Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKHLAK DALAM EKONOMI ISLAM


MATA KULIAH : PENGANTAR AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPU : DR. BAKRAN SUNI, M.Ag

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

QYAN FARISKA
B1021211228

MANAJEMEN D / REG A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Semester ke-1 tahun 2012/2013. Berkat rahmat dan karunianya, serta
di dorong kemauan yang keras disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang ”AKHLAK” dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Makalah berisi tentang “akhlak”. Manusia yang hidup dalam bimbingan akhlak akan
melahirkan suatu kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah
dan Rasulnya, serta akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena keterbatasan ilmu
dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan
demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan
khususnya bagi para pembaca .

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan masalah ………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak……………………………………………………… 3
2.2 Pengertian Ekonomi Islam……………………………………………… 4
2.3 Pembinaan Akhlaktul Karimah………………………………………… 5
2.4 Akhlak Dalam Bidang Ekonomi…………………………………………6
2.5 Akhlak Ekonomi Islam…………………………………………………..7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 8
Daftar Pustaka ………………………………………………………............ 9

Iii
Pendahuluan

A). Latar Belakang


Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Ekonomi Islam bertitik tolak
dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat
Allah. Menurut agama Islam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan yang
menyeluruh, dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari alquran dan hadits yang
diaplikasikan pada hubungan kepada Allah dan kepada manusia secara bersamaan, Nilai-nilai
inilah yang menjadi sumber ekonomi Islam, Sehingga kegiatan ekonomi terikat oleh nilai-nilai
keislaman, termasuk dalam memenuhi kebutuhan. Pada hakikatnya, manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, bertujuan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Di antara
kebutuhan yang diperlukan ialah barang dan jasa, yang mampu memberikan manfaat kepada
manusia, baik untuk dirinya maupun orang lain. Nilai manfaat inilah yang menjadi salah satu
faktor dari kebutuhan manusia atau disebut sebagai nilai ekonomis dalam perspektif ilmu
ekonomi. Ilmu ekonomi membagi kebutuhan menjadi tiga, yaitu kebutuhan primer, kebutuhan
sekunder, dan kebutuhan tersier. Sedangkan kebutuhan menurut syariat Islam dalam konsep.
maqa>s}id asy-syari>’ah disebut daruriyat, hajiyat, dan tahsiniyat, Mengacu pada
kebutuhan primer dalam ekonomi Islam dikenal sebagai kebutuhan daruriyat, seperti sandang,
pangan dan papan. Salah satu kebutuhan sandang adalah pakaian. Pakaian merupakan salah
satu kebutuhan manusia, sebab pakaian memiliki kegunaan atau nilai ekonomis bagi
kelangsungan hidup manusia. Secara umum pakaian berfungsi untuk melindungi tubuh dari
sengatan matahari, udara dingin dan lain-lain. Kebutuhan ini harus dipenuhi untuk memelihara
keselamatan dan kelangsungan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Nilai guna
pakaian dalam agama Islam, tidak sekedar berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi bertujuan
untuk menutup aurat sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada Allah. Tanda kepatuhan
terhadap Allah dalam berpakaian mengandung fungsi etika dan estetika dalam kehidupan
manusia. Etika berpakaian merupakan perilaku baik dan buruknya manusia berpakaian dalam
kehidupan sosial (muamalah) dan juga sebagai hamba dalam kepantasan berpakaian diatur
dalam syariat agar sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadis.
Sedangkan Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam, sistem nilai
tersebut merupakan sumber ijtihad sebagai salah satu metode berpikir secara islami. Ilmu
tentang Akhlak bertujuan untuk mengetahui perbedaan perbuatan manusia yang baik dan
buruk, agar manusia dapat memiliki pegangan dan terhindar dari perangai jahat, dan akan
menciptakan tata tertip dalam pergaulan dimasyarakat.

C). Rumusan Masalah


1). Apa itu Akhlak ?
2). Bagaimana cara pembinaan akhlakul karimah dalam ekonomi ?
3). Bagaimana akhlak dalam bidang ekonomi ?
4). Bagaimana penerapannya dalam ekonomi islam ?
Pembahasan
A). Pengertian Akhlak.
Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke
dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata
khuluqun yang mengandung arti:
1). Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa
kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
2). Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni
berdasarkan keinginan.
3). Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan sehingga
menjadi adat kebiasaan.
Secara singkat kata akhlak yang berarti kesopanan dan agama (budi pekerti). Terdapat
pula kata akhlakul karimah yang memiliki arti perbuatan mulia lagi terpuji yang diwujudkan
dalam bentuk sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang dapat
kamu pahami pada buku Komik Akhlak Dalam Al’Qur’An yang dikemas dalam bentuk komik
animasi sehingga lebih menyenangkan untuk dipelajari. Akhlak sangat penting untuk
kehidupan setiap muslim, baik secara pribadi maupun masyarakat. Karena dengan akhlak
seseorang dapat menyempurnakan kepribadiannya. Maka dari itu, setiap aspek ajaran islam
berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak yang mulia (karimah).

B). Pengertian Ekonomi Islam.


Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam sistem
ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun, definisi tersebut mengandung kelemahan
karena menghasilkan konsep yang tidak kompatibel dan tidak universal. Karena dari definisi
tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori (apriory
judgement) benar atau salah tetap harus diterima.
2.4 Pembinaan Akhlakul karimah
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna jika dibandingkan dengan
makhluk lain dan juga manusia sebagai penerima dan pelaksana ajaran-Nya. Oleh karena itu
manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan
Allah yang lain. Agar manusia dapat mempertahankan kedudukan yang mulia dan tinggi
tersebut. Maka Allah membekali manusia dengan akal dan perasaan yang memungkinkan
manusia untuk menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam suatu proses
pendidikan. Kemudian mengembangkan ilmu tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari, serta
akal pula yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Selain itu akal dan perasaan
dapat menentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosial dalam melaksanakan segala
hal bentuk kegiatan dengan penuh cermat dan tanggung jawab.
Agama Islam merupakan suatu agama yang didalamnya, mengandung ajaran bagi seluruh
umat-Nya. Salah satu ajaran Islam yang paling mendasar adalah masalah akhlak. Yang mana
akhlakul karimah tersebut di wajibkan oleh Allah. Sebagaimana yang telah disebut dalam salah
satu firman Allah surat Luqman yang berbunyi:
“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Berdasarkan ayat diatas maka akhlakul karimah dalam keluarga ini diwajibkan pada setiap
orang. Yang mana akhlak tersebut banyak menentukan sifat dan karakter seseorang, khususnya
dalam pergaulannya. Seseorang akan dihargai dan dihormati apabila memiliki sifat atau
mempunyai akhlak mulia. Demikian juga sebaliknya dia akan dicampakkan dan dibenci
apabila dia berakhlak yang buruk dan tercela, bahkan di hadapan Allah akan mendapatkan
balasan sesuai dengan apa yang yang dilakukannya.
Sebagaimana juga kita ketahui bahwa nilai dan harga manusia itu terletak pada akhlaknya
yaitu tingkah laku dan amal perbuatannya, semakin luhur akhlak seseorang, semakin tinggi
nilai dan harga dirinya. Karena itu upaya pembinaan dan peningkatan akhlak dalam
melestarikan martabat manusia adalah teramat penting dan dalam hal ini Islam dengan segenap
aspek ajarannya merupakan salah satu alternative sebagai pedoman dan tuntunan. Manusia
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yaitu tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain, dengan kata lain manusia hidup dalam suatu masyarakat, dalam kehidupan
bermasyarakat ini akhlak mempunyai peranan yang penting sekali, khususnya dalam
kehidupan sehari-hari, sebab kejayaan suatu negara itu terletak pada akhlak masyarakatnya.
Demikian pula kehancuran di muka bumi ini disebabkan perbuatan manusia itu sendiri
sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi :
“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
2.5 Akhlak Dalam Bidang Ekonomi.
Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era kecanggihan
informasi dan teknologi seperti sekarang ini, apapun bisa di perjual belikan dengan mudah dan
cepat, meski tanpa harus bertemu muka antara produsen dan konsumen di dua wilayah yang
berjauhan.
Akibatnya persaingan bisnis pun saat ini menjadi semakin ketat dan keras. Kalau dulu
pesaing kita adalah “pemain” lokal, kini kita akan berhadapan dengan “pemain-pemain”
berskala nasional, regional bahkan internasional. Bukan hanya itu, dalam perkembangannya
persaingan bisnis saat ini cenderung mengarah pada praktik persaingan liar yang menghalalkan
segala cara (machiavelistik). Istilah persaingan usaha yang sehat kini terasa semakin
berkembang di tanah air. Tidak hanya bagi kalangan ahli hukum dan akademisi melainkan juga
di kalangan masyarakat, perlahan tetapi pasti mulai memahami dan menyadari tujuan dan
manfaat dari kelahiran UU No. 5 tahun1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Peluang-peluang usaha yang tercipta selama dasawarsa yang lalu dalarn kenyataannya belum
membuat seluruh masyarakat mampu dan berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai
sektor ekonomi. Perkembangan usaha swasta selama periode tersebut di satu sisi diwarnai oleh
berbagai bentuk kebijakan pemerintah yang kurang tepat sehingga pasar menjadi terdistorsi.
Di sisi lain, perkembangan usaha swasta dalam kenyataannya sebagian besar merupakan
perwujudan dari kondisi persaingan usaha yang tidak sehat.
Fenomena di atas telah berkembang didukung oleh adanya hubungan saling terkait antara
pengambil keputusan dengan para pelaku usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga memperburuk keadaan. Penyelenggaraan ekonomi nasional kurang mengacu kepada
amanat Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, serta cenderung menampakkan corak yang
sangat monopolistik. Para pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan jatah
berlebih, sehingga berdampak pada munculnya kesenjangan sosial. Munculya konglomerasi
dan sekelompok kecil pengusaha kuat yang tidak didukung oleh semangat kewirausahaan sejati
merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketahanan ekonomi menjadi sangat rapuh
dan tidak mampu bersaing.
Perkembangan bisnis di Indonesia telah menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok
raksasa konglomerat. Di samping ada unsur positifnya, perkembangan tersebut telah
menimbulkan dampak negatif berupa tidak terlindunginya usaha kecil maupun konsumen.
Monopoli dan trust telah menjadi masalah yang krusial di negeri ini.
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum. Kegiatan yang dilarang dalam praktek bisnis adalah monopoli, monopsoni,
penguasaan pasar, persekongkolan, posisi dominan, jabatan rangkap, pemilikan saham
mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis (Elsi Kartika Sari, Hukum dalam Ekonomi,
Grasindo, Jakarta, 2007. hlm. 172).
2.6 Akhlak Ekonomi Islam.
Semakin berkembangnya dunia perekonomian, islam sudah sejak dulu membahas dunia
perekonomian. Ini terbukti dari bangsa Arab yang melakukan kegitan perdagangan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka, islam mengarahkan mekanisme berbasis moral
spiritual dalam pemeliharaan keadailan sosial pada aktivitas ekonomi.
Perekonomian sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, semakin banyak materi yang di
miliki maka manusia itu akan hidup bahagia tapi di sisi lain moral islam mengarahkan pada
kenyataan bahwa hak milik harus berfungsi sebagai pembebas manusia dari sifat materialistis.
Dalam islam legistimasi hak milik akan bergantung dan erat sekali dengan pesan moral untuk
menjamin keseimbangan kehidupan, konsep akhlak sangat erat sekali kaitannya dengan hukum
Allah Subhanahu Wa Ta Ala yang bersangkut paut dengan halal haram. Allah menciptakan
harta untuk umatnya tapi tidak untuk di salah gunakan, manusia merupakan perantara
pemanfaatan harta yang di berikan oleh Allah dan pemanfaatannya harus mengutamakan
kepentingan umat dan agama.
Ada 4 nilai utama yang berhubungan dengan akhlak dan ekonomi yang berlandaskan Islam
yaitu:
1. Rabbaniyah (keTuhanan) yaitu ekonomi yang sesuai dengan tuntunan Allah dan untuk
mencari ridha Allah
2. Akhlak ekonomi yaitu dalam melakukan kegiatan ekonomi kaum muslim tidak boleh
meninggalkan akhlak seperti aktivitas pariwisata kaum muslimin tidak boleh
mengizinnkan membawa minuman khamr atau menjadikan rumahnya sebagai tempat
berjudi serta menghalalkan yamg haram lainnya.
3. Ekonomi Kemanusiaan yaitu manusia harus bekerja keras dan berkreasi untuk
mendapatkan perekonomian yang baik
4. Pertengahan yaitu adanya kesimbangan antara individu dan masyarakat.

Akhlak ekonomi juga merupakan tindakan ekonomi yang mencampur adukkan antara ranah
ekonomi dan hukum agama yang merupakan penentuan kebijakan ekonomi yang di tujukan
kepada umat muslim yang melekat pada watak manusia. Akhlak ekonomi sumber daya yang
di gunakan secara rasional sesuai kebutuhan tidak boleh berlebih-lebihan, dalam kegiatan
sehari-hari tanpa di sadari sebenarnya kita telah melakukan kegiatan ekonomi. Akhlak
Ekonomi dalam islam di gunakan untuk mencegah hal-hal yang di larang dalam islam. Di
dalam melakukan kegiatan ekonomi kita harus tahu aturan-aturannya mana yang di larang dan
diperbolehkan berdasarkan hukum dalam agama islam sendiri.
Sebenarnya bangunan akhlak dalam ekonomi Islam itu sendiri sudah tercermin dari istilah
yang digunakan. Ekonomi dalam Islam diperkenalkan dengan kosakata iqtishad. Tidak
diketahui, kapan istilah ini mulai diperkenalkan. Yang jelas, makna literal dari iqtishad adalah
al-wasath (tengah-tengah). Bisa juga disebut sebagai kondisi equilibrum. Dengan istilah ini,
seolah digambarkan bahwa mengambil untung itu jangan banyak-banyak meski itu halal.
Terlalu berlebihan mengambil untung, termasuk tindakan i’tida’ (melampaui batas). Terkadang
efeknya bisa menyeret pelakunya sebagai seorang yang muhtakir (pelaku monopoli) yang
dilarang secara nash.
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa Akhlak merupakan salah satu unsur yang paling utama dalam
ekonomi Islam. Unsur itu begitu kuat sehingga seorang cendekiawan Perancis mendefinisikan
ekonomi Islam itu sebagai ekonomi yang berakhlak. Disamping akhlak terdapat nilai-nilai yang
mewarnai ekonomi Islam yaitu nilai Rabbani (ketuhanan), nilai Insani (Kemanusiaan), dan
nilai Wasathi (moderat dan sederhana). Tidak dapat dinafikan bahwa ekonomi memiliki fungsi
dan peranan yang sangat dalam kehudupan modern. Beberapa dekade yang lalu kita
menyaksikan perbelahan ekonomi antara sistem ekonomi komunis dengan sistem ekonomi
kapitalis. Selepas keruntuhan sistem komunis, kaum kapitalis kini telah berjaya menguasai
pasaran ekonomi seluruh dunia.
Islam memandang ekonomi sebagai perkara serius karena Islam menilai bahwa harta itu
sendiri merupakan salah satu dari lima keperluan asas dalam kehidupan. Lima keperluan asas
itu ialah: agama, jiwa, akal, nasab keturunan, dan harta. Inilah lima perkara asas yang tidak
boleh dilengahkan oleh manusia. Sebab melengahkan perkara sedemikian bisa membahayakan
diri sendiri. Islam merupakan risalah akhlaqiyah dan tamadun Islam merupakan tamadun
akhlaqiyah. Seluruh misi dan risalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
mengandung unsur akhlak. Bahkan baginda telah mendefinisikan risalahnya dalam sabdanya:
“Sesungguhnya (tujuan) saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak dan budi
pekerti” (HR.Bukhari dan Muslim). Allah Subhanahu Wa Ta Ala mengesahkan sabda Baginda
Rasulullah tersebut dengan firman-Nya:”Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi
pekerti yang agung”. (Surah al-Mulk 68:4). Isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
menafsirkan perkataan budi pekerti atau akhlak yang agung ini seraya berkata, “Sesungguhnya
akhlak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam itu ialah Al- Quran.”
Ekonomi meiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Islam
memandang ekonomi sebagai perkara serius karena Islam menilai bahwa harta itu sendiri
merupakan salah satu bagian dari Lima Keperluan Asas dalam kehidupan. .Mengandung unsur
akhlak, bahkan tujuan diutusnya Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlak
(liutammima makarimal akhlaq). Ekonomi yang berpaksikan kepada akhlak tidak akan
mengorbankan nilai-nilai murni demi mencapai keuntungan materi. Sebaliknya ia akan
mengorbankan keuntungan demi mencapai akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Peran akhlak dalam ekonomi islam :
1. Perekonomian masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim, akan menjadi baik bila
menggunakan kerangka kerja atau acuan norma-norma Islami.
2. Pendekatan sosiologis; berupa kerangka cuan variabel-variabel, dan model-model yang
digunakan oleh sosiolog dalam memahami dan menjelaskan kenyataan sosial/fenomena yang
terjadi dalam masyarakat.
3. Operasional proses pertumbuhan prilaku ekonomi religius ini memerlukan pergeseran
paradigma ilmu tauhid khususnya, dan bahkan ilmu agama Islam pada umumnya. Dalam hal
ini, agama sebagai motivasi untuk bertindak dalam kegiatan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

 www.belajaragamaislam.blogspot.com
 www.ilmuislam.blogspot.com
 www.gudangilmu.blogspot.com
 Dasar – dasar Akhlak;, Prof. DR. ZAKIAH HARADJAT dkk, 1990, JAKARTA.
 Belajar Akhlak, H.SULAIMAN RASJID, 2005 BANDUNG.
 Pendidikan Agama Islam, Drs. NANDANG l.HAKIM,1988, BANDUNG.

Anda mungkin juga menyukai