Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam
Dosen Pengampu:
Zulaikah, M.E
Disusun Oleh
Kelompok 2 :
2023
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.......................................................................................................................iv
A. Latar Belakang...............................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................v
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................v
BAB II .......................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..........................................................................................................................1
A. Perilaku Konsumsi Islam................................................................................................1
1. Norma Dan Etika Dalam Konsumsi..............................................................................3
2. Dampak Konsumsi Yang Haram...................................................................................4
B. Teori Nilai Guna dan Hubungannya dengan Teori Maslahah.........................................5
C. ebutuhan (need) Dan Keinginan (want).........................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi utuhan hidupnya.
Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam ngatur bagaimana manusia bisa
melakukan kegiatan-kegiatan sumsi yang membawa manusia berguna bagi ke-
maslahatan pnya. Islam telah mengatur jalan hidup manusia lewat al-Quran nal-
Hadits, supaya manusia di jauhkan dari sifat yang hina karena laku konsumsinya.
Perilaku konsumsi yang sesuai dengan entuan Allah dan Rasulullah saw akan
menjamin kehidupan anusia yang lebih sejahtera. Seorang muslim dalam
berkonsumsi didasarkan atas beberapa timbangan:
iv
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perilaku Konsumsi Islam?
2. Apa Norma Dan Etika Konsumsi?
3. Apa Dampak Konsumsi Yang Haram?
4. Jelaskan tentang Kebutuhan (need) dan Kengininan (want)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Norma dan Etika Konsumsi.
3. Untuk mengetahui Dampak Konsumsi Yang Haram.
4. Untuk mengetahui apa itu Kebutuhan dan Konsumsi.
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
Imam Asad Habi mengatakan, bahwa kemaslahatan manusia dapat terealisasi
apabila 5 unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara yaitu agama (ad-din) ,
jiwa (an-nafs), akal (al 'aql), keturunan (an-nashr) dan harta (al mal).
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
buni, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
2
yang dikonsumsi itu bukan bangkai, darah, daging babi, dan seluruh hal yang
kotor dan jorok lainnya.
3
Di samping itu, membunuh semangat jihad. Ali Abd ar-Rasul juga menilai
dalam masalah ini bahwa gaya hidup mewah (israf) merupakan faktor
yang memicu terjadinya dekadensi moral masyarakat yang akhirnya
membawa kehancuran masyarakat tersebut." Bagi Afzalur Rahman,
kemewahan (israf) merupakan berlebih-lebihan dalam kepuasan pribadi
atau membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak perlu. Dalam QS Al-
A'raaf [7]: 31, Allah telah memperingatkan akan sikap ini:
“Hai Anak Adam, pakailah pakaian yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
4
orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu). Kemudian beliau menyebutkan tentang
seorang berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit; Ya
Rabbku ya Rabbku, laki-laki a yang telah melakukan perjalanan
panjang dengan rambut kusut dan sementara makanannya haram,
pakaiannya haram, minumannya haram dan Tumbuh dengan makanan
yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?" (HR
Muslim)
c. Masuk Neraka
"Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengatakan: "Wahai Ka'b bin 'Ujrah, sesungguhnya tidak
akan masuk surga daging yang tumbuh dari makanan haram." (HR Ad-
Darimi)
Makanan adalah bahan baku untuk tubuh sehingga jika daging yang
tumbuh pada tubuh seseorang berasal dari makanan yang haram maka
tubuhnya akan enggan untuk beribadah dan taat kepada Allah Azza Wa
Jolla, dirinya akan memiliki kecenderungan untuk bermaksiat kepada
Allah. tubuh Mengonsumsi makanan yang haram tidak hanya
menghalangi untuk beribadah, tertolak doanya, namun juga membuatnya
pantas untuk masuk neraka.
5
Dalam ekonomi Islam, kepuasan dikenal dengan maslahah dengan
pengertian terpenuhi kebutuhan baik bersifat fisik maupun spritual Islam sangat
mementingkan keseimbangan kebutuhan fisik dan nonfisik yang didasarkan atas
nilai-nilai syariah. Seorang Muslim untuk mencapai tingkat kepuasan harus
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu barang yang dikonsumsi adalah halal,
baik secara zatnya maupun cara mem tidak bersikap israf (royal) dan tabzir (sia-
sia). Oleh karena itu va seorang Muslim tidak didasarkan banyak sedikitnya
barang yang dikonsums tetapi didasarkan atas berapa besar nilai ibadah yang
didapatkan dari yang dikonsumsinya.
"Berikan hak kaum keluarga, kaum miskin dan yang terlantar alam perjalanan.
Jangan kamu hamburkan hartamu secara boros Sungguh para pemboros betul-
betul saudara setan. Setan itu kufur pada nikmat Tuhannya". Demikian pula
dalam surat al-A'raf (7) ayat 31 Allah menyatakan, "...makan dan minumlah dan
jangan melampaui batas. Allah tidak senang pada orang yang melampaui batas."
Allah menganjurkan hidup dalam keseimbangan sebagaimana tersebut dalam
6
surat al-Furqaan (25) ayat 67 yang berbunyi, "Mereka membelanjakan hartanya
tidak boros dan tidak pula kikir, mereka bersikap seimbang antara keduanya".
َو ُك ُلوا َو اْش َرُبوا َو اَل ُتْس ِرُف وا ِإَّنُه ال ُتِحُّب اْل ُمْس ِرِفيَن.
7
karena sudah merasa lebih puas minum tiga gelas kolak dari pada minum empat
gelas. Hal ini bermakna nilai guna total dari meminum empat gelas adalah lebih
rendah dari nilai guna yang diperoleh dari meminum tiga gelas.
8
disebut dengan kebutuhan manusia. Misalnya, makan makanan halal dan bergizi
merupakan kebutuhan manusia agar tetap hidup sehat.
Keinginan (want) adalah sesuatu yang terkait dengan hasrat atau harapan
seseorang, jika dipenuhi belum tentu meningkatkan kesempurnaan fungsi manusia
ataupun sesuatu. Ia terkait dengan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap
suatu barang. Keinginan itu biasanya lebih bersifat subjektif, tidak bisa
dibandingkan antarsatu orang dengan yang lainnya. Misalnya, cat, interior
ataupun desain yang baik adalah keinginan manusia dalam membangun rumah.
Semua keinginan ini belum tentu menambah fungsi bangunan rumah, tetapi hanya
memberikan kepuasan pemiliknya. Keinginan (want) merupakan bentuk
kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual.
Manusia mempunyai keinginan yang nyaris tanpa batas, tetapi sumber dayanya
terbatas.
Dalam Islam, pemenuhan kebutuhan hidup manusia sama dengan teori
Moslow yang diawali dari kebutuhan pokok atau dasar. Menurut teor yang
menganut pola ekonomi individualistik-materialistik ini, keperluan hidup itu
berawal dari pemenuhan keperluan hidup yang bersifat dasar (basic need).
Kemudian, pemenuhan keperluan hidup berupa keamanan kenyamanan, dan
aktualisasi."
Dalam perspektif ekonomi Islam, kebutuhan manusia itu terbagi pada:
pertama, kebutuhan dharuri (pokok) yang merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi dan dipelihara jika tidak dapat terpenuhi, justru akan kehidupan manusia.
Kebutuhan dharuri terdiri dari 1) ad-din, yakni pemenuhan kebutuhan agama
seperti ibadah, 2) al-nafs, yakni pemenuhan kebutuhan diri/jiwa seperti makan, 3)
al-aql, yakni pemenuhan kebutuhan akal seperti menuntut ilmu, 4) al-nasl, yakni
pemenuhan kebutuhan akan berumahtangga seperti menikah, 5) al-mal, yakni
pemenuhan kebutuhan akan harta benda. Kelima kebutuhan dharuri ini merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bila ada satu jenis kebutuhan yang
diabaikan atau tidak terpenuhi, akan menimbulkan kepincangan dalam kehidupan
manusia." mengancam
9
Kedua, kebutuhan yang bersifat al-hajji, yakni kebutuhan yang bersifat
pelengkap yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi kebutuhan yang
bersifat hajji, seperti melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Jika kebutuhan haji ini tidak terpenuhi, kehidupan manusia tidak akan terancam
apabila kebutuhan dharuri telah terpenuhi dengan baik. Ketiga, kebutuhan yang
bersifat tahsinî, merupakan kebutuhan yang bersifat memperindah pelaksanaan
kebutuhan dharuri dan hajjî, seperti penggunaan telepon genggam dalam
berkomunikasi. Sama halnya dengan kebutuhan hajji, jika kebutuhan tahsini tidak
terpenuhi maka kehidupan manusia tidak akan terancam karena kebutuhan tahsini
hanya berfungsi menambah keindahan dan kesenangan hidup manusia. Dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia dituntut mendahulukan aspek
daruriyyah (kebutuhan yang yang bersifat primer atau pokok) dari aspek hajjiyyah
(kebutuhan bersifat sekunder), serta mendahulukan hajjiyah dari tahsiniyyah
(kebutuhan yang bersifat tersier/pelengkap).
Dalam ekonomi konvensional tidak dibedakan antara need dan want.
Konsep kapitalis sangat mengedepankan keinginan. Keinginan dijadikan sebuah
standar kepuasan bagaimana manusia mencukupi kebutuhan hidupnya. Keinginan
dijadikannya sebagai sebuah titik kepuasan. Sehingga konsep ini membawa
manusia terjebak dalam perilaku konsumtif, hedonis. Berbeda dengan
konvesional, dalam Islam, dikenal adanya keseimbangan (iqtishadi-yah). Dalam
konsep Islam manusia diciptakan untuk beribadah, dalam masalah pemenuhan
kebutuhan harus mengacu pada keseimbangan.
Islam tidak melarang manusia untuk memenuhi kebutuhan ataupun
keinginannya. Selama hal itu mendatangkan maslahah dan tidak mendatangkan
mafsadah. Konsep keperluan dasar dalam Islam sifatnya tidak statis, artinya
keperluan dasar bagi pelaku ekonomi bersifat dinamis merujuk pada tingkat
ekonomi yang ada pada masyarakat. Dapat saja pada tingkat ekonomi tertentu
sebuah barang dikonsumsi karena motivasi keinginan. Pada tingkat ekonomi yang
lebih baik barang tersebut menjadi kebutuhan. Misalnya laptop, pada tingkat
ekonomi tertentu ia dikonsumsi karena keinginan. Akan tetapi pada kondisi
ekonomi tertentu, atau pekerjaan tertentu, ataupun pendidikan tertentu laptop bisa
10
menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Jadi, parameter yang
membedakan want dengan need bisa lebih fleksibel tergantung pada kondisi
ekonomi, pendidikan serta pekerjaan seseorang.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsumsi adalah kegiatan ekonomi yang penting, bahkan terkadang,
dianggap paling penting dalam mata rantai kegiatan ekonomi, yaitu produksi
konsumsi-distribusi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengonsumsi,
kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan distribusi
muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan produksi.
Norma Dan Etika Dalam Konsumsi:
a. Seimbang dalam Konsumsi
b. Membelanjakan Harta pada Bentuk yang Dihalalkan dan
c. Larangan Bersikap Israf (Royal), dan Tabzir (Sia-sia)
Dampak Konsumsi Yang Haram:
a. Membahayakan Tubuh
b. Ibadah dan doa yang tertolak
c. Masuk Neraka
Secara umum dapat dibedakan antara kebutuhan dan keinginan, yakni
kebutuhan itu berasal dari fitrah manusia, bersifat objektif, serta
mendatangkan manfaat dan kemaslahatan di samping kepuasan. Pemenuhan
terhadap kebutuhan akan memberikan manfaat, baik secara fisik, spiritual,
intelektual maupun material. Sementara itu, keinginan berasal dari hasrat
manusia yang bersifat subjektif. Bila keinginan itu terpenuhi, hasil yang
diperoleh adalah dalam bentuk kepuasan atau manfaat psikis di samping
manfaat lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13