Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................... 1
Latar belakang ................................................................................................................. 1
Rumusan masalah ........................................................................................... 2
Konsep Dasar Ekonomi Islam .............................................................................. 4
Karakteristik Ekonomi Islam .............................................................................. 10
Tujuan Ekonomi Islam ........................................................................................... 11
BAB 2 PEMBAHASAN......................................... 15
Pandangan islam tentang harta ................................ 15
Pandangan kerja islam atau bisnis................................................................. 18
Menjelaskan moral dalam kegiatan ekonomi (pertanian,
perdagangan, dan perbankan.................................................................................. 26
moral dalam mentasharufkan harta.................................................................... 27
ayat – ayat al-qur`an tentang bisnis…………………………………………………..
hadist tentang bisnis……………………………………………………………………….
BAB 3 PENUTUP.................................................... 28
Kesimpulan............................................ 28
saran............................................................................. 28
daftar pustaka......................................................... 33
Bab 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui proses pengkajian
ilmiah yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap pesimis terkait eksistensi
Ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini terjadi karena di masyarakat
telah terbentuk suatu pemikiran bahwa harus terdapat dikotomi antara agama dengan
keilmuan. Dalam hal ini termasuk didalamnya Ilmu Ekonomi, namun sekarang hal ini
sudah mulai terkikis. Para Ekonom Barat pun mulai mengakui eksistensi Ekonomi Islam
sebagai suatu Ilmu Ekonomi yang memberi warna kesejukan dalam perEkonomian dunia
dimana Ekonomi Islam dapat menjadi sistem Ekonomi alternatif yang mampu
mengingatkan kesejahteraan umat, disamping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang
telah terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan umat.
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian tak
terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, Ekonomi
Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem
kehidupan (way of life), dimana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan
yang lengkap bagai kehidupan manusia termasuk dlam bidang Ekonomi. Setiap manusia
bertujuan mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.
Rumusan masalah
Setelah melihat latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin
memaparkan rumusan masalah dalam penelitian ini, adapun rumusan masalah dari skripsi
ini adalah sebagai berikut
1. apakah terdapat pengaruh muzara’ah terhadap kesejahteraan petani penggarap sawah
Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal?
2. Bagaimana sistem muzara’ah yang ada di Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal?

1.2. Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh muzara’ah terhadap kesejahteraan petani penggarap
sawah
Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui penggarapan sawah di Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
b. Mengetahui status kesejahteraan petani penggarap sawah Desa Kliris Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal 7
c. Mengetahui pengaruh muzara’ah terhadap kesejahteraan petani penggarap sawah
Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
1.4. Manfaat penelitian
1. Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat tentang
penggarapan sawah yang mampu mensejahterakan petani
2. Peneliti Peneliti dapat memperoleh wawasan berkaitan dengan pelaksanaan
muzara’ah terhadap kesejahteran petani penggarap
3. Institusi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
referensi tentang pengaruh muzara’ah terhadap kesejahteraan petani penggarap
1.5. Penelitian terdahulu
1. Penelitian ini belum pernah dilakukan, tetapi terdapat penelitian terdahulu yang
terkait dengan penelitian ini, yaitu yang dilakukan oleh Andi Triyawan, (2012) tentang
“Analisis Pengaruh Muzara‟ah Terhadap Pendapatan Petani penggarap (Studi Kasus
Di Pondok Modern Gontor Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi)” dengan hasil
terdapat pengaruh produktifitas terhadap pendapatan bersih petani penggarap
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih petani
penggarap.
2. Skripsi Erwin Erwanto yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian
Penggarapan Sawah Di Desa Lebak Kecamatan 8 Beringin Kabupaten Semarang”.
Skripsi ini membahas tentang perjanjian penggarapan sawah yang ada di Desa Lebak
yang sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam atau bisa juga disebut dengan
muzara’ah walaupun dalam perjanjiannya para petani hanya melakukan seperti adat
yang berlaku dimasyarakat tersebut.
Makalah
“Akhlaq Ekonomi Dalam Islam”

Dosen pembimbing : Dr.Hj.Darminah,M.Pd.I


Matkul : Pendidikan agama islam
Kelompok 12 : Asni agustia mar,ah
Amelia putri utami
Mitra dewanti
Lestari Agustin
Riska rimanda Agustin
Kata pengantar

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pagaralam , 28 November 2023

Penulis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pandangan Islam tentang Harta


a. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-amaal yang berasal dari kata َ ‫ الَ َم‬- ‫َ ُلْ مِي َ ي‬- ‫يلْ م‬
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Dalam Mukhtar al-Qamus dan kamus al-
Muhith, kata almaal berarti apa saja yang dimiliki. Dalam Mu’jam al-Wasith, maal itu ialah
segala sesuatu yang dimiliki seseorang atau kelompok, seperti perhiasan, barang dagangan,
bangunan, uang, dan hewan.
Adapun pengertian harta menurut beberapa ahli fiqh:
1. Ulama Hanafiyah َ
‫ماْ َ م َال ل ك ل اَ وِاْ خَ ر يْ ِم ك نِ حَياَ زت ه ا ع زهْ نَتَف ِ ِ هَ وي ا بَ ع َد ة‬
Artinya: “Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan dan dapat
dimanfaatkan”.
Menurut definisi ini, harta memiliki 2 unsur:
a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara.
b. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan.

2. Pendapat Jumhur Ulama selain Hanafiyah


‫َهو الملَ َ ه م ك ل اَ ز م َل ْ َيلَ مة ِْقي ف ه َل َ مْت ب ِن ِ هِ َ ضَ ما‬
Artinya: “Harta adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai dan diwajibkan
ganti rugi atas orang yang merusak atau melenyapkannya”.

b. Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut :

 Pertama, Pemilik Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah ALLAH
SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah
mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7).

 Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:


Harta adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri.
Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari Allah swt. untuk memikul
tanggung jawab amanah harta benda. Karenanya, ia harus disyukuri sebab jika mampu
memikulnya, pahala yang amat besar menanti.
Harta adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
Setiap kondisi – entah baik ataupun buruk — yang kita alami sudah menjadi
ketentuan dari Allah swt, dan mesti kita hadapi secara baik sesuai dengan keinginan yang
memberi amanah. Harta benda yang dititipkan kepada kita juga demikian. Di balik harta
melimpah, ada tanggung jawab dan amanah yang mesti ditunaikan. Harta yang tidak
dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi kotor, karena telah bercampur bagian halal yang
merupakan hak pemiliknya dengan bagian haram yang merupakan hak kaum fakir, miskin,
dan orang-orang yang kekurangan lainnya. Firman Allah Swt.
dalam surah at-Taubah (9): 103: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo‘alah untuk mereka.
Sesungguhnya do‘a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Harta adalah ujian.
Yang jadi ujian bukan hanya kemiskinan, tetapi kekayaan juga merupakan ujian.
Persoalannya bukan pada kaya atau miskin, tetapi persoalannya adalah bagaimana
menghadapinya. Kedua kondisi itu ada pada manusia, yang tujuannya dibalik itu cuma satu,
yaitu Allah ingin mengetahui siapa yang terbaik amalannya. Bagi yang berharta, tentunya,
ada kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu.
Harta adalah perhiasan hidup dunia
Allah Swt. menciptakan bagi manusia banyak hiasan hidup. Keluarga, anak, dan harta
benda adalah hiasan hidup. Dengannya, hidup menjadi indah. Namun, patut disadari bahwa
pesona keindahan hidup itu sering menyilaukan hingga membutakan mata hati dan
membuat manusia lupa kepada-Nya, serta lupa kepada tujuan awal penciptaan hiasan itu.
Semua itu sebenarnya merupakan titipan dan ujian. Allah Swt.
berfirman di dalam surah at-Taghabun (64): 15: “Sesungguhnya harta dan anakanakmu
hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah pahala yang besar”.
Harta adalah bekal beribadah
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Karenanya,
segenap perangkat duniawi, baik yang meteril maupun yang non materil, tercipta sebagai
sarana yang bisa digunakan manusia untuk beribadah. Kekayaan adalah salah satu sarana
ibadah. Ia bukan hanya menjadi ibadah kala dinafkahkan di jalan Allah, ia bahkan sudah
bernilai ibadah kala manusia dengan ikhlas mencari nafkah untuk keluarganya dan
selebihnya untuk kemaslahatan umat. Jika harta dipergunakan sebaik-baiknya, pahala yang
amat besar menanti. Namun jika tidak, siksa Allah amatlah pedih. Mencari dan
menggunakan harta untuk memperoleh harta dapat ditempuh dengan beberapa cara
dengan prinsip sukarela, menarik manfaat dan menghindarkan mudarat bagi kehidupan
manusia, memelihara nilai-nilai keadilan dan tolong menolong serta dalam batas-batas yang
diizinkan syara’ (hukum ALLAH).
2.2. Pandangan Kerja Islam atau Bisnis
Bisnis masuk kedalam pembendaharaan bahasa indonesia dan bahasa inggris, yang
antara lain diartikan sebagai: buying and selling; commerce; trade, yakni jual beli,
perniagaan, dan perdagangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bisnis antara lain
diartikan sebagai usaha dagang; usaha komersial dalam perdagangan. Bisnis adalah interaksi
antara dua pihak atau lebih dalam bentuk tertentu guna meraih manfaat dan karena
interaksi tersebut mengandung risiko, maka diperlukan manajemen yang baik untuk
meminimalkan sedapat mungkin risiko itu. Dalam bahasa arab atau istilah agama tersebut
dinamai muamalah.
1.Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya.
Oleh karena itu, manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu.
Salah satunya melalui bekerja, dan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis. Islam
mewajibkan setiap Muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk “bekerja”.
Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta
kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah. Allah SWT
menerangkan tentang harta sebagai karunia dari-Nya dan memerintahkan kepada manusia
untuk bekerja dan berusaha. Dalam Islam, bekerja dinilai sebagai suatu kebaikan dan
sebaliknya kemalasan dinilai sebagai keburukan.
2.Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, bekerja adalah bagian ibadah dan jihad jika sang pekerja
bersikap konsisten terhadap peraturan Allah, suci niatnya dan tidak melupakan-Nya.
Dengan bekerja manusia dapat melaksanakan tugasnya kekhalifahannya, menjaga
diri dari makasiat, dan meraih tujuan yang sangat besar. Demikian pula, dengan bekerja
individu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan
berbuat baik dengan tetangganya. Semua bentuk yang diberkati agama ini hanya bisa
terlaksana dengan memiliki harta dan mendapatkannya dengan bekerja.
Urgensi bekerja menurut Dr. Jaribah bin Ahmad al Haritsi dalam bukunya, Fiqh Umar
bin khattab, yaitu:
a. Bekerja (produksi) merupakan salah satu bentuk jihad fii sabilillah.
b. Melakukan aktifitas kerja produksi lebih baik daripada mengkhususkan waktu
dalam ibadah-ibadah Sunnah, dan mengandalkan manusia dalam mencukupi
kebutuhannya.
c. Umar bin Khattab r.a., mengimbau agar kaum muslimin untuk memperbaiki
ekonomi mereka dengan melakukan kkegiatan yang produktif
d. Umar bin Khattab r.a., mengimbau kepada wali anak yatim agar meniagakan harta
anak yatim sehingga makin berkembang.
Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yang memerintahkan dan menjelaskan
tentang perintah bekerja, diantaranya:
1. Qs. Al-Jumu’ah (62): 10
ِ ‫ َذ و َفإ اْبَتغْ رِ ضَ ْ ي ْاَل روا ِف َفاْنَت ِ شِ ضَي ِ تَّ الصََ لة ا ق حَ ون ِل ْف ْ م ت كَّ ل َه َك ِث يرا َلَع َّ روا الل‬. ِ‫وا مْ ن‬
2‫واْذ كَ ِ هَّ َف ْ ضِ ل الل‬.
2. Qs. Al-Mulk (67): 15
ِ َ ِ ‫ اَ ي مِ َناكبْ امش وا ِف ًو ل َف ْ رَ ض َذ لْ ْاَل مَ ل َلكِ ذَ ي جَع َّ َ و ال هِ وا مْ نِ رْ زِقِ هۖ ورَ وك لِ ْيه الن ش َل‬.3 ‫ه‬
‫َوإ‬
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.
Dalam surah-surah tersebut orang-orang islam didorong untuk menggunakan
hariharinya untuk memperoleh keuntungan dan karunia Allah. Di samping itu, Allah SWT
mengaskan bahwa bumi disediakan untuk manusia dan pada suatu saat nanti akan diminta
pertanggungjawaban. Begitu pula dalam berusaha dilarang melakukan perbuatan curang
dan memakan riba.

2.3. Menjelaskan Moral dalam Kegiatan Ekonomi (Pertanian, perdagangan, dan


Perbankan)
Moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka menghadapi ethical dilemma dalam
aktivitas jual beli yaitu antara mengutamakan kepentingan diri sendiri dan kepentingan
orang lain. Kepentingan diri tanpa pertimbangan moral cenderung menimbulkan tindakan
distributif atau asertif yaitu kepentingan keuntungan bagi diri sendiri.
Kepentingan ekonomi ini dalam praktik telah mewarnai tindakan ekonomi dalam
berbagai bentuk seperti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan secara
sepihak. Dalam perspektif bisnis, prinsip ekonomi yang mewarnai setiap tindakan ekonomi
yang bertujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang
serendah-rendahnya telah menciptakan keserakahan yang terjadi secara masif dalam
berbagai dimensi kehidupan bisnis saat ini.
Nilai-nilai atau ajaran moral dalam Islam mengajarkan kepentingan bisnis yang tidak
terpisahkan dari konsep Tauhid, yang merupakan titik sentral dari ajaran Islam. Dalam ajaran
Islam bagi orang yang beriman harus ada keyakinan dan prinsip bahwa kegiatan usaha harus
dilakukan berdasarkan pada nilai-nilai yang telah ditetapkan Allah karena semua kegiatan
manusia ada dalam pengawasan Allah. Keyakinan adanya pengawasan Allah inilah yang akan
mengkoreksi cara pandang, meluruskan sikap dan mengendalikan perilaku pengusaha dalam
kegiatan bisnis yang pada akhirnya akan membentuk sikap mental, akhlak, dan etika para
pelaku ekonomi.
Adapun prof.Dr.M. Quraish shihab, beberapa hal lain perlu dimiliki oleh seorang
pembisnis, yaitu:3
a. Tidak cepat puas.
b. Fleksibilitas/kelenturan
c. Ketabahan, kesabaran dan keuletan
d. Kemampuan memanfaatkan waktu, dan peluang bahkan menciptakannya
e. Percaya diri. Percaya diri merupakan suatu keyakinan
f. Optimisme, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qs. Ash-Syarh (94): 5-7:
Artinya:
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguhsungguh (urusan) yang lain

g. Belajar dari pengalaman


Contoh moral dalam kegiatan ekonomi peternakan Petani Desa Dukuh Tengah
menanam tanaman jagung, maka makanan pokok mereka adalah nasi jagung, meski ada
juga beberapa yang memakan nasi, biasanya mereka beli dari hasil petukaran dengan produk
yang mereka tanam atau mereka memiliki sawah/ padi. Sebagian dari hasil panen mereka
jual dan sebagainnya lagi dimakan untuk dijadikan lauk-pauk dirumah. Maka pola
pengelolaan dan pemanfaatan tersebut dapat dikatakan moral ekonominya bersifat
subsisten, dimana petani lebih menyukai bentuk-bentuk aman dari pertanian, jarang sekali
mengambil resiko besar untuk maju, ini terlihat dari cara menanam dan mengelola
pertaniaan. Tanaman pertanian yang di tanam cenderung menanam tanaman yang bisa
diprediksi.
Akan tetapi, seiring dengan jaman yang sudah modern dan uang menjadi prioritas
pada saat sekarang ini. Maka, pola pikir sebagian petani Desa Dukuh Tengah pun berubah
maju.
Moral ekonomi petani dulunya masih bersifat subsisten sekarang menjadi moral ekonomi
yang bersifat rasional yakni petani yang visioner, berfikir maju dan melakukkan maksimalisasi
terhadap nilai, alat dan produk pertaniaan. Ia bisa mengambil resiko guna keluar dari zona
amannya. Dimana dalam maksimalisasi hasil tanah, ia menggunakan strategi dalam
menanamnya tidak hanya sesuai keinginan mereka yang mereka tanam-jual adalah apa yang
mereka ingin makan. Namun pola dalam memaksimalisasi hasil tanahnya lebih cenderung ke
pemikiran bagaimana tanaman yang dihasilkan memiliki nilai jual tinggi dipasaran. walaupun
proses penanaman tanaman tersebut memerlukan waktu lama namun hasilnya sangat
memuaskan karena memiliki daya dan nilai jual yang lebih. Ini menunjukan bahwa moral
ekonomi petaninya bersifat rasional.
2.4. Moral dalam Mentasharufkan Harta
Mentasharufkan harta artinya mengeluarkan atau memutarkan harta sesuai yang
sesuai dengan aturan islam. Moral dalam mentasharufkan harta, misalnya Ciamis
merupakan daerah penghasil galendo, Bandung merupakan daerah penghasil kain, maka
orang Bandung yang membutuhkan galendo akan membeli produk orang Ciamis tersebut,
dan orang Ciamis yang membutuhkan kain akan membeli produk orang Bandung. Dengan
begitu terjadilah interaksi dan komunikasi silaturahim dalam rangka saling mencukupi
kebutuhan. Oleh karena, perputaran harta di anjurkan. Allah berfirman dalam Qs. Al-Hasyr
(59): 7

: َ ‫مَس ْ و ال َيَتاَم ٰ ىَ ْ و الْ ر َب ٰ ىَ قْ و ِل ِ ذي ال و ِل َّ لرسِ ولَ َ ِهَّ َ رٰ ى َفِلل قْ ِ ل الَ ْهٰ ىَ رس وِلِهِ مْ ن أَّ ه َع َل َفاَء‬
‫اللَ اْبن ا أ وِ ِ اكِ ينَ َ ون د وَلة َب َ ْين ْاْل َ ْغ ِنَي ْ يَ ً ل َيكِ ِ يل َك اك ْم َع ْنه َفاْنَته الَّسب واۚ وَ ما َنَهَ ۚ وَ ما آَتاك مَّ الرس‬
‫ول َفخ ذ وهِ اءِ مْنك ْم َ ِ عَقاِبْ َه َش ِ ديد الَّ َّ ن اللِ َهۖ إَّ َ و اَّتق وا الل‬
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda)
yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.4

7 AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG BISNIS Surah Al-Baqarah Ayat 282


َُّٓٚ ًًّّٗ ‫َُث‬َْٛ
‫ز ٍَ آَّ ب انَ ٘ ا أَََٔ لِ قََّّ لَال‬ٚ ِ‫َا ِ َ ُُٕيا ئ‬ٚ‫ذ ِ ْ ى ثُ ُز ْ َ را َر َ ذ‬ْٚ َ‫َن َْٔ َ جٍ مُ يَ غ َفبْ كُزُُِٕۚج َ ٰٗ أ َن ِ ٍٍ ئ‬ٛ ‫نَ ْع ذِ ۚل ْ بِ ْ ت ُ ْك ىَ كبِر ٌ ت ثْ كُز‬
ْٔ‫َ ْ غَز َ ب أ‬ٚ‫ط ُ ع أْٔ ََ ل‬ٛ ِ َ ُْ‫ُ ًِ َّ م‬ٚ ٌْ َٕ‫َ أ‬ٚ‫َ ٌْ َ َ ةَ كب ٌ ت أْ َََٔ ل‬ٚ ‫َ ْ ََّّ لُۚال َفهًَُّ َّ َ تَ ًَك بَ عهْ كُز‬ٛ ‫ُ ًْ ِهِ م انْ ْ تَٔ نْ كُز‬ٛ َّ‫ ِّ انِ ٘ز َ عَه‬ْٛ ْ‫َ َّز ْ َ ذُّ قَٔ ن‬ٛ ‫َسَُّّث‬
‫ِر‬ ‫ُُّْي‬
‫َ ٌْ َن ِ ۖ َفاُ ْك ىٍِ ِ يٍْ ِ سَ جبِن َٔ اْ عَز‬ٚ‫ ُ ََٕك بَ سُ جَهْ ى‬ْٛ ‫ش ًّئۚب َفاَ شُ جٌ مٍِ َف‬ْٛ َ ِ‫َْ جَ خْ ظ‬ٚ ِ‫ ِّ انِ ٘ز َ عَهَّ ٌْ َ كبٌَ ان‬ْٛ ْ‫ًّٓف ب أ‬ِٛ‫ع ًّف َ َ ذُّ قَ ع‬ٛ ‫َِض‬
‫َ أْ خَ شٰٖۚ ْْ ُل ًَ ب اْ دَ ذُْاِ ًَ ب َفُز َ ِّز كَ ش ئْ دَ ذُْاِ ِ ضَّ م ئٌْ َر َ ٌِ ِ ًَّي ٍْ َر ْ شَ ضْٕ ٌَ ِ يٍَ ان‬ٚ‫ُُّّن ثْ َفهَ ةْ َََٔ ل‬ِٛ َٔ‫ُ ًْ ِهْ م‬ٛ ِ‫ذ َ ْع ذِ ۚل ْ بن‬ْٚ َ ِٛٓ‫ْشُِٓ ٔذ اَ ش‬
‫غ ًّ شا أَ ُ ٕيا أَ َََٔ ل َر ْ غأَ يبُ دُ ٕع ۚا َ راِ انُّ َٓش‬ٛ ‫ ًّ شا ئِ ْٔ َ كجَ ٌْ َر ْ كُز ُُِٕجَ ِص‬ٛ ِ ‫اْ يَ شأَ ذِ ُْع َ غُظ ْق َ ُ ْك ى أ ِن ٰ َ جِهِّۚ َ رَ ٰٗ أ َن‬ َٔ
‫َُث‬َْٛ ‫َُّٓش َ ذاِ ء أ َر بَ َََٔٓش‬
ََّّ
ٌْ‫ذ ُ ب ُ ْك ى َفَهَ دبِ ضَ شًّح ُر ٌْ َر ُ ٕك ٌَ ِرَ جبَ سًّح َ ََّ ل أِ َََّ ل َر ْ شَر بُٕثۖا ئْ ََد ٰٗ أَ َٔ إَٔ ُ و ِنهَّ َٓش بَ ِد ح ْق َ لِال َٔ أََُِّّ ُٕ ا َفاَ عه‬ٚ ِ‫ َ ظ‬ْٛ‫َذاُ ء ئ‬
‫ُۗال‬
َٔ ‫ٌه ىِ ًُُ ُك ىََّّ ل‬ِٛ‫ ٍ ءَ ع‬ْٙ‫ ُ ْك ىُ َُج بٌ ح أَ عَهُ كِّ مَ ش‬ْٛ‫َب ْ عُز ِ َ ْ شُِٓ ٔذ ا ئَََّ ل َر ْ كُز َُْٕج ۗب َٔ أ‬ٚ ‫ٌ ۚذ ْ ۚى َ را َر َج‬ِٛٓ‫ُ َ ضبَّ سَ كبِرٌ تَََٔ لَ ش‬ٚ‫َر ْف ِ َٔ ئَََٔ ل‬
‫ُ َ عهۗ َٔ اَّرُٕ اُ ْك ىِ ُ ٕغ ٌ و ث ُف‬َٚٔ ‫ََّّلُال ثِّ ََّّ لَۖال‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
Al-Qur'ân mewajibkan manusia untuk bersikap proporsional dan berlaku adil. Jika mereka
sadar akan itu, niscaya akan meringankan pekerjaan para hakim. Akan tetapi jiwa manusia
yang tercipta dengan berbagai macam tabiat seperti cinta harta, serakah, lupa dan suka
balas dendam, menjadikan hak-hak kedua pihak diperselisihkan. Maka harus ada kaidah-
kaidah penetapan yang membuat segalanya jelas.
Surah An-Nur Ayat 37
ُ‫َ ْٕ ًّ يب َر َزَ هِ ِ و انَّ ََص ِلحَٔ ئِ َقبََّّ لِال َٔ ئِ َََٔ ل‬ٚ ٌَ ‫َ َ خبُٕف‬ٚ ‫ َزبِ ء انَّ ضَ كِبۙح‬ٚ َّ ِّ ‫ف‬ِٛ ‫ت‬
‫ ْ هَ جبٌ لََ ل ُرِ سْ ثَ صبسُٕ ُ ةَٔ ْْا َل هُ ْ ان‬ِٛٓ ‫ ٌ عَ عٍْ ِ رْ كشِْٓ ى ِرَ جبَ سٌح‬ْٛ ‫َث‬
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati
Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut
kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
Asbabul Wurud Surah An-Nur Ayat 37 Dari Abdillah bin Umar, ia meriwayatkan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kebiasaan kaum muslim yang segera menutup
toko mereka jika mendengar adzan meskipun sedang sibuk berniaga di pasar. Mereka pergi
ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah (HR. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir)
Asbabun Nuzul Surah An-Nur Ayat 37 268 (Laki-laki) menjadi Fa'il atau subyek
daripada Fi'il Yusabbihu, jika dibaca Yusabbahu berkedudukan menjadi Naibul Fa'il. Lafal
Rijaalun adalah Fa'il dari Fi'il atau kata kerja yang diperkirakan keberadaannya sebagai jawab
dari soal yang diperkirakan pula. Jadi seolah-olah dikatakan, siapakah yang melakukan tasbih
kepada-Nya itu, jawabnya adalah laki-laki (yang tidak dilalaikan oleh perniagaan)
perdagangan (dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan salat)
huruf Ha lafal Iqaamatish Shalaati dibuang demi untuk meringankan bacaan sehingga jadilah
Iqaamish Shalaati dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu
menjadi guncang) yakni panik (hati dan penglihatan) karena merasa khawatir, apakah dirinya
selamat atau binasa, dan penglihatan jelalatan ke kanan dan ke kiri karena ngeri melihat
pemandangan azab pada saat itu, yaitu hari kiamat.
Mereka tidak disibukkan oleh urusan dunia, seperti : untuk menyebut di antaranya :
jual beli, yang dapat membuat seseorang lupa kepada Allah. Mereka selalu melaksanakan
salat dan menunaikan zakat. Mereka pun selalu mewaspadai datangnya hari kiamat sehingga
membuat hati mereka menjadi goncang karena gelisah, kesulitan dan menanti nasib. Pada
hari itu, pandangan pun menjadi bimbang dan terkejut melihat pemandangan yang aneh
dan bencana yang dahsyat.
Surah Al-Jumu‟ah Ayat 11
َْٓٛ
َ ‫ق‬ِٛ ‫خ ٌ شِ يٍَ انهَ ذََّّ لِال ْ مَ يبِ ُْع َ شُ ٕك َ ك َقبِئ ًًّ ۚب ُق َٔ َر ب َن ِ َف ُّ ٕض ا ئًّْٕٓ ا َْأْ َن َ ْٔ ا ِرَ جبَ سًّح أَ َ راَ سأِ َٔ ئ‬ْٛ َ َّ ْٕٓ ‫جبَ ِس ۚح ِ َٔ ِ يٍَ انِّز‬
‫خ ُ ش انَّ شاص‬ْٛ َ‫ٍَِ َٔ ََّّ لُال‬
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah:
"Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik
Pemberi rezeki.
Asbabul Wurud Surah Al-Jumu‟ah Ayat 11 Dari Jabir ia mengatakan bahwa saat
Rasulullah menyampaikan khutbah pada hari jum‟at, tiba-tiba rombongan kafilah datang
membawa dagangan dari Syam. Kaum Muslim mendatangi rombongan itu, hingga hanya
tersisa 12 orang yang mendengarkan Rasulullah berkhutbah. Atas peristiwa itu, turunlah
ayat ini. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Asbabun Nuzul Surah Al-Jumu‟ah Ayat 11 Ifdlolul Maghfur (dan apabila mereka
melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya) yakni pada
barang dagangan itu merupakan kebutuhan yang mereka perlukan, berbeda dengan
permainan (dan mereka tinggalkan kamu) dalam khotbahmu (dalam keadaan berdiri.
Katakanlah, “apa yang di sisi Allah) berupa pahala (lebih baik) bagi orang-orang yang
beriman (dari permainan dan perniagaan”, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki) bila
dikatakan, setiap orang itu memberi rezeki kepada keluarganya, maka pengertian yang
dimaksud ialah dari rezeki Allah SWT.
Apabila mereka melihat perniagaan dan permainan yang menyenangkan, mereka
menuju ke situ dan meninggalkan kamu berdiri menyampaikan khutbah. Katakan kepada
mereka, “karunia dan pahala yang ada pada Allah lebih bermanfaat bagi kalian daripada
permainan dan perniagaan. Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Maka, mintalah
rezekinya dengan senantiasa menaati-nya.

HADITS TENTANG BISNIS

‫ خهٕفأ ئرا اشزٔش‬ٚ‫ َٕٕخ أ ئرأ عٔذ ا نى‬ٚ‫ كزٕثأ ئرا ائًُٕز ا نى‬ٚ‫ط ت انكغت كغت انزجبس ان٘ز ئرا دذٕثا نى‬ٛ‫ٌئ أ‬
‫ عغٔشا‬ٚ‫ً طٕه أ ئرا كٌب ٓنى نى‬ٚ‫ٓه ى نى‬ٛ‫ طٔشأ ئرا كٌب ع‬ٚ‫ زٕيأ ئرا ثبٕع ا نى‬ٚ‫(نى‬.
Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila
berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak
mengingkari, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam
menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih
hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan”.
(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu‟abul Iman, Bab Hifzhu Al-Lisan IV/221) ِ َّٗ ََّّ ٌَّ‫لِال َ دأُ َ د‬
‫خ‬ْٛ
‫َ ِ ِِذ‬ٚ‫َ أِ يٍْ َ عًَ ِ م‬ٚ ٌَ‫ ِّ انَّ َغ َل ُ كَ عه –ُ مَ ْ َ كب‬ْٛ‫َ أَ َ ًّ شاِ يٍْ أًّ يب َقُّظَ عبَ ٌد ذ َطَ َ كَ م أَ َ ي –ُ و ب أ‬ٚ ٌْ ْ‫َٔ ئ‬، ‫َ ِ ِِذ‬ٚ‫ََجِ ُ كَ مِ يٍْ َ عًَ ِ م‬
Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan
dari jerih payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud as senantiasa makan dari
jerih payahnya sendiri”. (HR. Bukhori, Kitab Al-Buyu‟, Bab Kasbir Rojuli wa Amalihi Biyadihi
II/730 no.2072)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilik Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah
ALLAH SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid:
7). Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya.
Oleh karena itu, manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu.
Salah satunya melalui bekerja, dan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis.
Islam mewajibkan setiap Muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk
“bekerja”. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia
memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah.
Allah SWT menerangkan tentang harta sebagai karunia dari-Nya dan memerintahkan
kepada manusia untuk bekerja dan berusaha. Dalam Islam, bekerja dinilai sebagai
suatu kebaikan dan sebaliknya kemalasan dinilai sebagai keburukan.

B. Saran
Dalam rangka proses pembelajaran ke arah yang lebih baik, kami
mengharapkan kritik dan saran. Kritik dan saran dari pembaca akan kami jadikan
sebagai perbaikan untuk kedepannya. Walaupun makalah ini belum sempurna, kami
berharap semoga makalah ini berguna khususnya bagi penulis sendiri dan umunya
bagi para pembaca makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Dr. Mardani. 2014. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta : Prenadamedia Group. Hlm 75.
 http://wardahcheche.blogspot.com/2014/01/harta-dalam-perspektif-ekonomiislam.html

 http://ekonomisyariahmuamalah.blogspot.com/2015/04/konsep-harta-dalam

Anda mungkin juga menyukai