.Cit.,h. 47.


14

Muhammad bin Ali al-Syaukani, Nailu al-authar Syarah Muntaqiy al-Akhbar (Beirut:
15

Baitu al-Afkar al-Dauliyah, 2005), 248.


15

Dalil asal hukumnya tas'ir adalah haram, dan tidak boleh

kecuali karena kondisi darurat. Dalil yang keharaman pematokan

harga ini adalah hadits riwayat Anas bin Malik:

ٌ ِ‫َح َّدثَنَا ع ُْث َمانُ بْنُ َأبِي َش ْيبَةَ َح َّدثَنَا َعفَّانُ َح َّدثَنَا َح َّما ُد بْنُ َسلَ َمةَ َأ ْخبَ َرنَا ثَاب‬
‫ت ع َْن‬

‫ُول هَّللا ِ غَاَل ال ِّس ْع ُر‬


َ ‫ال النَّاسُ يَا َرس‬ ٍ َ‫ك َوقَتَا َدةُ َو ُح َم ْي ٌد ع َْن َأن‬
َ َ‫س ق‬ ِ ‫َأن‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬

ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َّن هَّللا َ ه َُو ْال ُم َس ِّع ُر ْالقَابِض‬
َ ِ ‫فَ َسع ْ‘ِّر لَنَا فَقَا َل َرسُو ُ‘ل هَّللا‬
ْ ‫ْس َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم يُطَالِبُنِي‘ بِ َم‬
‫ظلَ َم ٍة فِي‬ َ ‫ق َوِإنِّي َأَلرْ جُو َأ ْن َأ ْلقَى هَّللا َ َولَي‬ ِ ‫ْالبَا ِسطُ الر‬
‘ُ ‫َّاز‬

‫د ٍَم َواَل َما ٍل‬

Artinya :

“Telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Abu

Syaibah?], telah menceritakan kepada kami ['Affan], telah

menceritakan kepada kami [Hammad bin Maslamah], telah

mengabarkan kepada kami [Tsabit] dari [Anas bin Malik] dan

[Qatadah], serta [Humaid] dari [Anas], orang-orang berkata;

wahai Rasulullah, harga telah melonjak, maka tetapkanlah harga

untuk kami! Maka beliau berkata: "Sesungguhnya Allahlah yang

menentukan harga, Yang menggenggam dan Yang

menghamparkan, dan Pemberi rizki. Dan sungguh aku berharap

berjumpa dengan Allah sementara tidak ada seorang pun dari

kalian yang menuntutku karena suatu kezaliman dalam hal darah,

dan harta." (HR. Abu Daud)


16

Wajah dalil keharaman tas'ir dalam hadits ini ada dua, yaitu:

Pertama: Rasulullah SAW belum menetapkan harga tapi

sudah diminta oleh para sahabat agar menetapkan pematokan harga

tersebut. Seandainya beliau berkenan, pasti akan dilakukan.

Kedua, penyebab utama krisis adalah karena adanya unsur

saling menzalimi, dan berlaku zalim adalah haram. Karena dalam

inflasi ada kenaikan harga, mencegah pedagang dari menjual harta

bendanya dengan harga tinggi merupakan salah satu bentuk

kezaliman. Oleh karena itu tidak boleh melakukan tindakan

pencegahan melalui tas'ir tersebut, karena bagaimanapun

penetapan harga, asal-asalnyanya adalah hak kuasa pemilik.

Sementara tugas pemimpin adalah menjaga kemaslahatan kaum

muslimin dan tidak sekedar menjaga kemaslahatan pembeli dengan

murahnya harga sementara mengabaikan hak pedagang dalam

menaikkan harga jual dagangannya. Ketika dua orang penjual dan

pembeli saling berhadapan, yang wajib bagi keduanya adalah

saling memperjuangkan haknya. Memaksa pemilik barang menjual

barang miliknya dengan harga yang tidak diridhainya adalah sama

dengan mengabaikan perintah Allah.

‫اض ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫ِإاَّل َأ ْن تَ ُكونَ تِ َج‬


ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
Artinya:

“ Kecuali perdagangan yang saling ridla di antara kalian.”

(QS an-Nisa: 29).


17

Berdasarkan alasan inilah kemudian jumhur ulama'

menetapkan status asal hukum haramnya tas'ir (pematokan harga).16

c. Konsep Harga yang Adil dalam Ekonomi Syariah

Islam sangat menjunjung tinggi keadilan (al-‘adl/justice),

termasuk juga dalam penetuan harga. Terdapat beberapa terminologi

dalam bahasa arab yang maknanya menuju kepada harga yang adil ini.

Antara lain: si’r al- mitsl, tsaman al mitsl dan qimah al-‘adl. Istilah

qimah al’adl (harga yang adil) pernah digunakan dalam Rasulullah

SAW, dalam mengomentari kompensasi bagian bagi pembebasan

budak, dimana budak ini akan menjadi manusia merdeka dan

majikannya tetap memperoleh kompensasi dengan harga yang adil

(shahih muslim). Penggunaan istilah ini juga ditemukan dalam

laporan tentang Khalifah Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib.

Umar bin Khattab menggunakan istilah harga yang adil ini ketika

menetapkan nilai baru atas diyat (denda), setelah nilai dirham turun

sehingga harga-harga naik.

16
Bella Carla, “Hukum Asal Pematokan Harga”
https://www.ansoruna.com/detail/view/2018/10/hukum-asal-pematokan-harga Diakses
pada tanggal 27 Juli 2020.
18

Istilah qimah al-‘adl juga banyak digunakan oleh para hakim

yang telah mengkodifikasikan hukum islam tentang transaksi bisnis

dalam obyek barang cacat yang dijual, perebutan kekuasaan,

membuang jaminan atas harta milik, dan sebagainya.

Meskipun istilah-istilah diatas telah digunakan sejak masa

Rasulullah dan al-Khulafa’al-Rasyidin, tetapi sarjana muslim pertama

yang memberikan perhatian secara khusus adalah Ibnu Taimiyah. Ibnu

Taimiyah sering menggunakan dua terminologi dalam pembahasaan

harga ini, yaitu: ‘iwad al mits (equivalen compensation/ kompensasi

yang setara). Dalam alhisbahnya ia mengatakan: “ Kompensasi yang

setara akan diukur dan ditaksirkan oleh hal-hal yang setara dan dan

itulah esensi keadilan (nafs al-‘adl)”. Dimanapun ia membedakan

antara dua jenis harga, yaitu harga yang tidak adil dan terlarang serta

harga yang adil dan disukai, dan mempertimbangkan harga yang

setara itu sebagian harga yang adil.

Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang

mendasar dalam transaksi yang islami. Pada prinsipnya transaksi

bisnis harus dilakukan pada harga yang adil, sebab ia adalah cerminan

dari komitmen syariah islam terhadap keadilan yang menyeluruh.

Secara umum harga yang adil ini adalah harga yang tidak

menimbulakan eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah

satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Harga harus

mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara adil, yaitu


19

penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli

memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkan.

Konsep harga yang adil yang didasarkan atas konsep equivalen

price jelas lebih menunjukan pandangan yang maju dalam teori harga

dengan konsep just price. Konsep just price hanya melihat harga dari

sisi produsen sebab mendasari pada biaya produksi saja. Konsep ini

jelas memberikan rasa keadilan dalam perspektif yang lebih luas,

sebab konsumen juga memiliki penilaian tersendiri atas dasar harga

suatu barang. Itulah sebabnya syariah islam sangat menghargai harga

yang terbentuk atas dasar kekuatan permintaan dan penawaran di

pasar.

Penentuan harga haruslah adil, sebab keadilan merupakan salah

satu prinsip dasar dalam semua transaksi yang islami. Bahkan,

keadilan sering kali dipandang sebagai inti sari dari ajaran islam dan

dinilai Allah sebagai perbuatan yang lebih dekat dengan ketakwaan. 17

Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan

harga sekaligus melindungi hak keduanya. Islam membolehkan

bahkan mewajibkan pemerintah melakukan intervensi harga, bila

kenaikan harga disebabkan oleh distorsi terhadap permintaan dan

penawaran. Kebolehan intervensi harga antara lain:

Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Cetakan Keempat,
17

Hadis Nomor 1314, Bab Al-Buyuu’(Jakarta: Robbani Press,2004), 351.


20

1) Intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat yaitu

melindungi penjual dalam hal tambahan keuntungan (profit

margin) sekaligus melindungi pembeli dalam hal purchasing

power.

2) Bila tidak dilakukan intervensi harga maka penjual dapat

menaikkan harga dengan cara ikhtiar. Dalam hal ini penjual

menzalimi pembeli.

3) Pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas,

sedangkan penjual mewakili kelompok masyarakat yang lebih

kecil, sehingga intervensi harga berarti pula melindungi

kepentingan masyarakat yang lebih luas.18

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga

1) Permintaan

Permintaan merupakan salah satu elemen yang

menggerakkan pasar. Istilah yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah

untuk menunjukkan permintaan ini adalah keinginan. Keinginan

yang muncul pada konsumen sesungguhnya merupakan sesuatu

komplek, dikatakan berasal dari Allah.

18
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonomisia,
2002), 203.
21

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan dapat diuraikan sebagai berikut:19

a) Faktor-faktor penentu permintaan

(1) Harga barang yang bersangkutan merupakan determinan

penting dalam permintaan. Pada umumnya, hubungan

antara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah

negatif. Semakin tinggi tingkat harga, maka semakin

rendah jumlah permintaan, demikian juga sebaliknya.

Secara spesifik pengaruh harga terhadap permintaan ini

dapat diuraikan lagi menjadi:

(a) Efek subsituasi

(b) Efek pendapatan

(2) Pendapatan konsumen

(3) Harga barang lain yang terkait

(4) Selera konsumen

(5) Ekspektasi (pengharapan)

(6) Maslahah

19
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam
(Jakarta:Rajawali Press,2009), 312.
22

b) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan dan

konsekuensinya terhadap harga

Ibnu Taimiyah mencatat terdapat beberapa faktor

yang berpengaruh terhadap permintaan dan konsekuensinya

terhadap harga, yang tertulis dalam satu bagian dalam

bukunya “fatawa”, yaitu:20

(1) Keinginan penduduk (ar-raghabah)

Yaitu keinginan atas barang-barang berbeda dan

seringkali berubah. Hal ini turut dipengaruhi oleh

berlimpah atau langkanya suatu barang. Semakin langka

semakin diminati oleh masyarakat. Dalam ekonomi

konvebsional hal ini dikenal dengan istilah preference

(minat).

(2) Jumlah orang yang meminta

Semakin banyak orang yang meminta dalam satu

jenis barang dagangan, maka semakin mahal harga

barang dagangan.

(3) Kuat atau lemahnya permintaan

Jika kebutuhan tinggi dan kuat, harga akan naik

lebih tinggi dibandingkan jika peningkatan kebutuhan itu

kecil atau lemah.

20
Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), 107.
23

(4) Kualitas pembeli

Harga juga berubah-ubah, sesuai dengan siapa

saja transaksi tersebut dilakukan. Pembeli yang punya

kredibilitas yang buruk, sering bangkrut mengulur-ulur

pembayaran akan mendapatkan harga yang lebih tinggi

dari pembeli yang memiliki predikat baik.

(5) Jenis uang yang digunakan

Harga juga dipengaruhi oleh bentuk alat

pembayaran (uang) yang digunakan dalam jual beli. Hal

diatas harus dapat terjadi, karena tujuan dari suatu

transaksi harus menguntungkan penjual dan pembeli.

Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang

meminjam atau menyewa, karena adanya biaya

tambahan akan mengakibatkan perubahan harga.

(6) Kurva Permintaan

50.000 1

40.000 2

30.000 3

20.000 4

10.000 5 D

0 200 400 600 800 1000 Q


24

Kurva permintaan berbagai jenis barang pada

umumnya menurun dari kiri atas kekanan bawah kurva

yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara

harga dan jumlah barang yang diminta yang mempunyai

sifat hubungan yang terbaik. Kalau salah satu variabel

naik (misalnya harga) maka variabel yang lainnya akan

turun (misalnya jumlah yang diminta).21

2) Penawaran

Dalam khazanah pemikiran ekonomi islam klasik, pasokan

(penawaran) telah dikenal sebagai kekuatan penting didalam

pasar. Ibnu Taimiyah, misalnya mengistilahkan penawaran ini

sebagai ketersediaan barang dipasar. Dalam pandangannya.

Penawaran dapat berasal dari impor dan produksi lokal, sehingga

kegiatan ini dilakukan oleh produsen atau penjual. Namun, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran antara lain:22

a) Maslahah

Pengaruh maslahah terhadap penawaran pada dasarnya

akan tergantung pada tingkat keimanan dari produsen. Jika

jumlah maslahah yang terkandung dalam barang yang

diproduksi semakin meningkat, maka produsen akan

21
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ke-3 (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2006), 78.
22
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam
(Jakarta:Rajawali Press, 2009), 318.
25

memperbanyak jumlah produksinya, produsen dengan tingkat

keimanan “biasa” kemungkinan akan menawarkan barang

dengan kandungan berkah minimum. Dalam kondisi seperti ini

jika barang atau jasa yang ditawarkan telah mencapai

kandungan berkah minimum, maka produsen akan

menganggapnya sudah baik, sehingga pertimbangan

penawaran selanjutnya akan disasarkan pada keuntungan.

b) Keuntungan

Keuntungan merupakan bagian dari maslahah karean ia

dapat mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat

digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain,

keuntungan akan menjadi tambahan modal guna guna

memperoleh maslahah lebih benar lagi untuk mencapai falah.

Keuntungan menurut Ibnu Khaldun yaitu jumlah nilai

yang tumbuh dan berkembang dalam perdagangan. Sedangkan

perdagangan menurutnya adalah usaha manusia untuk

memperoleh dan meningkatkan pendapatannya dengan

mengembangkan properti yang dimilikinya, dengan cara

membeli komoditi dengan harga murah dan menjualnya

dengan harga yang mahal.23

23
Ibnu Khaldun, Mukaddimah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2001), 712.
26

Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah:

(1) Harga barang

Faktor utama yang menentukan keuntungan adalah

harga barang itu lama dikenal oleh pemikir ekonomi islam

klasik. Jika harga barang naik, maka jumlah keuntungan

per unit yang akan diperoleh juga naik. Hal ini kemudian

akan meningkatkan keuntungan total dan akhirnya

mendorong produsen untuk menaikkan jumlah

penawarannya.

(2) Biaya produksi

Biaya produksi jelas menentukan tingkt keuntungan.

Sebab keuntungan adalah selisih antara penerimaan

(revenue) dengan biaya (cost). Jika biaya turun, maka

keuntungan produsen atau penjual akan meningkat dan

seterusnya akan mendorongnya untuk meningkatkan

jumlah pasokan kepasar. Biaya produksi akan ditentukan

oleh dua faktor seperti: harga input produksi dan teknologi

produksi.
27

(3) Kurva Penawaran

P S

500 A

400 B

300 C

200 D

100 E
0 10 20 25 30 40 Q

Pada umumnya kurva penawaran masuk dari kiri

bawah kekanan atas. Berarti arah pergerakannya

berlawanan dengan pergerakan kurva permintaan bentuk

kurva penawaran menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara harga harga dan jumlah barang yang

ditawarkan yaitu semakin tinggi harga semakin banyak

jumlah barang yang ditawarkan. Kurva permintaan

menunjukkan prilaku dari agen yang selalu berusaha untuk

memperoleh maslahah yang maksimum. Semakin tinggi

tingkat harga maka semakin tinggi jumlah barang yang

ditawarkan oleh produsen. Demikian pula sebaliknya,

semakin rendah tingkat harga semakin rendah pula jumlah

yang ditawarkan.24

24
Sadono Sukirno, Op.cit,h.87
28

e. Laba (Keuntungan)

Laba adalah selisih lebih dari hasil penjualan dari harga pokok

dan biaya operasi. Kalangan ekonomi mendefinisikan sebagai selisih

antara total penjualan dengan total biaya. Total penjualan yakni harga

barang yang dijual dan total biaya operasional adalah seluruh biaya

yang dikeluarkan dalam penjualan, yang terlihat dan tersembunyi.

Majelis Ulama Fiqih yang terkait dalam Organisasi Konferensi

Islam (OKI) dalam pertemuan kelima di kuwait dari tanggal 1-6

jumadil ula 1409H, (bertepatan dengan 10-15 Desember 1988M) telah

melakukan diskusi tentang pembatasan keuntungan para pedagang.

Mereka membuat ketetapan sebagai berikut:25

1) Hukum adalah hal yang diakui oleh nash dan kaidah-kaidah

syari’ah adalah membiarkan umat bebas dalam jual beli mereka,

dan mengoprasikan harta benda mereka dalam bingkai syari’ah

islam yang penuh perhatian dengan segala kaidah didalamnya.

2) Terdapat banyak dalil dalam ajaran islam yang mewajibkan

segala muamalah bebas dari hal-hal yang haram, seperti penipuan,

kecurangan, manipulasi, memanfaatkan ketidaktahuan, oarang

lain, memanipulasi keuntungan (memonopoli penjualan), yang

kesemuaya adalah mudharat bagi masyarakat umum maupun

kalangan bebas.

3) Tidak ada standarisasi dalam pengambilan keuntungan yang

mengikat para pedagang dalam melakukan berbagai transaksi jual


25
Adiwarman Karim, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam (Jakarta: Darul Haq,2004), 82.
29

beli mereka. Hal itu dibiarkan sesuai kondisi dunia usaha secara

umum dan kondisi pedagang dan kondisi komoditi barang

dagangan, namun dengan tetap memperhatikan kode etik yang

disyariatkan dalam islam, seperti sikap santun, qona’ah, toleransi

dan memudahkan.

4) Pemerintah tidak boleh ikut campur dalam menentukan standar

harga, kecuali kalau melihat adanya ketidakbenaran dipasar dan

ketidakbenaran harga karena berbagai faktor yang dibuat-buat.

Dalam kondisi demikian, pemerintah boleh turut campur dengan

berbagai sarana yang memungkinkan untuk mengatasi berbagai

faktor dan sebab ketidakberesan dan kenaikan harga.

f. Akad (Transaksi Jual Beli)

Akad dalam bahasa arab ‘al-aqad’ jamaknya al-‘uqud, berarti

ikatan atau mengikat (al-rabth). Menurut terminologi hukum islam,

akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan

(qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat

hukum terhadap objeknya. (Ghufron Mas’adi 2002).


30

Menurut Rachmad Syafe’i, harga hanya terjadi pada akad, yakni

sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar atau

sama dengan nilai barang. Biasanya harga dijadikan penukar barang

yang diridhoi oleh kedua belah pihak yang melakukan akad.

Menurut abdul razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul ‘aqdi, akad

adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan

kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang

mengikat pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung

dalam kesepakatan tersebut.26

1) Jenis akad atau transaksi

Akad dari segi ada atau tidaknya kompensasi, fiqih

muamalat membagi lagi akad menjadi dua bagian, yaitu:

a) Akad Tabarru’

Akad Tabarru’ adalah perjanjian yang merupakan transaksi

yang tidak ditujukan untuk memperoleh harta. Tujuan dari

akad ini adalah tolong menolong dalam rangka berbuat

kebaikan, seperti meminjamkan uang, meminjamkan jasa, atau

memberikan sesuatu (wakaf atau hibah).

Sri Nurhayati Wasilah, Akutansi Syari’ah di Indonesia, Edisi Ke-3 (Jakarta: Salemba
26

Empat,2014), 56.
31

b) Akad Tijarah

Akad tijarah yaitu merupakan akad yang ditujukan untuk

memperoleh keuntungan. Akad ini biasa terjadi pada transaksi

jual beli atau pada transaksi bagi hasil, karena keduanya sama-

sama ditujukan untuk memperoleh keuntungan.

2) Rukun dan Syarat Akad Jual Beli

Jual beli selain dasar hukum yang memperbolehkannya ada

pula rukun dan syarat jual beli agar dapat terlaksana dengan

sempurna.

Adapun rukun dan syarat jual beli yang harus dipenuhi

yaitu:

a) Pelaku

Pelaku berarti para pihak yang melakukan akad

(penjual dan pembeli, penyewa dan yang menyewakan,

karyawan dan majikan, dan lain sebagainya). Penjual adalah

orang yang menawarkan atau menjual barang yang ia miliki,

sedangkan pembeli adalah seseorang yang menginginkan

barang yang dimiliki orang lain yang diperjualbelikan. Untuk

pihak yang melakukan akad harus memenuhi syarat, yaitu

orang yang merdeka, mukallaf, dan orang yang sehat akalnya.


32

b) Objek Akad

Objek akad berarti sebuah konsekuensi yang harus ada dengan

dilakukannya suatu transaksi tertentu. Objek jual beli adalah

barang dagangannya, syarat dari objek yaitu: suci, ada manfaat,

jangan ditaklilkan, tidak dibatasi waktunya, keadaan barang yang

diperjualbelikan dapat diserahterimakan, barang adalah milik

penjual. Sedangkan objek mudharabah dan musyarakah adalah

modal dan kerja.

1) Ijab dan Qabul

Ijab qabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan

menunjukkan mereka saling ridha. Tidak sah suatu transaksi

apabila salah satu pihak ada yang terpaksa melakukannya, dan

oleh karenanya akad dapat menjadi batal.

3) Transaksi yang dilarang

Sebagaimana telah dikatakan bahwa hukum asal dari mu’amalah

adalah semuanya diperbolehkan sebelum ada dalil yang melarangnya.

Larangan ini ikarenakan beberapa sebab antara lain dapat membantu

berbuat maksiat atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah, adanya

unsur penipuan, adanya pihak yang menzalimi pihak yang

bertransaksi dan lain sebagainya.


33

Beberapa hal yang termasuk transaksi yang dilarang, yaitu:

1) Riba

2) Penipuan

3) Perjudian

4) Gharar

5) Monopoli

Beberapa transaksi diatas jelas dilarang oleh syariah islam

karena dapat merugikan pihak tertentu termasuk pihak yang

melakukan transaksi, dan syariah islam jelas-jelas melarang adanya

kezaliman dalam sertiap transaksi.27

2. Penetapan Harga Dalam Konsep Umum

a. Pengertian Harga

Menurut para ekonom, harga, nilai dan faedah (utility)

merupakan konsep-konsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut

suatu produk yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai

adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk

dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam perekonomian kita

sekarang ini untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai

suatu produk kita menggunakan uang, bukan system barter. Jumlah

uang yang digunakan didalam pertukaran tersebut mencerminkan

27
Sri Nurhayati Wasilah, Ibid,h.59.
34

tingkat harga dari suatu barang.28 Jadi, harga dapat didefinisikan

sebagai berikut:

Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong, harga adalah

sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa atau jumlah

dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat

dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa.29

Menurut Basu Swasta dan Irawan harga adalah jumlah uang

(ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapat sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.30

Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu

unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang

dijual atau diserahkan. 31

Dari defini tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa harga yang

dibayar oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan

oleh penjual. Bahkan penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan

dari harga tersebut.

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan

keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.32

28
Basu Swasta dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta,2008), 241.
29
Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Ke-12
(Jakarta:Erlangga,2006), 345.
30
Basu Swasta dan Irawan, Op.Cit, 241.
31
Marius Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran, Cet Ke-2 (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2012), 268.
32
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi,1997), 152.
35

1) Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membatu para

pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas

tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan

demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk

memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis

barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai

alternatif dari yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana

yang dikehendaki.

2) Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam mendidik

konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini

terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami

kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara

objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang

mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

b. Tujuan Penetapan Harga

Didalam menentukan harga jual, tujuan ini berasal dari

perusahaan atau pedagang itu sendiri, harus mengadakan pendekatan

terhadap penetuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya,

karena tujuan tersebut dapat memberikan arah dan keselarasan pada

kebijaksanaan yang diambil perusahaan atau pelaku usaha.

Penentuan tingkat harga tersebut, biasanya dilakukan dengan

mengadakan beberapa perubahan untuk menguji pasarnya, apakah


36

menerima atau menolak? Jika pasarnya menerima penawaran tersebut,

berarti harga tersebut sudah sesuai. Tetapi jika mereka menolak, maka

harga tersebut perlu diubah secepatnya. Jadi ada kemungkinan keliru

tentang keputusan harga yang diambil. Disini kita perlu meninjau

apakah yang menjadi tujuan bagi penjual dalam menetapkan harga

produknya.33

Tujuan-tujuan tersebut yakni:

1) Meningkatkan penjualan

2) Mempertahankan dan memperbaiki market share.

3) Stabilitas harga

4) Mencapai target pengambilan investasi

5) Mencapai laba maksimum dan sebagainya.

Oleh karena itu pelaku usaha perlu menetukan tujuan utama agar

fokus menjadi lebih jelas. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut

diatas ada bebrapa hal yang perlu dipertimbangkan.

33
Basu Swasta dan Irawan, Op.Cit.,h.242
37

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Jual

Dalam penetuan harga jual, tingkat harga terjadi dipengaruhi

oleh beberapa faktor, seperti: kondisi perekonomian, penawaran dan

permintaan, elastisitas permintaan, persaingan biaya, tujuan menejer

atau penjual, dan pengawasan pemerintah.34

1) Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhitingkat harga yang

berlaku. Faktor ekonomi seperti booming atau resesi, inflasi dan

suku bunga mempengaruhi keputusan penetapan harga karena

faktor-faktor tersebut mempengaruhi persepsi konsumen terhadap

harga dan nilai produk dan biaya memproduksi suatu produk.

2) Permintaan dan Penawaran

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada

tingkat harga tertentu. Pada umumnya tingkat harga yang lebih

rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar.

34
Ibid., h.242.
38

Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada

suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya harga lebih tinggi

mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar.

3) Elastisitas Permintaan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah

sifat permintaan pasar. Sebenarnya sifat permintaan pasar tidak

hanya mempengaruhi penentuan harganya tetapi juga

mempenaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa junis

barang, harga dan volume penjualan ini berbanding terbalik,

artinya jika terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun

dan sebaliknya.

4) Persaingan

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh

keadaan pesaingan yang ada.barang-barang dari hasil pertanian

misalnya, dijual dijual dalam keadaan persaingan murni (pure

competition). Dalam persaingan ini penjual yang berjumlah

banyak aktif menghadapi penjual yang banyak pula. Banyaknya

penjual dan pembeli yang banyak ini akan mempersulit penjual

perseorangan untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi

kepada pembeli yang lain. Selain persaingan murni, dapat pula

terjadi keadaan persaingan lainnya, seperti: persaingan tidak

sempurna, oligopoli dan monopoli.


39

5) Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu

tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan

kerugian.

Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik

biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan

meenghasilkan keuntungan.

6) Tujuan Pelaku Usaha

Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-

tujuan yang akan dicapai. Setiap pelaku usaha tidak selalu

mempunyai tujuan sama dengan pelaku usaha lain. Tujuan-tujuan

yang hendak dicapai antara lain:

a) Laba maksimum

b) Volume penjualan tertentu

c) Penguasaan pasar

d) Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu

tertentu.

7) Pengawasan Pemerintah

Pengawasan pemerintah juga meruakan faktor penting dalam

penetuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat

diwujudkan dalam bentuk: penetuan harga maksimum dan

minimum, diskriminasi harga serta praktek-praktek lain yang

mendorong atau mencegah usaha kearah monopoli.


40

8) Citra atau Kesan Masyarakat

Citra atau kesan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa dapat

mempengaruhi harga. Barang atau jasa yang telah dikenal

masyarakat mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibandingkan

barang atau jasa yang masih baru dipasar.

Faktor-faktor tersebut diatas berinteraksi dan mempengaruhi

harga jual tergantung kepada pembuat keputusan harga. Dua hal yang

perlu diperhatikan dalam mempelajari pengaruh faktor-faktor tersebut

diantaranya adalah:35

a) Dalam menentukan harga jual, setiap pembuat keputusan

lebih menekankan pertimbangan pada faktor-faktor terutama

faktor yang dipertimbangkan tersebut dapat berbeda diantara

pembuat keputusan yang satu dengan pembuat keputusan

yang lain.

b) Cara-cara penentuan harga jual juga dipengaruhi oleh pasar yang dihadapi

pelaku usaha

35
R.A Supriyono, Akutansi Manajemen, Cet Ke 1 (Yogyakarta: BPFE, 2001), 315.
41

c) BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Ada tiga jenis pendekatan yang penulis gunakan untuk menyusun

skripsi ini,

1. Pendekatan Syar’i, yaitu penulis dalam penulisannya berpedoman pada

dalil-dalil nash al-qur’an dan hadist Nabi saw terutama mengenai

penetapan harga. Yang telah dirumuskan oleh para ulama sebagai sumber

pokok.

2. Pendekatan Yuridis, yaitu dalam pembahasan skripsi ini penulis

berpedoman pada Kompilasi Ekonomi Syariah.

3. Pendekatan Sosial, adalah penelitian lapangan (field research) kualitatif

yaitu memperoleh data dari penelitian yang akan diteliti, yaitu tentang

penetapan harga jual di Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini

selanjutnya menganalisa hasil penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada Warung Ayam Panggang

Pedas Anak Hj. Rupini Dusun Krajan Desa Menampu, Kecamatan

Gumukmas. Adapun judul skripsi ini, Bagaimana penetapan harga jual dalam

pandangan ilmu ekonomi syariah melihat mekanisme harga yang ada di

Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini. Adapun waktu yang

digunakan dalam penelitian ini kurang lebih selama satu bulan, terhitung
42

sejak tanggal 20 Juli hingga tanggal 03 Agustus 2020.

C. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif

yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menghasilkan data deskriptif

analisis yaitu menggambarkan apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian

yang bersangkutan, baik secara tertulis, lisan dan perilaku nyata, baik

informasi yang didapatkan dari produsen atau konsumen.

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian penulis menggunakan dua jenis data yaitu data

primer dan data sekunder:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan

melalui observasi dan melakukan wawancara secara langsung kepada

informan yang terkait dengan penelitian ini.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang

terkait dengan penelitian ini, baik berupa buku, ensiklopedia, jurnal,

serta dokomen-dokumen lainnya yang terkait dengan penelitian ini.


43

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari informan sebagai berikut:

a. Pemilik Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini

b. Pegawai Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini

c. Konsumen/pengunjung Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj.

Rupini

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua metode

pengumpulan data, yaitu:

1. Metode Library Research

Library research yaitu data-data yang digunakan berasal dari sumber

kepustakaan baik primer maupun sekunder, baik berupa buku,

ensiklopedia, jurnal, majalah serta literatur-literatur ilmiah lainnya yang

mempunyai hubungan dengan masalah yang akan dibahas. Adapun teknik

penulisannya yaitu:

a. Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip data-data yang bersumber

dari referensi kepustakaan tanpa mengubah redaksinya sedikitpun.

b. Kutipan tidak langsung, yaitu terdiri dari ikhtisar dan ulasan yang

bersifat komentar dan analisa penulis sendiri setelah membaca

referensi rujukan.
44

2. Metode Field Research

Field Research yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan

untuk mendapatkan data yang ada hubungannya dengan skripsi yang akan

dibahas. Dalam hal ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Penyusunan melakukan pengumpulan data dengan jalan

melakukan tanya jawab lisan secara bertatap muka (face to face)

dengan penjual dan pembeli tujuannya adalah untuk memperoleh

data-data guna menganalisis dari pihak penjual maupun pembeli

Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini. Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin.

Artinya wawancara tersebut dilaksanakan dengan menggunakan

perangkat-perangkat pertanyaan, tetapi tidak menutup kemungkinan

muncul pertanyaan baru yang ada hubungannya dengan

permasalahan.

b. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan secara langsung ke

lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian dan mencatat secara

sistematis terhadap fenomena yang akan diteliti oleh penyususn

misalnya tentang penetapan harga yang sedikit tinggi dibandingkan

dengan warung – warung yang lainnya.


45

c. Dokumentasi

Mendapatkan data sekunder dengan mempelajari dan

mencatat arsip-arsip atau dokumen laporan kegiatan dan lain-lain

yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Metode Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber baik dari buku-

buku, artikel, ensiklopedia, ataupun dokumen-dokumen lainnya yang terkait

dengan penelitian ini, lalu penulis mengolahnya dengan menggunakan

metode kualitatif, maka teknik analisa yang penulis gunakan dengan cara

interpretasi berfikir sebagai berikut:

a. Metode Induktif, yaitu suatu metode yang bertitik tolak pada

pengetahuan yang bersifat khusus kemudian mengarah pada kesimpulan

yang bersifat umum.

b. Metode deduktif, yaitu suatu metode analisa yang bertitik tolak dari

pengetahuan umum kemudian menarik suatu kesimpulan yang bersifat

khusus.

c. Metode komparatif, yaitu membandingkan mekansime penetapan harga

menurut Islam dengan mekanisme penetapan harga yang diterapkan di

Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini.


46

G. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pendekatan tunggal dalam anlisis

data. Pemilihan metode sangat tergantung pada research question, research

strategies, dan theoretical framework. Untuk melakuan analisis, peneliti perlu

menangkap, mencatat, menginterpretasikan dan menyajikan informasi. Hal

yang perlu di perhatikan adalah analisis data tidak dapat dipisahkan dari data

collection. Oleh karena itu, ketika dat mulai terkumpul dari interviews dan

archival sources, analisis data harus segera di lakukan untuk menentukan

pengumpulan data berikutnya. Langkah analisis data yang akan dilakukan

pada penelitian ini yaitu:

a) Data reduction

Data yang tidak penting akan di kurangi sehingga data yang dipilih akan

di proses ke langkah. Dalam data reduction ini terdapat beberapa

kegiatan yang akan dilakukan agar data yang dilakukan lebih berbobot

yaitu: menentukan kategori, konsep, tema dan pola yang akan dikaitka

dengan kerangka teori.

b) Interpretasi

Hasil conding data penelitian ini dikaitkan dengan teori yang ada

sehingga interpretasi yang diturunkan tidak lagi bisa tetapi dapat di

jelaskan oleh teori tersebut. Data penelitian ini di kaitkan pada teori

yang digunakan sebagaimana yang di jelaskan pada bab sebelumnya.

Hal ini yang perlu di perhatikan adalah kejadian yang ada pada setting

penelitian.
47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini

Awal mula berdirinya warung ini karena Ibu Hj. Rupini membuka

warung pecel dan soto pada tahun 1982, kenapa bisa menjadi ayam

panggang pedas karena pada saat hari raya ketupat beliau mau makan

bingung masak lauk apa, maka beliau membakar ayam di kasih kuah

santan kemudian ada seorang pelanggan datang tepat di hari libur jualan,

pelanggan tersebut ditawari ada ketupat dengan lauk ayam panggang

pedas, pelanggan tersebut ingin mencobanya dan ternyata enak sampai

ingin memesan lagi di kemudian hari. Pada keesokan harinya ada

pelanggan lain yang ingin mencobanya dan sampai sekarang jadilah menu

spesial yang berada di warung ayam panggang pedas yang berada di

Dusun Krajan Desa Menampu Kecamatan Gumukmas.

Daftar menu yang disajikan ada 4 yaitu Ayam Panggang Pedas,

Ayam Kuah Pedas, Kutuk Bakar Pedas dan Ayam Goreng. Sedangkan

minuman di warung ini tersedia Es Jeruk dan Jeruk hangat. Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini ini sangat terkenal karena rasa yang

sangat enak dan juga tingkat kepedasan yang sangat nagih bagi pelanggan

yang merupakan menu andalan pada warung ini. Selain daftar menu yang

menarik, lokasi juga dapat menjadi faktor penentu kedatangan konsumen,

warung ini memiliki lokasi yang tergolong strategis dan mudah


48

ditemukan. Karena keputusan memilih lokasi memiliki dampak yang

permanen dan jangka panjang serta mempengaruhi pertumbuhan usaha

dimasa yang akan datang.

Harga yang ditawarkan warung Hj. Rupini ini sangatlah variatif,

bahkan tergolong murah bagi semua kalangan, mulai dari mahasiswa,

pekerja kantoran dan menjadi pilihan keluarga karena mengingat harga

yang sangat terjangkau. Harga sangatlah berpengaruh dan dianggap hal

terpenting dalam membeli produk bagi beberapa kalangan, mereka akan

lebih condong memilih produk dengan harga yang lebih murah dibanding

harga yang mahal, terlebih jika produk yang akan didapat memiliki

kualitas yang lebih baik.

Keputusan dalam penetapan harga merupakan faktor positioning

yang paling berpengaruh. Dengan harga dapat mencerminkan sebuah

usaha yang dijalankan, atau menjadi pembeda bahkan dengan usaha para

pesaing.

B. Mekanisme Penetapan Harga Jual di Warung Ayam Panggang Pedas Anak

Hj. Rupini

Berdasarkan hasil penelitian berupa wawancara oleh Ibu Yuli selaku

pemilik warung, dapat diketahui bagaimana mekanisme penetapan harga jual

pada Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini untuk setiap

produknya, Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini memiliki

standar-standar tersendiri dalam mekanisme penentuannya, sehingga harga

yang ditentukan sesuai prinsip syariah, dimana tidak ada pihak yang
49

dirugikan dan mengambil keuntungan atas kesengsaraan orang lain, dalam

ekonomi Islam hal ini disebut dengan harga yang adil. Konsep penetapan

harga jual dalam pandangan ilmu ekonomi syariah ini berdasar pada tiga

elemen penting yang mencakup keseluruhan dalam penentuan sebuah harga.

Ketiga elemen tersebut meliputi:

1. Penetapan Harga Pokok Produksi (HP

Perhitungan harga pokok produksi adalah hal yang perlu

diperhatikan dalam penentuan harga jual suatu produk. Perhitungan harga

pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal yang sangat penting

dalam setiap usaha, karena tanpa adanya perhitungan harga pokok

produksi yang tepat dan akurat, akan berakibat pada penetapan harga

produk yang tidak tepat pula. Seperti harga yang ditetapkan terlalu mahal

atau bahkan terlalu murah sehingga tidak terjadi keseimbangan dan

ketidakrelaan antara pihak penjual dan pembeli.

Kegiatan produksi memerlukan berbagai jenis biaya untuk

menghasilkan suatu produk yang akan dipasarkan kepada konsumen.

Biaya-biaya inilah yang akan menjadi dasar dalam penentuan harga

pokok produksi (HPP). Elemen-elemen yang membentuk harga harga

pokok produksi pada Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini ini

dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni: bahan baku, tenaga

kerja dan biaya operasional.


50

a. Bahan baku

Bahan baku yang digunakan pada Warung Ayam Panggang

Pedas Anak Hj. Rupini sangatlah mengutamakan kebersihan,

kesegaran dan tentunya kehalalan dalam pemilihan bahan pokoknya

mulai dari pemilihan bahan seperti sayur, daging, bumbu masak, dan

buah-buahan. Karena setiap item bahan memiliki 2 supplier yang siap

memberikan bahan baku yang dijamin segar. Selain itu pihak Warung

Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini juga dapat menilai dan

memilih apakah bahan tersebut layak digunakan dan dapat

menggantinya.

b. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja berupa harga yang dibayarkan dalam rangka

pemakaian dan pemanfaatan sumber daya manusia. Biaya ini timbul

akibat pemakaian biaya tenaga kerja pegawai dalam memproses

bahan baku menjadi suatu produk yang siap dipasarkan. Warung

Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini memberikan upah yang setara

dengan upah minimum regional (UMR) kepada para pegawainya,

selain itu banyak juga tunjangan- tunjangan yang diberikan pihak

Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini untuk para

pegawainya, hal ini dilakukan tidak lain sesuai dengan visi Warung

Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini sendiri yaitu

menyejahterakan personel-personelnya. Pemberian upah ini akan


51

menggunakan biaya yang digunakan sebagai elemen pembentukan

harga pokok produksi (HPP).

c. Biaya Operasional

Penentuan harga pokok produksi (HPP) pada Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini juga ditentukan oleh biaya

operasional yang terdiri dari pembayaran air, listrik dan administrasi.

Biaya operasional ini merupakan hal yang patut diperhatikan karena

jumlahnya yang tidak sama setiap bulannya, maka biasanya biaya ini

dihitung dari rata-rata biaya operasional tiap bulannya.

Ketiga biaya tersebut harus dicatat dan diklasifikasikan secara

cermat sesuai dengan jenis dan sifatnya. Hal ini ditujukan untuk

mempermudah dalam mengetahui dan menghitung biaya tersebut agar

terbentuknya harga pokok produksi (HPP) yang tepat. Harga Pokok

Produksi (HPP) sangatlah penting karena menjadi dasar dalam

penentuan harga sebuah produk, dengan demikian harus dilaksanakan

dengan benar dan tentunya sesuai dengan pandangan ilmu ekonomi

syariah. HPP ini diperoleh berdasarkan ketiga biaya yang dimulai dari

bahan baku, tenaga kerja dan biaya operasional yang sudah sesuai

dengan prinsip Islam.


52

2. Perbandingan Dengan Para Pesaing

Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini tidak memiliki

strategi khusus seperti makan bersama- sama di warung pesaing lainnya,

melainkan hanya sekedar makan biasa di warung- warung lain secara

individu atau masing-masing, tidak harus pesaing secara persis, tetapi

warung atau tempat makan yang menjual produk-produk serupa, seperti

ayam, bebek, ikan kutuk dan berbagai jenis makanan lainnya untuk

mendapatkan sebuah harga yang ditawarkan oleh warung atau tempat

makan tersebut. Dengan begitu dapat diketahui berapa harga yang

mereka patok dan dapat dibandingkan dengan harga pada Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini.

3. Pengambilan Profit

Tidak ada persentase – persentase pasti berapa keuntungan yang

diambil pada Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini, karena

seluruh keuntungan yang diambil pada Warung Ayam Panggang Pedas

Anak Hj. Rupini berbeda-beda pada setiap itemnya, sehingga jumlah

keuntungan yang diperoleh adalah jumlah keuntungan secara

keseluruhan.

Sebagai contoh dapat dilihat dari naiknya harga bahan pokok

seperti cabai atau ayam, biasanya mengambil untung sedikit. Walaupun

harga makanan naik tetapi kualitas rasa tidak boleh merubah ciri khas

makanan Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini ini.


53

C. Pandangan Islam Terhadap Penetapan Harga di Warung Ayam Panggang

Pedas Anak Hj. Rupini

Dalam ilmu ekonomi syariah menentukan harga yang adil sangatlah

penting. Adil menentukan harga produk makanan berarti mempertimbangkan

nilai – nilai kebenaran dan kemaslahatan umat manusia. Akan tetapi

berbisbinis untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dengan

mengabaikan kebenaran dan kemaslahatan secara umum akan

menjerumuskan diri sendiri ke dalam jurang kehancuran sekarang atau di

masa yang akan datang. Intinya islam selalu mengajarkan bahwa keuntungan

bisnis yang ingin dicapai seorang pedagang adalah keuntungan dunia akhirat,

bukan keuntungan dunia saja.Yang dimaksud dengan keuntungan akhirat

adalah Pertama, harga yang dipatok si penjual tidak boleh berlipat ganda dari

modal, sehingga memberatkan konsumen, Kedua, berdagang adalah bagian

dari realisasi ta’awun (tolong menolong) yang dianjurkan Islam. Pedagang

mendapat untung sedangkan konsumen mendapatkan kebutuhan yang

dihajatkannya. Ketiga, berdagang dengan mematuhi etika ekonomi Islami,

merupakan aplikasi syari`ah, maka ia dinilai sebagai ibadah.

Konsep harga yang adil telah dikenal pada awal Islam dan awal

Literatur Fiqih, jika kita membahas tentang konsep harga yang adil menurut

Islam, maka kita tidak terlepas dari bagaimana pemahaman para ulama

tentang konsep harga yang pada awal Literatur Fiqih, al-Qur’an sangat

menekankan perlunya keadilan atau kejujuran. Sangatlah natural untuk

mempergunakan gagasan ini berhubungan dengan pasar, khususnya dengan


54

harga. Pemilik warung mengatakan bahwa penetapan harga dilakukan demi

kepuasan konsumen tanpa merugikan pihak produsen. Pemilik warung Ayam

Pedas menyebutkan bahwa sejak pertama kali dirintisnya warung tersebut

tidak pernah sedikitpun untuk mengurangi rasa dan kualitas rasa makanan di

warung tersebut. Ia menuturkan bahwa kepuasan konsumen menjadi berkah

tersendiri di Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini, hingga mereka

sudah bisa mempekerjakan kurang lebih 4 orang karyawan dengan gaji yang

sangat memuaskan.

Penulis juga menanyakan, Bagaimana penanggulangan Ibu atas naiknya

harga barang? Beliau menjawab: Kami tetap melakukan suatu perubahan dan

tetap pada harga yang di tetapkan sebelumnya Cuma takaran atau porsinya

yang di kurangi karena kami juga sebagai produsen mengerti dengan keadaan

konsumen di sekitar warung ini, apalagi konsumen menyukai dan

menyenangi warung kami di bandingkan warung yang ada di dekatnya

kenapa demikian karena sudah banyak konsumen yang kami dapati lebih

sering makan di warung ini terus melihat warung yang ada di dekatnya

konsumen/pembeli ini ingin membandingan rasa dan suasana yang ada di

warung di dekat Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini dengan

harga yang sama dan menu yang sama pula. Akan tetapi wal hasil mereka

lebih senang makan di warung kami di bandingkan yang ada di dekatnya,

mungkin krena suasana tempat dan menunya tidak sama, itu jawaban dari

pemilik Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini tersebut.


55

Penulis menilai bahwa sistem penetapan harga di Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini mengedepankan kemaslahatan bersama

dalam hal ini sesuai dengan konsep berbasis keadilan jual beli sesuai

pandangan dalam Islam. Karena akad yang di tetapkan oleh pemilik tidak

memaksakan kehendak konsumen dan tidak pula menjual makanan yang tak

layak dikonsumsi karena menu yang di buat tiap harinya sudah di pastikan

akan habis.
56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab – bab sebelumnya penulis dapat

menyimpulkan hasil penelitian pada Warung Ayam Panggang Pedas Anak

Hj. Rupini dengan menggunakan metode wawancara serta analisis

terhadap mekanisme penentuan harga pada Warung Ayam Panggang

Pedas Anak Hj. Rupini adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme penentuan harga pada Warung Ayam Panggang Pedas

Anak Hj. Rupini terdiri dari tiga elemen yang menjadi dasar dalam

penetapan harga produk, yaitu:

a. Penetapan harga pokok produksi (HPP)

Penentuan harga pokok produksi pada Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini meliputi 3 elemen penting, yaitu

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Kemudian

pemilihan bahan baku, hingga proses pengoalahan bahan sangatlah

dijamin kehalalannya.

b. Perbandingan dengan pesaing

Tidak ada strategi khusus dalam perbandingan dengan para

pesaing akan tetapi sesekali dilakukan dengan cara membeli

produk usaha lain secara individual. Selain itu Warung Ayam

Panggang Pedas Anak Hj. Rupini tidak pernah menjelek-jelekkan


57

pesaing, menipu konsumen, mengada-ada fakta yang dilarang

syariat Islam.

c. Pengambilan profit

Pengambilan profit pada Warung Ayam Panggang Pedas

Anak Hj. Rupini tidak memiliki persentase pasti berapa

keuntungan yang diperoleh akan setiap produknya. Sehingga

keuntungan terlihat secara keseluruhan. Terdapat item dengan

keuntungan sedikit akan tetapi ada pula item dengan keuntungan

lebih tinggi sehingga terciptanya harga yang adil.

2. Mekanisme penentuan harga pada Warung Ayam Panggang Pedas

Anak Hj. Rupini sudah sesuai dengan pandangan ilmu ekonomi

syariah, dimana harga produk yang ditentukan berdasarkan elemen-

elemen yang mempengaruhi proses produksi sebuah produk, dari

pemilihan dan pengolahan bahan baku, biaya tenaga kerja karyawan,

dan biaya operasional. Menimbulkan persaingan pasar yang sehat

dengan tidak menjatuhkan pesaing lain, tidak menipu konsumen serta

tidak mengada-ada kan fakta, seperti yang dilarang syariat Islam.

Hingga pengambilan keuntungan yang tidak berlebihan dalam kata

lain adil untuk semua pihak dan sesuai dalam pandangan ilmu

ekonomi syariah.
58

B. Saran

Dengan selesainya skripsi ini, maka penulis menyatakan harapan-harapan

sebagai berikut :

1. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka ada baiknya penulisan ini dijadikan sebagai awal untuk

menelusuri dan mengakaji lebih dalam konsep penetapan harga dalam

Islam. Untuk kesejahteraan bersama dan tidak merugikan satu sama

lain, terlebih lagi dalam hal jual beli makanan yang tiap harinya di

konsumsi oleh tubuh kita masing-masing, olehnya itu untuk menjaga

keseimbangan tubuh kita maka perlu makanan yang sehat alias halal.

2. Penulis berharap bahwa skripsi ini tidak hanya menjadi persyaratan

untuk meraih gelar sarjana S1, melainkan juga sebagai jalan untuk

memperbaiki sistem ekonomi bangsa yang memprihatinkan dengan

keadaan yang ada di sekitar kita yang tak sesuai syariat Islam terutama

kepada keluarga dan diri pribadi. Jadi menurut penulis warung inilah

yang tepat penulis teliti sebagai bukti untuk melanjutkan penulisan

skripsi saya dengan judul penetapan harga jual dalam pandangan ilmu

ekonomi syariah sebagai syarat untuk maju ke ujian Skripsi

3. Dengan adanya penetapan harga sesuai konsep Islam maka akan dapat

menghindarkan diri kita dari sifat menzalimi atau dizalimi antara

sesama muslim. Serta guna menciptakan keadaan yang kondusif dan

harmonis pada setiap orang yang melakukan transaksi jual beli.

Sehingga transaksi jual bali yang kita lakukan itu telah sesuai dengan
59

syariat dan seperti yang di contohkan oleh Rasulullah saw, karena

transaksi yang di lakukannya merupakan suatu ibadah kepada kepada

Allah swt. dengan menolong sesama dengan jalan kebenaran. Dan

semoga di Warung Ayam Panggang Pedas Anak Hj. Rupini ini tetap

menjalankan sesuai konsep Islam.

4. Penulis berharap segala bentuk kekurangan dalam skripsi ini,

penulisannya ataupun kata-katanya yang kurang baku maupun

kebenaranya.hendaknya di sempurnakan sesuai pedoman al-Qur’an

dan al-hadis yang belum sempat penulis cantumkan semua di dalam

skripsi ini.
60

Daftar Pustaka

Ad-Darimy, Sunan Ad-Darimy ( Beirut: Darul Fikri, tth).

Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III

Al-Mishiri Abdul Sami’. Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006).

Alimuddin, dkk. Konsep Harga Jual Kejujuran: Meraih Keuntungan

Menggapai Kemaslahatan. Malang: Jurnal Akuntansi Multiparadigma.

Vol.2 No.1. 2011.

Basori Khabib. Muamalat. Yogyakarta: Pustaka Imam Mandiri, 2007.

Djodjohadikusumo Sumitro, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Cet.1, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1991.Yusuf, Abu. Kitab al-Kharaj. Beirut: Dar

al-Ma’rifah, 1979.

Irawan, dkk. Pemasaran/Prinsip dan Kasus. Edisi II, Yogyakarta: BPFE, 1996

Islahi AA, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Cet, 1; Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1997

Hamdani Ikhwan, Sistem Pasar, Gema Insani, Jakarta, 2003

Karim Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami, Cet.3, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010.

Karim Adiwarman, Kajian Ekonomi Islam Kontemporer, Cet.3, Jakarta, 2003

Khaldum Ibnu, Muqaddimah, Edisi Indonesia, terjemahan. Ahmadi Taha, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2002

Lubis Suhrawardi K, Hukum Ekonomi Islam, Cet.2; Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Muhammad. Pemikiran Ekonomi Islam. Cet. 1, Yogyakarta: Ekonisia, 2003


61

Nejatullah Muhammad Siddiqi, Economic Thought of Abu Yusuf, in Fikr wa

Najjar Aligarh, vol 5, No. 1, Januari 1964

Nejatullah Muhammad Shiddiqi, The Economic Entreprise in Islam, Islamic

Publication, ltd, Lahore, terj. Anas Sidik ,Jakarta : Bumi Aksara, tth

Qardhawi Yusuf. 2000. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Gema Insani Press :

Jakarta, yang diterjemahka oleh Zainal Arifin dan Dahlia Husin dari

Daurul Qiyam wal Akhlam fil Iqtishadil Islami

Sudarsono Heri, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Cet.1; Yogyakarta:

Ekonosia, 2002.

Stanton William. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Cet. II; Jakarta: Erlangga, 1996.

Taymiyah Ibnu, Majmu’ Fatawa Ibnu Taymiyah. Jilid VIII. 1978.

Taymiyah Ibnu, Al-Hisbah Fil Islam. Kairo, Mesir. 1976.

Yusuf Abu. Kitab al-Kharaj. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1979.

http://translate.google.co.uk/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/

wiki/Justprice (Diakses pada tanggal, 31 Juli 2020)

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
dspace.uii.ac.id/handle/
123456789/9784&ved=2ahUKEwiZt7Kv0OX5AhVym9gFHSzBD_AQFnoECAo
QAQ&usg=AOvVaw0M_H5pg5A3LjKjl31yhH4R
(diakses pada tanggal 2 Agustus 2022)

Anda mungkin juga menyukai