Anda di halaman 1dari 11

PARAMETER-PARAMETER EKONOMI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Dosen pengampu :
Muhamad Wildan Fawa’id, M.EI

Disusun Oleh :
Dila Fitria Cahya Ningsih (934131319)

Zulfa Widya Rachma (934131419)

Riki Budi Dermawan (934131519)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berkaitan dengan “PARAMETER-PARAMETER EKONOMI”.
Shalawat dan salam tidak lupa kami sampaikan kepada pemimpin besar
dan juga suri tauladan bagi manusia, Rasulullah Muhammad SAW karena
dengan ajaran yang beliau bawa mampu mengantarkan kita untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan juga akhirat.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah menjadi sumber dari penyusunan makalah
sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. 

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan


bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan bagi kita
semua. Amin ya rabbal alamin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Rabu, 13 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................i

Daftar Isi .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

a. Landasan Materi...................................................................................1
b. Rumusan Masalah................................................................................1
c. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................2

a. Nilai/Norma Vs Hasil.........................................................................2
b. Pembangunan Keimanan Vs Pertumbuhan........................................4
c. Kestabilan Sosial Vs Kestabilan Ekonomi.........................................5

BAB III PENUTUP........................................................................................7

Kesimpulan.........................................................................................7

Daftar Pustaka.....................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Materi
Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur ekonomi dan
usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejaheraan penduduk atau
masyarakat. Kemiskinan, keterbatasan modal dan rendahnya kualitas sumber daya
manusia adalah beberapa contoh masalah pembangunan yang harus diatasi. Dengan
adanya pembangunan ekonomi diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan merangsang proses produksi barang maupun jasa dalam kegiatan
masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan
dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan
sebagai ukuran atas perkembangan atau kemajuan perekonomian dari suatu negara
atau wilayah karena berkaitan erat dengan aktivitas kegiatan ekonomi masayarakat
khususnya dalam hal peningkatan produksi barang dan jasa. Peningkatan tersebut
kemudian diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sudah sewajarnya
peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target pembangunan baik di
tingkat nasional maupun daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Nilai/Norma Vs Hasil?
2. Apa yang dimaksud Pembangunan Keimanan Vs Pertumbuh?
3. Apa yang dimaksud Kestabilan Sosial Vs Kestabilan Ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Nilai/Norma Vs Hasil.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Pembangunan Keimanan Vs Pertumbuh.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Kestabilan Sosial Vs Kestabilan Ekonomi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai/Norma Vs Hasil
Nilai dasar dalam ekonomi islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini
dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi
islam nilai-nilai dasar tersebut berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemudian
sebagai ekonomi yang bersifat rabbani maka ekonomi Islam mempunyai sumber nilai-
nilai normatif imperatif, sebagai panduan serta pedoman yang mengikat dengan
mengakses kepadaaturan ilahiyah setiap perbuatan manusia mempunyai unsur moral
etika dan ibadah. Setiaptindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai yag secara
vertikal merefleksikan moralitas yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat
bagi manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada) ditegaskan
sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat atau kasih dari
Tuhan, baik selaku pedagang, produsen, konsumen, debitor maupun kreditor. Prinsip
atau nilai sebagai landasan dasar dan pengembangan ekonomi islam terdiri dari lima
nilai universal yaitu :
1. Tauhid (keesaan Tuhan)
Tauhid merupakan fondasi fundamental ajaran Islam bahwa tauhid itu yang
membentuk tiga asas pokok filsafat ekonomi Islam
a. “Dunia dan segala isinya hanya milik Allah dan berjalan menurut
kehendaknya” .
b. Allah adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk kepadanya.
c. Secara horizontal iman kepada hari akhir akan mempengaruhi perilaku
manusia dalam aktivitas ekonomi.
2. ‘Adl (keadilan) Allah adalah sang pencipta seluruh yang ada di dalam muka bumi
ini, dan ‘adl merupakan salah satu sifatnya. Allah menganggap semua manusia itu
sama dihadapannya dan memiliki potensi yang sama untuk berbuat baik, karena
yng menjadi pembeda baginya hanya tingkat ketakwaan setiap individunya.
3. Nubuwwah (Kenabian) Karena sifat cinta, kasih, sayang, dan kebijaksanaan Allah,
manusia tidak dibiarkan semena-mena hidup di dunia ini tanpa mendapat petunjuk
dan bimbingan dari-Nya. Maka dari itu diutuslah para nabi dan rasul sebagai
delegasi dalam menyampaikan petunjuk Allah kepada manusia tentang bagaimana
hidup yang baik, benar, dan berkah (hayatun thoyyibah) di dunia, dan

2
mengajarkan jalan/cara untuk kembali kepada Allah jika ia melakukan kesalahan
atau kekhilafan (taubah).
4. Khilāfah (Pemerintahan) Khilafah merupakan representasi bahwa manusia adalah
pemimpin (khalifah) di dunia ini dengan dianugerahi seperangkat potensi mental
dan spiritual oleh Allah SWT, serta disediakan kelengkapan sumberdaya alam
atau materi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk sustainibilitas atau
keberlangsungan hidupnya. Sehingga kosep khilāfah ini melandasi prinsip
kehidupan kolektif manusia atau hablum minannas dalam Islam. Fungsi utamanya
adalah untuk menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar pelaku ekonomi
dan bisnis, agar dapat meminimalisir kekacauan, persengketaan, dan keributan
dalam aktivitas mereka.
5. Ma’ād (Hasil) Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk berjuang, dari
belum bisa berjalan menjadi bisa berlari, dari belum bisa melafalkan kata-kata
menjadi bisa berbicara, dan masih banyak contoh lainnya. Dalam perspektif Islam
dunia adalah ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan tempat bagi manusia
untuk mencari bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal shaleh. Kelak
amalnya itu akan mendatangkan kebahagiaan dan mendapatkan balasan, baik
semasa hidup di dunia maupun ketika di akhirat nanti. Pada prinsipnya perbuatan
baik akan dibalas dengan kebaikan, dan demikian juga sebaliknya. Oleh karena
itu, ma’ād bermakna balasan, imbalan, ganjaran. Menurut Imam Al-Gazhali
implikasi konsep ma’ād dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya,
mendapatkan profit/laba sebagai motivasi para pelaku bisnis. Laba tersebut bisa
didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan diterima di akhirat. Karena itu
konsep profit/laba mendapatkan legitimasi dalam Islam.1
Nilai Ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan
seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan ada tidaknya keuntugan
finansial sebagai akibat dari perbuatannya itu. Nilai ekonomi ini dikontraskan dengan
nilai seni. Dan setiap perbuatan manusia mempunyai unsur moral, etika, dan ibadah.
Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal
merefleksikan moralitas yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi
manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar tangan dan
murah hati) ditegaskan sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan

1
Hendri Hermawan Adinugraha, ”NORMA DAN NILAI DALAM ILMU EKONOMI ISLAM”, Jurnal Media
Ekonomi & Teknologi Informasi Vol.21 No. 1 Maret 2013, hal 53-56

3
rahmat atau kasih dari Tuhan, baik selaku pedagang/pebisnis, produsen, konsumen,
debitor maupun kreditor. Maka dari itu nilai-nilai ekonomi sangat penting untuk
kelangsungan hasil yang baik dan produktif.
B. Pembangunan Keimanan Vs Pertumbuh
Ekonomi pembangunan merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang bersifat
terapan (applied economics). Ilmu ini diperlukan dalam rangka memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh Negara-negara yang baru merdeka. Pada umumnya
negara-negara ini adalah negara yang sedang berkembang dan menghadapi masalah
kemiskinan, kebodohan, pengangguran, keterbelakangan, dan ketertinggalan dalam
semua aspek kehidupan. Oleh karenanya mereka bermaksud mengatasi masalah-
masalah tersebut hingga cepat, tepat, dan tuntas. Sementara itu, istilah pembangunan
ekonomi (economic development) biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi
di negara-negara berkembang. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai
”economic development is growth plus change” (pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam struktur dan
corak kegiatan ekonomi). Dengan kata lain, dalam mengartikan istilah pembangunan
ekonomi, ekonom bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan
nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada
usaha perombakan sektor pertanian yang tradisional, mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan.2
Dalam berbagai literatur tentang ekonomi Islam. Ekonomi Islam pada
dasarnya memandang bahwa pertumbuhan ekonomi adalah bagian dari pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didefenisikan dengan: “a suistained growth of a right
kind of output which can contribute to human welfare” (pertumbuhan terus-menerus
dari faktor produksi secara benar yang mampu memberikan konstribusi bagi
kesejahteraan manusia). Berdasarkan pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi
menurut Islam merupakan hal yang sarat nilai.
Pertumbuhan ekonomi menurut ekonomi Islam, bukan sekedar terkait dengan
peningkatan terhadap barang dan jasa, namun juga terkait dengan aspek moralitas dan
kualitas akhlak serta keseimbangan antara tujuan duniawi dan ukhrawi. Ukuran
keberhasilan pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata dilihat dari sisi pencapain
materi semata atau hasil dari kuantitas, namun juga ditinjau dari sisi perbaikan

2
ALMIZAN, “PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM”, Jurnal Kajian
Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016, hal. 205-207

4
kehidupan agama, sosial dan kemasyarakatan. Jika pertumbuhan ekonomi yang terjadi
justru memicu terjadinya keterbelakangan, kekacauan dan jauh dari nilai-nilai
keadilan dan kemanusiaan, maka dipastikan pertumbuhan tersebut tidak sesuai dengan
ekonomi Islam. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah : (1) Sumber daya yang dapat dikelola
(invistible resources), (2) Sumber daya manusia (human resources), dan Wirausaha
(entrepreneurship), dan (3) Teknologi (technology). Ekonomi Islam melihat bahwa
faktorfaktor di atas sangat penting dan diinginkan dalam pencapaian pertumbuhan
ekonomi.
Kajian tentang pertumbuhan (growth) dan pembangunan (development)
ekonomi dapat ditemukan dalam konsep ekonomi Islam. Pembangunan Ekonomi
dalam Perspektif (Almizan) 221 Konsep ini pada dasarnya telah dirangkum baik
secara eksplisit maupun implisit dalam AlQur’an, sunnah, maupun pemikiran-
pemikiran ulama Islam terdahulu, namun kemunculan kembali konsep ini, khususnya
beberapa dasawarsa belakangan ini terutama berkaitan kondisi negara-negara muslim
yang terbelakang yang membutuhkan formula khusus dalam strategi dan perencanaan
pembangunannya. Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan ekonomi dalam Islam
adalah pengawasan yang sebenarnya, yang mendapat kedudukan utama.
Penyelewengan kegiatan ekonomi oleh sebagian pelaku ekonomi dikarenakan
lemahnya pengawasan yang mengandalkan kontrol negara. Dalam lingkungan
ekonomi Islam ditanamkan pengawasan hati nurani yang terbina atas keyakinan akan
adanya Allah Swt dan perhitungan hari akhir. Seorang muslim akan merasa tidak
mampu lepas dari pengawasan Allah Swt meskipun ia bisa lepas dari pengawasan
kekuasaan manusia. Untuk menjawab suatu tantangan perekonomian global yang
semakin besar dimasa akan datang, maka diperlukan upaya dan langkah strategis yang
tepat dan efektif.

C. Kestabilan Sosial Vs Kestabilan Ekonomi

Kestabilan sosial adalah kegiatan berinteraksi satu sama lain dalam situasi
sosial, bisa membantu kita untuk memahami bahwa sistem sosial berkaitan erat
dengan pola interaksi manusia yang ajeg. Keajegan ini membentuk mekanisme yang
disebut sebagai kestabilan. Sistem sosial sangat penting untuk Mencakup upaya-upaya
aktor untuk menyelamatkan sumber daya di lingkungan yang terbatas dan

5
mendistribusikannya sehingga sistem sosial tetap berjalan. Namun demikian bukan
hanya interaksi yang membentuk sebuah sistem, tetapi juga simbol-simbol dan nilai
kultural yang terstruktur. Artinya berada dalam struktur sosial.

Begitu juga dengan kestabilan ekonomi yang harus didukung oleh kestabilan
sosial, sehingga membentuk kestabilan yang sinkron. Stabilitas perekonomian adalah
prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui
pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas
perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku
ekonomi.

Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi


perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan akan menyulitkan masyarakat, baik
swasta maupun rumah tangga, untuk menyusun rencana ke depan, khususnya dalam
jangka lebih panjang yang dibutuhkan bagi investasi. Tingkat investasi yang rendah
akan menurunkan potensi pertumbuhan ekonomi panjang. Adanya fluktuasi yang
tinggi dalam pertumbuhan keluaran produksi akan mengurangi tingkat keahlian
tenaga kerja yang lama menganggur. Inflasi yang tinggi dan fluktuasi yang tinggi
menimbulkan biaya yang sangat besar kepada masyarakat. Beban terberat akibat
inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh penduduk miskin yang mengalami penurunan
daya beli. Inflasi yang berfluktuasi tinggi menyulitkan pembedaan pergerakan harga
yang disebabkan oleh perubahan permintaan atau penawaran barang dan jasa dari
kenaikan umum harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih.
Akibatnya terjadi alokasi inefisiensi sumber daya.

Jadi, antara stabilitas sosial dan stabilitas ekonomi harus berlangsung secara
terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang atau jasa dan arus
uang berjalan dengan seimbang dan memaksimalkan hasil produksi diatur dengan
alasan keuntungan dan siap dilaksanakan secara mekanisme pasar.3

3
Madnasir, “STABILISASI EKONOMI DALAM EKONOMI ISLAM”, Jurnal ASAS, Vol. 2, No. 2, Juli 2010,
hal. 47

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Islam melihat pembangunan ekonomi sebagai pertumbuhan kematangan


manusia, dimana kemajuan materi harus menunjang kematangan spiritual. Beberapa
tujuan penting mesti diprioritaskan seperti: pertumbuhan diiringi dengan tenaga kerja
yang dapat diandalkan, akan menjadi suatu kualitas pekerjaan yang bermutu, stabilitas
ekonomi, keadilan distributif dan kepedulian terhadap alam. Ekonomi Islam
merealisasikan keseimbangan antara kepentingan Individu dan Kepentingan
Masyarakat. Cita-cita luhur ekonomi Islam adalah melaksanakan misi sebagai
khalifah di bumi dengan tugas memakmurkannya. Bahwa Seorang muslim
berkeyakinan akan mempertanggungjawabkan kewajibannya dihadapan Allah Swt.

Keuntungan material yang dicapai dalam setiap kegiatan ekonomi, bagi


seorang muslim adalah menjadi tujuan perantara untuk meraih cita-cita insani berupa
kepatuhan kepada Allah Swt. Jika melihat kondisi yang ada pada saat ini, maka solusi
jangka panjang terbaik yang harus dilakukan oleh suatu negara adalah dengan sistem
sektor pendidikan berkualitas, sebagai pilar pengembangan sumber daya manusia
yang berkualitas dan capale. Sektor pendidikan inilah yang akan memproduksi SDM
negara, yang akan membawa negara tersebut apakah kearah yang lebih baik dimasa
depan, atau sebaliknya malah memperburuk kondisi negara untuk masa akan
datangnya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Hendri Hermawan Adinugraha (2013), NORMA DAN NILAI DALAM ILMU
EKONOMI ISLAM, Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi, 21, 49-59
https://media.neliti.com/media/publications/41092-ID-norma-dan-nilai-dalam-ilmu-
ekonomi-islam.pdf

ALMIZAN (2016), PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF


EKONOMI ISLAM Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 1, 204-222

http://journal.febi.uinib.ac.id/index.php/maqdis/article/downloadSuppFile/46/53

Madnasir (2010), STABILISASI EKONOMI DALAM EKONOMI ISLAM, Jurnal


ASAS, 2, 46-60

https://media.neliti.com/media/publications/177514-ID-stabilisasi-ekonomi-dalam-ekonomi-
islam.pdf

Anda mungkin juga menyukai