Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP KEPEMILIKAN HARTA DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM

Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :

Abdul Waid, S.H., M.S.I

Disusun Oleh :

1. Annisaul Asfia ( 2121294 )


2. Wahyu Miftahul Jannah ( 2121277 )

PROGRAM STUDI EKONOMI DAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan kepada
kami, sebagai penulis untuk menyelesaikan tugas mata ini. Berkat rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Kepemilikan Harta Dalam
Ekonomi Islam” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah filsafat ekonomi islam yang diampu oleh bapak Abdul Waid, S.H., M.S.I. Selain
itu, kami harap makalah ini dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan khususnya
bagi penulis dan bagi pembacanya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkaitan
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna sehingga dengan ini penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah selanjutnya.

Kebumen, 25 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
`1. Harta Dalam Perspektif Islam..............................................................................3
a. Pengertian Harta.........................................................................................................3

b. Pembagian Harta........................................................................................................3

2. Konsep Kepemilikan Harta Dalam Islam..........................................................5


a. Kepemilikan perseorangan atau individu................................................................ 6

b. Kepemilikan umum...................................................................................................6

c. Kepemilikan milik negara.........................................................................................7

BAB III.............................................................................................................................8
PENUTUP........................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang mana pada prinsipnya selalu ingin
hidup bermasyarakat. Dalam bermasyarakat manusia pasti akan menghadapi
berbagai macam persoalan untuk menutupi kebutuhan yang satu dengan yang
lainya. Setiap individu pada dasarnya memiliki sifat ketergantungan.
Ketergantungan itu dirasakan Ketika manusia lahir.1

Ketergantungan seseorang dikarenakan setiap manusia mempunyai


kebutuhan. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh ekonomi itu berbeda dari
masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain, dari orang yang satu ke orang yang
lain. Perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya sesuai
kebutuhan.2

Harta merupakan segala sesuatu yang dimanfaatkan secara legal menurut


hukum syara ( hukum islam ) dan merupakan urat nadi kegiatan ekonomi. Dalam
islam, harta hakikatnya adalah milik allah tetapi allah telah meenyerahkan
kekuasaan atas harta tersebut untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Islam memperbolehkan setiap individu memiliki hak milik pribadi tetapi


harus sesuai dengan ketentuan syariat, sehingga hak milik pribadi dapat bermanfaat
bagi orang lain. Karena didalam harta tersebut terdapat Sebagian hak orang lain
yang harus dipenuhi.3

Dalam sistem kapitalis, individu merupakan poros perputaran ekonomi.


Individu merupakan penggerak sekaligus tujuan akhir aktivitas ekonomi tersebut.
Negara tidak berhak mengatur individu, bahkan Negara harus memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada individu. Individu bebas melaksanakan aktivitas
ekonomi dan berbuat sesuka hati, baik itu mendatangkan laba atau sebaliknya.

1
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 31
2
S. Wiranegara, Ekonomi dan Keuangan Makna Ekonomi Islam, (Jakarta : PT Gita Karya, 1988), h. 19
3
Nizaruddin, konsep kepemilikan harta perspektif ekonomi syari’ah, (institut Agama Islam Negeri Metro,
2019) vol 6. No 2

1
Mereka tidak peduli apakah tindakan mereka ini menimbulkan danpak positif
maupun dampak negative bagi masyarakat.

Islam dengan kesempurnaa ajaranya telah menerapkan tentang aturan


berekonomi, termasuk elemen-elemen didalamnya seperti produksi, distribusi, dan
konsumsi.4 Islam membolehkan hak individu terhadap harta benda dan
membenarkan pemilikan semua jenis harta benda yang mampu diperoleh menurut
cara yang halal. Islam menjamin keselamatan harta benda milik umatnya dan
mengancam pelaku pencurian dan perampokan yang membahayakan keselamatan
harta benda yang dimiliki umatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana harta dalam perspektif islam?
2. Bagaimana konsep kepemilikan harta dalam islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu harta dalam perspektif islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepemilikan harta dalam islam.

4
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid I h. 9

2
BAB II

PEMBAHASAN
`1. Harta Dalam Perspektif Islam
a. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa arab disebut al-mal atau jamaknnya al-amwal. Harta
(al-mal) menurut kamus Al-muhith tulisan Alfairuz Abadi, adalah ma
malakatahu min kulli syai (segala sesuatu yang engkau punyai). Untuk itu, milik
dalam lughoh (arti bahasa) dapat diartikan “memiliki sesuatu dan dapat
bertindak secara bebas terhadapnya.5
Menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’ (hukum Islam)
seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian.
Berdasarkan pengertian tersebut maka seluruh apapun yang digunakan
manusia dalam kehidupan dunia baik merupakan harta, uang, tanah, kendaraan,
rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikanan-
kelautan, dan pakaian termasuk dalam kategori al amwal (harta kekayaan).6

b. Pembagian Harta
Menurut fuqaha harta sendiri terdiri dari beberapa bagian, tiap bagian
memiliki ciri dan hukumnya sendiri. Pembagian harta tersebut antara lain:
1. Dilihat dari segi kebolehan pengambilan manfaat menurut syara’
a. Mal Mutaqqawim yaitu sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara’. Harta yang masuk jenis ini merupakan harta yang baik jenisnya
maupun cara memperolehnya.
b. Harta Ghairu Mutaqqawim yaitu sesuatu yang tidak boleh diambil
manfaatnya menurut syara’. Harta jenis ini kebalikan dari mal
mutaqqawim yakni tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara
memperolehnya maupun penggunaanya. Contohnya babi.
2. Dilihat dari ada/ tidaknya harta sejenis dipasaran

5
M. Hasbi Assiedieqy, Pengantar Fiqih Mu'amalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998),h. 8
6
Loc. Cit. Hal 40

2
a. Harta mitsli, yaitu harta yang jenisnya mudah didapat di pasaran (secara
persis dari segi bentuk atau nilai). Harta mitsli terbagi atas empat bagian,
meliputi: (1) harta yang ditakar, seperti gandum; (2) harta yang
ditimbang, seperti besi; (3) harta yang dapat dihitung, seperti telur; dan
(4) harta yang dijual dengan meter, seperti kain, papan, dan lain-lain.
b. Harta qimi, yaitu harta yang tidak ada jenis yang sama dalam satuannya
di pasaran, atau ada jenisnya tetapi pada setiap unitnya berbeda dalam
kualitasnya, seperti satuan pepohonan, logam mulia, dan karya seni.
3. Dilihat dari segi jenisnya
a. Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun
berubah bentukdankeadaannya dengan perpindahan/perubahan tersebut.
Harta dalamkategori ini mencakup uang, barang dagangan, macam-
macam hewan, kendaraan, danlainlain.
b. Harta ghairu manqul, yaitu harta yang tidak dapat dipindahkan
dandibawadari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, tanah dan bangunan
yang ada di atasnya.
4. Dilihat dari segi pemanfaatanya
a. Harta isti’mali, yaitu harta yang apabila digunakan atau dimanfaatkan
benda itu tetap utuh, sekalipun manfaatnya sudah banyak digunakan,
seperti kebun, tempat tidur, rumah, sepatu, dan lain sebagainya.
b. Harta istihlaki, yaitu harta yang apabila dimanfaatkan berakibat akan
menghabiskan harta itu, seperti sabun, makanan, dan lain sebagainya.
5. Dilihat dari segi status harta
a. Harta mamluk, yaitu harta yang telah dimiliki, baik milik perorangan
atau milik badan hukum atau milik negara seperti Yayasan.
b. Harta mubah, yaitu harta yang asalnya bukan milik seseorang, seperti
mata air, binatang buruan, pohon-pohonan di hutan, dan lain-lain. Harta
semacamini boleh dimanfaatkan oleh setiap orang dengan syarat tidak
merusak kelestarian alam.

4
c. Harta mahjur, yaitu harta yang ada larangan syara’ untuk memilikinya,
baik karena harta itu dijadikan harta wakaf maupun diperuntukkan untuk
kepentingan umum. Harta ini tidak dapat dijual belikan, diwariskan,
dihibahkan, maupun dipindah tangankan.
6. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.
Harta yang dapat dibagi ialah harta yang tidak menimbulkan kerusakan atau
kerugian Ketika harta itu dibagi-bagi, seperti beras, tepung dll. Harta yang
tidak dapat dibagi ialah harta yang apabila dibagi-bagi akan menimbulkan
kerusakan atau kerugian seperti mesin, gelas, piring, dll.
7. Harta 'Ain dan Dayn
Harta ‘ain yaitu harta yang berbentuk seperti rumah dan pakaian. Sedangkan
harta dayn yaitu harta yang menjadi tanggung jawab seperti uang yang
dititipkan ke orang lain.
8. Harta naf’i
Harta naf’i ialah harta yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan masa. contohnya : listrik, oksigen.
9. Harta pokok dan harta hasil ( buah )
Harta pokok adalah harta yang mana dari hart aitu bisa menyebabkan adanya
harta lain atau disebut dengan modal. Harta hasil adalah harta yang diperoleh
dari harta pokok tersebut atau disebut hasil dari modal.
10. Harta khas dan harta ‘am
Harta khas yaitu harta milik pribadi dan tidak boleh digunakan oleh orang
lain tanpa persetujuan pemilik. Sedangkan harta ‘am adalah harta milik
umum dan bisa diambil manfaatnya secara Bersama-sama.
2. Konsep Kepemilikan Harta Dalam Islam
Harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah, di
manaAllah telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta
tersebut sehingga orang tersebut sah memiliki hartanya. Untuk itu, harta dalam
pandangan Islam memiliki kedudukan yang penting.

5
Dalam kaitannya dengan kegiatan bisnis ekonomi dan ritual ibadah, harta
sangat diperhatikan sehingga di dalam maqashid syariah menjadikannya salah
satu poin penting, yaitu memelihara atau menjaga harta. Hal ini adalah maksud
dan tujuan Allah dalam rangka memberikan kemaslahatan kepada manusia
untuk kiranya dijadikan sebagai pedoman didalam berbisnis dan bermuamalah.7
Konsep kepemilikan harta perspektif ekonomi syari'ah adalah diakuinya
hak milik individu dan hak milik umum. Dimana kedua hak tersebut bersifat
mutlak. Hal ini menunjukkan bahwa hak milik terkait erat dengan prinsip bahwa
manusia adalah pemegang amanah Allah SWT. Untuk itu manusia tidak
memiliki hak untuk menguasai sesuatu hal tanpa pertimbangan. Islam
membolehkan setiap individu untuk memiliki hak milik pribadi tapi harus sesuai
dengan ketentuan syari'at, sehingga hak milik pribadi dapat bermanfaat bagi
orang lain.8 Kepemilikan dalam islam dibagi menjadi 3 yaitu
a. Kepemilikan perseorangan atau individu
Kepemilikan individu adalah hak seseorang untuk memanfaatkan sesuatu
harta. Harta ini didapat dari usaha yang dijalankan yakni bekerja. Hak
kepemilikan ini dijaga dan diatur oleh hukum islam. Perlindungan kepemilikan
perseorangan adalah kewajiban negara.
Islam mengakui kepemilikan individu asal didapatkan dan dibelanjakan
dengan cara yang syar'i. harta pribadi dalam penggunaanya tidak boleh memiliki
dampak negatif terhadap pihak lain.Semestara itu, islam melarang perolehan
harta melalui cara-cara yang batil seperti judi, pelacuran, korupsi, dan perbuatan
maksiat lainya. Sebab kegiatan ini akan membawa pada kehancuran dan
kenistaan hidup manusia itu sendiri.
b. Kepemilikan umum
Kepemilikan umum merupakan kepemilikan harta atau sesuatu dimana
setiap masyarakat bisa secara Bersama memanfaatkanya, berupa barang-barang

7
Ahmad Junaedi T, Konsep Harta dan Kepemilikan Dalam Perspektif Islam, ( Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar )
8
Nizaeuddin Nizaruddin, Konsep Kepemilikan Harta Perspektif Ekonomi Syariah, ( Jurnal Hukum dan
Ekonomi Syariah ) vol 6 no 2

6
yang mutlak yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari hari seperti, air,
padang rumput, sungai, jalan, dan lainya.
kepemilikan umum juga meliputi mineral padat, cair dan gas yang
asalnya dari dalam perut bumi. benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam
golongan milik umum karena memiliki manfaatan besar bagi masyarakat dan
menyangkut hajat hidup masyarakat itu sendiri. Agar tidak terjadi ketimpangan
antara rakyat yang kuat dan lemah maka pemerintah mengelola kekayaan ini
secara adil untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat semua.
c. Kepemilikan milik negara
harta milik negara yaitu segala bentuk Penarikan yang dilakukan oleh
negara secara syari kepada masyarakatnya seperti pajak, hasil pengelolahan
pertanian, perdagangan dan industri yang masuk ke dalam kas. harta milik
negara ini kemudian dibelanjakan untuk kepentingan warganya, belanja negara
dan biaya-biaya kenegaraan lainya.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu
yang legal menurut hukum syara’ (hukum Islam) seperti jual beli, pinjaman,
konsumsi dan hibah atau pemberian.

Harta dibagi menjadi beberapa bagian antara lain, mal muqqawim dan
ghairu muqawwim, harta mitsli dan harta qimi, harta manqul dan harta ghairu
manqul, harta isti’mali dan istikhlaki, harta mamluk, mahjur dan mubah, harta
yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi, harta naf.i, harta khas dan ‘am, harta
‘ain dan dayn, harta pokok dan harta hasil.

Inti dari konsep kepemilikan harta dalam islam yaitu harta sejatinya
milik allah akan tetapi allah menyerahkan kepada manusia untuk digunakan
dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan hukum syara. Kepemilikan harta itu
pun ada yang milik umum, negara dan juga milik pribadi. Harta pribadi itu
dimiliki dengan hasil kerja keras dari perorangan itu sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.readcube.com/articles/10.32332%2Fadzkiya.v6i2.1281

https://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/07/02/harta-dan-kepemilikan-dalam-islam/

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/adzkiya/article/view/1281

https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952816893

https://repository.uin-suska.ac.id/2055/1/2011_2011258.pdf

Anda mungkin juga menyukai