Anda di halaman 1dari 25

HADIST PENDIDIKAN ANAK

MAKALAH

“Hadist-Hadist Tentang Pendidikan Tauhid”

Disusun Oleh:

ELIN KARLINA : 1207.20.0145


INTAN WULANDARI. M : 1207.20.0150

PIAUD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FALKULTAS AGAMA ISLAM
STAI IBNUSINA BATAM
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah. Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada seluruh umatnya di muka bumi ini juga yang telah menciptakan
dunia ini selama 6 hari lamanya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah
SWT. Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang
sungguh tiadaterkira besarnya, Tak lupa sholawat serta salam selalu kita haturkan kepada
Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa umat islam dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang seperti saat ini, juga telah membawa umat Islam
menuju jalan yang lurus.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahrol, SIQ., S.Pd.I.,
M.Pd.I, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hadist Pendidikan Anak. Selain itu, kami
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini, yang telah memberikan bantuannya berupa bantuan material maupun non-
materil. Juga tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
para Penulis yang kami kutip tulisannya sebagai bahan rujukan pemakalah untuk
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hadist-Hadist Tentang Pendidikan
Tauhid”.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agarmakalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya untuk kami tim penyusun.
Aamiin ya Robba-l A’lamiin.
Wa’alaikumsalam wr.wb.

Batam, 04 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Istilah Dari Hadist Dan Tauhid ............................................ 3
B. Hadist-Hadist Tentang Pendidikan Tauhid .................................................... 4
1. Hadist Pertama ......................................................................................... 4
2. Hadist Kedua ........................................................................................... 9
3. Hadist Ketiga ........................................................................................... 13
4. Hadist Keempat........................................................................................ 18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan dalam arti yang lebih luas merupakan pranata kehidupan manusia
untuk menemukan hakikat siapa dirinya dan untuk apa dia hidup di dunia ini. Melalui
pendidikan diharapkan ada kemajuan yang dicapai manusia pada kelangsungan
kehidupannya agar ia selalu bisa berbuat lebih baik. Namun pada teori dan
prakteknya pendidikan sering kali terbentur pada wilayahwilayah politik, ekonomi,
sosial dan lebih parahnya lagi adalah kepentingan birokrasi pemerintah, yaitu dengan
adanya kebijakan-kebijakan pendidikan yang sebenarnya tidak sesuai dengan hakikat
dari pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu perlu kiranya formulasi pendidikan yang
dapat menjadi solusi atas ketercarutmarutan situasi sosial belakangan ini.
Pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai
tanggung jawab strategis untuk turut menciptakan iklim pendidikan yang lebih baik.
Yaitu sebuah sistem pendidikan yang benar-benar mampu menjadi solusi bagi segala
pernik kehidupan. Dengan demikian diharapkan pendidikan Islam mampu menjadi
jalan bagi pencarian umat menuju kepribadian yang sempurna.
Pentingnya pendidikan tauhid ini sebagaimana terdapat dalam pengajaran
Nabi Lukman kepada anaknya berikut: Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Lukman
berkata kepada anaknya dan dia mengajarnya, ”Hai anakku, janganlah engkau
mempersekutukan Allah SWT. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang
besar”. (Q.S. Lukman:13).
Pengajaran Lukman kepada anaknya yang diungkapkan Allah SWT. pada ayat
tersebut, merupakan bagian dari kegiatan Lukman dalam mendidik anaknya untuk
bertauhid (mengesakan Allah SWT.). Ternyata Lukman memilih tauhid sebagai
materi pendidikan yang mendasar. Ayat tersebut juga mengimbau setiap manusia
untuk meneladani cara Lukman dalam mendidik anaknya. Manusia harus
mengedepankan pendidikan tauhid kepada generasi penerus yang bakal menjadi ahli
warisnya.
Pentingnya pendidikan tauhid ini seharusnya menjadi pertimbangan untuk
didahulukan daripada pendidikan disiplin ilmu yang lain. Selain itu pendidikan

1
2

tauhid juga harus menjadi dasar pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains
dan teknologi, ilmu ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Sehingga segala
jenis pendidikan yang dipraktekkan manusia tersebut mempunyai tujuan luhur yang
sifatnya tidak hanya duniawi namun juga ukhrawi.
Pendidikan tauhid menyentuh segala aspek kehidupan manusia, baik itu pada
aspek kognisinya, afeksinya dan juga psikomotoriknya. Pendidikan tauhid sebagai
landasan bagi pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang lebih luas yaitu bahwa
pendidikan Islam harus mencakup segala kebutuhan hidup manusia yang tentunya
didasari nilai-nilai ketauhidan. Sehingga pendidikan Islam dituntut untuk melahirkan
insan-insan yang senantiasa berbuat dan bersikap dalam kebaikan pada dirinya, pada
Tuhannya, pada sesama makhluk dan pada lingkungan sebagai wujud konkret
sebagai insan yang beriman.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan
masalah yaitu, sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan istilah dari Hadist dan Tauhid?
2. Bagaimana Hadist-hadist tentang pendidikan tauhid?
C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas. Maka, tujuan
penelitian untuk mengetahui :
1. Pengertian dan istilah dari Hadist dan Tauhid.
2. Hadist-hadist tentang pendidikan tauhid.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN ISTILAH
Hadis menurut bahasa bermakna baru. Sedangkan dari segi istilah berarti
segala yang dihubungkan kepada Rasulullah SAW. berupa perkataannya,
perbuatannya, persetujuannya maupun sifatnya. (Abduh Abbas: 1991:5).
Pendidikan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan dapat
diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan, cara mendidik. (Dinas P & K: 2003: 204).
Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua generasi tua untuk
mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan
mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Orang tua atau
generasi tua memiliki kepentingan untuk mewariskan nilai, norma hidup dan
kehidupan generasi penerus.
Ki Hajar Dewantara mengatakan ”Mendidik ialah menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
(Reza: 2002: 11).
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata
benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata ( Secara etimologis,
tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT. adalah Esa,
Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam
Bahasa Indonesia, yaitu ”Keesaan Allah”, mentauhidkan berarti ”mengakui akan
keesaan Allah, mengesakan Allah”. (Asmuni : 1989: 1)
Jubaran Mas’ud menulis bahwa tauhid bermakna ”beriman kepada Allah,
Tuhan yang Esa”, juga sering disamakan dengan Laa Ilaha Illallah artinya ”tiada
Tuhan selain Allah”. (Mas’ud: 1967: 972). Menurut Syeikh Muhammad Abduh
tauhid ialah: suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib
tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat

3
4

yang sama sekali wajib dilenyapkan padaNya. Juga membahas tentang rasul-rasul
Allah, menyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan)
kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.(
Asmuni: 1993: 2). Menurut Zainuddi, tauhid berasal dari kata ”wahid” yang artinya
”satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya
Allah, maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepada
kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid. (Ilyas: 2004: 4).
Setelah menguraikan kata pendidikan dan tauhid penulis perlu memberikan
batasan dan ruang lingkup. Pembahasan di sini difokuskan terhadap pengkajian
hadis-hadis yang berkenaan dengan ilmu tauhid dengan mencari kata kunci yang
berkaitan dengan tauhid. Kemudian hadis-hadis tersebut dikaji dengan melakukan
takhrij (menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya
yang asli yang ada didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan
sanadnya masing-masing, kemudian manakala diperlukan dijelaskan kualitas hadis
yang bersangkutan).
Selanjutnya dilakukan kritikan terhadap sanad dan matannya untuk
mengetahui keabsahan hadis tersebut benar bersumber dari Rasulullah SAW. hingga
dapat dijadikan sumber hukum dan dasar beramal yang benar.
B. HADIST-HADIST TENTANG PENDIDIKAN TAUHID
1. Hadis Pertama Mengenai Setiap Anak Dilahirkan Dalam Keadaan
Bertauhid

Artinya: Adam bertutur kepada kami dari Ibnu Abi Zi’ib dari az-Zuhri dari
Abi Salamah bin Abdirrahman dari Abu Hurairah ra: bahwasanya Rasulullah
SAW. bersabda setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang
tuanyalah yang membuatnya yahudi, nasrani maupun majusi seperti binatang
yang melahirkan binatang apakah engkau memperhatikan padanya kekurangan.
5

a. Kritik Sanad
Pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari ini dapat disimpulkan dari
beberapa pendapat ulama sebagaimana tersebut berikut ini :
1) Adam ini menurut al-’Ajali, Abu Daud, Abu Zar’ah ad-Dimasqi dan Dar
al-Quthni adalah orang yang Tsiqah. (Abu Ma’atha: 1992: 19).
2) Ibnu Abi Zi’b nama aslinya adalah Muhammad bin Abdirrahmin bin
alMughirah bin al-Harits bin Abi Zi’ib al-Quraisy. Menurut Imam
alBukhari ia mengandung illat atau cacat karena diriwayatkan darinya
beberapa hadis yang mungkar. Namun menurut Imam Ahmad bin Hanbal
dia adalah tsiqah, shaduq, shahih dan wara’. Ditambah lagi menurut Ya’qub
bin Sufyan dia adalah seorang perawi yang paling wara’ dan paling berani
mengungkapkan kebenaran.
3) Az-Zuhri nama aslinya adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin
Abdillah bin Syihab az-Zuhri al-Ijili berkata bahwa dia adalah orang
Madinah Tabi’in serta tsiqah. Sempat bertemu dengan beberapa orang
sahabat seperti Anas bin Mali al-Anshari, Sahal bin Sa’ad alSa’idi,
Abdurrahman bin Aiman bin Nabil dan Mahmud bin ar-Rabi’ al-Abshari.
Meriwayatkan 3 hadis dari Abdullah bin Umar begitu juga ia meriwayatkan
dari as-Saib bin Yazid.
4) Abu Salamah bin Abdurrahman, menurut al-Ijili dia adalah seorang tabi’in
yang tsiqah berasal dari Madinah. Ya’qub bin Sufyan menyatakan bahwa
dia adalah salah seorang dari 10 faqih yang paling ’alim.
5) Abu Hurairah ad-Dusi al-Yamani adalah sahabat Rasulullah SAW. Ibnu
Umar berkata bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang paling tahu
mengenai hadis dan paling sering bersama Rasulullah SAW.
Berdasarkan dari penjelasan para ulama di atas dapat disimpulkan
bahwa hadis ini adalah hadis yang sahih diriwayatkan oleh para perawi yang
tsiqah. Walaupun ada cacat pada satu perawinya menurut Imam alBukhari akan
tetapi Imam Ahmad menganggapnya orang yang sangat jujur dan tsiqah
(terpecaya).
6

b. Penjelasan Hadis
Dari hadis ini jelas bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia memiliki
fitrah beriman dan mengesakan Allah SWT. Karena fitrah di sini di dalam
riwayat yang lain disebutkan dengan lafal al-Millah (agama Islam), oleh sebab
itu imam Badaruddin dalam kitabnya Umdatul qari syarah sahih alBukhari juz
8 menjelaskan bahwa anak kaum musyrik yang wafat sebelum baligh masuk
surga. Sedangkan maulud di sini adalah keturunan Nabi Adam sebagaimana
yang ditegaskan oleh Ja’far bin Rabi’ah dalam riwayat lainnya. Kemudian
huruf fa di dalam matan hadis ini berfungsi sebagai ta’qib yang bermakna
selanjutnya juga dapat dimaknai dengan sahabiah yang artinya kausalitas. Jadi,
dapat diartikan kedua orang tuanyalah yang kemudian membuatnya Yahudi,
Nasrani, maupun Majusi. Baik dengan cara mengajarkan agama tersebut
kepadanya atau membuatnya tertarik dengan agama tersebut atau memaksanya.
(Muhammad, 2001: 305).
Jelas di sini faktor eksternal sangat mempengaruhi dalam pendidikan
anak terutama orang tuanya yang membentuk emosionalnya dan logika
berpikirnya. Ada juga faktor lainnya seperti media masa, teman, masyarakat
dan lain sebagainya.
c. Takhrij
Hadis dan kritik matan Hadis ini bukan hanya diriwayatkan oleh Imam
al-Bukhari juga diriwayatkan oleh Tarmizi di dalam sunannya nomor hadis
2138 sebagaimana berikut ini :
7

Artinya : “Muhammad bin Yahya Al-Qutha’I al-Bashri menuturkan


dari Abdul Aziz bin rabi’ah al-bannani dari al-A’masy bin Abi Shalih dari Abu
Hurairah ra bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda: semua anak yang
dilahirkan dalam keadaan beragama Islam maka kedua orang tuanyalah yang
membuatnya Yahudi, Nasrani, maupun menyekutukan Allah. kemudian
ditanyakan kepada beliau: wahai Rasulullah SAW. bagaimana orang yang mati
sebelum itu ? Rasulullah SAW. bersabda : Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka lakukan.” (Muhammad, 1998: 483).
Juga diriwayatkan oleh Muslim di dalam sahihnya hadis nomor 2658
pada bab mengenai hukum anak-anak orang beriman dan orang kafir
sebagaimana berikut ini :
8
9

Juga diriwayatkan oleh at-Thabrani di dalam mu’jamnya dengan nomor


788 sebagaimana berikut ini :

Dari segi matan semuanya kelihatan diriwayatkan dalam matan yang


hampir sama hanya ada perbedaan sedikit saja dalam penambahan dan
penggunaan huruf.
2. Hadis Yang Kedua Hak Allah SWT. adalah MengesakanNya
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitabnya Sahih al-
Bukhari dengan nomor 6938 dalam kitab tauhid.

Artinya: Muhammad bin Basyar menuturkan begitu jua Guhndar dan


Syu’bah dari Abu Hashin dan al-Asy’ats bahwa keduanya mendengar dari al-
Aswad bin Hilal dari Mu’az bin Jabal ra bahwasannya ia berkata Rasulullah SAW.
bersabda: wahai Mu’az apakah kamu tahu hak Allah atas hamba-hambaNya. Ia
menjawab Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Beliau SAW. bersabda:
hendaklah mereka menyembahNya dan tidak mensekutukanNya dengan sesuatu
apapun jua, apakah kamu tahu apa hak mereka terhadap Allah. Ia menjawab:
Allah dan rasulNya lebih mengetahui, Rasulullah SAW. bersabda: Ia tidak
menyiksa mereka jika mereka melakukan hal tersebut.”
10

a. Kritik Sanad
Pada hadis ini dapat dijelaskan sebaimana yang dipaparkan oleh para
ulama sebagaimana berikut ini :
1) Muhammad bin Bisyar nama lengkapnya adalah Muhammad bin Bisyar al-
’Abdi Abu Bakar al-Bashri Bundar. Al-’Ijli berkata mengenainya bahwa ia
berasal dari Bashrah, kuniahnya Abu Bakar, Tsiqah, banyak meriwayatkan
hadis, bekerja sebab peneun kain. Darulquthni menjelaskan bahwa Bundar
tergolong kepada hafizh tsabit.
2) Ghundar ini adalah gelar sedangkan nama aslinya adalah Muhammad bin
Ja’far Al-Huzali Abu Abdillah al-Bashri. Al-’Ijli berkata mengenainya
bahwa ia berasal dari Bashrah, tsiqah, paling kuat hafalannya. Abu Ya’qub
berkata bahwa Ghundar ini mempelajari hadis dari Syu’bah dan
menulisnya selama 20 tahun.
3) Syu’bah adalah amirul mu’minin dalam bidang hadis sebagaimana yang
dinyatakan oleh Sufyan. Al’Ijili berkata mengenainya bahwa ia adalah
orang yang Tsiqah dan bertaqwa. Abu Hatim ar-Razi berkata bahwa
Syu’bah adalah hujjah dalam bidang hadis.
4) Abu Hashin namanya adalah Utsman bin ’Ashim al-Asadi al-Kufi al- ’Ijili
berkata berkata bahwa ia adalah orang yang tsiqah berasal dari Kufah serta
orang yang saleh. Say’bi menyatakan bahwa Abu Hashin adalah orang
yang saleh.
5) Al-Asy’ats bin Salim berasal dari Kufah. Abu Daud menilainya sebagai
orang yang tsiqah. Meriwayatkan darinya Sufyan dan Syu’bah.
6) Al-Aswad bin Hilal al-Muharibi Abu Salam al-Kufi berasal dari Kufah. Al-
’Ijili menilainya sebagai perawi yang tsiqah.
7) Muaz bin Jabal Al-Anshari al-Khazraji Abu Adirrahman al-Madani,
seorang sahabat Rasulullah yang alim pernah menjadi qadhi di negeri
Yaman diutus oleh Rasulullah SAW. Menurut para ahli hadis seluruh
sahabat adalah adil apalagi Mu’az bin Jabal yang dipercaya oleh Rasulullah
SAW. menjadi qadhi di negeri Yaman.
11

b. Penjelasan Hadis
Ya’buduhu menurut Syaikh Badaruddin dalam kitabnya Umdatul Qari
fi syarhi sahih al-bukhari juz 25 adalah Yuwahhiduhu artinya mengesakannya.
Ia juga menambahkan hak mereka atas Allah di sini bukanlah kewajiban atas
Allah SWT. dari segi logika akal sebagaimana pendapat kaum mu’tazilah wajib
bagi Allah mengampuni hambaNya. Namun wajib di sini menjelaskan akan
kepastian terjadinya.
Dari hadis ini jelas tauhid merupakan hak Allah SWT. yang wajib
dipenuhi seorang hamba. Jadi jelas sudah menjadi kewajiban hamba
menyembah Allah dan mengesakanNya. Sebagai rasa syukur atas nikmat
keberadaan dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhingga juga karena Ialah
Tuhan satusatuNya bagi seluruh alam semesta ini.
Jika hamba mengesakan Allah dan menyembahnya maka Allah SWT.
dengan kasih sayangNya tidak akan mengazab mereka selamanya.
c. Kritik matan dan Takhrij
Hadis Hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya dengan
nomor 30 (48-51) sebagaimana berikut ini :
12

Dari segi matannya tidak jauh berbeda dengan matan yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari namun di sini ada tambahan lafal yang lebih merincikan
hadis tersebut bahwa hadis ini dituturkan dalam perjalanan.
Bahwa hadis ini juga berita gembira bagi hamba-hamba Allah SWT.
namun Rasulullah SAW. melarang untuk menyebarkan pernyataannya
ditakutkan umat Islam malas dalam beramal.
13

3. Hadis Ketiga Perintah Untuk Mengajarkan Tauhid


Diriwayatkan dalam sahih muslim dengan nomor hadis 29 bab ad-Dua’Ila
Syahadatain wa syara’I al-islam sebagaimana berikut ini :

Artinya: ”Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Karib, Ishaq bin Ibrahim
semuanya menuturkan kepada kami dari Waki’. Berkata Abu Bakar bahwasannya
Waki’ meriwayatkan dari Zakaria bin Ishaq. Ia juga menuturkan bahwa Yahya
bin Abdillah bin Shaifi menuturkan kepada saya yang ia riwayatkan dari Ibnu
Ma’bad dari Ibnu Abbas dari Mu’az bin Jabal. Abu Bakar berkata mungkin Waki’
berkat: hadis ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Mu’az berkata
bahwasannya Rasulullah SAW. mengutusku dan bersabda kepadaku:
sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum ahli kitab maka ajaklah mereka untuk
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasannya saya adalah
Rasulullah. Jika mereka menta’atimu dalam hal tersebut maka beritahukanlah
mereka bahwa Allah SWT. mewajibkan atas mereka untuk mendirikan shalat lima
waktu sehari semalam. Jika mereka menta’atimu dalam hal tersebut maka
beritahulah mereka bahwa Allah SWT. telah mewajibkan bagi mereka zakat harta
yang diambil dari orang kaya mereka kemudian dibagikan kepada orang yang
fakir. Janganlah kamu mengambil harta mereka dan takutlah doa orang yang
terzalimi karena tidak ada antaranya dengan Allah tabir. ” (Muslim: 1929: 78).
14

a. Kritik Sanad
Adapun kritik terhadap sanad ini sebagaimana yang dituturkan oleh
ulama hadis sebagaimana berikut ini :
1) Abu Bakar bin Abi Syaibah, menurut al-Ijili ia berasal dari Kufah dan
seorang hafizh serta tsiqah. Begitu jua Darulquthni menyebutkannya
dalam Kitab ’ilal sebagai seorang hafiz.
2) Abu Kurib nama lengkapnya adalah Muhammad bin al-’Ula bin Kurib
alHamdani dia berasal dari Kufah. Darulquthni menyebutkan bahwa
hafalan Abu Kurib kuat dari Thalaq bin Ghanam.
3) Ishaq bin Ibrahim, Darulquthni menilainya sebagai perawai yang tsiqah
ma’mun.
4) Waki’ menurut al-Ijili berasal dari Kufah, tsiqah, seorang abid, shaleh
dan ahli sastra dan tergolong Hafizh.
5) Zakaria bin Ishaq menurut Ya’qub bin Sufyan tertuduh berbicara
mengenai qadar.
6) Yahya bin Abdillah bin Shaifi ia adalah perawi yang dha’if menurut
anNasai.
7) Ibnu Ma’bad perawi yang majhul.
8) Ibnu Abbas nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abbas bin Abdil
Muthallib al-Hasyimi seorang sahabat nabi ahli dalam bidang tafsir
pernah didoakan oleh Rasulullah SAW. agar ahli dalam bidang ini.
Menurut al- ’Ijili ia mengalami kebutaan mata. Abu Zar’ah ad-Dimasyqi
menjelaskan bahwa ia adalah tergolong ulama di antara kalangan
sahabat Rasulullah SAW.
9) Mu’az bin Jabal Al-Anshari al-Khazraji Abu Adirrahman al-Madani,
seorang sahabat Rasulullah yang alim pernah menjadi qadhi di negeri
Yaman diutus oleh Rasulullah SAW. Menurut para ahli hadis seluruh
sahabat adalah adil apalagi Mu’az bin Jabal yang dipercaya oleh
Rasulullah SAW. menjadi qadhi di negeri Yaman.
15

Dari segi sanad di sini ada perawi yang majhul ada pula yang dituduh
banyak membahas taqdir ada juga yang lemah. Namun hadis ini akan
dikuatkan dengan periwayatan yang lainnya sebagaimana yang termuat di
dalam sunan al-Baihaqqi dan Musnad Ahmad bin Hanbal sehingga
statusnya menjadi hasan.
b. Penjelasan hadis
Di jelaskan dalam kitab Fathul Mun’im karya Musa Syahin bahwa
Mu’az merelakan hutangnya dalam jumlah besar tidak dibayar oleh orang
yang berhutang darinya pada tahun 10 Hijriyah. Maka Rasulullah SAW.
melihat kebaikannya mengutusnya ke negri Yaman untuk menjadi wali atau
qadhi mengumpulkan zakat dan mengurus baitul mal. Penunjukannya
sebagai wali bukan hanya karena membalas kebaikannya namun jua karena
memang dia layak menerimanya. Karena ia memiliki ilmu, amal dan wara’.
Ia juga termasuk ikut serta dalam perang Badar ketika usianya 21 tahun.
(Syahin: 2002: 69).
Rasulullah SAW. juga telah membekalinya dengan berbagai wasiat
sebagai perencanaan dan strategi untuk menjalani tugasnya yang berat.
Dimana ia akan menghadapi penduduk Yaman yang kebanyakan
penduduknya adalah ahli kitab yang ahli dalam berdebat oleh sebab itu
Rasulullah SAW. berwasiat kepadanya untuk mengajak mereka dengan cara
bijaksana dan mendebat mereka dengan cara yang baik.
Di sini Rasulullah SAW. mengajarkan pertama sekali untuk
mengajak kepada tauhid karena inilah pondasi dasar yang terpenting dari
ajaran Islam. Setelah mereka mengakuinya dan memahaminya barulah
diajarkan beberapa hukum syariat dengan cara bertahap pertama dimulai
dari shalat kemudian setelah mereka mau mendirikannya barulah diajarkan
untuk berzakat. Untuk menghilangkan kesenjangan sosial dan memupuk
solidaritas persaudaraan umat Islam. Setelah itu berlaku adil dalam
menghakimi menghindari tindakan kealiman. Karena doa orang yang
terzalimi tidak tertabir sehingga ia harus benar-benar berlaku adil. Mu’az
terus melaksanakan pesan dan wasiat Rasulullah SAW. menjadi qadhi di
16

Yaman hingga sampai masa Abu Bakar asShiddiq ra iapun pergi ke Syam
dan wafat di sana terkena wabah penyakit ada tahun 17 Hijriah tutup usia
34 tahun.
Ibnu Shalah menjelaskan bahwa di dalam hadis ini tidak ada ajakan
untuk melaksanakan puasa dan haji ini merupakan kelalaian dari perawi.
Namun al-Kirmani menjawab boleh jadi perawi hanya mencukupkan tiga
rukun karena inilah yang paling terpenting dalam pandangannya.
Hadis ini juga menjelaskan rusaknya i’tiqad ahli kitab mengenai
Allah SWT. sehingga mereka belum mengenal Allah SWT. sesuai dengan
kebesaran dan keagunganNya. Dari hadis ini juga dapat disimpulkan bahwa
pertama sekali yang perlu diajarkan oleh peserta didik adalah pengenalan
yang benar mengenai Allah SWT. tidak menjasadkan, tidak
menempatkanNya pada suatu tempat, tidak menyamakanNya dengan yang
baru mensucikanNya dari segala sifat yang tidak layak bagiNya.
c. Kritik matan dan takhrij
Hadis ini jua diriwayatkan di dalam Sunan al-Baihaqqi jilid 7 hadis
nomor 2017 sebagaimana berikut :
17

Juga disebutkan pula dalam musnad Ahmad bin Hanbal dalam bab
musnad Abdullah bin Abbas bin Abdil Muthallib hadis ini tidak bernomor
dipaparkan sebagaimana berikut ini :

Juga diriwayatkan oleh Bukhari di dalam sahihnya pada kitab tauhid


nomor hadis 6937 sebagaimana berikut ini :

Dari segi matan keempat hadis ini tidak jauh berbeda sehingga dapat
dipastikan diriwayatkan dengan lafalnya. Hanya ada kekurangan redaksi
pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqqi.
18

4. Hadis Keempat Perintah Untuk Mendahulukan Pengajaran Tauhid Kepada


Anak
Hadis keempat disebutkan oleh al-Baihaqqi dalam kitab Syu’ab al-Iman
juz 6 hal 398 nomor hadis 8649.

Artinya: ”Abu Ali ar-Ruzbadi dan Abu Abdillah Al-Hafiz memberitakan


kepada kami bahwa Abu an-nadhar Muhammad bin Muhammad bin Yusuf al-
Faqih berkata menuturkan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Mahmuih
bin Muslim dari ayahnya dari an-Nadhar bin Muhammad al-Biski dari Sufyan
atTsauri dari Manshur dari Ibrahim bin Muhajir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari
Rasulullah SAW. bahwasanya beliau bersabda: awalilah mengajari anak-anakmu
dengan kalimat tiada tuhan selain Allah dan talqinkan kepada mereka kalimat
tiada tuhan selain Allah ketika sakratul maut karena sesungguhnya barang siapa
awal perkataannya tiada tuhan selain Allah dan akhirnya juga tiada tuhan selain
Allah kemudian dia hidup selaama 1000 tahun ia tidak akan ditanya mengenai
satu dosapun juga. Matan hadis ini gharib tidak tertulis seperti ini melainkan
melalui jalur sanad ini saja.”
a. Kritik sanad
1) Abu ’Ali ar-Ruzbadi perawi yang majhul.
2) Abu Abdillah Al-Hafiz adalah perawi yang tsiqah menurut al-Ijili.
3) Abu an-nadhar Muhammad bin Muhammad bin Yusuf al-Faqih adalah
perawi yang majhul.
4) Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Muslim menurut
Darulquthni adalah perawi yang tsiqah.
5) Mahmud bin Muslim juga perawi yang tsiqah.
19

6) An-Nadhar bin Muhammad al-Biski juga perawi yang majhul.


7) Sufyan at-Tsauri nama lengkapnya Sufyan bin Sa’id bin Masruq Abu
Abdillah at-Tsauri al-Kufi. Menurut Ibnu Mubarak tidak ada yang lebih
mengetahui hadis daripada Sufyan. Syu’bah berkata bahwa Sufyan
atTsauri adalah amirulmu’minin dalam bidang hadis. Menurut al-’Ijili
Sufyan adalah seorang tsiqah, saleh, zahid, dan ’abid berasal dari Kufah
dan penghafal hadis.
8) Manshur berasal dari Kufah menurut al-Bazar bahwa Manshur adalah
perawi yang La ba’sa bihi (tidak mengapa meriwayatkan darinya).
9) Ibrahim bin Muhajir menurut al-’Ijili Jaizul Hadis (boleh meriwayatkan
darinya). Menurut Nasai dan Tarmizi dia adalah perawi yang tidak qawwi
(kuat).
10) Ikrimah dialah Maula dari Ibnu Abbas berasal dari Barbar. Menurut
Bukhari dialah orang yang paling alim. Al-’Ijili berkata dia seorang tabi’in
dan tsiqah.
11) Ibnu Abbas nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abbas bin Abdil
Muthallib al-Hasyimi seorang sahabat nabi ahli dalam bidang tafsir pernah
didoakan oleh Rasulullah SAW. agar ahli dalam bidang ini. Menurut al-
’Ijili ia mengalami kebutaan mata. Abu Zar’ah ad-Dimasyqi menjelaskan
bahwa ia adalah tergolong ulama di antara kalangan sahabat Rasulullah
SAW.
b. Penjelasan Hadis
Hadis ini menegaskan betapa pentingnya tauhid sebagai poros dari
segala ajaran Islam dan diterimanya amal-amal. Karena begitu pentingnya
tauhid ini maka ialah yang pertama sekali ditanamkan kepada anak-anak didik.
Karena ia juga sangat menentukan dalam akhir hayat seseorang. Jika ia terbiasa
dari kecilnya bertauhid maka diharapkan pada akhir hayatnya juga meninggal
dalam keadaan bertauhid. Bahkan orang yang mengalami sekarat juga harus
diingatkan untuk tetap bertauhid. Agar ia mati dalam keadaan Islam dan
menjamin keselamatannya kelak di akhirat. Oleh sebab itu kurikulum
pendidikan Islam yang paling utama adalah ilmu tauhid. Hadis ini juga
20

menegaskan bahwa berartinya hidup seorang walaupun ia hidup 1000 tahun


lamanya itu tidak berarti kecuali ia bertauhid. Sehingga dosa-dosanya
meskipun banyak dapat diampuni Allah SWT. Namun jika orang tdak
bertauhid meskipun ia hidup dengan kebaikan kepada sesama semuanya tidak
berarti baginya di akhirat dan tidak dapat menyelamatkannya dari siksa Allah
SWT. Ia hanya mendapatkan manfaat kebaikannya di dunia saja.
c. Kritik Matan dan Takhrij
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh dua perawi yang pertama seperti
disebutkan sebelumnya sedangkan yang kedua diriwayatkan dalam matan yang
sama oleh Hakim di dalam Tarikhnya dalam sanad yang sama seperti yang
dikemukakan Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Jami’ alAhadis
dengan nomor hadis 3597.
21

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa hadis yang dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keimanan adalah hal yang paling utama dan pertama dilakukan bagi
setiap anak didik. Karena setiap anak memiliki potensi bertauhid yang tidak boleh
diselewengkan kepada hal yang menyesatkan. Di samping itu tauhid merupakan hak
Allah SWT. yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu pendidikan tauhid harus ditanamkan
sejak dini baik bagi anak kecil maupun orang dewasa yang ingin memeluk agama
Islam.
B. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang hadist-hadist yenyang pendidikan tauhid
ini, pemakalah berharap kepada kita semua agar semakin paham akan makna yang
ada di dalam Hadist.
DAFTAR PUSTAKA

Tarmizi, ‘Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Tauhid’, Ihyaul ’Arabiyah, 4.2 (2014), 183–
99 <https://adoc.pub/hadis-hadis-tentang-pendidikan-tauhid.html>

20

Anda mungkin juga menyukai