Anda di halaman 1dari 15

PERSPEKTIF EKONOMI SYARI’AH TENTANG PRAKTEK PENIMBUNAN

GARAM TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR


(Studi Kasus di Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan Kabupaten
Sampang)

PROPOSAL TESIS

Oleh:
ABD. HARIS
NIM : 220504210030

MAGISTER EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
2020
A. Judul
“Perspektif Ekonomi Syari’ah Tentang Praktek Penimbunan Garam
Terhadap Masyarakat Sekitar (Studi Kasus di Desa Apa’an Kecamatan
Pangarengan Kabupaten Sampang)”

B. Latar Belakang Masalah


Diketahui bahwasanya Al- Qur’an dan Sunnah, merupakan sumber
tuntunan hidup bagi kaum mulimin dan muslimat untuk memperbaiki
kehidupan di dunia dalam menuju kehidupan yang kekal di akhirat nanti. Al-
Qur’an dan Sunnah sebagai panutan manusia dan memiliki daya jangkau dan
daya atur yang universal, artinya meliputi aspek kehidupan manusia dan
selalu ideal untuk masa lalu ini dan yang akan datang. Dalam hal ini, ekonomi
sebagai bidang- bidang kajian ekonomi syari’ah yang bertujuan menuntun
agar manusia berada dijalan yang lurus. Kegiatan ekonomi dalam pandangan
ekonomi syari’ah merupakan tuntunan kehidupan manusia, selain itu anjuran
yang memiliki dimensi ibadah.
Karena itulah, Syariat islam menjadi landasan utama dalam
bermuamalah karena apabila bermuamalah sesuai dengan prinsip syariah
maka tidak akan menimbulkan suatu hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Demikian juga sebaliknya jika dalam bermuamalah tidak sesuai prinsip
syariah maka akan menimbulkan konfilk diantara sesama. Oleh karena itu,
dalam islam pemodal tidak bebas sebagaimana dalam materialistis. Seperti
yang pernah diyakini oleh kaum Syu’ab dahulu, bahwa mereka bebas untuk
mempergunakan harta mereka sesuai keinginan mereka.1
Allah Swt. telah menjadikan harta sebagai salah satu tegaknya
kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan kemaslahatan tersebut,
Allah telah mensyari'atkan cara perdagangan tertentu. Sebab apa saja yang
dibutuhkan oleh setiap orang tidak dapat dengan mudah untuk diwujudkan
setiap saat, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut kadang-kadang manusia
mendapatkannya dengan cara yang batil atau menggunakan kekerasan dan itu
merupakan tindakan yang merusak. Untuk itu perlu adanya sistem yang

1
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 181.

2
memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan apa saja yang dibutuhkan
tanpa harus menggunakan cara yang batil maupun menggunakan cara
kekerasan.2
Disamping itu Allah juga mengatur tata cara bermuamalah yang baik,
seperti yang terdapat dalam firman Allah sebagai berikut:

‫اض ِم ْن ُك ْم َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم‬ ‫ْأ‬


ٍ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تَ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل ِإاَّل َأ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً ع َْن ت ََر‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu."(QS. An-Nisa': 29).3

Dari induksi para ulama terhadap al-Qur'an dan as-sunnah, di temukan


beberapa keistimewaan ajaran muamalah di dalam kedua sumber Perspektif
Islam diantaranya:4
1. Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mengitari
manusia itu sendiri. Hal ini berbeda dengan masalah aqidah dan
ibadah yang bersifat menentukan dan menetapkan secara pasti, tegas
tanpa diberikan kebebasan kreasi untuk melakukannya. Dalam
persoalan mu'amalah, syari'at Islam hanya memberikan prinsip dan
kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh setiap jenis mu'amalah,
misalnya mengandung kemaslahatan menjunjung tinggi prinsip-
prinsip keadilan, jujur, saling tolong menolong, tidak mempersulit,
dan suka sama suka.
2. Bahwa berbagai jenis mu'amalah Perspektif dasarnya adalah boleh
sampai ditemukan dalil yang merlarangnya.ini artinya, selama tidak
ada dalil yang melarang suatu kreasi jenis muamalah, maka muamalah
itu dibolehkan. Namun demikian berbabgai jenis mu'amalah yang

2
Taqyuddin an-Nabhani, membangun sistem ekonomi alternatif perspektif Islam,(Jakarta:
Pustaka Firdaus) h. 149
3
Departemen Agama RI, Syaamil Al- Qur’an Miracle The Reference (Bandung: Sygma Publising,
2010). h. 93
4
Hendi Suhendi, Fiqh Mu'amalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2011) h. 68

3
diciptakan dan dilaksanakan oleh umat Islam tidak bisa terlepas dari
sikap pengabdian kepada Allah SWT.
Dengan demikian, kaidah-kaidah umum yang berkaitan dengan
muamalah tersebut harus diperhatikan dan dilaksanakan. Kaidah-kaidah
umum yang di tetapkan syara' dimaksud, diantaranya adalah:
a. Seluruh tindakan muamalah tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Artinya, apapun jenis muamalah yang dilakukan oleh
seorang muslim harus senantiasa dalam rangka mengabdi kepada Allah
dan senantiasa berprinsip bahwa Allah selalu mengontrol dan
mengawasi tindakan tersebut.
b. Seluruh tindakan muamalah tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai
kemanusiaan dan dilaukan dengan mengetengahkan ahlak terpuji.
c. Melakukan pertimbangan atas kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan
masyarakat. Jika memang untuk memnuhi kemaslahatan bersama harus
mengorbankan kemaslahatan individu, maka hal itu boleh dilakukan.
d. menegakkan prinsip-prinsip kesamaan hak dan kewajiban diantara
sesama manusia.
e. Seluruh yang kotor-kotor adalah haram, baik berupa perbuatan,
perkataan, seperti penipuan, manipulasi, eksploitasi manusia atas
manusia, penimbunan barang, dan kecurangan-kecurangan, maupun
kaitannya dengan materi, seperti minuman keras, babi dan jenis najis
lainnya.
f. seluruh yang baik dihalalkan.
Sistem ekonomi Islam sangat mengutamakan persamaan kesempatan
dan pemerataan distribusi pendapatan. Untuk mencapai persamaan itu, Islam
melarang adanya praktek penimbunan barang dagangan dalam aktifitas
ekonomi, sebab hal itu adalah suatu kezaliman. Penimbunan barang ialah
membeli sesuatu dan menimbunannya agar barang tersebut berkurang di
masyarakat sehingga harganya meningkat dan demikian manusia akan
terkena kesulitan. Penimbunan semacam ini dilarang dan dicegah karena ia
merupakan ketamakan dan bukti keburukan moral serta mempersulit manusia.

4
Praktek Penimbunan garam merupakan salah satu kebiasaan warga
Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan, Kabupaten Sampang, dimana mereka
menimbun garam ketika harga garam murah dan menjual ketika harga garam
mulai naik dalam kurun waktu satu sampai empat tahun, hal ini terjadi pada
bulan Mei sampai Desember pada musim kemarau.
Dalam praktek diatas hanya dilakukan oleh sebagian pengusaha yang
mempunyai gudang atau tempat Penimbunan yang cukup besar. Dimana
mereka menjual garam yang mereka timbun ketika harga garam dipasaran
melonjak naik, yang mana hal ini akan menyebabkan mereka merauk
keuntungan yang sangat besar sekali, pada umumnya garam yang mereka
ditimbun itu dijual diluar pulau madura, walaupun ada sebagian pengusaha
yang menjualnya ke gudang perum atau pengepul garam yang ada dipasar
sekitar.
Pada dasarnya sudah jelas diketahui bahwa ketika permintaan
meningkat dan jumlah barangnya itu terbatas maka secara otomatis harga
akan melonjak naik, ketika penawaran meningkat dan jumlah barang
melimpah maka harga akan turun. Persoalan ini sangat dimanfaatkan oleh
para pengusaha yang memiliki gudang garam untuk melakukan penimbunan.
Akan tetapi dalam prakteknya dalam jual beli garam pengusaha melakukan
dugaan keuntungan untuk mendapatkan harga yang relatif tinggi dengan
memanfaatkan cuaca dan ketika masa musim garam.
Ketika pada masa musim- musimnya garam belum tentu harga garam
melonjak tinggi malahan melonjak turun drastis, jadi setiap pengusaha yang
melakukan penimbunan pasti memiliki resiko yang sangat besar. Salah
satunya dengan melakukan pencampuran garam yang berkualitasnya bagus
dengan garam yang kualitasnya sedang sehingga mempengaruhi kualitas
garam karena jenis garam yang berbeda.

5
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas perlu diadakan penelitian
lebih lanjut tentang praktek Penimbunan garam, apakah masalah diatas sesuai
dengan ketentuan Perspektif Ekonomi Syari’ah, kami menuangkan dalam
sebuah judul skripsi, Tinjauan Perspektif Ekonomi Syari’ah Terhadap Praktek
Penimbunan Garam (Studi kasus di Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan
Kabupaten Sampang).
Karena di Kecamatan Pangarengan itu ada beberapa penimbun garam
yang terkenal dengan Julukan Juragan garam sejak dari dulu sampai sekarang.
Kemudian topik penelitian ini akan dikaji dievaluasi berdasarkan Perspektif
Ekonomi Syariah.

C. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas dan mengetahui beberapa masalah yang akan
dibahas dari obyek dan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Praktek Penimbunan Garam di Desa Apa’an Kecamatan
Pangarengan Kabupaten Sampang?
2. Bagaimana Perspektif Ekonomi Syari’ah terhadap Praktek Penimbunan
Garam di Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yaitu Antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui Praktek Penimbunan Garam di Desa Apa’an
Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang.
2. Menjelaskan Bagaimana Perspektif Ekonomi Syari’ah mengenai Praktek
Penimbunan Garam di Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan Kabupaten
Sampang.

6
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat paling
tidak dalam dua hal :
1. Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun skripsi bagi
penelitian selanjutnya, juga akan menjadi tambahan referensi di masa
yang akan datang.
2. Agar dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya yang ingin
mengetahui tentang Praktik Penimbunan garam di Desa Apa’an
Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang.

F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami Judul proposal
skripsi dan untuk lebih memudahkan memahami penelitian ini, maka perlu
kiranya dijelaskan istilah dan pengertian sebagai berikut :
1. Perspektif Ekonomi Syariah adalah peraturan dari Allah yang berupa
perintah, larangan, anjuran, kebolehan terhadap sesuatu transaksi
perniagaan dan memberikan dampak Perspektif.5
2. Penimbunan Garam adalah menimbun hasil produksi garam dengan
maksud menunggu naiknya harga garam dipasaran yang ditimbun di
gudang Penimbunan garam.

G. Penelitian Terdahulu
Tinjauan pustaka ini pada dasarnya adalah untuk mendapat gambaran
yang jelas tentang hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis
yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak ada
pengulangan.
Dalam penelusuran awal sampai saat ini penulis belum menemukan
penelitian yang menulis Tinjauan Perspektif Ekonomi Syari’ah terhadap
Praktek
Penimbunan Garam. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
pembahasan mengenai Penimbunan sudah ada, yang ditulis oleh Anik
5
https://Harianmuslim.com/hukum-ekonomi-syariah , diakses pada tanggal 29 September 2020
pukul 11:15
7
Listyowati, di fakultas syariah pada tahun 1999. Skripsi yang berjudul
Penimbunan Bahan- bahan Kebutuhan Pokok Sembako Menurut Perspektif
Islam dan Perspektif Positif, penulis memaparkan atau menjelaskan tentang
Perspektif islam dan Perspektif positif terhadap penimbunan terhadap
bahan- bahan kebutuhan pokok seperti padi dan beberapa bahan kebutuhan
pokok lainnya, setelah itu dua Perspektif tersebut diperbandingkan antara
persamaan dan perbedaan.
Sedangkan peneliti membahas tentang tinjauan Perspektif ekonomi
syariah terhadap Penimbunan garam (Studi Kasus di Desa Apa’an Kecamatan
Pangarengan Kabupaten Sampang), dengan demikian pembahasan yang
dibuat oleh penulis dapat dinyatakan keasliannya dan bukan plagiat.

H. Kerangka Teori
Pengertian Ihtikar (penimbunan) adalah menimbun barang dagangan
untuk menunggu lonjakan harga. Secara etimologi ihtikar berasal dari kata
hakara yang berarti az-Zulm (aniaya) dan isa’ah al-mu’asyarah (merusak
pergaulan).6
Menurut Imam Asy Syaukani ahli hadist dan ushul fiqh adalah ihtikar
adalah menimbun barang dagangan dari peredarannya. Imam Al Ghazali
mengartikannya sebagai penjual makanan yang menimbun barang
dagangannya dan menjualnya setelah harganya melonjak. Adpaun menurut
ulama Madzhab Maliki ihtikar adalah Penimbunan barang oleh produsen baik
berupa makanan, pakaian, dan segala barang yang dapat merusak pasar.7

Ketiga pendapat tersebut secara esensi mempunyai pengertian yang sama


Penimbunan barang yang dibutuhkan masyarakat dan memasarkannya setelah
6
Dr. Mardani, 2011, Ayat- Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta:Rajawali Pers),
hal. 198
7
Chuzaimah, Yanggo, Problematikan Hukum Islam Kontemporer (Jakarta : Lembaga Studi Islam
dan Kemasyarakatan,1997) hal. 93.
8
harga melonjak namun dari jenis barang yang disimpan / ditimbun terjadi
perbedaan. Fathi Ad-Dhuraini  memberikan suatu pengertian menurutnya
ihtikar adalah tindakan Penimbunan harta, manfaat atau jasa serta enggan
untuk menjual dan memberikan harta dan jasanya kepada orang lain.
Penimbunan barang aktivitas jual beli hanya kita kenal dalam sistem
ekonomi kontemporer dalam sistem pasar bebas, bagi dunia usaha
kontemporer, penumpukan barang-barang tersebut bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda, bila didistribusikan pada saat
harga naik, dan para konsumen membutuhkannya, transaksi semacam ini
memberi keuntungan bagi penimbun dan merugikan pihak konsumen,
penimbunan barang adalah membeli sesuatu barang kemudian
Penimbunannya dengan maksud agar barang itu berkurang peredarannya
dalam masyarakat sehingga pada suatu waktu harganya akan meningkat, pada
saat harga meningkat, penimbun mengeluarkan barangnya dan
mendistribusikan dengan harga yang tinggi, maka dengan demikian
konsumen tetap akan membelinya karena sedang membutuhkan dan dalam
hal ini apalagi terhadap barang-barang konsumtif yaitu barang-barang yang
merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat banyak yang setiap orang
membutuhkan misalnya beras adalah barang habis dipakai dalam sekali
dipakai.8

8
https://bettylapela.blogspot.com/2013/02/penimbunan-ikhtikar.html diakses pada tanggal 12
September 2020 pukul 05;22
9
I. Metode Penelitian
1. Sumber Data
Ada dua bentuk sumber data dalam penelitian yang dijadikan penulis
sebagai pusat informasi pendukung data yang dibutuhkan dalam penelitian,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu :

1) Data Primer
Data primer, yakni data yang langsung diperoleh dari orang yang
menjadi informan dalam hal ini orang yang secara langsung menjadi
subyek penelitian.9Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan para subjek penelitian atau sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Adapun pihak-pihak yang akan diwawancarai, antara lain :
1. Pengusaha Garam
a. H. Taufiqurrahman
b. H. Ulumuddin
c. Bapak Iskandar
Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi terkait tentang alasan
mereka melakukan penimbunan atau Penimbunan garam.
2. Pegawai
a. Moh. Wasil
b. Moh. Thaha
c. Abdul Karim
d. Ersat
e. Zaifuddin
f. Ahmad Thahiri
Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi terkait tentang alasan
mereka mau berkerja dengan cara melakukan penimbunan. Padahal resiko
yang ditanggung sangat besar.
Dengan sumber data primer ini, maka data yang diperoleh akan
relevan, dapat dipercaya, dan valid. Dalam mengumpulkan data, maka
penulis dapat bekerja sendiri untuk mengumpulkan data atau
9
Dr. Ahmad Tanzeh, M. Pd.I, Metode Penelitian Praktis, (Yoqyakarta: PT Teras, 2011), hlm., 58
10
menggunakan data orang lain. Adapun sumber data primer dari penelitian
ini adalah hasil dari wawancara terkait dengan Praktek Penimbunan
Garam di Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang. Di
Kecamatan Pangarengan ini terdapat Tiga pengusaha yang melakukan
praktek penimbunan.

2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang menjadi bahan penunjang dan
melengkapi suatu analisis Sumber data sekunder yang akan digunakan
dalam skripsi ini adalah buku-buku dan catatan-catatan ataupun dokumen
apa saja yang berhubungan dengan masalah Penimbunan garam.
Adapun dari buku-buku dan catatan-catatan ataupun dokumen,
anatara lain:
a. Al- Qur’an dan Terjemah
b. Kitab- kitab Hadist
c. Kitab kitab Fiqh
d. Fiqh Muamalah
e. Perspektif Ekonomi Syariah (Muamalah)

2. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data secara lengkap maka diperlukan adanya teknik
pengumpulan data.Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik
dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan.adapun teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

A. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan
Metode observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan
secara sistematis. Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan terhadap
kondisi wilayah penelitian secara langsung serta mencatat peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan obyek penelitian. Observasi ini dilakukan
di gudang garam Kecamatan pangarengan Kabupaten sampang untuk
mencari data yang berkaitan dengan demografi dan monografi

11
kependudukan, mengamati langsung obyek penelitian ke Gudang garam
didesa Apa’an, yang disana terdapat tiga pembisnis garam yang akan
dijadikan obyek penelitian oleh penulis dan mencatat secara sistematis
fenomena-fenomena yang akan diteliti.

B. Wawancara
Wawancara yaitu suatu tanya jawab dalam penelitian yang dilakukan
secara lisan, dengan suatu informan yang dapat memberikan keterangan
yang dibutuhkan. Wawancara (interview) dapat diartikan dengan suatu
teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka
dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada
peneliti.Wawancara ini dapat digunakan untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi. Wawancara dalam penelitian kualitatif menjadi
pengumpulan data yang utama.
Dalam hal ini, penulis menggunakan tehnik wawancara semi
terstruktur, dimana dalam pelaksanaannya tidak terlalu formal dan lebih
bebas apabila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan
dilakukan wawancara dengan sistem ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai
diminta untuk memberikan pendapat, hal-hal yang telah dilakukan dalam
praktek penimbunan dan ide- ide yang timbul pada orang yang
diwawancarai.

C. Dokumentasi

12
Dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan masalah yang penulis kaji, baik berupa catatan dan
data-data lain yang bersifat dokumen, Dokumentasi merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh penelitian kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media
tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
yang bersangkutan. Bentuk dokumentasi yang akan disajikan oleh penulis
adalah foto mengenai pembuatan garam, Selain itu mengenai foto
Pengusaha dan Pegawainya. Dan tidak lupa adalah foto saat penulis
melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat.10

3. Teknik Pengolahan Data


Setelah seluruh data terkumpul dari segi lapangan maupun hasil pustaka,
maka dilakuakan analisa data secara kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keserasian dan keselarasan
antara yang satu dengan yang lainnya, relevansi dan keseragamannya
baik satuan maupun kelompok.
b. Koding, usaha untuk mengkategorikan data dan memeriksa data yang
ada dan memeriksa data yang relevan dengan tema riset ini agar lebih
fungsional.
c. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data yang diperoleh
dalam kerangka uraian yang telah direncanakan.

10
Dr. Ahmad Tanzeh, M. Pd.I, Metode Penelitian Praktis, (Yoqyakarta: PT Teras, 2011), hlm.,168
13
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab,
secara detail pada tiap-tiap bab dibagi lagi menjadi sub, yakni :
Bab I : PENDAHULUAN
yang memuat uraian tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II : KAJIAN TEORI
Yang memuat tinjauan umum mengenai Penimbunan garam di
Desa Apa’an Kecamatan Pngarengan Kabupaten Sampang, yakni
tentang Ikhtikar (Penimbunan Barang) dalam islam yang terdiri
dari pengertian, macam, sebab dan akibat terjadi Ikhtikar, dan
juga menurut pendapat para ulama’
Bab III : METODE PENELITIAN
Yang memuat tentang gambaran umum Obyek Penelitian di Desa
Apa’an, Kecamatan Pngarengan Kabupaten Sampang. Serta
menjelaskan pelaksanaan terhadap praktek Penimbunan garam.
Bab IV : PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Yang memuat tentang mengapakah pengusaha muslim atau
pembisnis garam melakukan praktek Penimbunan dalam jual beli,
dan bagaimanakah tinjauan Perspektif ekonomi syariah terhadap
praktek Penimbunan garam berdasarkan di Desa Apa’an,
Kecamatan Pngarengan Kabupaten Sampang.
Bab V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab yang terakhir sekaligus merupakan bab
penutup dari keseluruhan pembahasan-pembahasan yang telah
diterangkan pada bab sebelumnya. Oleh karena itu bab ini berisi
kesimpulan dan saran.

14
K. DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2007
Taqyuddin an-Nabhani, membangun sistem ekonomi alternatif
perspektif Islam
Departemen Agama RI, Syaamil Al- Qur’an Miracle The Reference
Bandung: Sygma Publising, 2010
Hendi Suhendi, Fiqh Mu'amalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
2011
https://jagokata.com/arti-kata/tinjauan/menurutKBBI.html diakses
pada tanggal 13,oktober 2020
Dr. Mardani, 2011, Ayat- Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah,
(Jakarta:Rajawali Pers
Chuzaimah, Yanggo, Problematikan Perspektif Islam Kontemporer
(Jakarta : Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan,1997
https://Harianmuslim.com/Perspektif-ekonomi-syariah,pada tanggal
29 September 2020 pukul 11:15
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Amelias,
2005
https://bettylapela.blogspot.com/2013/02/penimbunan-ikhtikar.html
diakses pada tanggal 12 September 2020 pukul 05;22
Hendro Dermawan, kamus Ilmiah Populer Lengkap Yogyakarta:
Bintang Cemerlang, 2013
Bambang Sunggono, Metode penelitian Perspektif, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1997
Dr. Ahmad Tanzeh, M. Pd.I, Metode Penelitian Praktis, Yoqyakarta:
PT Teras, 2011

15

Anda mungkin juga menyukai