Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


‘PANDANGAN ISLAM DALAM BIDANG EKONAMI
DALAM MENSAHJATERAKAN MASYARAKAT’

Di Susun Oleh :
Nama :+ Nim :
1. Edo Herianto 1722500
2. Lilik setiono 1722500137
3. Sintia 1722500

STMIK ATMALUHUR

PANGKAL PINANG

PROGRM STUDI SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI SISTEM MANAJEMEN INFORMATIKA DAN


KOMPUTER

2018 / 2019

1|PAI (Kel 10)


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat,taufik dan
hidayah-Nya, akhirnya penulisan makalah dengan judul EKONOMI DALAM
PANDANGAN ISLAM ini dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam penulis
peruntukkan bagi Nabi Muhammad SAW., yang telah menuntun dan memberikan
keteladanan kepada umat manusia tentang bagaimana cara menempuh dan mengarungi
hidup dan kehidupan ini secara baik dan benar sesuai dengan yang dikehendaki oleh
Allah SWT.
Penyusunan makalah ini didasari kajian terhadap kebutuhan referensi bagi para
mahasiswa di Fakultas Syariah dan Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kerinci pada
Jurusan Perbankan Syariah. Guna memberikan kontribusi wawasan dalam perkuliahan
di berbagai perguruan tinggi lainnya, yaitu STAIN, IAIN, UIN,PTAIS, PTN dan PTS.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM karya
tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan
sempurna pula. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
kami miliki. Di
mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Semoga makalah ini dapat menjadi khasanah keilmuan dan membawa manfaat
bagi semua pihak.

PENYUSUN

Lilik Setiono Sintia Edo Herianto

1722500137 1722500 1722500

2|PAI (Kel 10)


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan

A Latar Belakang ................................................................................................ 4

B Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C Tujuan ............................................................................................................... 5

Bab II Pembahasan

A Pengertian Ekonomi dalam pandangan Islam ................................................. 6

B Hukum dan Dalil Jual Beli ............................................................................... 7

C Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................................................. 9

D Ekon Macam- Macam Bentuk Jual Beli .......................................................... 10

E Prinsip dan Karakteristik EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM ........ 11


F Tujuan Ekonomi Islam...................................................................................... 16

Bab III Penutup


A Kesimpulan ....................................................................................................... 17

B Saran.. ................................................................................................................ 17

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 18

3|PAI (Kel 10)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari
keduanya. Islam memberikan perlindungan hak kepemilikan individu, sementara “untuk
kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga keseimbangan
kepentingan publik dan individu serta menjaga moralitas”.
Dalam ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang
dihindarkan dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan kepada
anggota masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang
adil, berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja,
tetapi tersebar ke seluruh masyarakat.
Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin. Islam
menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan. Kegiatan
ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta dikuasai
pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah di
antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan
bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam melarang terjadinya
pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi
janji serta menunaikan amanat.
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, menunjukkan adanya
masyarakat muslim yang dengan sadar memilih berintegrasi pada perekonomian
dalam perbankan shari‘ah sebagai implementasi ketaatan beragama, sekaligus sebagai
usaha memenuhi kebutuhan ekonomi.

4|PAI (Kel 10)


B. Rumusan Masalah
Didalam pembuatan makalah ini, penulis mengambil sebuah judul “EKONOMI
DALAM PANDANGAN ISLAM”. Maka penulis mengemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM ?
2. Apa hukum dan dalil jual beli ?
3. Apa rukun dan syarat jual beli ?
4. Apa tujuan ekonomi islam ?
5. Apa prinsip-prinsip EKONOMI DALAM ISLAM ?

C. Tujuan Penulisan
Didalam pembuatan makalah ini, penulis mengambil sebuah judul “EKONOMI
DALAM PANDANGAN ISLAM”. Maka penulis memiliki tujuan penulisan sebagai
berikut :
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian ekonomi dalam pandangan islam.
2. Pembaca dapat mengetahui hukum dan dalil jual beli.
3. Pembaca dapat mengetahui rukun dan syarat jual beli
4. Pembaca dapat mengetahui tujuan ekonomi islam.
5. Pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip ekonomi dalam pandangan islam.

5|PAI (Kel 10)


BAB II
PEMBAHASAN
EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Dalam Pandangan Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur
dalam Islam dengan prinsip illahiyah1[1]. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya
bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan
sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan
kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu
kewajiban karena Allah SWT memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam
Surat At Taubahayat 105:

ِ ‫ُّون ِإلَى عَا ِل ِم ا ْلغَ ْي‬


‫ب‬ َ ‫ست ُ َرد‬ َ ُ‫سولُهُ َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫ون َو‬ ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
‫سيَ َرى ه‬
َ ُ‫ش َها َد ِة فَيُنَ ِبِّئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َمل‬
‫ون‬ ‫َوال ه‬

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nyaserta orang-orang


yang beriman akan melihat pekerjaan itu”.
Jual beli ialah persetujuan saling mengik atantara penjual (yakni pihak yang
menawarkan / menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar / membeli
barang yang dijual).

Ekonomi dalam islam adalah satu kesatuan dengan ajaran islam lainnya.
Ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan aturan shalat, puasa, berumah tangga, dan

6|PAI (Kel 10)


aturan lainnya. Jika ada umat islam yang menganggap dirinya muslim, maka ia tidak
boleh menolak aturan islam dengan aturan ekonomi islam. Islam dan Ekonomi adalah
satu kesatuan yang tidak dipisah satu per satu bagian.

Banyak yang berpikiran bahwa ekonomi berbeda dengan islam. Islam hanya mengatur
ibadah sedangkan tidak mengatur ekonomi. Tentu saja ini keliru. Islam adalah agama
rahmatan lil alamin yang artinya mengatur keseluruhan sektor manusia. Untuk itu
segala aktivitas manusia mengarah pada landasan dan prinsip islam.

Ekonomi dalam Islam diantaranya mengatur hal-hal seperti:

 Cara Berhutang
 Menunaikan Zakat
 Transaksi Jual Beli
 Membeli Mata Uang
 Melarang Riba
 Cara Menunaikan Transaksi dengan Akuntable
 dsb

Untuk itu, ekonomi dalam islam bersifat prinsip-prinsip dasar. Sedangkan teknisnya
tergantung kepada zaman yang berkembang dan teknologi yang digunakan. Selagi tidak
melanggar prinsip dasar ekonomi islam tentu tidak menjadi masalah dan itu di bolehkan
dalam islam.

Misalnya saja, menggunakan online untuk jual beli. Selagi masih ada akad dan
kejelasan barang atau jasa yang ditawarkan serta jelas halal-haramnya barang tersebut,
maka ulama-ulama memperbolehkan.

B. Hukum dan Dalil Jual Beli


Di dalam Islam terdapat dasar hukum dari Al – Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an
yang menerangkan tentang jual beli antara lain:

a. Al Baqarah : 198

7|PAI (Kel 10)


‫ضتُم ِ ِّم ْن ع ََرفَات فَا ْذك ُُروا ه‬
‫َّللاَ ِعن َد‬ ْ َ‫ض اًل ِ ِّمن هر ِبِّ ُك ْم ۚ فَ ِإذَا أَف‬
ْ َ‫ح أَن ت َ ْبتَغُوا ف‬
ٌ ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا‬ َ ‫لَ ْي‬
َ ‫س‬
‫شعَ ِر ا ْل َح َر ِام ۚ َوا ْذك ُُروهُ َك َما َهدَا ُك ْم َو ِإن كُنتُم ِ ِّمن قَ ْب ِل ِه لَ ِم َن ال ه‬
َ ِّ‫ضا ِل‬
‫ين‬ ْ ‫ا ْل َم‬

Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masy’ari lharam .Dan berdzikirlah (dengan menyebut)
Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepada mu; dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar – benar termasuk orang-orang yang sesat.”

b. Al Baqarah : 275

‫س ذَ ِلكَ ِبأَنه ُه ْم‬ َ ‫ش ْي‬


ِّ ِ ‫طا ُن ِم َن ا ْل َم‬ ُ ‫ون ِإال َك َما َيقُو ُم الهذِي َيت َ َخبه‬
‫طهُ ال ه‬ َ ‫الر َبا ال َيقُو ُم‬
ِّ ِ ‫ون‬ َ ُ‫ِين َيأ ْ ُكل‬
َ ‫الهذ‬
‫ظةٌ ِم ْن َر ِبِّ ِه‬ َ ‫الر َبا َف َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع‬ ‫الر َبا َوأ َ َح هل ه‬
ِّ ِ ‫َّللاُ ا ْل َب ْي َع َو َح هر َم‬ ِّ ِ ‫َقالُوا ِإنه َما ا ْل َب ْي ُع ِمثْ ُل‬
َ ‫اب النه ِار ُه ْم فِي َها َخا ِلد‬
‫ُون‬ ْ َ ‫َّللاِ َو َم ْن عَا َد فَأُو َلئِكَ أ‬
ُ ‫ص َح‬ ‫ف َوأ َ ْم ُرهُ ِإلَى ه‬ َ ‫فَا ْنت َ َهى فَلَهُ َما‬
َ َ‫سل‬
Artinya :“Orang - orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jualbeli dan mengharamkan riba. Orang - orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambi lriba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni – penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

c. An Nisa : 29

‫ارةا ع َْن ت َ َراض ِم ْن ُك ْم‬


َ ‫ُون ِت َج‬ ِ ‫ِين آ َ َمنُوا َال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ِبا ْل َب‬
َ ‫اط ِل ِإ هال أ َ ْن تَك‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الهذ‬
‫َو َال ت َ ْقتُلُوا‬
َ ‫َّللاَ ك‬
‫َان ِب ُك ْم َر ِحي اما‬ َ ُ‫أ َ ْنف‬
‫س ُك ْم ِإ هن ه‬

Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

8|PAI (Kel 10)


dengan suka sama - suka di antara kamu. Dan jangan lah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Maka, bila mengacup ada ayat- ayat Al-Qur’an dan Hadis.Hukum jual beli
adalah mubāh (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum julabeli itu bias berubah
menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli


a. Orang yang melaksanakan akan djual beli (penjual dan pembeli) :
- Berakal
- Balig
- Berhakmenggunakanhartanya
b. Segala tata ucapan ijab2[2] dan kabul3[3].
Kerelaan hati antara penjual dan pembeli yang diwujudkan melalui ucapan ijab
(dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli)
c. Barang yang diperjual belikan.
- Barang yang halal.
- Barang tersebut ada manfaatnya.
- Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia.
- Barang itu merupakan milik sipenjual atau dibawah kekuasaannya.
- Barang tersebut diketahui oleh pihak penjual dan pembeli,
d. Nilai tukar barang yang dijual
- Harga jual disepakati penjual dan pembeli
- Nilai tukar barang dapat diserahkan pada waktu transaksi.
- Apabila jual beli dengan cara barter4[4], nilai tukar barang jangan sama dengan
barang haram misalnya, Babi.

9|PAI (Kel 10)


D. Macam- Macam Bentuk Jual Beli

a. Bai’ al
mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga
keuangan yang didasarkan atas prinsip jual-beli.

b. Bai’ al muqayyadah
yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter).
Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi
transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing 5[5](devisa).
Karena itu dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam
valuta asing. Transaksi semacam ini lazim disebut counter trade.6[6]

c. Bai’ al sharf;
yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya.
Mata uang asing yang diperjualbelikan itu dapat berupa uang kartas 7[7](bank

10 | P A I ( K e l 1 0 )
notes) ataupun dalam bentuk uang giral 8[8](telegrafic transfer atau mail
transfer).

d. Bai’ al murabahah
adalah akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian dan keuntungan yang diambil.

e. Bai’ al musawamah
adalah jual-beli biasa, di mana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan
keuntungan yang didapatnya.

f. Bai’ al muwadha’ah
yaitu jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan harga yang lebih
rendah daripada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan
semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva9[9]
tetap yang nilai bukunya sudah sangat rendah.

g. Bai’ as salam
adalah akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang
diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang
disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian
jangka pendek.

h. Bai’ al istishna’
hampir sama dengan bai’ as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana harga atas
barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan

11 | P A I ( K e l 1 0 )
syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi
dan diserahkan kemudian.

E. Prinsip dan Karakteristik EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM


Di dalam Islam, masalah ekonomi diatur secara jelas. Ada beberapa hal teknis
yang islam tidak mengaturnya secara rigid dan manusia bisa mengembangkan ekonomi
tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Namun, ada beberapa hal yang
menjadi prinsip ekonomi islam dan hal ini tidak bisa berubah.
Prinsip ekonomi dan karakteristik islam sepanjang zaman dan perkembagan
zaman tidak akan berubah dan harus diikuti. Hal ini bukan membatasi manusia,
melainkan menjaga hukum ekonomi dan transaksi tersebut dapat saling menguntungkan
dan mendapatkan keadilan darinya.
Berikut adalah prinsip dan karakteristik ekonomi islam yang dapat kita pahami
dan juga terapkan dalam kehidupan keseharian atau bisnis yang kita miliki.
1. Keadilan dan Keseimbangan
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah
janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”
(QS Al-An’am : 152)
Dalam ayat di atas di jelaskan bahwa prinsip ekonomi dalam islam haruslah
menyempurnakan takaran dan timbangan. Artinya, dalam proses ekonomi harus
ada alat ukur dan standart sehingga proses ekonomi bisa dilakukan dengan
seimbang.Misalnya saja ketika orang akan membeli buah maka harus ada
timbangan yang nanti mengukur berapa buah yang didapatkan dan berapa harga
yang harus dibayarkan sesuai nilai buah tersebut. Atau jika ada orang yang ingin
menukar mata uang, maka harus ada kurs yang disepakati terlebih dahulu dan adil
kedua belah pihak.

2. Sama-Sama Menguntungkan

12 | P A I ( K e l 1 0 )
Ekonomi islam mengedepankan prinsip sama-sama menguntungkan. Di
dalam transaksi ekonomi, tidak bisa ada yang saling merugi atau rugi salah
satunya. Untuk itu, transaksi ekonomi dalam islam diatur agar ada kesepakatan
atau akad terlebih dahulu, agar satu sama lain tidak ada yang merasa dirugikan
setelahnya.

Jangan sampai ada transaksi yang baru disadari merugikan setelah


melihat barangnya, setelah digunakan, atau merasa dizalimi setelahnya. Itulah
pentingnya akad jual beli, memilih barang, dan menyepakati harga terlebih
dahulu. Untuk itu, islam mengaturnya agar manusia bertransaksi sama-sama
menguntungkan.

3. Tidak Mencekik Fakir Miskin atau Orang yang Tidak Mampu

Prinsip ekonomi selanjutnya adalah jangan sampai transaksi ekonomi


kita mencekik fakir miskin atau orang yang tidak mampu. Hendaknya orang-
orang yang memiliki harta dan ekonomi berlebih tidak sampai menjadikan fakir
miskin dan orang tidak mampu semakin sulit dan tidak bisa membiayai
hidupnya.

Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Surat Al-An’am diatas. Sering


kali ada orang-orang yang bertransaksi ekonomi lalu mencekik fakir miskin
dengan hutang yang mengandung riba. Tentu saja orang-orang miskin tersebut
sangat kesulitan untuk membayar kebutuhan hidupnya, apalagi harus membayar
bunga dari hutangnya yang sangat mencekik hidupnya.

Bagaimanapun islam mengatur hubungan ekonomi orang yang mampu


dengan tidak. Untuk itu, zakat infaq shodaqoh adalah salah satu cara untuk
menyeimbangkan ekonomi islam agar seimbang diantara keduanya. Dan jika
fakir miskin semakin sedikit dan terbantukan, tentu yang untung adalah semua
umat. Karena semakin banyak yang mampu dan sejahtera, ekonomi pun makin
melesat.

4. Transparansi atau Keterbukaan

13 | P A I ( K e l 1 0 )
Prinsip yang juga harus dipahami oleh umat islam dalam hal ekonomi
adalah trnasparansi dan keterebukaan. Ketika melakukan jual beli misalnya,
maka hendaklah terbuka mengenai kondisi barang atau hal yang diperjual
belikan. Terangkanlah mengenai baik dan cacatnya dan jangan menutup-nutupi
kondisi yang ada.
Efek dari ketidakterbukaan itu tentu membuat yang rugi adalah diri kita
sendiri. tentunya ketidak jujuran membuat orang enggan untuk bisa kembali
bertransaksi dengan kita. Untuk itulah yang dinamakan ketidakberkahan dalam
ekonomi.

5. Pencatatan Transaksi

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak


secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya.” (QS Al Baqarah : 282)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa dalam bermuammalah dan


melangsungkan transaksi ekonomi harus ada pencatatan dan penulisan. Hal ini
agar transaksi ekonomi yang dijalankan bisa sesuai dan tidak terlupakan.
Biasanya seiring berjalan waktu masalah transaksi yang tercatat akan
terlupakan.

Jika masalah pencatatan ini terlupakan, akan berakibat konflik dan


menjadi masalah yang tidak terselesaikan karena tidak ada pencatatan yang
jelas. Untuk itu pentingnya pencatatan dan ilmu akuntansi bisa digunakan untuk
memperjelas masalah transaksi ekonomi.

Itulah prinsip-prinisp dan karakteristik ekonomi islam. Tentunya prinsip


ekonomi islam berbeda dengan prinisp yang cenderung pada kapitalisme,
pembebasan modal, yang cenderung tidak memihak kepada rakyat kecil. Untuk

14 | P A I ( K e l 1 0 )
itu, ekonomi islam haruslah dijaga dan ditegakkan. Karena dampak ekonomi
islam bukan hanya satu pihak melainkan seluruh ummat, rahmatan lil alamin.

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:


1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas – batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya.
6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

F. Tujuan Ekonomi Islam


Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam system Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan -Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Seorang fuqaha10[10] asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah
mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan
sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
1. Jiwa agar setiap muslim biasa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan
lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hokum dan muamalah.
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
a)`Keselamatan keyakinan agama ( al din).

15 | P A I ( K e l 1 0 )
b) Kesalamatan jiwa (al nafs).
c)`Keselamatan akal (al aql).
d)`Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl).
e)`Keselamatan harta benda (al mal).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Islam adalah satu-satunya agama
yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta.
Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah.
Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan
dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia
yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggung
jawabkan.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatu berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

16 | P A I ( K e l 1 0 )
B. SARAN

EKONOMI DALAM ISLAM mengajarkan, seorang muslim harus


memperhatikan ketentuan-ketentuan syari’at, hendaklah menjauhi muamalah dan
usaha-usaha yang buruk yang diharamkan. Rasulullah melarang jual beli, yang
dilakukan dengan cara yang buruk, mendatangkan madharat (bahaya) bagi orang lain,
serta mengambil harta seseorang dengan cara yang bathil.Kebenaran datang dari Allah
semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia yang memiliki
banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk menjauhi segala yang menjadi
laranganNya dan melaksanakan segala perintahNya, meneladani Nabi kita Nabi
Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA

Furqan,Arif.2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi.Jakarta:Lembaga Pendidikan


Fakultas Jurusan Program Studi Ekonomi.

Harahap,S.2011.Etika Bisnis dalam Persepektif Islam.Jakarta:Selemba Empat.


http://agithahardiyani.blogspot.com/
http://artikata.com/arti-330383-ijab.html
http://cananana.wordpress.com/2010/11/09/perekonomian-dalam-islam/
http://databaseartikel.com/ekonomi/keuangan-ekonomi/20118980-jual-beli-dalam-
islam-jenis-atau-macamnya.html
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/10/07/ekonomi-dalam-islam
http://pengertiandancontoh.blogspot.com/2013/03/valuta-asing-apa-itu-valuta-
asing.html
http://viea-cutes.blogspot.com/2011/12/pengertian-uang-kartal-dan-uang-giral.html

17 | P A I ( K e l 1 0 )

Anda mungkin juga menyukai