Anda di halaman 1dari 29

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

(Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam)

MAKALAH

SMA-IT ANDALAN BONE

OLEH KELOMPOK 4
1. Muhammad Yusuf (0062585203)
2. Nur Ira Rahmadani (0072265818)

SMA ISLAM TERPADU ANDALAN BONE


2023/2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I........................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
A.Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. Dalil mengenai Prinsip dan Praktik Ekonomi Dalam Islam......................6
B. Pendapat dari Penulis..................................................................................11
C. Ruang Lingkup.............................................................................................12
1. Pengertian Muamalah..............................................................................12
2. Macam macam Muamalah.......................................................................12
BAB III...................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
A. Kesimpulan...................................................................................................24
B. Saran.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang membahas tentang Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan
dengan Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Bone, 06 April 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menegaskan nilai-nilai keluhuran ilahiah sebagai landasan dalam praktek bisnis
bagi pelaku bisnis muslim. Namun demikian, tidak sedikit pelaku bisnis yang cenderung
mempraktikkan bisnis yang merugikan bagi orang lain bahkan terhadap lingkungan. 1
Penelitian ini mengangkat dua permasalahan. Pertama, apa dalil prinsip dan praktik
ekonomi dalam Islam? Kedua, apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup prinsip dan
praktik ekonomi dalam Islam? Penelitian ini mengulas prinsip dalam praktik bisnis ditinjau
dari perspektif Islam secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan normatif dan merujuk
pada sumber data sekunder. Penelitian ini menyimpulkan, pertama, nilai-nilai moral seperti
keadilan, kejujuran, amanah, profesionalisme, transparan, dapat dipercaya, jauh dari hal
yang haram dan kezaliman merupakan prinsip dasar dalam praktik bisnis bagi pelaku usaha
muslim. Ketiga, prinsip-prinsip tersebut bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah yang
dibingkai dalam kerangka Akidah, Ibadah dan Akhlak
Kemudian, Dalam era globalisasi dan transformasi ekonomi yang cepat, prinsip-prinsip
ekonomi dalam Islam menawarkan alternatif yang penting dalam upaya menciptakan
masyarakat yang adil, berkeadilan, dan sejahtera. Dengan keseimbangan antara aspek
moral dan praktis, ekonomi Islam memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks global
saat ini. Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam prinsip-prinsip dan praktik
ekonomi dalam Islam serta menganalisis dampaknya dalam pembangunan ekonomi dan
sosial.. Dengan menganalisis prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam, kita dapat
memahami bahwa ekonomi Islam bukan hanya sebuah sistem ekonomi, tetapi juga sebuah
filosofi yang mencerminkan nilai-nilai moral dan etika Islam. Dalam menghadapi
tantangan kompleks dan dinamis dalam pembangunan ekonomi dan sosial, ekonomi Islam
memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan
masyarakat yang adil dan berkelanjutan.
1
Alfaqiih, A. (2018). Prinsip-Prinsip Praktik Bisnis dalam Islam bagi Pelaku Usaha Muslim. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM, 24(3)
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan dalil prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam?
2. Apa saja ruang lingkup prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui dalil prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam
2. Mengetahui ruang lingkup dan praktik ekonomi dalam Islam
BAB II

PEMBAHASAN
A. Dalil mengenai Prinsip dan Praktik Ekonomi Dalam Islam
1. Larangan melakukan kegiatan yang mengandung unsur riba
Al-Qur an Surah Al Imran ayat 130:

‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلوا الِّر ٰب ٓو ا َاْض َع اًفا ُّم ٰض َع َفًة ۖ َّو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َۚن‬

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung

Allah ‫ﷻ‬ berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin


memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa
mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang; maka penyelesaiannya adalah
adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia
membayar, maka tidak ada masalah; tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya pada
saat jatuh tempo, maka dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan
masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang yang
pada mulanya sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang
sebenarnya.2

2. Larangan menggunakan cara yang batil atau salah


Tercantum dalam Q.S.An Nisa (4) ayat 29, yang berbunyi:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِإاَّل َأْن َتُك وَن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض ِم ْنُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم‬
‫ۚ ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

2
Muhammad Syamsuddin,”Tafsir At-Thabari tentang Larangan Riba dalam Surah Al-Imran”,September 05,2018,
https://nu.or.id/syariah/tafsir-at-thabari-tentang-larangan-riba-dalam-ali-imran-130-132-fxpSI#:~:text=Dengan
%20demikian%2C%20maka%20esensi%20dari,sebagaimana%20telah%20dijelaskan%20di%20muka.
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa bagi siapa saja orang-orang yang beriman
ingin memperoleh harta maka harus dilakukan atas dasar saling menguntungkan bukan
satu rugi satu untung. Pelaksanaan yang sesuai syariat Islam tidak akan menimbulkan
kerugian kepada pihak lain.

Sehingga kerukunan antar sesama pun akan tercipta karena adanya unsur saling
tolong-menolong dan membantu dengan sesama lainnya tanpa ada unsur paksaan.
Kehidupan masyarakat pun akan lebih adil, damai, dan sejahtera.

3. Larangan menggunakan cara yang zalim


Tercantum dalam sebuah Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi:

. ‫َع ْن َو َال َتَناَج ُش وا َو َال َتَباَغُضوا َو َال َتَداَبُروا َو َال َيِبْع َبْعُض ُك ْم َع َلى َبْيِع َبْع ٍض َو ُك ْو ُنوا ِعَباَد ِهللا ِإْخ َو انًا‬
‫ الَّتْقَو ى َهُهَنا –َو ُيِش ْيُر ِإَلى َص ْد ِر ِه َثَالَث‬. ‫اْلُم ْس ِلُم َأُخ و اْلُم ْس ِلِم َال َيْظِلُم ُه َو َال َيْخ ُذُلُه َو َال َيْك ِذ ُبُه َو َال َيْح ِقُر ُه‬
‫ ُك ُّل اْلُم ْس ِلِم َع َلى اْلُم ْس ِلِم َح َر اٌم َد ُم ُه َو َم اُلُه َوِع ْر ُضُه‬، ‫َم َّراٍت – ِبَح َسِب اْم ِر ٍئ ِم َن الَّش ِّر َأْن َيْح ِقَر َأَخ اُه اْلُم ْس ِلَم‬
‫ َال َتَح اَس ُدوا‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling
memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada
orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah
saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak
mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya
sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina
saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya,
dan kehormatannya.
Dalam ayat diatas dapat kita telaah bahwa orang-orang yang kurang ikhlas,
biasanya akan terkena penyakit kedengkian. Sementara orang yang ikhlas didalam
dakwahnya, dia tidak akan dengki. Justru ketika ia melihat ada yang lebih baik, ada yang
lebih berilmu, dia bersyukur kepada Allah karena keikhlasannya tersebut. Makanya
kedengkian itu akibat daripada menginginkan dunia. Kedengkian itu biasanya karena ingin
dilihat lebih, kedengkian itu biasanya karena dia ingin punya pamor. Karena dia terbiasa
punya pamor, ketenaran, kemudian pamor dan ketenarannya turun karena ada saingannya,
seringkali itu muncul rasa dengki. Itu bagi orang yang tidak ikhlas, bagi mereka yang
menginginkan pamor kehidupan dunia. Tapi orang yang ikhlas tidak seperti itu, dia
bersyukur kepada Allah bila ada yang lebih ‘Alim dari dirinya, yang bisa lebih bermanfaat
untuk manusia.3
Maka Kewajiban orang yang berakal dan bersungguh-sungguh yaitu dia harus siap
untuk menghadapi tindakan-tindakan yang tidak baik dari orang yang hasad kepadanya.
Dan kebanyakan dengki itu muncul dari tetangga atau teman-teman sejawat kalau mereka
jauh dari agama.

4. Larangan memainkan timbangan, takaran, kehalalan, dan kualitas


Tercantum dalam Q.S. Al Muthaffifin ayat 1 – 3, yang berbunyi:
١ ‫َو ۡي ٌل ِّلۡل ُم َطِّفِفۡي َۙن‬
‫اَّلِذ ۡي َن ِاَذ ا اۡك َتاُلۡو ا َع َلى الَّناِس َيۡس َتۡو ُفۡو َن‬
٣ ‫َو ِاَذ ا َك اُلۡو ُهۡم َاْو َّو َز ُنۡو ُهۡم ُيۡخ ِس ُر ۡو َؕن‬
Artinya:

Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!


(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dicukupkan,
dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT melarang hambanya melakukan
penipuan dalam jual beli, terutama mengurangi takaran atau timbangan sehingga
merugikan orang lain. Dampaknya tidak hanya merugikan pihak pembeli tetapi juga
merugikan pihak penjual yaitu menimbulkan kecelakaan/kerusakan, dampaknya tidak
hanya di dunia berupa kerugian usaha dan hilangnya keberkahan rezeki namun juga di
akhirat ketika barang tersebut dijual. Pelaku penipuan dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatan penipuannya dihadapan Allah SWT, maka mereka akan dibalas dengan siksa

3
Radio Rodja,”Larangan Saling Dengki Saling Iri dan S aling Membenci”,Februari 09,2017,
https://www.radiorodja.com/46425-larangan-saling-dengki-saling-iri-hati-dan-saling-membenci/
neraka yang pedih.4 Umat Islam, hendaknya menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai
pedoman hidup, termasuk dalam kaitannya dengan pengelolaan usaha atau bisnis. Namun
pada kenyataannya tidak sedikit para pebisnis muslim yang abai terhadap pedoman bisnis
syariah seperti dalam Al-Quran Al-Mutaffifin ayat 1-3, sehingga keluar dari norma etika
bisnis Islam yaitu larangan berbuat curang.

5. Larangan bermain judi/berspekulasi


Tercantum dalam Q.S.Al Maidah (5) ayat 90, yang berbunyi:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َمِل الَّشْيٰط ِن َفاْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم‬
‫ُتْفِلُحْو َن‬

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi,


(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji
(dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.

Melalui ayat ini, Allah memerintahkan kaum mukmin untuk menjauhi perbuatan
setan. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, kitab-Nya, dan Rasul-Nya!
Sesungguhnya minuman keras, apa pun jenisnya, sedikit atau banyak, memabukkan atau
tidak memabukkan; berjudi, bagaimana pun bentuknya; berkurban untuk berhala,
termasuk sesajen, sedekah laut, dan berbagai persembahan lainnya kepada makhluk
halus; dan mengundi nasib dengan anak panah atau dengan cara apa saja sesuai dengan
budaya setempat, adalah perbuatan keji karena bertentangan dengan akal sehat dan nurani
serta berdampak buruk bagi kehidupan pribadi dan sosial; dan termasuk perbuatan setan

4
Al-Bukhary. (1987). Al-Jami’ Ash-Shohih. Kairo: Daarus Sa’ab.

Al-Hakim, A.-N. (1990). Al-Mustadrak. Beirut: Daarul Kutub Al-Ilmiyyah.

An-Nasaai, A. A. (1986). Al-Mujtaba Min Sunan. Aleppo: Maktab Al-Matbuaat Al-Islamiyyah.

At-Tirmidzi, A. I. (1996). Sunan At-Tirmidzi. Beirut: Daarul Al-Gharb Al-Islamiy.


yang diharamkan Allah.5 Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu dalam kehidupan pribadi
dan kehidupan sosial dengan peraturan yang tegas dan hukuman yang berat agar kamu
beruntung dan sejahtera lahir batin dalam kehidupan dunia dan terhindar dari azab Allah
di akhirat.

6. Larangan melakukan transaksi barang-barang yang haram


Tercantum dalam sebuah AL-Bukhari, yang berbunyi:

‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد َبُن َبَّش ا ٍر َح َّد َثَنا ُغْنَد ُر َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َع ْن َم ْن َم ْنُص ٍر َع ْن َأ ِبِي ا لُّض َح ى َع ْن َم ْسُر و ٍق َع ْن‬
‫َعا ِئَشَة َر ِض َي ا ُهَّلل َع ْنَها َقا َلْت َلَّم ا َنَز َلْت آ ِخ ُر ا ْلَبَقَر ِة َقَر َأ ُهَّن ا لَّنِبُي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َلْيِه ْم ِفي‬
‫ا ْلَم ْس ِج ِد ُثَّم َح َّر َم ا لَّتَج ا َر َة ِفي ا َنْم ِر‬

Artinya:
Dari Aisyah, ia berkata: “Ketika turun akhir surat al-Baqarah, Nabi membacakanya pada
sahabat di masjid kemudian mengharamkan perdagangan khomer.” (Matan lain: Muslim
2985, Nasa’i 4586, Abi Daud 3086, Ahmad 23063)
Sebagaimana dikutip dari Aisyah radhiallahuanhu dalam hadis Muslim, Ahmad,
Nasa’I, dan Abi Daud, disebutkan bahwa Nabi membacakan ayat terakhir surat Al-
Baqarah dan mengumumkan kepada para sahabat di masjid bahwa perdagangan khomer
adalah haram hukumnya.6

Jual beli gharar (ketidakjelasan). Jadi ia tidak boleh menjual ikan di air, atau anak
hewan yang masih dalam perut induknya atau buah-buahan yang belum masak, biji-
binijan yang belum mengeras atau menjual barang tanpa penjelasaan sifatnya. Sabda
Rasulullah SAW. “Janganlah kalian membeli ikan di air, karena itu gharar.” (HR.
Mutaffaqun ‘alaih).7

5
Qur an NU,”Tafsir Wajiz Al-Maidah Ayat 90”,April 05,2024, https://quran.nu.or.id/al-ma'idah/90
6
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/
7
Fitri,Hadis tentang Larangan dalam Jual Beli,2017 https://ukhtyfitriaa.wordpress.com/2017/10/17/hadis-
ekonomi-hadis-tentang-larangan-larangan-dalam-jual-beli/
B. Pendapat dari Penulis
Hakikat tauhid dalam Islam sendiri adalah penyerahan diri secara bulat kepada
kehendak Allah, baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Dari sudut pandang tauhid,
manusia diciptakan sebagai khalifah atau wakilnya di muka bumi. Sumber daya alam yang
diciptakan harus dimanfaatkan demi terpenuhinya kebahagiaan seluruh umat manusia.
Implikasi dari pandangan tersebut adalah adanya pandangan persaudaraan universal yang
kemudian memunculkan kesetaraan sosial dan menjadikan sumber daya alam sebagai
“amānah” Tuhan pencipta alam semesta 8. Pandangan ini tidak akan terwujud secara
substansial jika tidak dibarengi dengan keadilan sosial ekonomi. Penegakan keadilan dan
penghapusan segala bentuk ketidakadilan telah ditekankan dalam Al-Qur'an sebagai misi
utama utusan Allah. Berdasarkan landasan tersebut, harus ada keseimbangan seluruh faktor
ekonomi dalam praktik dan pelaksanaan ekonomi.
Kemudian,perilaku ekonomi yang salah tentunya akan berdampak pada kinerja
perekonomian suatu masyarakat. Sebagai sebuah agama, Islam menyadari hal ini dan
mengetahui bahwa pelanggaran ekonomi harus didiagnosis. Islam menganjurkan agar rezeki
ekonomi terwujud, sumber daya manusia dan alam harus dieksplorasi secara maksimal.
Rezeki ekonomi adalah tujuan bagi negara mana pun. Dan Islam mendukung kebijakan
menuju rezeki itu. Fakta bahwa Islam mencintai masyarakat yang kuat berarti bahwa agama
ini mendukung kebijakan ekonomi yang sehat yang akan berupaya mewujudkan masyarakat
sejahtera. Al-Quran menyatakan bahwa seseorang harus menjelajahi dunia dan mencari
rezeki Tuhan. Untuk?menjelajahi dunia? adalah perintah ilahi. 9 . Dalam Islam, bekerja
merupakan salah satu bentuk ibadah. Oleh karena itu, ini bermanfaat. Namun Islam juga
menganjurkan agar kita mengembangkan sistem perekonomian yang komprehensif, holistik,
realistis, berkeadilan, bertanggung jawab, dan seimbang agar rezeki perekonomian kita dapat
terwujud. Islam meyakini bahwa tujuan dari setiap rezeki ekonomi adalah terwujudnya
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Semua anggota masyarakat tanpa memandang ras, agama
dan warna kulit harus mengambil manfaat dari rezeki itu.

8
Maghfur, Ifdlolul. “Membangun ekonomi dengan prinsip tauhid.” MALIA: Jurnal Ekonomi Islam 7, no. 2 (2016):
213-240.
9
Anwar, Moch. Khoirul. “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”. Islamica: Jurnal Studi Keislaman 3, no. 1 (September 3,
2008): 26-35.
C. Ruang Lingkup
1. Pengertian Muamalah
Muamalah adalah istilah lain dari transaksi dalam sistem perekonomian Islam.
Pengertian muamalah sendiri merupakan kegiatan tukar-menukar yang memberi manfaat
tertentu atas barang atau sesuatu yang ditukarkan. Banyak kegiatan yang tercakup dalam
muamalah.10

Beberapa di antaranya adalah kegiatan transaksi jual-beli barang di mana ada


pertukaran antara uang dan barang, hutang-piutang, pinjam-meminjam, hingga sewa-
menyewa. Bahkan kegiatan muamalah juga mencakup semua urusan seperti bercocok
tanam, berdagang, berserikat, dan lainnya.

Tidak terkecuali dalam hal usaha dan permodalan, keduanya masih termasuk
dalam kegiatan muamalah. Setiap kegiatan muamalah yang dilakukan diatur secara jelas
dalam Al Quran agar tidak sampai terjerumus dalam proses riba yang dinyatakan haram.

2. Macam macam Muamalah

a) Jual-Beli

Kegiatan jual-beli artanya suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat kesepakatan


tukar-menukar benda yang ingin dimiliki oleh pembeli dengan harga yang sesuai
seperti yang ditawarkan oleh penjual.

Praktik jual beli telah dipraktikan jauh sebelumnya oleh manusia, mulai dari
praktik jual beli yang sangat sederhana dan bahkan jual beli yang menggunakan
kecanggihan alat-alat yang telah diciptakan manusia dari zaman ke zaman.11

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan diikuti oleh pelaku jual-beli dalam
agama Islam agar praktiknya sesuai syariat, di antaranya:

10
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/
11
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/
1) Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di mana keduanya
harus halal dan suci, bermanfaat, barang dapat diserahterimakan, dan kondisi
barang diketahui oleh pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.
2) Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri
tanpa unsur paksaan.
3) Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual, “Saya menjual
benda ini kepada Anda dengan harga…” Lalu dijawab oleh pembeli, “Baik,
saya akan membeli benda ini dengan harga yang telah disebutkan.”12

b) Khiyar

Secara lughah (bahasa), khiyar berarti; memilih, menyisihkan atau menyaring.


Secara semantik kebahasaan, kata khiyar berasal dari kata khair yang berarti baik.
Dengan demikian khiyar dalam pengertian bahasa dapat berarti memilih dan
menentukan sesuatu yang terbaik dari dua hal (atau lebih) untuk dijadikan pegangan
dan pilihan. Sedangkan menurut istilah, khiyar adalah; hak yang dimiliki seseorang
yang melakukan perjanjian usaha (jual-beli) untuk menentukan pilihan antara
meneruskan perjanjian jual-beli atau membatalkannya.

Khiyar merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
melaksanakan berbagai aktifitas bisnis, khususnya dalam persoalan jual beli. Saking
pentingnya persoalan ini, maka para ulama fikih (fuqaha’) membahasnya secara
panjang lebar dalam pembahasan tersendiri.13
Khiyar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1) Khiyar Majelis

Khiyar majlis adalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembeli
masih berada di tempat jual beli. Jika penjual dan pembeli sudah berpisah
maka hak khiyar sudah tidak berlaku lagi. Penjual sudah tidak bisa

12
Azqia, H. (2022). JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Al-Rasyad, 1(1), 63-77. Retrieved from
http://jurnal.iaihnwpancor.ac.id/index.php/alrasyad/article/view/534
13
Wahbah Az-Zuhaili ,Al-Fiqhu Al-Islami Wa Adillatuhi, Juz. IV, hlm. 519-522, Damaskus, Dar Al-Fikri, cet. Ke-2
th.1985.
membatalkan transaksi jual beli sebagaimana pembeli tidak dapat meminta
kembali uangnya walaupun sudah mengembalikan barang.

Ukuran berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan yang berlaku di


suatu daerah. Salah satu contoh dari khiyar majlis dalam kehidupan sehari-
hari adalah pernyataan penjual bahwa “barang yang sudah dibeli tidak dapat
dikembalikan”.

2) Khiyar Syarat

Khiyar syarat adalah hak penjual atau pembeli atau keduanya untuk
melanjutkan atau membatalkan transaksi jual beli selama masih dalam masa
tengggang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Adapun
ketentuan khiyar syarat sebagai berikut:

a. Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam
yang dimulai sejak terjadinya akad. Namun hal tersebut tergantung
kesepakatan antara kedua belah pihak.
b. Jika masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa
c. Hak khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli
meninggal dalam masa khiyar maka barang menjadi milik ahli
warisnya atau jika penjual yang meninggal dalam masa khiyar,
maka kepemilikan barang secara otomatis menjadi hak pembeli.
d. Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara
cermat. Salah satu contoh khiyar syarat dalam kehidupan sehari-
hari adalah pembeli berkata: “Saya membeli radio ini jika anak
saya suka, tetapi jika anak saya tidak suka maka jual beli ini
” Kemudian penjual menjawab: “Ya, saya setuju dengan
kesepakatan tersebut.”14

14
Humas Universitas An-Nur Lampung,” Pengertian Khiyar, Dasar Hukum, Macam-macam Khiyar dan Hikmah
Khiyar”,November 23,2022, https://an-nur.ac.id/pengertian-khiyar-dasar-hukum-macam-macam-khiyar-dan-
hikmah-khiyar/#Macam-macam_Khiyar
3) Khiyar Aibi

Maksud dari khiyar ini adalah pembeli mempunyai hak pilih untuk
membatalkan akad jual beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada
barang yang dibelinya. Cacat barang tersebut dapat mengurangi manfaat
barang yang dibeli. Rasulullah Saw. bersabda:

”Dari Aisyah Ra. bahwa sesungguhnya seorang laki-laki membeli


budak dan telah tinggal bersamanya beberapa waktu, kemudian ditemukan
cacat pada budak tersebut, lalu hal itu diadukan kepada Nabi Saw. Maka
Nabi Saw. memerintahkan supaya budak itu dikembalikan kepadanya.” (HR.
Abu Dawud).

Adapun syarat barang disebut cacat antara lain:

a. Cacat barang yang dibeli merupakan hal yang penting

Contohnya adalah membeli kambing untuk kurban ternyata


telinganya sobek. Hal ini bisa membatalkan kurban yang
dilakukan.

b. Cacat yang ada sulit


c. Cacat barang terjadi ketika barang masih di tangan penjual.

Haram hukumnya bagi penjual untuk menjual barang yang cacat


tanpa menjelaskan cacatnya kepada pembeli15

4) Khiyar Ru’yah

Hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau


membatalkannya, karena obyek yang dibeli belum dilihat ketika akad
berlangsung. Khiyar ru’yah ini berlaku untuk pembeli, bukan untuk
15
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/
penjual.16 Pengertian ru’yah dalam konteks ini ialah mengetahui dan
melihat sesuatu menurut cara yang seharusnya, bukan hanya sekedar
melihat saja tetapi juga meneliti, membuka dan membolak-balikkan.
Kalau sekedar melihat saja Yaitu, maka bukan dinamakan ru’yah.

c) Riba

Riba merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang


sejak zaman jahiliyah hingga sekarang. Sistem pinjam meminjam yang berlandaskan
bunga ini sangat menguntungkan kaum pemilik modal dan disisi lain
telah menjerumuskan kaum dhufa pada kemelaratan. Oleh karena itu, Islam melarang
praktik riba dan menumbuhkan tradisi shadaqah agar tidak ada yang teraniaya akibat
riba. Persoalan tentang kesamaan antara praktik bunga dengan riba yang diharamkan
dalam Al Qur’an dan hadits sulit dibantah bila ditinjau dari besar kecilnya mudharat
yang ditimbulkannya. Namun pemahaman masyarakat muslim terhadap konsep riba
dan persamaannya belumlah merata sehingga masih banyak umat Islam bermuamalah
dengan bank konvensional yang memakai sistem bunga dalam segala aspek
kehidupannya, termasuk dalam pengumpulan dana ibadah haji. Riba diharamkan
dalam agama Islam dan hal tersebut secara tegas diatur dalam Al Quran. Hal ini
dikarenakan pengertian riba sendiri merupakan nilai bunga uang yang dilebihkan dari
penukaran barang atau pinjam-meminjam uang.17

Dalam peraturan ekonomi syariah, riba pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis
sebagai berikut:

1) Riba Qordi merupakan proses pinjam-meminjam uang di mana sang


peminjam harus mengembalikan nilai uang yang dipinjam ditambah dengan
bunga/lebihnya.
2) Riba Fadli merupakan proses pertukaran barang yang jenisnya sama namun
takaran timbangannya berbeda.

16
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/

17
Saifullah Abdusshamad, “Pandangan Islam Terhadap Riba”,2014,
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/IQT/article/view/137
3) Riba Nasi’ah merupakan prosesi akad jual-beli yang mana penyerahan barang
yang dibeli dilakukan beberapa hari kemudian.
4) Riba Yadi merupakan akad jual-beli barang-barang yang sama jenisnya dan
sama timbangannya, namun saat melakukan proses serah terima penjual dan
pembeli berada dalam posisi yang terpisah.18

d) Utang-Piutang

Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau


benda kepada seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan
dikembalikan dalam kurun waktu tertentu,dan sering kali membawa dampak pada
krisis keuangan global dan mengakibatkan kondisi keuangan perorangan dan
keluarga mengalami ketidak-stabilan.19 Banyak yang mendadak menjadi miskin
atau sebaliknya banyak yang mendadak menjadi kaya. Akibat selanjutnya secara
empirik banyak orang yang menjual hutang atau piutangnya kepada orang lain
dengan uang cash karena terdesak oleh kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Ada pelaku yang melakukan utang dan yang memberi piutang


2) Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang
3) Ada akad kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang20

Dalam pelaksanannya agar menjauhi riba maka barang atau harta yang
dikembalikan harus sesuai dengan yang dipinjam. Jika ada kelebihan yang
diberikan oleh si pembayar utang atas kemauannya sendiri, maka harta atau
barang tersebut halal.

18
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/

19
Sonafist, Y. . (2022). UTANG PIUTANG DALAM PERSPEKTIF FIQIH. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 9,
18–27. https://doi.org/10.32694/qst.v9i.1180

20
Humas Universitas An-Nur Lampung,” Pengertian Hutang Piutang, Rukun dan Syarat, Ketentuan, Tambahan
dalam Hutang piutang adab dan Hikmahnya,November 24,2022, https://an-nur.ac.id/pengertian-hutang-piutang-
rukun-dan-syarat-ketentuan-tambahan-dalam-hutang-piutang-adab-dan-hikmahnya/
#Rukun_dan_Syarat_Hutang_Piutang
Sebaliknya, jika orang yang memberi piutang meminta tambahan saat harta
atau barang dikembalikan, maka tambahan tersebut haram hukumnya. Hal ini
dikarenakan tidak ada kesepakatan yang disetujui bersama sebelumnya.

e) Sewa-Menyewa

Dalam Islam, istilah sewa-menyewa disebut dengan ijarah. Ijarah ini


dilakukan dengan cara memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang
menyewakan barang atau benda kepada orang lain.

Singkat nya, Sewa menyewa adalah praktik umum di mana seseorang atau
sebuah entitas menyediakan barang atau jasa untuk digunakan oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran yang disepakati. Konsep ini
merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan memiliki implikasi
yang luas dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan hukum. Ada
beberapa syarat dan rukun ijarah yang harus dipenuhi, di antaranya:

1) Proses transaksi sewa-menyewa harus dilakukan karena memang atas


kemauan masing-masing
2) Baik yang menyewakan maupun yang menyewa harus sama-sama berakal
sehat dan baligh
3) Keadaan dan sifat barang harus ditentukan sedari awal
4) Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak penyewa
atau wali penyewa selama kurun waktu yang telah disepakati bersama
5) Harus disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan
barang tersebut.
6) Ada kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya
7) Kedua belah pihak harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari
barang tersebut21

Sewa-menyewa tidak hanya dalam hal barang, namun juga kontrak tenaga
kerja. Ada kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja.

21
. Dr. Qodariah Barkah, M.H.I. Zuul Fitriani Umari, M.H.I.,Sejarah Ekonomi Islam,(Jakarta:Kencana,2021)ctk 01,hlm
04
Kesepakatan tersebut terkait dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji,
sistem pembayaran, dan tunjangan-tunjangan.

Pemikiran dan prinsip ekonomi Islam lainnya yang berhubungan dengan


bidang ekonomi, manajemen, dan keuangan dapat Grameds temukan pada buku
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.

f) Syirkah

Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang
sama-sama melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Jika dilihat secara bahasa,
pengertian syirkah artinya al-ikhtilat (percampuran) atau persekutuan dua orang
atau lebih yang mencampurkan hartanya untuk dikelola, dan keuntungan serta
kerugiannya ditanggung bersama secara proporsional atau sesuai kesepakatan.

Dalam artian lain menurut Imam Maliki, syirkah adalah izin untuk
mendayagunakan (tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama
oleh keduanya. Pada kondisi tersebut, mereka saling mengizinkan kepada salah
satu pihak untuk mendayagunakan harta, dengan masing-masing pihak memiliki
hak untuk melakukan hal tersebut.22

Syirkah terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu:

a. Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak
atau lebih tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya
kontribusi kerja
b. Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling
memberi kontribusi baik dalam hal modal maupun kerja
c. Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan
kedudukan, keahlian, dan ketokohan seseorang
d. Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua
belah pihak dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah
disebutkan sebelumnya23
22
Sharia Knowledge Centre, Memahami Konsep Kerjasama Bisnis dalam Hukum Islam,November 15,2022,
https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/pengertian-syirkah/
23
Humas Universitas An-Nur Lampung,”Macam Macam Syirkah dan Contoh Syirkah,Desember 09,2022, https://an-
nur.ac.id/macam-macam-syirkah-dan-contoh-syirkah/
Melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep syirkah, umat Islam
dapat memastikan bahwa aktivitas ekonomi mereka sejalan dengan nilai-nilai
etika dan moral yang diajarkan oleh Islam. Dengan demikian, konsep syirkah
tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya Islam, tetapi juga menjadi
sumber inspirasi bagi pembangunan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

g) Mudharabah

Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak
pertama sebagai penyedia modal atau shahibul mal, dan pihak lainnya sebagai

pengelola atau mudarrib.Di era new normal saat ini, banyak Negara yang
kesulitan dalam mempertahankan perekonomiannya, diakibatkan oleh virus covid
19 yang terus menyebar diseluruh dunia. Salah satu Negara yang kini masih terus
mempulihkan perekonomian masyarakatnya adalah Indonesia. Indonesia terus
memcoba untuk mempertahankan perekonomiannya agar tidka terlalu jatuh, tetapi
pada kenyataanya, hal tersebut tidak dapat bertahan lama. Hal tersebut dapat
dilihat dari instrument terkecil yang sekarang terus menjadi pusat perhatian
pemerintah, yaitu pengusaha atau UMKM. Meskipun UMKM merupakan
instrument kecil dalam pengembangan atau mempertahankan perekonomian,
tetapi instrument tersebut memiliki dampak yang sangat kuat untuk
mempertahankan perekonomian. Untuk itu instrument syariah dengan
menggunakan akad mudharabah atau kerjasama bagi hasil, dapat menjadi
alternative pemerintah dalam melakukan kerjasama antara masyarakat atau
UMKM, guna untuk mempertahankan perekonomian Indonesia di era new normal
saat ini. Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang
didapatkan, yaitu:

1) Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi


oleh waktu, jenis usaha, dan tempat usaha.
2) Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara
pemilik modal dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada
batasan baik dari segi waktu, jenis usaha, maupun tempat usaha.24
Konsep mudharabah adalah salah satu pilar utama dalam ekonomi Islam.
Melalui mudharabah, terjadi kerjasama antara pemilik modal dan pengelola modal
dalam sebuah usaha bersama, di mana keuntungan dan risiko dibagi sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya.

h) Musaqah

Musaqah merupakan kerja sama yang dilakukan antara petani dan pemilik
kebun.Jenis kesepakatannya yaitu pemilik kebun menyerahkan tanahnya kepada
petani untuk dikelola dan nati hasil panennya akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama.Jenis Musaqah dibagi menjadi dua yaitu:

1) Muzara’ah adalah kerjasama yang dilaukan dalam bidang pertanian antara


petani yang menggarap sawah yang menyediakan benih tanaman dan
pemilik lahan itu sendiri.
2) Sedangkan Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan petani,
namun benih disediakan oleh pemilik tanah.25

Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang konsep musaqah


dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pengembangan pertanian berkelanjutan
dan beretika, serta memperkuat hubungan antara pemilik tanah dan petani untuk
mencapai kesejahteraan bersama.

i) Perbankan

Bank identik sebagai tempat penyimpanan uang. Pengertian bank sendiri


merupakan lembaga keuangan yang memiliki tugas menghimpun dana dari
24
Pradesyah, R. (2021). Mudharabah Di Era New Normal. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan
Humaniora, 1(1), 909–913. https://doi.org/10.53695/sintesa.v1i1.430
25
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/
masyarakat lalu disalurkan menggunakan sistem bunga. Ada dua jenis bank yang
saat ini berada di tengah-tengah masyarakat, yaitu:

1) Bank Syariah/Islam merupakan lembaga keuangan yang menjalankan


operasionalnya dengan sistem syariah Islam dan memenuhi syarat yang
bersih dari riba.
2) Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi
untuk menghimpun dana dan disalurkan kepada yang memerlukan dengan
sistem bunga.26

j) Asuransi Syariah

Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti
perlindungan, pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga
merupakan bagian dari transaksi muamalah yang mana dasar hukumnya adalah
boleh (jaiz) dengan syarat dan ketentuan tertentu.

Asuransi merupakan upaya untuk saling melindungi pada sejumlah orang.


Asuransi yang sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat saat ini adalah
asuransi konvensional. Asuransi jenis ini bukanlah asuransi yang dikenal oleh
para tokoh sebelumnya yaitu di kalangan ahli fiqh. Sebab mekanisme asuransi
konvensional tidak termasuk dalam transaksi yang dikenal fiqih islam. Asuransi
syariah mempunyai perbedaan dengan asuransi konvensional yaitu pada konsep
dasar, manajemen risiko, dan prinsip-prinsip lainnya. Meningkatnya apresiasi
masyarakat sekitar terhadap asuransi ini, maka akan mengalami pertumbuhan
pesat baik asuransi syariah maupun asuransi konvensional di masa yang akan
datang.27

26
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-
praktik-ekonomi-islam/
27
Maura Syafa’ah, D. ., & Muhammad Muchlis, M. . (2023). Sejarah Perkembangan Asuransi Syariah Serta
Perbedaannya Dengan Asuransi Konvensional di Indonesia. SINOMIKA Journal: Publikasi Ilmiah Bidang Ekonomi
Dan Akuntansi, 1(6), 1489–1498. https://doi.org/10.54443/sinomika.v1i6.716
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktik ekonomi syariah, tauhid dapat menjadi prinsip pertama dalam tatanan
ekonomi yang mampu menciptakan sebuah negara dan masyarakat yang sejahtera termasuk
didalamnya mengajarkan aturan-aturan demi kemaslahatan seluruh ummat. Tauhid, yang
mengandung konsep keesaan Tuhan dalam agama Islam, memiliki potensi untuk menjadi
prinsip pertama dalam tatanan ekonomi yang mampu menciptakan sebuah negara dan
masyarakat yang sejahtera. Prinsip ini mengajarkan bahwa semua keputusan ekonomi dan
sosial harus diarahkan pada kepatuhan dan kemaslahatan umat manusia secara keseluruhan,
bukan sekadar kepentingan individu atau kelompok tertentu. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip tauhid dalam ekonomi, sebuah negara dapat mengimplementasikan aturan-
aturan yang berorientasi pada keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan bersama. Ini
mencakup redistribusi kekayaan dan sumber daya, pembangunan infrastruktur, serta
penciptaan sistem pendidikan dan kesehatan yang merata dan berkelanjutan. Dengan
demikian, keseluruhan masyarakat dapat merasakan manfaatnya dan mencapai kemakmuran
yang berkelanjutan.

Pada praktik ekonomi syariah ibadah merupakan bentuk muamalah ma‟aAllah,


sedangkan praktik ekonomi syariah sebagai bentuk dari mualamah ma‟annaas. Dalam
konteks ekonomi syariah, konsep muamalah ma'a Allah mengacu pada hubungan ekonomi
yang berkaitan langsung dengan ibadah kepada Allah. Ini mencakup segala bentuk transaksi
keuangan dan ekonomi yang diatur oleh prinsip-prinsip Islam, seperti riba (bunga), zakat
(sumbangan wajib), infaq (sumbangan sukarela), dan sedekah. Dalam muamalah ma'a Allah,
praktik ekonomi diselaraskan dengan nilai-nilai keagamaan dan tujuan spiritual untuk
mencapai ridha Allah.

Di sisi lain, muamalah ma'annaas merujuk pada hubungan ekonomi yang melibatkan
interaksi antara manusia. Ini mencakup transaksi ekonomi yang dilakukan antara individu,
kelompok, atau lembaga tanpa fokus langsung pada dimensi ibadah. Contohnya adalah
transaksi jual-beli, penyewaan, dan investasi yang diatur oleh prinsip-prinsip ekonomi
syariah seperti larangan riba dan prinsip keadilan dalam perdagangan.

Kedua konsep ini, muamalah ma'a Allah dan muamalah ma'annaas, saling melengkapi
dalam praktik ekonomi syariah. Sementara muamalah ma'a Allah menekankan pada dimensi
spiritual dan tujuan ibadah, muamalah ma'annaas menekankan pada aspek praktis dan
interaksi sosial dalam kehidupan ekonomi sehari-hari. Dengan memadukan kedua konsep
ini, praktik ekonomi syariah dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang seimbang, adil,
dan sesuai dengan ajaran Islam serta kebutuhan manusia.

Konsep al-adl dan zulm di implementasikan dalam aktivitas ekonomi syariah semata-
mata untuk kebaikan, kemaslahatan ummat manusia, dan mengharap ridho ilahi adalah hal
yang benar, halal dan bernilai ibadah.
Konsep al-adl (keadilan) dan zulm (ketidakadilan) memiliki peran penting dalam
implementasi aktivitas ekonomi syariah. Dalam konteks ekonomi syariah, prinsip al-adl
diwujudkan melalui perlakuan yang adil dan seimbang terhadap semua pihak yang terlibat
dalam transaksi ekonomi. Prinsip ini menekankan pentingnya kesetaraan, keadilan, dan
keseimbangan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya.

Dalam aktivitas ekonomi syariah, penerapan konsep al-adl berarti bahwa semua transaksi
harus dilakukan dengan mempertimbangkan kesejahteraan bersama, tidak hanya
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Misalnya, dalam sistem keuangan syariah,
praktik pemberian dan pengambilan pinjaman harus dilakukan dengan syarat-syarat yang
adil dan tidak merugikan pihak yang terlibat. Begitu juga dalam distribusi keuntungan, harus
dipastikan bahwa pembagian tersebut dilakukan secara adil dan proporsional, sesuai dengan
kontribusi dan risiko masing-masing pihak.

Sementara itu, konsep zulm menyoroti pentingnya menghindari segala bentuk


ketidakadilan dan penindasan dalam aktivitas ekonomi. Dalam konteks ekonomi syariah,
zulm terjadi ketika terdapat pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keadilan, seperti penipuan,
eksploitasi, atau penyalahgunaan kekuasaan dalam transaksi ekonomi.

Implementasi konsep al-adl dan zulm dalam aktivitas ekonomi syariah merupakan upaya
untuk mewujudkan kebaikan, kemaslahatan umat manusia, dan mencari ridho ilahi. Dalam
pandangan Islam, praktik ekonomi yang adil dan seimbang bukan hanya menjadi hal yang
benar dan halal, tetapi juga memiliki nilai ibadah. Dengan mengutamakan prinsip-prinsip
keadilan dan menghindari segala bentuk ketidakadilan, praktik ekonomi syariah dapat
memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan sosial, ekonomi, dan spiritual
masyarakat.

Konsep istislah dan diya‟ diimplementasikan dalam praktik ekonomi syariah yakni
tertuang dalam aspek konsumsi, dimana terdapat aturan dan kaidah didalamnya menganut
paham kesederhanaan dan keseimbangan di berbagai aspek

Konsep istislah dan diya' memiliki implikasi yang signifikan dalam praktik ekonomi
syariah, terutama dalam konteks konsumsi. Istislah mengacu pada kebijaksanaan atau
kepentingan umum yang diambil oleh otoritas Islam, terutama dalam mengeluarkan fatwa
atau keputusan hukum. Diya' (kompensasi atau denda) mengacu pada pembayaran atau
penggantian yang dikenakan sebagai kompensasi atas kerugian atau kesalahan yang
dilakukan.

Dalam praktik ekonomi syariah, konsep istislah diterapkan untuk menentukan hukum-
hukum dan aturan yang mengatur konsumsi dengan memperhatikan kepentingan umum
serta prinsip-prinsip agama. Misalnya, istislah dapat digunakan dalam menetapkan standar
kualitas dan kehalalan produk, penetapan harga yang adil, serta dalam mengatur praktik
perdagangan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Di sisi lain, konsep diya' digunakan dalam menegakkan keadilan dalam transaksi
ekonomi. Misalnya, jika terjadi pelanggaran atau ketidakadilan dalam transaksi antara
pembeli dan penjual, diya' dapat dikenakan sebagai kompensasi atau denda atas kerugian
yang ditimbulkan. Penggunaan konsep diya' ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan
keadilan dalam hubungan ekonomi serta memberikan insentif kepada pelaku ekonomi untuk
bertindak dengan jujur dan bertanggung jawab.

Dalam aspek konsumsi, konsep istislah dan diya' tercermin dalam aturan dan kaidah yang
mengarah pada kesederhanaan dan keseimbangan di berbagai aspek. Hal ini mencakup
pengaturan konsumsi yang tidak berlebihan, menghindari pemborosan, dan
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Praktik ekonomi syariah
menganut paham kesederhanaan dan keseimbangan sebagai bagian dari nilai-nilai Islam
yang mendorong umatnya untuk hidup secara bijaksana, adil, dan bertanggung jawab dalam
mengelola aset dan sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian, konsep istislah dan diya'
menjadi instrumen penting dalam memastikan bahwa konsumsi yang dilakukan oleh
individu dan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah serta tujuan
kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.

B. Saran
Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi Islam ini, diharapkan
dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana ekonomi dapat
dijalankan dengan memperhatikan nilai-nilai dan ajaran agama Islam serta kepentingan
bersama umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

. Dr. Qodariah Barkah, M.H.I. Zuul Fitriani Umari, M.H.I.,Sejarah Ekonomi Islam,
(Jakarta:Kencana,2021)ctk 01,hlm 04
Al-Bukhary. (1987). Al-Jami’ Ash-Shohih. Kairo: Daarus Sa’ab.
Alfaqiih, A. (2018). Prinsip-Prinsip Praktik Bisnis dalam Islam bagi Pelaku Usaha Muslim. Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM, 24(3)

Al-Hakim, A.-N. (1990). Al-Mustadrak. Beirut: Daarul Kutub Al-Ilmiyyah.

An-Nasaai, A. A. (1986). Al-Mujtaba Min Sunan. Aleppo: Maktab Al-Matbuaat Al-Islamiyyah.

Anwar, Moch. Khoirul. “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”. Islamica: Jurnal Studi Keislaman 3, no. 1
(September 3, 2008): 26-35.
At-Tirmidzi, A. I. (1996). Sunan At-Tirmidzi. Beirut: Daarul Al-Gharb Al-Islamiy.

Azqia, H. (2022). JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Al-Rasyad, 1(1), 63-77. Retrieved from
http://jurnal.iaihnwpancor.ac.id/index.php/alrasyad/article/view/534
Fitri,Hadis tentang Larangan dalam Jual Beli,2017
https://ukhtyfitriaa.wordpress.com/2017/10/17/hadis-ekonomi-hadis-tentang-larangan-larangan-
dalam-jual-beli/
Humas Universitas An-Nur Lampung,” Pengertian Hutang Piutang, Rukun dan Syarat, Ketentuan,
Tambahan dalam Hutang piutang adab dan Hikmahnya,November 24,2022,
https://an-nur.ac.id/pengertian-hutang-piutang-rukun-dan-syarat-ketentuan-tambahan-dalam-hutang-
piutang-adab-dan-hikmahnya/#Rukun_dan_Syarat_Hutang_Piutang
Humas Universitas An-Nur Lampung,” Pengertian Khiyar, Dasar Hukum, Macam-macam Khiyar dan
Hikmah Khiyar”,November 23,2022, https://an-nur.ac.id/pengertian-khiyar-dasar-hukum-macam-
macam-khiyar-dan-hikmah-khiyar/#Macam-macam_Khiyar

Humas Universitas An-Nur Lampung,”Macam Macam Syirkah dan Contoh Syirkah,Desember 09,2022,
https://an-nur.ac.id/macam-macam-syirkah-dan-contoh-syirkah/
Maghfur, Ifdlolul. “Membangun ekonomi dengan prinsip tauhid.” MALIA: Jurnal Ekonomi Islam 7, no. 2
(2016): 213-240.

Maura Syafa’ah, D. ., & Muhammad Muchlis, M. . (2023). Sejarah Perkembangan Asuransi Syariah Serta
Perbedaannya Dengan Asuransi Konvensional di Indonesia. SINOMIKA Journal: Publikasi Ilmiah Bidang
Ekonomi Dan Akuntansi, 1(6), 1489–1498. https://doi.org/10.54443/sinomika.v1i6.716

Muhammad Syamsuddin,”Tafsir At-Thabari tentang Larangan Riba dalam Surah Al-Imran”,September


05,2018, https://nu.or.id/syariah/tafsir-at-thabari-tentang-larangan-riba-dalam-ali-imran-130-132-
fxpSI#:~:text=Dengan%20demikian%2C%20maka%20esensi%20dari,sebagaimana%20telah
%20dijelaskan%20di%20muka.

Pradesyah, R. (2021). Mudharabah Di Era New Normal. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan
Humaniora, 1(1), 909–913. https://doi.org/10.53695/sintesa.v1i1.430
Qur an NU,”Tafsir Wajiz Al-Maidah Ayat 90”,April 05,2024, https://quran.nu.or.id/al-ma'idah/90
Radio Rodja,”Larangan Saling Dengki Saling Iri dan S aling Membenci”,Februari 09,2017,
https://www.radiorodja.com/46425-larangan-saling-dengki-saling-iri-hati-dan-saling-membenci/
Rosyda,”Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”,Julil 03,2020, https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-
dan-praktik-ekonomi-islam/
Saifullah Abdusshamad, “Pandangan Islam Terhadap Riba”,2014,
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/IQT/article/view/137
Sharia Knowledge Centre, Memahami Konsep Kerjasama Bisnis dalam Hukum Islam,November 15,2022,
https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/pengertian-syirkah/

Sonafist, Y. . (2022). UTANG PIUTANG DALAM PERSPEKTIF FIQIH. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Hukum, 9, 18–27. https://doi.org/10.32694/qst.v9i.1180

Wahbah Az-Zuhaili ,Al-Fiqhu Al-Islami Wa Adillatuhi, Juz. IV, hlm. 519-522, Damaskus, Dar Al-Fikri, cet.
Ke-2 th.1985.

Anda mungkin juga menyukai