Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Ayat-Ayat Ekonomi Islam Mukhlis Kaspul A. Lc. MM

“Konsep Harta Dalam Islam”


Disusun oleh:

Kelompok II

Ahmad Alfianor : 20.15.0194

Ahmad Badali Rahman : 20.15.0196

Nazla Maulida : 20.15.0222

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah


menganugerahkan kepada kita umur hingga sampai saat ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu dalam mata kuliah Ayat-Ayat Ekonomi Islam Bapak Mukhlis Kaspul
A. Lc. MM, semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT dan selalu diberi
kesehatan serta kemampuan untuk terus membimbing kami.

Kami menyadari dalam makalah ini tentu masih banyak terdapat berbagai
kekurangan yang tak lain merupakan kekurangan dari diri kami sendiri. Maka dari
itu, kami mengharapkan kepada para pembaca sekalian agar kiranya berkenan
memberikan kritik maupun saran yang membangun untuk kami.

Semoga dengan makalah kami ini dapat menambah pengetahuan serta


wawasan kita dalam Ilmu Ayat-Ayat Ekonomi Islam. Pada akhirnya kami
berharap semoga makalah yang ringkas ini ada manfaatnya, baik manfaat bagi
kami maupun bagi pembaca sekalian.

Martapura, 3 Oktober 2021

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Harta dan Konsepnya di dalam Islam ....................................................... 3


B. Ayat-ayat Konsep Harta dalam Islam ....................................................... 5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Saran .......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Allah SWT


kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, yang pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. 1 Agama Islam sendiri dalam
kitab rujukannya yakni Al-Qur’an dan Hadis tidak lepas dari perintah untuk
bekerja dan memperoleh harta kekayaan, baik dalam kepentingan melanjutkan
hidup serta sebagai sarana dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan
Allah SWT. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang
tidak lain merupakan pekerja keras dan pelaku ekonomi ulung yang kejujuran dan
keadilannya tidak terbantahkan oleh masyarakat baik di kalangan Muslim atau
non-Muslim sekalipun.

Hingga saat ini, bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan merupakan salah satu sarana yang populer dalam mencari rezeki atau
harta kekayaan. Meskipun pada kenyataannya banyak yang mengalami kegagalan
dalam perintisannya, namun tidak sedikit yang telah merasakan hasil dari kerja
kerasnya. Tidak heran jika Islam memberikan tuntunan bahkan perhatiannya
dalam hal kegiatan usaha sebagaimana juga telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW.

Berkaitan dengan kebijaksanaan ekonomi yang lebih sesuai dengan ajaran


kemanusiaan Islam adalah kebijaksanaan yang lebih mendorong setiap individu
untuk mencari rezeki. Dengan kebebasan mencari rezeki tersebut maka kaum

1
Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausahawan Muslim, (Bandung: Gunung Djati Press, 1999), hal.
37.

1
Muslim dapat memuliakan hidup dengan mengolah sumber daya alam dan
manusia yang cukup melimpah,2 yang telah dikarunikan oleh Allah SWT.

Dalam bidang ekonomi Islam, akan ditemukan pelaksanaan prinsip


keseimbangan pada semua bidang, yang menyeimbangkan antara dunia dan
akhirat, individu dan masyarakat, jasmani dan rohani, hati dan akal, serta antara
modal dan aktifitas, juga produksi dan konsumsi.3

Aktifitas ekonomi sangat terkait dengan hajat hidup orang banyak. Karena
itu Islam menekankan agar aktifitas ekonomi dimaksudkan tidak semata-mata
berorientasi sebagai pemuas keinginan semata tetapi lebih kepada pemenuhan
kebutuhan dengan pencarian kehidupan berkeseimbangan yang disertai dengan
tuntunan syariat dan perilaku positif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu harta dan bagaimana konsepnya dalam pandangan islam?
2. Apa saja ayat-ayat yang terkait dengan konsep harta dalam islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu harta dan bagaimana konsepnya dalam
pandangan islam.
2. Untuk mengetahui apa saja ayat-ayat yang terkait dengan konsep harta
dalam islam.

2
Dawam Rahardjo, Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat, 1999), hal. 56.
3
Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, diterjemahkan oleh Didin
Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 1997), hal. 86.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Harta dan Konsepnya di dalam Islam


1. Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang menurut bahasa berarti
condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi
maupun manfaat.4
Ada juga yang mengartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh
manusia baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuhan.
Maupun yang tidak tampak, yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian dan tempat
tinggal. Oleh karena itu menurut etimologis, sesuatu yang tidak dikuasai manusia
tidak bisa dinamakan harta, seperti burung di udara, ikan di air, pohon di hutan,
dan barang tambang yanga ada di bumi.5
Adapun pengertian harta secara terminilogis, yaitu sesuatu yang
diinginkan manusia berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya
atau menyimpannya.6 Sedangkan menurut ulama Hanafiyah al-mal, yaitu: “Segala
yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala sesuatu
yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan.”
Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur:
a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara; sesuatu yang tidak disimpan atau
dipelihara secara nyata tidak dapat dikatakan harta.
b. Dapat dimanfaatkan menurut kebisaaan; segala sesuatu yang tidak
bermanfaat, seperti daging bangkai atau makanan yang basi tidak dapat
disebut harta, atau bermanfaat tetapi menurut kebisaaan tidak
diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, segenggam tanah

4
Abdul Rahman Ghazaly.,at all, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 17.
5
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 59.
6
Ibid.

3
dan sebagainya. Hal itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit hingga
zatnya tidak bisa dimanfaatkan kecuali jika disatukan dengan hal lain.7
2. Konsep Harta dalam Ekonomi Islam

Sikap Islam terhadap harta, merupakan bagian dari sikapnya terhadap


kehidupan dunia. Dan sikap Islam terhadap dunia adalah sikap pertengahan yang
seimbang. Islam tidak memihak kepada orang-orang yang menolak dunia secara
keseluruhan, juga tidak memihak kepada kelompok yang menjadikan dunia
sebagai sembahannya dan diperbudak oleh harta. Islam mengambil sikap
pertengahan di antara kedua sikap tersebut yakni memandang dunia sebagai
tempat menanam (amal) dan jalan menuju akhirat.8

Islam mempunyai pandangan yang pasti tentang harta dan ekonomi, yang
dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilik mutlak harta; segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah
milik Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif,
sebatas untuk menjalankan amanah mengelola dan memanfaatkannya
sesuai dengan ketentuan-Nya.
b. Status harta yang dimiliki manusia adalah9:
1) Harta sebagai titipan, karena memang manusia tidak mampu
mengadakan benda dari tiada. Pencipta awal dari segala sesuatu
adalah Allah SWT.
2) Harta sebagai perhiasan hidup
3) Harta sebagai ujian keimanan.
4) Harta sebagai bekal ibadah.
5) Harta sebagai rizki yang baik dan kenikmatan di tangan orang-
orang yang baik.10

7
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 22.
8
Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, diterjemahkan oleh Didin
Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, hal. 87-88.
9
Mardani, Op.Cit., hal. 61.
10
Yusuf Qardhawi, Malamih Al-Mujtama’ Al-Muslim Alladzi Nansyuduhu, diterjemahkan oleh
Setiawan Budi Utomo dengan judul, Anatomi Masyarakat Islam,hal. 182.

4
c. Cara perolehan atau kepemilikan harta.
Harta dapat diperoleh melalui berbagai macam cara antara lain melalui
usaha yang halal dan sesuai dengan aturan Allah SWT 11 . Dalam
pengkajian terhadap hukum syara’ menunjukkan bahwa sebab-sebab
kepemilikan terdiri atas lima perkara12, yaitu:
• Bekerja (produksi atau usaha yang baik).
• Mendapatkan harta (Warisan).
• Usaha sendiri (untuk menyambung hidup).
• Harta pemberian Negara.
• Harta yang diperoleh tanpa adanya upaya (saling menolong
yang halal atau santunan).

B. Ayat-ayat Konsep Harta dalam Islam


1. QS Al-Hadid ayat 7
a. Teks Ayat

‫س ْو ِل ٖه َوا َ ْن ِفقُ ْوا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُّم ْست َْخلَ ِفيْنَ فِ ْي ِۗ ِه فَالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َوا َ ْنفَقُ ْوا لَ ُه ْم‬ ِ ‫ٰا ِمنُ ْوا ِب ه‬
ُ ‫اّٰلل َو َر‬
‫اَجْ ٌر َك ِبي ٌْر‬

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang- orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.

b. Makna Mufradat
• ‫ ٰا َمنُ ْوا‬yaitu berimanlah kamu
• ِ‫اّٰلل‬
‫ بِ ه‬yaitu kepada allah
• ‫س ْول ِٖه‬
ُ ‫ َو َر‬yaitu dan rasul-nya
• ‫ َواَ ْن ِفقُ ْوا‬yaitu dan belanjakanlah/nafkahkan
• ‫ مِ َّما‬yaitu dari apa-apa
11
Mardani, Op.cit., hal. 61.
12
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis; Menangkap Spirit Ajaran Lngit dan Pesan Moral Ajaran Bumi,
hal. 111.

5
• ‫ َجعَلَ ُك ْم‬yaitu dia jadikan kamu
• َ‫ ُّم ْست َْخلَ ِفيْن‬yaitu orang-orang yang menguasa
• ‫ فِ ْي ِه‬yaitu padanya
• َ‫ فَالَّ ِذيْن‬yaitu maka orang-orang yang
• ‫ ٰا َمنُ ْوا‬yaitu beriman
• ‫ مِ ْن ُك ْم‬yaitu diantara kamu
• ‫ َوا َ ْنفَقُ ْوا‬yaitu dan mereka membelanjakan/menafkahkan
• ‫ لَ ُه ْم‬yaitu bagi mereka
• ‫ اَجْ ٌر‬yaitu pahala
• ‫ َك ِبي ٌْر‬yaitu besar.
c. Makna Global

Hal inilah yang membedakan antara kedudukan (baca: kepemilikan)


harta dalam pandangan kapitalisme, sosialisme, dan Islam. Kepemilikan mutlak
terhadap harta bukanlah manusia melainkan Allah SWT. Kepemilikan manusia
terhadap harta bersifat amanah yang nantinya mesti dipertanggungjawabkan
kepada-Nya. Dalam hal ini, Allah SWT menegaskan bahwa ada hak orang lain di
dalam harta yang dianugerahkannya.13

d. Tafsir ayat

Allah Tabaaraka wa Ta'ala memerintahkan kepada kalian beriman


kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya secara sempurna, terus-menerus, penuh
keteguhan, dan untuk selamanya. Selain itu, Dia juga memerintahkan agar
berinfak dari harta benda yang telah Dia kuasakan kepada kalian. Yakni, harta
Allah yang kalian pinjam. Karena boleh jadi harta itu memang berada di tangan
orang-orang sebelum kalian, dan kemudian berpindah ke tangan kalian, sehingga
Allah membimbing kalian agar mempergunakan harta yang dikuasakan kepada
kalian itu untuk ketaatan kepada-Nya. Jika memang mereka mau mengerjakan
perintah tersebut. Dan jika tidak mematuhi, maka Allah akan membuat

13
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Tafsir Ekonomi Kontemporer: Menggali Teori Ekonomi dari
Ayat-Ayat Al-Qur’an (Depok: Gema Insani, 2018), hal. 177

6
perhitungan dan menyiksa mereka karena tindakan mereka meninggalkan apa
yang telah diwajihkan kepada mereka.14

Dan firman Allah Ta’ala {‫ست َ ْخ َل ِفينَ فِي ِه‬


ْ ‫ }مِ َّما َج َعلَ ُك ْم ُم‬Dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya.

Di dalamnya terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa harta itu kelak


akan berpindah darimu, mungkin ke tangan ahli warismu yang akan ia pergunakan
untuk ketaatan kepada Allah, sehingga ia akan lebih berbahagia dengan apa yang
telah dikaruniakan Allah kepadanya melebihi dirimu. Atau sebaliknya, ia akan
mempergunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, sehingga dengan demikian
engkau telah ikut membantunya berbuat dosa dan permusuhan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Muharrif Ibnu ‘Abdillah ash-Syikhir


dari ayahnya, ia becerita: “Aku pernah sampai kepada Rasulullah SAW dan beliau
bersabda:

َ‫ َمالِي َمالِي! َو َه ْل لَكَ مِ ْن َما ِلكَ ِإ ََّّل َما أَ َك ْلت‬:‫ يَقُو ُل ا ْبنُ آ َد َم‬، ]1:‫" {أَ ْلهَا ُك ُم التَّكَاث ُ ُر} [التَّكَاث ُ ِر‬
َ ‫ص َّد ْقتَ َفأ َ ْم‬
‫ضيْتَ ؟‬ َ َ ‫ أَ ْو ت‬، َ‫ستَ َفأ َ ْبلَيْت‬ ْ ِ‫ أ َ ْو لَب‬، َ‫" َفأ َ ْفنَيْت‬.

“‘Bermegah-megahan telah menjadikan kalian lalai.’ Ibnu Adam


berkata, "Hartaku, hartaku!" Padahal tidak ada yang menjadi milikmu melainkan
makanan yang telah kamu makan kemudian habis, atau pakaian yang kamu pakai
lalu menjadi using, atau harta yang kamu sedekahkan maka harta itu kekal
bersamamu”

Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Syu’bah. Dan ia menambahkan:

Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syu'bah dengan sanad yang


sama, dan dalam riwayatnya ditambahkan:

"‫اس‬ ٌ ‫"و َما س َِوى ذَ ِلكَ َفذَاه‬


ِ َّ‫ِب َوت َ ِار ُكهُ لِلن‬ َ

14
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 8. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2004),
hal. 44

7
Adapun yang selain itu, maka ia akan pergi dan ditinggalkan untuk
orang lain.

Dan firman Allah SWT. {‫“ } َفالَّ ِذينَ آ َمنُوا مِ ْن ُك ْم َوأ َ ْنفَقُوا لَ ُه ْم أ َ ْج ٌر َك ِبي ٌر‬Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar” Yang demikian itu merupakan
motivasi untuk beriman dan berinfak dalam ketaatan.15

e. Asbabun Nuzul atau Sebab Turunnya Ayat

Tidak disebutkan.

f. Istinbat Ayat

Sebagai manusia kita diperintahkan untuk beriman kepada Allah SWT


dan Rasul-Nya dengan iman yang sempurna. Salah satunya dengan menggunakan
harta di jalan kebenaran dan tidak menyalahi aturan Allah, menafkahkannya
kepada orang lain, karena pada dasarnya harta yang dianugerahkan-Nya kepada
kita hanyalah titipan semata.

2. QS Ali ‘Imran ayat 14


a. Teks Ayat

ِ ‫ط َر ِة ِمنَ الذَّ َه‬


‫ب‬ ِ ‫س ۤا ِء َو ْال َب ِنيْنَ َو ْالقَن‬
َ ‫َاطي ِْر ْال ُمقَ ْن‬ َ ‫الن‬
ِ َ‫ت ِمن‬ ِ ‫ش َه ٰو‬ َّ ‫اس ُحبُّ ال‬ ِ ‫ُز ِينَ ِلل َّن‬
‫ث ِۗ ٰذلِكَ َمتَاعُ ْال َح ٰيو ِة الدُّ ْن َيا َِۗو ه‬
‫ّٰللاُ ِع ْندَه‬ ِ ‫س َّو َم ِة َو ْاْلَ ْن َع ِام َو ْال َح ْر‬
َ ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬ َّ ‫َو ْال ِف‬
ِ ‫ُحس ُْن ْال َم ٰا‬
‫ب‬
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan Sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).

b. Makna Mufradat

15
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 8. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2004),
hal. 45

8
• َ‫ ُزيِن‬yaitu dijadikan indah (pandangan)
• ِ َّ‫ لِلن‬yaitu bagi manusia
‫اس‬
• ُّ‫ حُب‬yaitu kecintaan
• ‫ت‬ َّ ‫ ال‬yaitu segala yang diingini
ِ ‫ش َه ٰو‬
• َ‫ مِ ن‬yaitu dari
• ِ‫س ۤاء‬
َ ِ‫ الن‬yaitu wanita-wanita
• َ‫ َو ْالبَنِيْن‬yaitu dan anak-anak
• ‫ َو ْالقَنَاطِ ي ِْر‬yaitu dan harta
• ِ‫ط َرة‬ َ ‫ ْال ُمقَ ْن‬yaitu yang banyak
• َ‫ مِ ن‬yaitu dari
• ِ ‫ الذَّ َه‬yaitu emas
‫ب‬
• َّ ‫ َو ْال ِف‬yaitu dan perak
‫ض ِة‬
• ‫ َو ْال َخ ْي ِل‬yaitu dan kuda
• َ ‫ ْال ُم‬yaitu yang pilihan. telah diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas , dia
‫س َّو َم ِة‬
menuturkan, al-musawwamah berarti yang gembalakan dan yang sangat
bagus. Demikian juga yang diriwayatkan dari Mujahid, 'Ikrimah, Sa'id bin
Jubair, 'Abdurrahman bin 'Abylullah bin Abzi, as-Suddi, ar-Rabi' bin Anas,
Abu Sinan, dan selain mereka. Dan Mak-hul mengatakan: "Al-musawwamah
berarti belang putih di dahi dan kaki-kakinya." Dan ada juga yang
berpendapat lain16
• َ ْ ‫ َو‬yaitu dan binatang ternak. Yang dimaksud ialah unta, sapi, dan
‫اْل ْن َع ِام‬
kambing
• ِ ‫ َو ْال َح ْر‬yaitu dan sawah ladang. Yakni tanah yang digunakan untuk bercotok
‫ث‬
tanam dan bertani.
• َ‫ ٰذلِك‬yaitu demikian itu
• ُ‫ َمت َاع‬yaitu kesenangan
• ‫ ْال َح ٰيو ِة‬yaitu kehidupan
• ‫ الدُّ ْنيَا‬yaitu dunia

16
Abdullah Bin Muhammad, dkk.. Tafsir Ibnu Katsir Jil. 2, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003)
hal. 20

9
• ُ‫ّٰللا‬
‫ َو ه‬yaitu dan Allah
• ‫ ِع ْندَه‬yaitu di sisi-Nya
• ‫ ُح ْس ُن‬yaitu yang terbaik
• ِ ‫ ْال َم ٰا‬yaitu tempat kembali
‫ب‬
d. Makna Global

Dalam ayat itu disebutkan bahwa termasuk dalam kategori harta adalah emas,
perak, kuda, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.17

e. Tafsir ayat

Allah SWT. Memberitahukan mengenai apa yang dijadikan indah bagi


manusia dalam kehidupan dunia, berupa berbagai ragam kenikmatan; wanita dan
anak. Allah SWT. Memulainya sebutan wanita, karena fitnah yang ditimbulkan
oleh wanita itu lebih berat. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadist
sahih, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

َ ‫» َما تَ َركْتُ بَ ْعدِي ِفتْنَةً أَض ََّر‬


ِ ‫علَى‬
« ِ‫الرجَا ِل مِ نَ النِسَاء‬

Aku tidak meninggalkan suatu fitnah yang lebih bahaya bagi kaum laki-
laki daripada wanita.18

Jika keinginan terhadap wanita itu dimaksudkan untuk menjaga ke-


sucian dan lahirnya banyak keturunan, maka yang demikian itu sangat diharapkan,
dianjurkan dan disunnahkan. Sebagaimana beberapa hadits telah menganjurkan
menikah dan memperbanyak nikah. “Dan sebaik-baiknya umat ini yang paling
banyak istrinya” juga sabda Nabi Muhammad SAW:

« ‫ع ْنهَا‬
َ ‫اب‬
َ ‫غ‬َ ‫عتْهُ َوإِ ْن‬ َ َ ‫ َوإِ ْن أَ َم َر َها أ‬،ُ‫س َّرتْه‬
َ ‫طا‬ َ َ‫ إِ ْن ن‬،ُ‫ َو َخ ْي ُر َمتَا ِعهَا ا ْل َم ْرأَةُ الصَّا ِلحَة‬،ٌ‫ال ُّد ْنيَا َمتَاع‬
َ ‫ظ َر إِلَ ْيهَا‬
َ ‫» َح ِف‬
ِ ‫ظتْهُ فِي نَ ْف‬
‫سهَا َو َما ِل ِه‬

"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah


wanita shalihah. Jika dia (suami) memandangnya, dia (isteri) menyenangkannya,

17
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Op.cit., hal. 173
18
Abdullah Bin Muhammad, dkk.. Tafsir Ibnu Katsir Jil. 2, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003)
hal. 18

10
jika memerintahnya, maka dia mentaatinya, dan jika ia (suami) tidak berada di
sisinya, dia senantiasa menjaga dirinya dan (menjaga) harta suaminya." (HR.
Muslim, an-Nasa'i dan Ibnu Majah).

Dan sabdanya dalam hadist lain:

َ ُ‫ َو ُج ِعلَتْ قُ َّرة‬،‫يب‬
«‫ع ْينِي فِي الص َََّل ِة‬ ُ ‫الط‬ َ ِ‫ب ِإلَ َّي الن‬
ِ ‫سا ُء َو‬ َ ‫» ُح ِب‬

"Dijadikan aku menyukai wanita dan wangi-wangian, dan dijadikan


kesejukan mata hatiku di dalam shalat."

Kecintaan kepada anak dimaksudkan untuk kebanggaan dan sebagai


perhiasan, dan hal ini termasuk ke dalam kategori (ayat) ini. Tetapi terkadang juga
kecintaan pada anak itu dimaksudkan untuk memperbanyak keturunan dan
memperbanyak jumlah umat Muhammad yang hanya beribadah ke pada Allah
semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Hal ini sangat terpuji, bagaimana tersebut
dalam sebuah hadits:

«‫ َف ِإنِي ُمكَا ِث ٌر ِب ُك ُم ْاْل ُ َم َم َي ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة‬،َ‫»ت َ َز َّو ُجوا ا ْل َودُو َد ا ْل َولُود‬

"Kawinilah wanita yang dicintai (keibuan) dan yang melahirkan


banyak keturunan, karena aku bangga dengan jumlah kalian yang banyak,
sebagai umat yang terbanyak pada hari Kiamat kelak."

Demikian halnya dengan kecintaan kepada harta benda. Terkadang


dimaksudkan untuk berbangga-bangga, angkuh dan sombong kepada orang-orang
lemah serta menindas orang-orang fakir, hal ini merupakan perbuatan tercela.19

Tetapi terkadang dimaksudkan untuk memberikan nafkah kepada kaum


kerabat, mempererat silaturahmi, berbuat baik dan ketaatan, yang terakhir ini
merupa kan perbuatan terpuji secara syar'i.

Para mufassir berbeda pendapat mengenai ukuran qinthar. Tetapi


ringkasnya, qinthar adalah harta yang banyak, sebagaimana yang dikatakan oleh

19
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 2. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003),
hal. 19

11
adh-Dhahhak dan lainnya. Dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Abu Hurairah
sebagai hadits mauquf seperti riwayat Waki' dalam tafsirnya. Dan inilah yang
lebih shahih.

Kecintaan kepada kuda terbagi tiga:

Pertama, kecintaan memelihara kuda dengan maksud untuk berperang


di jalan Allah. Kapan dibutuhkan, maka mereka pergi berperang menunggangi
kudanya. Bagi mereka ini disediakan pahala yang banyak.

Kedua, kecintaan memelihara kuda dengan maksud untuk kebanggaan,


memusuhi dan menentang Islam. Tindakan semacam ini termasuk perbuatan dosa.

Ketiga, dimaksudkan untuk mengembangbiakkan dengan tidak


melupakan hak Allah dalam pemanfaatannya. Maka hal ini untuk pemiliknya
adalah sebagai penunjang kebutuhannya, sebagaimana yang dijelaskan dalam
sebuah hadits yang akan kami kemukakan pada pembahasan firman Allah { ‫َوأ َ ِعدُّوا‬
‫ط ْعت ُ ْم مِ ْن قُ َّو ٍة َومِ ْن ِرباطِ ا ْل َخ ْي ِل‬
َ َ ‫ست‬
ْ ‫ }لَ ُه ْم َما ا‬Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk
berperang. (QS. Al-Anfaal: 60)

Selanjutnya Allah SWT berfirman: {‫ع ا ْلحَيا ِة ال ُّد ْنيا‬


ُ ‫ }ذ ِلكَ َمتا‬Itulah
kesenangan hidup di dunia. Artinya, itulah yang meramaikan kehidupan di dunia
dan sebagai perhiasannya yang kelak akan fana.
ِ ‫سنُ ا ْل َمآ‬
Firmannya: {‫ب‬ ْ ‫َّللاُ ِع ْن َد ُه ُح‬
َّ ‫}و‬َ dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik. Yakni tempat kembali yang baik dan berpahala, yaitu surga.20
f. Asbabun Nuzul atau Sebab Turunnya Ayat

Menurut riwayat dari Imam Ar Razi pula, seorang bangsawan Arab


Nasrani yang bernama Alqamah, pernah mengakui terus terang kepada
saudaranya yang telah masuk Islam bahwa dalam hatinya dia membenarkan dan
mengakui kerasulan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Namun dia

20
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 2. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003),
hal. 21

12
berkata jika dia masuk islam, segala kemewahan dan kebesaran yang telah
dianugerahkan oleh Raja Romawi akan dicabut kembali dari dia. Dan ada pula
riwayat bahwa setelah kaum muslimin mendapat kemenangan gilang-gemilang
dalam peperangan Badar, Rosulullah pernah mengajak kaum Yahudi di Madinah
supaya masuk islam. Tetapi mereka tidak mau, melainkan mereka banggakan
kekuatan, kebesaran jumlah harta mereka dan kelengkapan senjata mereka. Maka
menurut riwayat itu, inilah sebab turun ayat ini. Memberi peringatan bahwa
semuanya itu hanyalah sesuatu yang diperhiaskan saja oleh syaitan bagi manusia,
karena keinginan-keinginan syahwat.21

g. Istinbat Ayat

Pada ayat ini telah disebutkan enam macam hal yang menjadi kesukaan
atau favorit bagi manusia, yakni wanita, anak-anak, emas dan perak, kuda atau
kendaraan (jika zaman sekarang itu mobil), binatang-binatang ternak, dan terakhir
sawah dan ladang. Keenam hal tersebut tak jarang membuat manusia menjadi
sombong dan memperbuat hal-hal yang dilarang. Maka alangkah baiknya bagi
kita untuk menyadari bahwasanya harta-harta di dunia tidaklah kekal dan semua
pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT.

3. QS. Al-Anfal ayat 28


a. Teks Ayat

َّ َّ‫َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أ َ ْم َوالُ ُك ْم َوأ َ ْوَّل ُد ُك ْم فِتْنَةٌ َوأَن‬
‫َّللاَ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر ع َِظي ٌم‬

Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah
sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.

b. Makna Mufradat
• ‫ َوا ْعلَ ُموا‬yaitu dan ketahuilah
• ‫ أَنَّ َما‬yaitu bahwa
• ‫ أَ ْم َوالُ ُك ْم‬yaitu hartamu

21
https://ashaabullkahfi.blogspot.com/2018/05/makalah-tafsir-ahkam-surat-ali-imran.html?m=1
(diakses pada tanggal 3 Oktober 2021)

13
• ‫ َوأَ ْوْلدُ ُك ْم‬yaitu dan anak-anakmu itu
• ٌ‫ فِتْنَة‬yaitu hanyalah (sebagai) cobaan
• ‫ َوأ َ َّن‬yaitu dan sesungguhnya Allah
• َّ yaitu Allah
َ‫ّٰللا‬
• ُ‫ ِع ْندَه‬yaitu di sisi-Nya
• ‫ أَجْ ٌر‬yaitu (ada) pahala
• ‫عظِ ي ٌم‬
َ yaitu yang besar
c. Makna Global

Dengan kecintaan manusia terhadap harta dan anak, Allah SWT


menjadikannya sebagai ujian untuk mengetahui manakah hamba-Nya yang
bertakwa dan manakah hamba-Nya yang lalai dan terperdaya oleh harta dan
anak.22

d. Tafsir ayat

Firman-Nya, {ٌ‫}وا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أ َ ْم َوالُ ُك ْم َوأ َ ْوَّل ُد ُك ْم ِفتْنَة‬
َ "Dan ketahuilah, bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan." Maksudnya adalah,
ujian dan cobaan dari Allah SWT kepada kalian, saat Dia memberikan harta dan
anak itu kepada kalian, supaya Dia mengetahui adakah kalian mensyukuri-Nya
atas pemberian ini, menaati-Nya dalam urusannya, ataukah kalian tersibukkan
olehnya (harta dan anak-anak) dari Allah SWT dan menjadikan keduanya sebagai
pengganti Allah SWT.23

Firman Allah SWT: {‫َّللا ِع ْن َدهُ أ َ ْج ٌر عَظِ ي ٌم‬


َ َّ َّ‫}وأَن‬
َ "Dan sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar." Maksudnya adalah, pahala Allah, pemberian-Nya
dan surga-surga-Nya lebih baik bagi kalian daripada harta dan anak-anak, sebab
kadang-kadang di antara mereka itu menjadi musuh dan kebanyakan mereka tidak

22
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Op.cit., hal. 176
23
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 4. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003),
hal 31

14
memberi arti apa-apa bagimu, sedang Allah SWT-lah Dzat yang mengatur, yang
memiliki dunia dan akhirat, Dia memiliki pahala yang besar pada hari Kiamat.24

Telah tersebut dalam hadits shahih dari Rasulullah SAW, bahwasanya


beliau bersabda:

‫ب‬ ُّ ِ‫ َو َم ْن َكانَ يُح‬،‫َب ِإلَ ْي ِه مِ َّما س َِواهُ َما‬ َّ ‫سولُهُ أَح‬ َّ َ‫ َم ْن كَان‬:‫ان‬
ُ ‫َّللاُ َو َر‬ ِ ‫اْلي َم‬ِ ْ َ‫ث َم ْن كُنَّ فِي ِه َو َج َد ِب ِهنَّ ح َََل َوة‬ ٌ ‫ث َ ََل‬
َّ ُ‫َب إِلَ ْي ِه مِ ْن أ َ ْن يَ ْر ِج َع إِلَى ا ْل ُك ْف ِر بَ ْع َد إِ ْذ أَ ْنقَذَه‬
ُ‫َّللاُ مِ ْنه‬ َّ ‫ َو َم ْن كَانَ أ َ ْن يُ ْلقَى فِي النَّ ِار أَح‬،‫ّلِل‬
ِ َّ ِ ‫"ا ْل َم ْر َء ََّل يُحِ بُّهُ إِ ََّّل‬

"Ada tiga hal, siapa saja yang tiga hal itu ada padanya, ia
mendapatkan manisnya iman; (yaitu) hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia
cintai daripada selain keduanya, hendaklah seseorang mencintai orang lain, ia
tidak mencintainya kecuali karena Allah dan hendaklah ia benci untuk kembali ke
dalam kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka."
(HR. Al-Bukhari).

Bahkan cinta kepada Rasulullah SAW harus didahulukan atas anak-


anak, harta dan jiwa. Sebagaimana tersebut dalam hadits shahih, bahwa
Rasulullah bersabda:

ِ َّ‫س ِه َوأَ ْه ِل ِه َو َما ِل ِه َوالن‬


" ‫اس‬ َّ ‫ ََّل يُؤْ مِ نُ أ َ َح ُد ُك ْم َحتَّى أَكُونَ أَح‬،ِ‫َوالَّذِي نَ ْفسِي بِيَ ِده‬
ِ ‫َب إِلَ ْي ِه مِ ْن نَ ْف‬
َ‫"أ َ ْج َم ِعين‬

Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya,


tidaklah seseorang di antara kalian beriman sebelum aku lebih disukainya
daripada dirinya sendiri, keluarganya, harta bendanya, dan semua manusia. (HR.
Al-Bukhari).25

e. Asbabun Nuzul atau Sebab Turunnya Ayat

'Abdur Razzaq bin Abi Qatadah dan az-Zuhri berkata: "Ayat ini turun
berkenaan dengan Abu Lubabah bin 'Abdul Mundzir, saat diutus oleh Rasulullah
ke Bani Quraizhah guna memerintahkan mereka untuk menerima keputusan

24
Ibid.
25
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 4. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003),
hal 32

15
Rasulullah SAW, lalu mereka meminta pendapat darinya dalam hal ini, lalu ia
memberikan pendapat kepada mereka dan memberikan isyarat dengan tangannya
ke lehernya, maksudnya, hal itu adalah penyembelihan. Kemudian Abu Lubabah
sadar dan melihat bahwa dirinya telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya,
maka dia bersumpah tidak akan merasakan makanan apa pun sehingga meninggal,
atau Allah menerima taubatnya. Abu Lubabah pergi ke Masjid Madinah, lalu
mengikatkan dirinya pada salah satu tiang masjid, lalu ia berdiam di situ selama
sembilan hari, sehingga terjatuh tidak sadarkan diri karena kepayahan, sehingga
Allah menurunkan (ayat tentang) penerimaan taubatnya kepada Rasul-Nya, maka
orang-orang berdatangan kepadanya memberikan berita gembira atas diterimanya
taubat dia. Mereka hendak melepaskannya dari tiang itu, lalu dia bersumpah
bahwa tidak boleh ada seorang pun yang melepaskan ikatannya selain Rasulullah
dengan tangan beliau, lalu Rasulullah melepaskannya, lalu dia berkata: "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya saya telah bernadzar untuk melepas seluruh hartaku
sebagai sedekah." Maka Rasulullah bersabda: "Cukuplah 1/3-nya engkau
sedekahkan dengan harta itu."26

f. Istinbat Ayat
Mengingatkan kembali kepada kita bahwa cinta kepada harta dan anak
tidak boleh lebih dari mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena harta dan
anak sebenarnya adalah titipan dan terkadang membawa kepada ke mudharatan.

26
Abdullah Bin Muhammad, dkk, Tafsir Ibnu Katsir Jil. 4. (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003),
hal. 30

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang menurut bahasa berarti
condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi
maupun manfaat. Sikap Islam terhadap harta, merupakan bagian dari sikapnya
terhadap kehidupan dunia. Dan sikap Islam terhadap dunia adalah sikap
pertengahan yang seimbang. Harta dapat diperoleh melalui berbagai macam cara
antara lain melalui usaha yang halal dan sesuai dengan aturan Allah SWT yakni
dengan Bekerja; Warisan; Usaha sendiri; Harta pemberian Negara; Harta yang
diperoleh tanpa adanya upaya.

Sebagai manusia kita diperintahkan untuk beriman kepada Allah SWT


dan Rasul-Nya dengan iman yang sempurna. Salah satunya dengan menggunakan
harta di jalan kebenaran dan tidak menyalahi aturan Allah, menafkahkannya
kepada orang lain, karena pada dasarnya harta yang dianugerahkan-Nya kepada
kita hanyalah titipan semata. Ada enam macam hal yang menjadi kesukaan bagi
manusia, yakni wanita, anak-anak, emas dan perak, kuda atau kendaraan,
binatang-binatang ternak, dan Sawah dan ladang. Maka alangkah baiknya bagi
kita untuk menyadari bahwasanya harta-harta di dunia tidaklah kekal dan semua
pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT. Kemudian mengingatkan
kembali kepada kita bahwa cinta kepada harta dan anak tidak boleh lebih dari
mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena harta dan anak sebenarnya adalah
titipan dan terkadang membawa kepada ke mudharatan.
2. Saran
Pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi susunan
kata, penulisan, dan lain-lain. Maka dari itu, kami meminta maaf yang sebesar-
besarnya atas kekurangan kami. Dan kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dengan harapan kami bisa memperbaiki makalah kami
ke depannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Bin Muhammad, dkk. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor:
Pustaka Imam asy-Syafi’i.

Abdullah Bin Muhammad, dkk. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor:
Pustaka Imam asy-Syafi’i.

Abdullah Bin Muhammad, dkk. 2004. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8. Bogor:
Pustaka Imam asy-Syafi’i.

Al-Faizin, Abdul Wahid, Nashr Akbar. 2018. Tafsir Ekonomi Kontemporer:


Menggali Teori Ekonomi dari Ayat-Ayat Al-Qur’an. Depok: Gema Insani.

Dawam Rahardjo. 1999. Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi. Jakarta:


Lembaga Studi Agama dan Filsafat.

Ghazaly, Abdul Rahman. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana.


Hermawan, dkk. 2018. “Ayat Tentang Dasar-Dasar Perekonomian Islam”.
https://ashaabullkahfi.blogspot.com/2018/05/makalah-tafsir-ahkam-surat-ali-
imran.html?m=1 (diakses pada tanggal 3 Oktober 2021).

Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana.


Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Muthmainnah. 2016. Konsep Harta Dalam Pandangan Ekonomi Islam. Hal.
136-137, 139-140, 145-147. Pada 3 Oktober 2021.

Natsir, Nanat Fatah. 1999. Etos Kerja Wirausahawan Muslim. Bandung:


Gunung Djati Press.

Qardhawi, Yusuf. 1997. Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami,
diterjemahkan oleh Didin Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral
dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Robbani Press.

18

Anda mungkin juga menyukai