Anda di halaman 1dari 14

KUR 2013.XI.2.

3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 1

KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro- aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu


pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
3.8 Menelaah prinsip-prinsip dan praktek ekonomi dalam Islam.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Mampu menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam
3.8.2 Mampu mengemukakan dalil tentang prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam
3.8.3 Mampu menjelaskan hukum berbagai bentuk transaksi ekonomi Islam
3.8.4 Mampu menjelaskan macam-macam transaksi ekonomi Islam
4.10 Mempresentasikan praktik-praktik ekonomi Islam
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.10.1 Mampu mempresentasikan macam-macam transaksi ekonomi sesuai ajaran Islam

Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam
2. Siswa dapat memberi contoh transaksi ekonomi dalam Islam
3. Siswa dapat mempresentasikan macam-macam transaksi ekonomi sesuai ajaran Islam

PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM


Konsep Dasar
Keadaan keuangan modern saat ini yang banyak dipengaruhi oleh konsep kapitalis dan
sosialis yang banyak membolehkan apa yang dilarang dalam agama Islam, menyadarkan
ummat Islam untuk berusaha mencari suatu alternatif sistem keuangan yang dapat
menghindarkan diri dari berbagai kegiatan dan transaksi yang bertentangan dengan
hukum yang telah mapan dalam Islam.
Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk mewujudkan suatu konsep keuangan (dan
ekonomi) alternatif yang dapat menghindarkan ummat Islam dari berbagai transaksi yang
bersifat paradoks tersebut. Seperti bunga (interest) yang sangat diharamkan dalam ajaran
Islam dan sangat bertentangan dengan Al Qur an dan Al Hadits dilaksanakan dalam
banyak transaksi perbankan dan pasar keuangan modern. Belum lagi elemen gharar
(penipuan) dan maysir (gambling) yang terdapat dalam beberapa kontrak asuransi dan
beberapa pasar keuangan derivatif lainnya, yang menyebabkan kegelisahan di hati
banyak Ummat Islam.
Dengan konsep dasar merujuk kepada Ayat-ayat dan Hadits-hadits yang menolak banyak
kegiatan transaksi dan kontrak ini, beberapa usaha kaum Muslim telah berhasil membuat
suatu konsep dasar keuangan Islam untuk mewujudkan suatu konsep keuangan alternatif
yang berlandaskan Syari’ah yang mereka dambakan selama ini. Bermula dengan usaha
Ahmed El-Naggar pada tahun 1963 di Mesir dengan mendirikan sebuah bank lokal yang
menghindarkan segala transaksinya dari riba (berlandaskan  syar’iah) dan diikuti oleh
banyak usaha akademisi dan praktisi dari kaum Muslim lainnya.
Dan kini, perkembangan keuangan Islam semakin pesat di berbagai belahan dunia Timur
dan Barat, dan semakin diminati oleh banyak orang untuk dipelajari secara lebih
mendalam. Walaupun kenyataannya masih sangat mirip dengan system konvensional
yang ada.
Definisi Ekonomi dalam Islam menurut Para Ahli :
1.   S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-
ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam pencarian dan
pengeluaran sumber-sumber daya, guna memberikan kepuasan bagi manusia dan
memungkinkan mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan
masyarakat.”
2.   M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan social yang
mempelajari permasalahan ekonomi dari orang-orang memiliki nilai-nilai Islam.”
3.   Khursid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah “suatu upaya sistematis untuk mencoba
memahami permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan
permasalahan tersebut dari sudut pandang Islam.”
4.   M.N. Siddiqi, ilmu ekonomi Islam adalah respon “para pemikir muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al
Qur’an dan As Sunnah maupun akal dan pengalaman.”
5.   M. Akram Khan, “ilmu ekonomi Islam bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia
(falah) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar
kerjasama dan partisipasi.”
6.   Louis Cantori, “ilmu ekonomi Islam tidak lain merupakan upaya untuk merumuskan
ilmu ekonomi yang berorientasi manusia dan berorientasi masyarakat yang menolak
ekses individualisme dalam ilmu ekonomi klasik.”
Perbedaan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Konvensional.
Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional,
yang mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen provitnya. Berbeda dengan apa
yang ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen provitnya, yaitu sistem bagi
hasil. Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun
komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu.
Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang
memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim,
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak
boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Dari tataran konsep system ekonomi islam memang oke, akan tetapi dari sisi
pelaksanannya tidak sebaik konsepnya, apalagi bila disbanding dengan system yang
sudah mapan dalam leteratur Kitab Islam terutama yang dikaji dikalangan pondok
pesantren, khususnya dalam hal perbankkan.
Ciri Ekonomi Islam
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak
sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai
produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi.
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi islam menekankan empat sifat, yaitu Kesatuan
(unity), Keseimbangan (equilibrium), Kebebasan (free will) dan Tanggungjawab
(responsibility)
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:
1.   Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada
manusia.
2.   Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3.   Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4.   Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5.   Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan banyak orang.
6.   Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7.   Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8.   Islam melarang riba dalam segala bentuk.

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 2

Dalil Al Qur’an dan hadis Nabi saw. terkait ekonomi Islami


A.   Ayat Al Qur’an:
1.     QS Al Baqarah ayat 275

 ۚ‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬


ü  Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

2.     QS Al Muthaffifin ayat 1 sampai 6

‫ َكالُوهُ ْم‬Y‫ َوِإ َذا‬،‫ون‬ ِ َّ‫ ا ْكتَالُوا َعلَى الن‬Y‫ين ِإ َذا‬


َ ُ‫اس يَ ْستَ ْوف‬ َ ِ‫َو ْي ٌل لِّ ْل ُمطَفِّف‬
َ ‫ الَّ ِذ‬،‫ين‬
،‫ لِيَ ْو ٍم َع ِظ ٍيم‬،‫ون‬ َ ‫ َأاَل يَظُ ُّن ُأو ٰلَِئ‬،‫ُون‬
َ ُ‫ك َأنَّهُم َّم ْبعُوث‬ َ ‫َأو َّو َزنُوهُ ْم ي ُْخ ِسر‬
َ ‫يَ ْو َم يَقُو ُم النَّاسُ لِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬
ü  Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
ü  (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
ü  dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
ü  Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
ü pada suatu hari yang besar,
ü  (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam

3.     QS An Nisa’ ayat 29

َ ‫اط ِل ِإاَّل َأن تَ ُك‬


‫ون‬ ِ َ‫ين آ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْالب‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫ۚ ِإ َّن هَّللا َ َك‬ ‫ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا َأنفُ َس ُك ْم‬ ‫اض ِّمن ُك ْم‬
‫ان بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ ٍ ‫ارةً َعن تَ َر‬ َ ‫تِ َج‬
ü  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu
4.     QS Al Baqarah ayat 282

‫ۚ َو ْليَ ْكتُب‬ ُ‫ين آ َمنُوا ِإ َذا تَ َدايَنتُم بِ َدي ٍْن ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُّم َس ًّمى فَا ْكتُبُوه‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
ْ‫ۚ فَ ْليَ ْكتُب‬ ُ ‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هَّللا‬َ ُ‫ب َكاتِبٌ َأن يَ ْكت‬ َ ‫ۚ َواَل يَْأ‬ ‫بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِبٌ بِ ْال َع ْد ِل‬
َ ‫ۚ فَِإن َك‬ ‫ق هَّللا َ َربَّهُ َواَل يَبْخَسْ ِم ْنهُ َش ْيًئا‬
‫ان‬ ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ُّ ‫َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ْال َح‬
ْ‫ض ِعيفًا َأ ْو اَل يَ ْستَ ِطي ُع َأن يُ ِم َّل هُ َو فَ ْليُ ْملِل‬ َ ‫ق َسفِيهًا َأ ْو‬ ُّ ‫الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ْال َح‬
‫ۖ فَِإن لَّ ْم يَ ُكونَا َر ُجلَي ِْن‬ ‫رِّجالِ ُك ْم‬َ ‫ۚ َوا ْستَ ْش ِه ُدوا َش ِهي َدي ِْن ِمن‬ ‫َولِيُّهُ بِ ْال َع ْد ِل‬
‫ض َّل ِإحْ َداهُ َما فَتُ َذ ِّك َر‬ ِ َ‫ض ْو َن ِم َن ال ُّشهَ َدا ِء َأن ت‬ َ ْ‫ان ِم َّمن تَر‬ ِ َ‫فَ َر ُج ٌل َوا ْم َرَأت‬
‫ۚ َواَل تَ ْسَأ ُموا َأن‬ Y‫ب ال ُّشهَ َدا ُء ِإ َذا َما ُد ُعوا‬ َ ‫ۚ َواَل يَْأ‬ ‫ِإحْ َداهُ َما اُأْل ْخ َر ٰى‬
‫ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َأ ْق َسطُ ِعن َد هَّللا ِ َوَأ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة‬ ‫ص ِغيرًا َأ ْو َكبِيرًا ِإلَ ٰى َأ َجلِ ِه‬ َ ُ‫تَ ْكتُبُوه‬
‫ْس‬ َ ‫اض َرةً تُ ِديرُونَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ ِ ‫ارةً َح‬ َ ‫ون تِ َج‬ َ ‫ۖ ِإاَّل َأن تَ ُك‬ ‫َوَأ ْدنَ ٰى َأاَّل تَرْ تَابُوا‬
‫ُضا َّر َكاتِبٌ َواَل‬ َ ‫ َواَل ي‬ ۚ ‫ ِإ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم‬Y‫ۗ َوَأ ْش ِه ُدوا‬ ‫َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح َأاَّل تَ ْكتُبُوهَا‬
ِّ‫ َوهَّللا ُ بِ ُكل‬ ۗ ُ ‫ۖ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هَّللا‬ َ ‫ۗ َواتَّقُوا هَّللا‬ ‫ق بِ ُك ْم‬
ٌ ‫ فَِإنَّهُ فُسُو‬Y‫ۚ َوِإن تَ ْف َعلُوا‬ ‫َش ِهي ٌد‬
‫َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬
ü  Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan
jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).
Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
5.     QS Al Al Maidah ayat 2

 ۚ‫اونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن‬


َ ‫ۖ َواَل تَ َع‬ ‫اونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َو ٰى‬ َ ‫َوتَ َع‬
ِ ‫ۖ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬ َ ‫َواتَّقُوا هَّللا‬
‫ب‬
ü  Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

6.     QS Al Baqarah ayat 177

‫ب َو ٰلَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ ِ ‫ ُوجُوهَ ُك ْم ِقبَ َل ْال َم ْش ِر‬Y‫ْس ْالبِ َّر َأن تُ َولُّوا‬ َ ‫لَّي‬
‫ال َعلَ ٰى‬ َ ‫ِّين َوآتَى ْال َم‬ َ ‫ب َوالنَّبِي‬ِ ‫آ َم َن بِاهَّلل ِ َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر َو ْال َماَل ِئ َك ِة َو ْال ِكتَا‬
‫ين َوفِي‬ َ ِ‫يل َوالسَّاِئل‬ ِ ِ‫ين َواب َْن ال َّسب‬َ ‫ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
 ۖY‫ون ِب َع ْه ِد ِه ْم ِإ َذا َعاهَ ُدوا‬ Yَ ُ‫ َوآتَى ال َّز َكاةَ َو ْال ُموف‬Yَ‫صاَل ة‬ َّ ‫ب َوَأقَا َم ال‬ ِ ‫الرِّ قَا‬
 ۖ‫ص َدقُوا‬ َ ‫ين‬ َ ‫ك الَّ ِذ‬ Yَ ‫ۗ ُأو ٰلَِئ‬ ‫س‬ ‫ضرَّا ِء َو ِح َ ْأ‬
ِ َ‫ين ْالب‬ َّ ‫ين ِفي ْالبَْأ َسا ِء َوال‬ َ ‫َوالصَّابِ ِر‬
َ ُ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّق‬
‫ون‬ Yَ ‫َوُأو ٰلَِئ‬
ü  Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa

B.   Hadis Nabi saw.:


ِ ‫ ( نَهَى َرسُو ُل هَّللَا‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬-‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما‬ ِ ‫ر‬- َ ِ ‫َو َع ْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللَا‬
‫صلى هللا عليه وسلم َع ْن بَي ِْع اَلصُّ ب َْر ِة ِم َن اَلتَّ ْم ِر ال يُ ْعلَ ُم َم ِكيلُهَا بِ ْال َكي ِْل‬
 ‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ‫اَ ْل ُم َس َّمى ِم َن اَلتَّ ْم ِر‬
ü  Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang jual-beli setumpuk kurma yang tidak diketahui takarannya dengan kurma yang
diketahui takarannya. Riwayat Muslim.

‫ رضي هللا عنه َع ِن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليـه وسلم‬Yَ‫َو َع ْن َأبِي ُأ َما َمـــة‬
‫ فَقَ ْد َأتَى بَابًا‬,‫ فَقَبِلَهَا‬,ً‫ فََأ ْه َدى لَهُ هَ ِديَّة‬,ً‫ ( َم ْن َشفَ َع َأِل ِخي ِه َشفَا َعة‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
 ‫ َوفِي ِإ ْسنَا ِد ِه َمقَا ٌل‬,‫ َدا ُو َد‬Y‫ َوَأبُو‬,‫ َر َواهُ َأحْ َم ُد‬ ) ‫ب اَلرِّ بَا‬ِ ‫َع ِظيما ً ِم ْن َأب َْوا‬
ü  Dari Abu Umamah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Barangsiapa memberi syafa'at (menjadi perantara untuk suatu kebaikan)
kepada saudaranya, lalu ia diberi hadiah dan diterimanya, maka ia telah mendatangi
sebuah pintu besar dari pintu-pintu riba." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud,

‫ال َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬


َ َ‫ــري َْرةَ رضي هللا عنه ق‬ َ ُ‫َو َع ْن َأبِي ه‬
‫ َر ُج ٌل‬:‫ال هَّللَا ُ تعالى ثَاَل ثَةٌ َأنَا خَصْ ُمهُ ْم يَ ْو َم اَ ْلقِيَا َم ِة‬
َ َ‫عليه وسلم ( ق‬
‫ َو َر ُج ٌل اِ ْستَْأ َج َر‬،ُ‫ فََأ َك َل ثَ َمنَه‬, ‫ َو َر ُج ٌل بَا َع ُح ًّرا‬,‫َأ ْعطَى بِي ثُ َّم َغ َد َر‬
‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ُ‫ْط ِه َأجْ َره‬ ِ ‫ َولَ ْم يُع‬,ُ‫ فَا ْستَ ْوفَى ِم ْنه‬, ‫َأ ِجيرًا‬
ü  Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Allah 'Azza wa Jalla berfirman: Tiga orang yang Aku menjadi musuhnya pada
hari kiamat ialah: Orang yang memberi perjanjian dengan nama-Ku kemudian
berkhianat, orang yang menjual orang merdeka lalu memakan harganya, dan orang yang
mempekerjakan seorang pekerja, lalu pekerja itu bekerja dengan baik, namun ia tidak
memberikan upahnya." Riwayat Muslim

‫ ( نَهَى َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا‬:‫ال‬ َ َ‫َو َع ْن َأبِي هُ َري َْرةَ رضي هللا عنه ق‬
‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ) ‫ َو َع ْن بَي ِْع اَ ْل َغ َر ِر‬,‫صا ِة‬
َ ‫عليه وسلم َع ْن بَي ِْع اَ ْل َح‬
ü  Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang jual-beli dengan cara melempar batu dan jual-beli gharar (yang belum jelas
harga, barang, waktu dan tempatnya). Riwayat Muslim.
‫ي صلى هللا‬ َّ ِ‫; ( َأ َّن اَلنَّب‬-‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫ر‬- َ ِ ‫ َو َع ْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللَا‬ 
‫ ِإاَّل‬,‫ َو َع ْن اَلثُّ ْنيَا‬,‫ َو ْال ُم َخابَ َر ِة‬,‫ َو ْال ُم َزابَنَ ِة‬,‫عليه وسلم نَهَى َع ْن اَ ْل ُم َحاقَلَ ِة‬
ُّ‫َّحهُ اَلتِّرْ ِم ِذي‬َ ‫صح‬َ ‫ َو‬,ْ‫اجه‬ َ ‫ َر َواهُ اَ ْل َخ ْم َسةُ ِإاَّل اِب َْن َم‬ ) ‫َأ ْن تُ ْعلَ َم‬
ü  Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang jual-
beli dengan cara muhaqalah (menjual biji atau tanaman dengan borongan yang masih
samar ukurannya), muzabanah (menjual buah yang masih segar dengan yang sudah
kering dengan sukatan), mukhobarah (menyewakan tanah untuk ditanami tumbuhan
dengan syarat si pemilik tanah mendapat keuntungan setengah atau lebih dari hasilnya),
dan tsunaya (penjualan dengan memakai pengecualian), kecuali jika ia jelas. Riwayat
Imam Lima kecuali Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Tirmidzi.
‫ي صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ِ‫س ب ِْن َمالِ ٍك رضي هللا عنه ( َأ َّن اَلنَّب‬ ِ َ‫َو َع ْن َأن‬
ُ‫ َر َواه‬ ) ‫ َو َع ْن بَي ِْع اَ ْل َحبِّ َحتَّى يَ ْشتَ َّد‬,‫ب َحتَّى يَس َْو َّد‬ ِ َ‫نَهَى َع ْن بَي ِْع اَ ْل ِعن‬
‫ َو ْال َحا ِك ُم‬,‫َّان‬
َ ‫َّحهُ اِب ُْن ِحب‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬,‫ي‬ َّ ‫ ِإاَّل النَّ َساِئ‬,ُ‫اَ ْل َخ ْم َسة‬
ü  Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang menjual buah anggur hingga berwarna hitam dan menjual biji-bijian hingga
keras. Riwayat Imam Lima kecuali Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan
Hakim.

‫ي صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ِ‫س ب ِْن َمالِ ٍك رضي هللا عنه ( َأ َّن اَلنَّب‬ ِ َ‫َو َع ْن َأن‬
ُ‫ َر َواه‬ ) ‫ َو َع ْن بَي ِْع اَ ْل َحبِّ َحتَّى يَ ْشتَ َّد‬,‫ب َحتَّى يَس َْو َّد‬ ِ َ‫نَهَى َع ْن بَي ِْع اَ ْل ِعن‬
‫ َو ْال َحا ِك ُم‬,‫َّان‬
َ ‫َّحهُ اِب ُْن ِحب‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬,‫ي‬ َّ ‫ ِإاَّل النَّ َساِئ‬,ُ‫اَ ْل َخ ْم َسة‬
ü  Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang menjual buah anggur hingga berwarna hitam dan menjual biji-bijian hingga
keras. Riwayat Imam Lima kecuali Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan
Hakim.

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 3

Bentuk Praktek Ekonomi Dalam Islam


Sejak dulu dalam dunia Islam sebenarnya telah dikenal beberapa bentuk praktek
ekonomi, yaitu :
A.    Syirkah atau Perseroan
Yaitu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membuka suatu usaha
dengan tujuan membagi keuntungan, dalam hal ini akan dibahas dua bentuk syirkah.
1.     SYARIKAT HARTA
a.     Pengertian Syarikat Harta
Syarikat harta atau disebut dengan syarikat’inan yaitu perjanjian kerjasama antara dua
orang atau lebih untuk melakukan satu bidang usaha dengan modal bersama dan atas
dasar pembagian keuntungan dan kerugian profit and loss) sesuai dengan jumlah saham
masing-masing anggota, hal seperti ini dalam Islam dianjurkan (dibolehkan) sepanjang
dalam garis kebenaran dan ketaqwaan, sesuai dengan firman Allah swt :

ِ ‫اونُوا َعلَى اِإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬


‫ان‬ َ ‫اونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َوى َوال تَ َع‬
َ ‫َوتَ َع‬
Artinya : “Tolong menolong kamu sekalian dalam hal kebaikan dan ketaqwaan dan
jangan tolong menolong dalam hal dosa dan permusuhan ... QS. Al Maidah 2
Islam membolehkan syirkah ini bukan sekedar bertujuan untuk membagi keuntungan,
akan tetapi harus dalam kerangka ketaqwaan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keju-
juran.
ُ
‫ثالث الشـريكين مالم يَ ُخ ْن اح ُدهما صاحبَهُ فأذا‬ ‫ انا‬: ‫قال هللا تعالى‬
ُ
‫ والحاكم‬Y‫خرجت من بَيْـنهـما رواه ابو داود‬ ‫اخانـه‬
Artinya : “Allah swt berfirman : Saya adalah orang yang ketiga dari dua orang yang
berserikat, selama salah seorang dari keduanya tidak menghianati yang lainnya. Jika ia
menghianaatinya maka Saya keluar dari perserikatan keduanya. HR. Abu Daud dan
Hakim
b.     Rukun Syarikat Harta
1.   Adanya siqhat ( lafadl aqad ) atau perjanjian atau tata kerja yang berkaitan dengan
masing-masing anggota syirkah dan modal kerja, jenis usaha dan pembagian keun-
tungan/kerugian.
2.   Adanya orang yang berserikat, bagi masing-masing anggota perserikatan kerja
disyaratkan dalam kondisi aqil baligh, dan tidak karena dipaksa.
3.   Adanya modal yang disepakati bersama, persyaratan modal yang dikumpulkan
harus jelas nilainya dan sudah digabung sebelum dimulainya usaha bersama tersebut.
c.     Syarikat harta dalam kehidupan modern
Syarikat harta pada masa kini antara lain berbentuk PT (perseroan terbaatas), prinsip
dasar dari PT. ini sama dengan syirkah’inan, yaitu modal yang dipakai merupakan
patungan dari beberapa orang, dalam arti setiap anggota memiliki saham (sero) sesuai
dengan kemampuannya.
d.     Keuntungan dan kerugian dalam syirkah.
Dalam kaitannya dengan profit and loss ini, terdapat dua pendapat ulama :
Keuntungan dan kerugian dibagi atau diperhitungkan sesuai dengan jumlah saham yang
dimilikinya.
Berdasar kesepakatan saat mendirikan usaha tanpa harus sesuai dengan saham yang
dimiliki masing-masing anggota.
2.     SYARIKAT KERJA
a.     Pengertian Syarikat Kerja
Yang dimaksud adalah kesepakatan untuk bekerja sama diantara beberapa orang untuk
mengerjakan suatu pekerjaan yang hasilnya dibagi bersama sesuai kesepakatan yang telah
ditetapkan, baik keahlian antara mereka itu sama atau berbeda.
b.     Hukum syarikat kerja.
Dalam masalah ini para ulama ada yang mengatakan boleh, di samping juga ada yang
mengatakan tidak boleh yaitu golongan madzhab Syafi’i.
c.     Faedah syarekat kerja.
Banyak pekerjaan yang sulit atau bahkan tidak mungkin untuk diselesaikaan oleh
perorangan, misalnya membangun rumah, jembatan atau menara. Oleh karenanya
minimal faedah dari syarekat kerja ini adalah untuk memudahkan penyelesaian suatu
pekerjaan, disamping karena keahlian manusia yang beraneka ragam dan jarang sekali
seseorang memiliki keahlian ganda.
Untuk menyelesaikan pembangunan sebuah rumah, maka diperlukan tukang batu, tukang
kayu dan bahkan arsitek, unuk itu bila suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan taanpa
adanya kerjasama dari beberapa ahli, maka kerja sama tersebut merupakan keharusan
untuk dilakukan.
d.     Macam-macam syarikat kerja.
1)     Qiradh
Yaitu kerja sama antara seseorang yang memiliki modal dengan seseorang yang memiliki
kemampuan dan keterampilan di bidang perdagangan. Pemilik modal menyediakan
modal operasional dan yang lainnya menjalankan usaha perdagangan tersebut, sedangkan
keuntungan yang dihasilkan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan, adapun kerugian
yang mungkin diderita ditanggung bersama.
2)     Musaqat
Menurut adalah kerjasama antara seorang pemilik kebun dengan pemelihara kebun,
bahwa dari hasil kebun itu keduanya akan sama mendapatkan bagian sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat bersama. Bentuk kerja sama semacam ini dalam Islam
dibolehkan, seperti yang dipraktekkan sendiri oleh Rasulullah saw. dalam hadits berikut :
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫عن ابن عمر رضى هللا عنه ان النـبي‬
‫ثمـر‬
ٍ ‫ـر بشرْ ِط ما يـَخـ ُر ُج منها من‬َ َ‫َو َسلَّ َم عا َم َل ا ْه َل الخ ْيب‬
‫رواه و مسلم‬ ٍ ْ‫او زر‬
‫ع‬
Artinya : “Dari Ibnu Umar : Sesungguhnya Nabi saw. telah memberikan kebun beliau
kepada penduduk Khaibar agar dipelihara, dengan perjanjian akan diberi sebagian dari
penghasilannya, baik yang berupa buah-buahan maupun hasil tanaman (palawija). HR.
Muslim
3)     Muzara’ah dan Mukhabarah.
Muzara’ah adalah suatu bentuk kerja sama antara pemilik tanah dan penggarap tanah
dengan perjanjian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama antara keduanya, sedang
benih berasal dari penggarap, dan apabila benih tersebut dari pemilik tanah maka disebut
Mukhabarah. Keduanya (Muzara’ah dan Mukhabarah) dibenarkan dalam Islam,
sedangkan kewajiban membayar zakatnya adalah :
a)   Bila memakai cara Muzara’ah maka yang wajib mengeluarkan zakat adalah penggarap,
sebab pada dasarnya dialah yang bercocok tanam karena benih berasal darinya.
b)   Bila memakai cara Mukhabarah maka yang wajib membayar zakat adalah pemilik tanah
sebab bibit berasal darinya. Oleh karenanya pada dasarnya pemilik tanahlah yang
bercocok tanam.
B.     ASURANSI
1.     Pengertian Asuransi
Asuransi adalah jaminan atau pertanggungan yang diberikan oleh penanggung (PT.
Asuransi) kepada tertanggung untuk resiko kerugian seperti yang ditetapkan dalam surat
perjanjian (polis) bila suatu ketika terjadi kecelakaan atau kematian, dengan syarat
tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan kepada pihak penanggung setiap
bulan.
Dalam menyikapi masalah asuransi ini dikalangan para ulama terdapat perbedaan
pendapat, yaitu
1.   Mengharamkan asuransi dalam segala macam bentuknya
2.   Membolehkan semua bentuk asuransi
3.   Mengharamkan yang bersifat komersial dan membolehkan yang bersifat sosial
4.   Syubhat, tidak jelas haram halalnya.
Terjadinya perbedaan di atas oleh karena dalam praktek asuransi dewasa ini terdapat tiga
unsur yang menjadi pangkal perselisihan para ulama’, yaitu :
1.   Adanya unsur gharar yaitu ketidak pastian bentuk akad, sumber dana klain dan
keabsahan syar’i penerimaan uang klain.
2.   Adanya unsur maisir, yaitu untung-untungan yang merupakan unsur mengapa
diharamkann perjudian.
3.   Adanya unsur riba, yaitu apabila asuransi tersebut menginvesta-sikan dana yang
terkumpul dari uang premi yang terkumpul.

KUR 2013.XI.2.3 PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM, bagian 4

B.     ASURANSI
2.   Asuransi yang Islami
Untuk menghindarkan dari perbedaan pendapat di atas tentang hukum asuransi, maka
ketiga unsur tersebut di atas agar ditiadakan sehingga lebih bersifat tolong menolong dan
saling menjamin, tidak ada pihak yang dirugikan sementara yang lain meraih keuntungan.

3.     Macam-macam Asuransi


Ada beberapa jenis asuransi yang telah berpraktek, antara lain :
1.   Asuransi jiwa.
2.   Asuransi jaminan hari tua.
3.   Asuransi bea siswa.
4.   Asuransi barang.
5.   dll
4.     Manfaat Asuransi
1.   Jiwa, yaitu memberikan bantuaan atau santunan sesuai dengan ketentuan kepada
keluarga yang mendapatkan musibah.
2.   Asuransi bea siswa, yaitu memberikan jaminan kepada anak yang dijaminkan untuk
dapat menyelesaikan pendidikannya.
3.   Asuransi jaminan hari tua, yaitu memberikan bantuan biaya hidup kepada peserta
setelah mencapai usia tertentu yang telah disepakati.
4.   Asuransi barang, yaitu memberikan ganti barang atau sejumlah uang yang seharga
dengan barang yang dijaminkan bila suatu saat terjadi kecelakaan yang menyebabkan
rusak/ hilangnya barang tersebut.
C.     R I B A
Pengertian riba yaitu tambahan pembayaran atau pengembalian yang menjadi syarat
orang yang melakukan transaksi. Biasanya tambahan tersebut berupa persentase dari
jumlah pokok dalam transaksi. Riba biasa juga disebut (identik) dengan “bunga”.
Riba dilarang keras dalam Islam (haram), dijelaskan dalam AlQur’an
َ ‫ين َءا َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا الرِّ بَا َأضْ َعافًا ُم‬
‫ضا َعفَةً َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫تُ ْفلِح‬
‫ُون‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu memperoleh untung. QS. Ali
Imron :130
Diterangkan pula dalam hadist Rasulullah saw. dari Jabir :
‫لعن رسول هللاِ آكل الربا ومؤكله وكاتبه وشاهده وقال هم سوا ٌء‬
‫رواه مسلم‬
Artinya : “Rasulullah saw. melaknat orang yang memakan riba, yang mewakilinya,
penulisnya dan kedua saksinya, dan Rasul berkata pula : mereka semua berdosa. HR.
Muslim dari Jabir.
Menurut para ulama, riba terdiri empat macam, yaitu :
1.     Riba Fadl, yaitu riba yang terjadi dari tukar menukar suatu barang yang jenis dan
mutunya sama tetapi berbeda ukurannya. Misalnya menukar emas 24 karat, yang satu 5
gram sedang lainnya 6 gram.
2.     Riba Qordl, yaitu riba yang terjadi dari hutang piutang yang pada saat mengembalikan
barang/hutang tersebut disyaratkan adanya tambahan. Misalnya meminjam uang Rp.
1.000.000,- harus dikembalikan dengan bunga dua puluh persen, sehingga pengembalian
uang menjadi Rp. 1.200.000,-.
3.     Riba Nasi’ah, yaitu tambahan yang harus dibayar oleh orang yang berhutang setelah
batas tempo pengembaliannya telah lewat. Misalnya transaksi dalam utang piutang Rp.
1.000.000,- harus dikembalikan dalam jangka waktu satu bulan. Bila dalam satu bulan
belum bisa mengembalikan, maka waktu selebihnya merupakan waktu lewat batas tempo
yang menjadikan adanya bunga tiga persen sehingga jumlah total pengembalian Rp.
1.030.000,-
4.     Riba Yad, yaitu riba yang terjadi karena barang belum diterima sudah dibayar lebih dulu
dan diantara orang yang bertransaksi telah pula berpisah dari tempat itu. Misalnya dalam
transaksi jual beli kayu bangunan 10 kubik. Si pembeli setelah membayar segera pergi
tanpa melihat lagi jumlah kayu yang diangkut truk seudah sesuai dengan yang ia inginkan
atau tidak sesuai.
Sebab-sebab diharamkannya riba antara lain :
1.     Adanya riba akan mengakibatkan rusaknya ekonomi.
2.     Riba berakibat tidak berkahnya makanan yang dimakan.
3.     Riba menimbulkan ketidaktenangan batin.
4.     Riba merupakan perbuatan yang merugikan karena jelas-jelas akan mendapat
siksa/laknat.

D.    PERBANKAN
Pengertian bank yaitu suatu bagian dari lembaga keuangan yang kegiatannya menangani
pengaturan keluar masuknya uang dengan cara dan administrasi tertentu.
Macam-macam bank :
1.   Bank Sentral. Bank yang didirikan oleh pemerintah yang pusat kegiatannya hanya ada di
ibukota negara. Kegiatannya antara lain menetapkan jumlah uang yang diedarkan.
2.   Bank Umum. Bank yang kegiatannya berupa penghimpunan dan pendistribusian uang
masyarakat melalui simpanan atau utang.
3.   Bank Pembangunan. Bank yang kegiatannya berupa penghimpunan dana yang disalurkan
untuk kegiatan pembangunan.
4.   Bank Swasta. Bank yang didirikan oleh orang-orang luar negeri kegiatannya ada di
Indonesia setelah mendapat izin dari pemerintah (Menteri Keuangan).
5.   Bank Islam. Bank yang didirikan dengan menggunakan kegiatan sesuai syari’at Islam.
Misalnya BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang bagi para peminjam uang tiak akan
dipungut bunga melainkan menggunakan cara bagi hasil yang jumlahnya ditentukan pada
saat transaksi.
Fungsi Bank antara lain :
1.   Pusat penyimpanan uang dan barang-barang berharga.
2.   Sebagai tempat menyiapkan dan menyalurkan uang.
3.   Sebagai tempat untuk tukar menukar uang.
4.   SEbagai tempat untuk mengirimkan uang.
5.   Sebagai tempat untuk pinjam uang (kredit).
Pendapat ulama tentang hukum bank :
1.   Haram, karena dalam kegiatan jasa bank terdapat bunga. Kecuali BMI bukan berupa
bunga melainkan bagi hasil.
2.   Mubah, karena bank bagi masyarakat bisa memberi manfaat pada saat membutuhkan
dalam jumlah besar. Bunga yang ada merupakan bunga yang tidak berlipat ganda.
3.   Syubhat/mutasyabihat, karena jasa bank masih diragukan boleh atau tidaknya menurut
syari’at Islam. Alasan dihukumi syubhat karena meliputi hukum haram dan mubah.

‫اس فَال يَرْ بُو ِعـ ْن َد هللاِ َو َما‬


ِ َّ‫ال الن‬ ِ ‫َو َما َءاتَــيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ ب َُو ِفي َأ ْم َو‬
Yَ ُ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعـف‬
‫ون‬ Yَ ‫ون َوجْ ــهَ هللاِ فَُأولَـِئ‬ َ ‫َءاتَ ْيتُ ْم ِم ْن َز َكا ٍة تُ ِري ُد‬
Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)
ُ‫ون إال َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُه‬ َ ‫ون الرِّ بَا ال يَقُو ُم‬ َ ُ ‫ين يَْأ ُكلـ‬
َ ‫الَّ ِذ‬
ُ‫ك بَِأنَّهُ ْم قَالُوا ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا َوَأ َح َّل هللا‬
َ ِ‫ان ِم َن ْال َمسِّ َذل‬ ُ َ‫ال َّش ْيط‬
‫ْالبَيْـ َع َو َح َّر َم الرِّ بَا فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنــتَـهَى فَلَهُ َما‬
‫ار هُ ْم ِفيهَا‬ ِ َّ‫ك َأصْ َحابُ الــــن‬ َ ِ ‫ف َوَأ ْم ُرهُ ِإلَى هللاِ َو َم ْن َعا َد فَُأولَئــ‬ َ َ‫َسل‬
َ ‫َخالِ ُد‬
‫ون‬
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai