Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu
tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang ekonomi. Dengan selesainya
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini dan terima kasih
kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.

Sandul, 27 Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar –Dasar dan Prinsip Ekonomi Islam....................................................... 3
2.2 Perbandingan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Kapitalis dan Sosialis......... 7
2.3 Masalah Pokok Dalam Ekonomi Antara Islam Dan Konvemnsional.............. 9
2.4 Nilai Dasar Kepemilikan dan Harta Dalam Islam........................................... 13
2.5 Unsur penting Aktivitas Dalam Islam............................................................. 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Walaupun pemikiran para pakar tentang ekonomi Islam terbagi-bagi ke
dalam beberapa mazhab, namun pada dasarnya mereka setuju dengan prinsip-
prinsip umum yang mendasari ekonomi Islam. Karena prinsip-prinsip ini
membentuk keseluruhan kerangka ekonomi islami, yang jika diibaratkan sebagai
sebuah bangunan dapat divisualisasikan sebagai bangunan ekonomi islami
didasarkan atas lima nilai universal, yakni: Tauhid (Keimanan), ’Adl (Keadilan),
Nubuwwah (Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), dan Ma’ad (Hasil). Kelima ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori
ekonomi Islam.
Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan menjadikan
ekonomi islami hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa memberi dampak pada
kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, dari kelima nilai-nilai universal tersebut,
dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem
ekonomi Islam. Dari semua prinsip maka diterapkan konsep akhlak. Akhlak
menempati posisi puncak karena inilah yang menjadi tujuan islami dan dakwah para
Nabi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi
panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar dan prinsip ekonomi Islam ?
2. Bagaimana perbandingan antara ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
kapitalisme dan sosialisme ?
3. Bagaimana permasalahan pokok yang ada di ekonomi Islam maupun
konvensional ?
4. Bagaimana kedudukan kepemilikan dan harta menurut Islam ?
5. Bagaimana unsur penting aktivitas ekonomi Islam?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dasar dan prinsip ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi kapitalisme dan sosialisme.
3. Untuk mengetahui permasalahan pokok yang ada di ekonomi islam maupun
konvensional.
4. Untuk mengetahui kedudukan kepemilikan dan harta menurut Islam.
5. Untuk mengetahui unsur penting aktivitas ekonomi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar –Dasar dan Prinsip Ekonomi Islam


Nilai merupakan sisi normatif dari ekonomi Islam yang berfungsi
mewarnai atau menjamin kualitas perilaku ekonomi setiap individu. Nilai-nilai
dasar ini tidak dapat berjalan sendiri melainkan harus berjalan berdampingan
dengan prinsip-prinsip ekonomi lebih khususnya ekonomi Islam. Prinsip inilah
yang akan menjadikan bangunan ekonomi Islam kokoh dan dinamis, dan nilailah
yang berfungsi untuk mewarnai kualitas bangunan tersebut.
Dapat disimpulkan inti dari nilai dalam Islam adalah ketauhidan. Segala
aktivitas yang dilakukan ditujukan untuk melakukan hukum Allah termasuk di
dalamnya adalah nilai dalam ekonomi.
Dalam pelaksanaannya, nilai tauhid ini diterjemahkan dalam banyak nilai
dan terdapat tiga nilai dasar yang menjadi pembeda ekonomi Islam dengan lainnya,
yakni:
1. Keadilan (adl)
Menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman adalah tujuan utama
dari risalah para Rasul-Nya. Hal tersebut sesuai dengan dengan Q.S Al- Haddid:
25.
‫ت‬ ِ َ‫سلَنَا ِب ْالبَ ْين‬ ُ ‫س ْلن‬
ُ ‫َار‬ َ ‫َب َوأَ ْنزَ ْلنَا َم َع ُه ُم لَقَدْأ َ ْر‬َ ‫اس ِليَقُ ْو َم َو ْال ِميْزَ انَ ْال ِكت‬ ْ ‫ش ِديْد َو َمنَ ِف ُع بَأْس ِوأ َ ْنزَ ْلن‬
ِ ‫ ِب ْال ِقس‬. ‫َاال َح ِد ْي ِدفِ ْي ِه‬
ُ َّ‫ْط الن‬ ِ َّ‫ِللن‬
َ ‫اس‬
‫ص ُرهُ َم ْن للاُ َو ِل َي ْعلَ َم‬
ُ ‫سلَهُ َي ْن‬ ُ ‫ب َو ُر‬ ِ ‫ َع ِزيْز قَ ِوى للاَ ِإ َّن ِب ْال َغ ْي‬.
Artinya: “sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersma mereka al-Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan
kami ciptakan besi (yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, supaya mereka mempergunakan besi itu)
dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Bahkan seorang Muslim terkemuka Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa
keadilan merupakan unsur paling utama dalam maqashid syari’ah. Secara garis
besar keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terdapat kesamaan
perlakuan di mata hukum, kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, hak
menikmati pembangunan dan tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya
keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan.[4]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keadilan merupakan salah satu
dasar yang penting yang harus ada dalam perekonomian Islam. Setiap individu
memiliki kesamaan di dalam hukum dan sebagainya.
2. Khilafah
Kata khilafah secara umum berarti tanggung jawab sebagai pengganti
utusan Allah. Secara umum, khilafah berarti tanggung jawab yang telah dikuasakan
kepada manusia atas apa yang ia miliki atas segala sesuatunya.
Sementara secara khusus dalam bidang ekonomi khilafah berarti,
tanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang telah diberikan Allah kepada
manusia untuk dikelola semaksimal mungkin dengan menghiraukan akibat yang
akan ditimbulkan jika melakukannya secara besar-besaran. Manusia dituntut untuk
memaksimalkan sumber daya yang ada tanpa harus merusaknya.
Secara garis besar tanggung jawab tersebut dibagi menjadi tiga yakni:
a. Tanggung jawab berperilaku ekonomi dengan cara yang benar.
b. Tanggung jawab untuk mewujudkan maslahah maksimum.
c. Tanggung jawab perbaikan kesejahteraan setiap individu.
3. Takaful
Secara bahasa takaful artinya jaminan masyarakat (social insurance).
Jaminan sosial ini bukan hanya berbentuk material namun juga dapat berbentuk non
materi. Konsep takaful ini bisa dijabarkan lebih lanjut menjai sebagai berikut:[5]
a. Jaminan terhadap pemilikan dan pengelolaan sumber daya oleh individu.
b. Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan atau output.
c. Jaminan stiap individu untuk membangun keluarga sakinah.
d. Jaminan untuk amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam buku lain ditambahkan tiga poin dasar lain yakni:
1. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Konsep tauhid berisikan kepasrahan (taslim) manusia kepada Tuhannya,
dalam perspektif yang lebih luas, konsep ini merefleksikan adanya kesatuan (unity/
al wihdat), yaitu kesatuan kemanusiaan (unit of mankind), kesatuan penciptaan
(unit of creation), dan kesatuan tuntunan hidup (unit of guidance) serta kesatuan
tujuan hidup (unit of purpose of life).
2. Nubuwwah (kenabian)
Sifat yang ada dalam diri nabi yang patut kita teladani dan contoh dalam
bermuamalah yakni siddiq (jujur), amanah (bertanggung jawab), fathonah
(kemampuan). Setelah pembahasan akan dasar nilai ekonomi Islam, berikut akan
dijabarkan tentang prinsip ekonomi Islam. Prinsip ekonomi dalam Islam merupakan
kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur atau kerangka ekonomi Islam yang
digali dari al-Qur’an dan Sunnah.
Berikut adalah prinsip-prinsip yang menjadi kaidah dalam ekonomi islam:
1. Kerja (resource utilization)
Dalam prinsip ekonomi Islam, manusia bukan hanya diajarkan untuk
beribadah saja, namun juga untuk bekerja. Setiap manusia dianjurkan untuk
bekerja demi dapat melakukan kegiatan ibadah kepada Tuhan. Denagn bekerja
dan dapat mencukupi kebutuhan maka kita akan senantiasa bersyukur atas apa
yang telah Tuhan berikan kepada kita.
2. Kompensasi (compentation)
Setiap pekerjaan pastia akan ada kompensasi atas apa yang telah
dikerjakan. Dalam prinsip ekonomi hal tersebut diterapkan dalam bentuk gaji.
Begitu pun dalam ekonomi Islam yang dimana terdapat hadist bahwa
“Rasulullah SAW bersabda: bayarlah upah sebelum kering keringatnya.”
3. Efisiensi (efficiency)
Suatu kegiatan pengelolaan sumber daya melibatkan lima unsur pokok,
yaitu kehalian, tenaga, bahan, ruang, dan waktu, sedangkan hasil terdiri dari
aspek jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Efisiensi dalam arti umum berarti
kegiatan yang menghasilkan output yang memberilan maslahah paling tinggi
atau yang disebut efisiensi alokasi (allocation effiency). Dalam arti sempit,
efisiensi berarti kegiatan yang menghasilkan output paling banyak dan
berkualitas atau disebut efisiensi teknis (x-effiency).
4. Profesionalitas (profesionalism)
Profesional artinya dapat membedakan antara urusan pribadi dengan
pekerjaan yang wajib kita lakukan. Dengan adanya profesionalisme ini efisiensi
produksi dapat tercapai.
5. Kecukupan (suffenciency)
Kecukupan bukan hanya berarti segala kebutuhan yang mendesak dapat
dipenuhi saja. Kecukupan juga mencakup kenyamanan akan apa ia miliki pada
saat itu gunan membangun keluarga yang sejahtera secara finansial.
6. Pemerataan kesempatan (equal opprtunity)
Setiap individu baik berbeda gender, suku, ras, maupun agama memiliki
kesempatan yang sama hal pengelolaan sumber daya maupun dalam hal
menikmatinya. Kesempatan yang ada harus merata kepada seluruh kalangan
tanpa terkecuali.
7. Kebebasan (freedom)
Setiap manusia juga diberikan kebebasan dalam menempuh
kehidupannya di dunia. Mereka memiliki kebebasan memilih baik buruk, benar
salah, baik yang merusak maupun yang bermanfaat. Namun, dalam Islam
dianjurkan untuk memilih pilihan yang lebih banyak mengandung maslahah
dibanding mudharatnya.
8. Kerja sama (cooperation)
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari individu yang
saling. Semua saling ketergantungan satu sama lain. Ketergantungan tersebut
membuat setiap individu harus saling bekerja sama agar pekerjaan yang ia
inginkan dapat selesai seusai dengan harapannya.
9. Persaingan (competition)
Islam mendorong umatnya untuk berlomba dalam hal kebaikan. Hal
tersebbut juga termasuk dalam hal bermuamalah. Setiap individu memiliki hak
untuk berusaha dan bekerja. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah dalam
bermuamalah tidak boleh merugikan pihak yang lain. Seorang pedagang berhak
melakukan jual beli dengan pelanggannya tanpa harus merugikan pihak yang
lain.
10. Keseimbangan (equilibrium)
Keseimbangan yang dimaksud adalah manusia harus seimbang dalam
berbagai aspek. Kita boleh memikirkan kehidupan akhirat namun tanpa
melupakan kehidupan duniawi guna kesejahteraan di dunia akhirat kelak.
11. Solidaritas (solidarity)
Solidaritas mengandung arti persaudaraan dan tolong menolong.
Sesama anggota yang ada di dalam suatu komunitas haruslah menjunjung
prinsip persaudaraan sehingga kehidupan bermasyarakat dapat lebih nyaman
dan tenteram.
2.2 Perbandingan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Kapitalis dan Sosialis
Kapitalisme merupakan suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh
berkuasanya “kapital”. Ciri dari sistem ekonomi adalah bukan ekonomi yang
tersentral dan setiap individu memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan
ekonomi tanpa dibatasi oleh pemerintah. Secara lebih detail berikut adalah ciri dari
ekonomi kapitalisme:
a. Ia menganggap ekspansi kekayaan yang dipercepat, produksi maksimum dan
pemuasan “keinginan” sesuai dengan preferensi individu sebagai sesuatu yang
sangat penting untuk kesejahteraan manusia.
b. Ia menganggap kebebasan individu tanpa batas untuk mencari kekayaan pribadi
dan untuk memiliki dan mengatur kepemilikan pribadi (private property)
sebagai sebuah keharusan bagi inisiatif individu.
c. Ia mengasumsikan inisiatif individu bersama dengan pengambilan keputusan
yang terdesentralisasi dalam operasi pasar bebas sebagai syarat yang mencukupi
untuk mewujudkan efisiensi optimum pengalokasian sumber daya.
d. Ia tidak mengakui perlunya peranan penting pemerintah atau pertimbangan-
pertimbangan nilai kolektif baik dalam efisiensi alokasi maupun keadilan
distribusi
b. Sosialisme adalah ‘alianse’ atau keterasingan yang timbul dalam suatu masyarakat
kapitalis sebagi akibat dari eksploitasi kaum proletar oleh kaum borjulis. Setiap
individu tidak memiliki kuasa atas kepemilikan dan segala sistem bersifat terpusat.
Berikut ini adalah ciri dari sistem ekonomi sosialis:
a. Penghapusan milik pribadi atas alat produksi.
b. Sifat dan luasnya industri dan produksi mengabdi kepada kebutuhan sosial
dan bukan kepada motif laba.
c. Dalam kapitalisme daya penggerak adalah laba pribadi. Hal ini akan
digantikan oleh motif pelayanan sosial.
Sementara itu sistem ekonomi Islam menganut keduanya dan hanya mengambil sisi
positif dari kedua sistem ekonomi yang telah dijelaskan di atas. Berikut adalah
perbandingan antara sistem ekonomi Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam:
Apabila dijabarkan lebih detail tentang kepemilikan maka akan terlihat seperti
tabel berikut ini:

2.3 Masalah Pokok Dalam Ekonomi Islam dan Konvensional


2.3.1 Konvensional
Permasalahan utama dalam perekonomian konvensional adalah tentang
bagaimana mengalokasikan sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya dalam
memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang disebut dengan kelangkaan
(scarcity). Keinginan manusia yang tidak ada batasnya menyebabkan tingkat
kepuasan yang semakin tinggi. Sementara itu tidak disertai dengan kemampuan
dalam memenuhinya.
Dalam pandangan ekonomi konvensional “ilmu ekonomi adalah studi
tentang pemanfaatan sumber daya yang langka atau terbatas (scarcity) untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas (unlimited).
Sumber daya terdiri atas sumber daya alami dan sumber daya buatan.
Sumber daya alami terdiri atas sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Adapun sumber daya buatan adalah modal dan pengusaha. Para ahli ekonomi
menamakan seluruh sumber daya ini sebagai faktor-faktor produksi, sebab mereka
ini digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan orang. Barang-
barang yang dihasilkan atau diproduksi dinamakan komoditas.
Banyaknya permintaan akan suatu barang menyebabkan produsen harus
dapat berinovasi dalam memproduksi suatu barang. Hal tersebut menyebabkan
keterbatasan konsumen dalam menentukan pilihan tersebut. Keterbatasan dalam
menetukan pilahan tersebut tidak langsung menunjukkan akan timbulnya suatu
biaya, hal ini dikenal dengan biaya peluang (opportunity cost). Dari permasalahan
yang telah dijabarkan tadi, maka setiap masyarakat menghadapi dan harus
memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi:
a) Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut diproduksi
(WHAT).
b) Bagaimana sumber-sumber ekonomi (faktor-faktor produksi) yang tersedia
harus digunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut secara optimal
(HOW).
c) Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksikan atau bagaimana barang-
barang tersebut dibagikan di antara warga masyarakat (FOR WHOM).
Untuk mengatasi permasalahan yang ada masyarakat meodern kini lebih
menekankan pada mekanisme harga yang ada di pasar. Mekanisme harga dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara:
a. Dalam permasalahan (WHAT), apabila tingkat permintaan atas suatu
barang naik maka harga juga akan naik, dengan begitu produsen akan
memproduksi lebih banyak untuk mendapatkan keuntungan lebih,
kemudian apabila telah mencapai batas maksimum efisiensi produksi di
mana tingkat penawaran lebih tinggi dibanding permintaan maka harga akan
kembali turun. Jadi gerak harga barang menentukan barang apa dan
seberapa banyak barang diproduksi.
b. Suatu barang diproduksi dengan berbagai faktor produksi, apabila suatu
faktor produksi harganya naik maka akan mengurangi keuntungan yang
diperoleh oleh produsen. Dengan begitu produsen akan mencari jalan keluar
dengan menggunakan barang substitusi untuk mengurangi kerugian. Dalam
hal ini masalah kombinasi akan faktor produksi dapat teratasi (HOW).
c. Gerak barang dan faktor produksi menentukan distribusi barang-barang
yang dihasilkan di dalam masyarakat antar warga masyarakat (WHOM).
d. Setiap masyarakat harus memecahkan masalah ini. Mereka harus
memikirkan cara untuk mendistribusikan pendapatan secara adil tanpa
mengurangi kegairahan individu-individu bekerja sehingga ke puncak
kesanggupannya. Apabila tujuan ini dapat dicapai maka perataan
pendapatan dapat diwujudkan tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi.
Campur tangan pemerintah diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
2.3.2 Islam
Ekonomi konvensional memiliki paradigma yang berbeda dengan Islam.
Islam memasukkan faktor X (kehendak Tuhan) di dalamnya. Sehingga ekonomi
Islam dibangun dengan berbagai prinsip syariah yang telah dibahas di awal. Dalam
membahas permasalahan yang ada di ekonomi, ekonomi Islam terbagi atas tiga
pemikiran mazhab, berikut adalah penjabarannya:
a. Mazhab Iqtishaduna
Dalam mazhab ini ekonomi dan Islam tidak dapat disatukan karena keduanya
berada pada filosofi yang berbeda diaman ekonomi (anti Tuhan) sementara
Islam (Tuhan). Dalam ekonomi konvensional dikenal permasalahan
kelangkaan. Mazhab ini tidak menerima pendapat tersebut karena berpendapat
bahwa sumber daya tidak ada batasnya sesuai dengan dalil yang mereka
gunakan yakni QS. al-Qamar:49[19]
‫ش ْيء ُك َّّل اِنَّا‬
َ ُ‫ر بِقَدْ َخلَ ْقنَه‬
Artinya: “sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya.”
Mereka berpendapat bahwa keinginan manusia ada batasnya dan sumber daya
tidak ada batas. Permasalahannya utama ekonomi menurut mazhab ini adalah
distribusi yang tidak merata dan adil sehingga harta hanya terpusat pada orang-
orang kuat saja sementara yang lain tidak memilikinya. Sehingga permasalahan
muncul bukan karena sumber daya yang terbatas melainkan karena keserakahan
manusia yang tiada batasnya.
b. Mazhab Mainstream
Mazhab yang kedua ini berbeda dengan ajaran mazhab yang pertama.
Dimana mazhab ini menyetujui bahwa masalah ekonomi muncul karena
keterbatasan sumber daya sementara keinginan manusia tidak ada batasnya.
Sementara itu keinginan manusia tersebut dianggap sebagai fitrah dan
alamiah. Mereka berteguh pada dalil QS. At-Takaatsur: 1-5
ْ َ‫س ْوفَتَ ْعلَ ُم ْون‬
‫تَ َكث ُ ُر ال َه ُك ُم‬. ‫ال َمقَابِ ُر ُز ْرت ُ ُم َحتَّى‬. ّ ‫ تّ ْعلّ ُم ْونَ ك ََّّلس ّْو‬. َ‫اليَ ِقيْنَ ِع ْل َم ك ََّّللَ ْوتَ ْعلَ ُم ْون‬.
َ ‫ك ََّّل‬.‫ف ث ُ َّم‬ ْ
Artinya: “bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk
ke dalam kubur. Sekali-kali tidak kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu). Kemudian sekali-kali tidak kelak kamu akan mengetahui
sekali-kali tidak sekiranya kamu mengetahui dengan pasti.”
Perbedaan antara pemikiran ekonomi konvensionalnya adalah cara
mengatasi masalah tersebut. Apabila di ekonomi konvensional masalah
diatasi dengan cara memilih sesuai dengan keinginan individu tidak peduli
hal tersebut baik atau tidak, dalam Islam diatur cara mementukan pilihan
agar sesuai dengan ajaran agama Islam beserta syariatnya.
c. Mazhab Alternatif-Kritis
Mazhab yang terakhir ini tidak menerima seluruh pemikiran dari mazhab-
mazhab terdahulu. Mazhab ini lebih menekankan pada kritisi terhadap
kedua mazhab tersebut. Mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan
hanya dilakukan pada pemikiran ekonomi konvensional saja namun juga
terhadap ekonomi Islam. Hal tersebut disebabkan karna ekonomi Islam
muncul akibat dari tafsiran akan Al-Qur’an maupun Hadist dimana setiap
individu dapat menafsirkannya dan banyak menimbulkan perbedaan
pendapat atas hal tersebut. Setiap teori yang muncul harus terus dikaji agar
mendapatkan analisis yang paling sempurna sehingga dapat menjadi
rahmatan lil-alamin.
2.4 Nilai Dasar Kepemilikan dan Kedudukan Harta Dalam Islam
Dalam agama Islam, pemilik mutlak dari alam semesta ini adalah Tuhan
Yang Maha Esa. Allah menciptakan alam semesta ini diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Setiap manusia memiliki hak
untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh Tuhan. Manusia hanya
mendapat mandat untuk memanfaatkan dan mengembangkannya untuk
kepentingan kemaslahatan manusia (li hifdz al maslahat al ibad). Namun, hal
tersebut harus dilakukan dengan baik karena kan dipertanggung jawabkan di akhirat
kelak. Dalam ajaran Islam, hak miliki dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Hak miliki individual (milkiyah fardhiah/ private ownership)
b. Hak miliki umum atau publik (milkiyah ‘ammah/ public ownership)
c. Hak miliki negara (milkiyah daulah/ state ownership)
Setiap individu diperbolehkan untuk memiliki dan mengelola sumber daya
yang ada selagi sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Tidak
lupa pula juga harus menjaganya agar tidak menimbulkan kerusakan yang
mengandung mudarat lebih besar dibanding dengan manfaatnya.
Sementara dalam kepemilikan umum barangnya harus dapat dimanfaatkan oleh
seluruh masyarakat yang ada di komunitas tersebut. Hak milik umum terdapat pada
benda dengan karakteristik berikut:
a. Merupakan fasilitas umum, dimana kalau benda ini tidak ada di dalam suatu
negeri atau komunitas, maka akan menyebabkan suatu sengketa dalam
mencarinya, seperti jalan raya, air minum, dan sebagainya.
b. Bahan tambang yang relatif tidak terbatas jumlahnya.
c. Sumber daya alam yang sifat pembentukannya yang menghalangi untuk
dimiliki hanya oleh orang secara individual.
d. Harta benda waqaf, yaitu harta seseorang yang dihibahkan untuk
kepentingan umum.
Membahas tentang kepemilikan pastinya tidak akan lepas dari yang
namanya harta. Seorang muslim hendaknya memandang harta dalam perspektif
yang luas dan luhur seperti halnya Islam memandang harta sebagai amanat yang
dapat dijadikan media oleh manusia untuk mencapai falah semaksimal mungkin
(Siddiiqi, 1985 dan Naqvi, 1981).[24] Atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan
maka kita diharuskan untuk mengelolanya dengan baik. Baik digunakan untuk
kebutuhan konsumsi atau dibelanjakan maupun dikembangkan. Dalam hal ini
maksud dari membelanjakan harta adalah bagaimana kita menyalurkan hasrat
tersebut untuk dimanfaatkan pada hal yang baik seperti nafkah keluarga, membayar
zakat, dan sebagainya. Pengembangan harta dilakukan sesuai dengan syariat Islam
dengan cara usaha produktif dan lain sebagainya.
2.5 Unsur Penting Aktivitas Ekonomi Dalam Islam
Aktivitas dalam ekonomi umumnya terdiri dari 3 aktivitas yakni, produksi,
distribusi dan konsumsi. Dalam ekonomi Islam aktivitas pentingnya juga sama
seperti ekonomi konvensional.
1. Produktif
Produksi merupakan kegiatan mengolah bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi maupun bahan jadi. Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia
dalam menghasilkan suatu produk baik barang, maupun jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Dalam ekonomi Islam tujuan dari prosesnya adalah
memberikan Maslahah bagi umat. Untuk memproduksi sebuah barang atau jasa
dibutuhkan yang namanya faktor produksi. Faktor produksi sendiri terdiri dari
faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input).
Pembagian tersebut dikelompokkan sesuai dengan jangka waktu penggunaannya.
Selain mengubah barang mentah menjadi barang jadi, proses produksi juga
merupakan menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Dikenal lima jenis
kegunaan barang maupun jasa yakni:
a) Guna bentuk
b) Guna jasa
c) Guna tempat
d) Guna waktu
e) Guna milik
2. Konsumsi
Dalam mengonsumsi suatu barang haruslah sesuai dengan maqhasid
syariah. Tujuan pertama mencari kepuasan tertinggi. Batasan dari suatu konsumsi
adalah kemampuan anggaran. Konsumsi dalam Islam harus memperhatikan aspek
ajaran agama Islam. Hal tersebut dapat dilaksanakan dalam hal memperhatikan
orang lain ketika melakukan kegiatan konsumsi. Tujuan konsumsi ekonomi Islam
adalah mengonsumsi dengan lebih mempertimbangkan Maslahah daripada utilitas.
3. Distribusi
Distribusi haruslah merata baik untuk kalangan bawah maupun kalangan
atas. Hal tersebut dilakukan agar seluruh masyarakat sejahtera tanpa terkecuali. Hal
tersebut merupakan salah satu maqhasid syariah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dasar ekonomi Islam ada 5, yakni Adil, Takaful, Tauhid, Kenabian,
Khilafah. Kapitalisme merupakan suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai
oleh berkuasanya “kapital”. Ciri dari sistem ekonomi adalah bukan ekonomi yang
tersentral dan setiap individu memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan
ekonomi tanpa dibatasi oleh pemerintah. Sosialisme adalah ‘aliansi’ atau
keterasingan yang timbul dalam suatu masyarakat kapitalis sebagai akibat dari
eksploitasi kaum proletar oleh kaum borjuis. Setiap individu tidak memiliki kuasa
atas kepemilikan dan segala sistem bersifat terpusat. Sementara itu sistem ekonomi
Islam menganut keduanya dan hanya mengambil sisi positif dari kedua sistem
ekonomi yang telah dijelaskan di atas.
Permasalahan utama dalam perekonomian konvensional adalah tentang
bagaimana mengalokasikan sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya dalam
memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang disebut dengan kelangkaan.
Ekonomi konvensional memiliki paradigma yang berbeda dengan Islam. Islam
memasukkan faktor X (kehendak Tuhan) di dalamnya. Sehingga ekonomi Islam
dibangun dengan berbagai prinsip syariah yang telah dibahas di awal. Dalam
membahas permasalahan yang ada di ekonomi, ekonomi Islam terbagi atas tiga
pemikiran mazhab.
Dalam agama Islam, pemilik mutlak dari alam semesta ini adalah Tuhan
Yang Maha Esa. Allah menciptakan alam semesta ini diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Setiap manusia memiliki hak
untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh Tuhan. Manusia hanya
mendapat mandat untuk memanfaatkan dan mengembangkannya untuk
kepentingan kemaslahatan manusia (li hifdz al maslahat al ibad).
Aktivitas dalam ekonomi umumnya terdiri dari 3 aktivitas yakni, produksi,
distribusi dan konsumsi. Dalam ekonomi Islam aktivitas pentingnya juga sama
seperti ekonomi konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

Defidevianart.blogspot.com. (2020, 26 Januari). Rangkuman Buku Paket Pai Kelas


11/Xi Sma/Smk/Ma/Mak Kurikulum 2013. Diakses pada 27 Januari 2020,
dari http://defidevianart.blogspot.com/2017/05/rangkuman-buku-paket-
pai-kelas-11xi.html
Kementrian Agama Indonesia.2010. Mushaf Aisyah. Bandung: Jabal Raudhatul
Jannah.
Mustahdi dan Mustakim. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti - Buku
Siswa Kelas 11 SMA/SMK. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai