FIQIH MUAMALAH
Disusun oleh :
1. Dwita Afdilla Bielsa
2. Suci Dwi Lestari
3. Rizki Nazwan
KELAS B1
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA
BATANGHARI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW yang telah melimpahkan hidayahnya sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah berjudul : “Harta” bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqih Muamalah.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun aspek lainnya. Maka
dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, akhirnya penyusunan sangat berharap semoga
makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa mmbantu
para pembaca untuk mempermudah pemahaman mengenai judul makalah kami.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………................................................……………………. 4
B. Rumusan Masalah …………............................................…………………………… 5
C. Tujuan Penulisan ……………………………............................................………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta ………………………………………...............................………… 6
B. Harta dalam Pandangan Syari’at …………………………………….………....……..7
C. Kedudukan Pembagian dan Fungsi Harta Dalam Pandangan Syari’at ....................... 8
A. Latar Belakang
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah
satuad-daruriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta.1 Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya yang
dilakukan orang lain dengan cara yang tidak sah, termasuk ke dalam kelompok yang
mendasar dalam Islam. Sekalipun seseorang diberi Allah memiliki harta, baik banyak
atau sedikit, tidak boleh berlaku sewenang-wenang dalam menggunakan hartanya itu.
Kebebasan seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan hartanya adalah sebatas
yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh sebab itu,dalam pemilikan dan penggunaan harta,
disamping untuk kemaslahatan pribadi, juga harus dapat memberikan manfaat dan
kemaslahatan pada orang lain. Inilah di antara fungsi sosial dari harta itu, karena
suatu harta sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia. 2
Manusia tidak memiliki harta secara mutlak karena harta sebagai titipan sehingga dalam
pandangan tentang harta, terdapat hak-hak orang lain. Konsekuensi logis dari hal itu
adalah adanya kewajiban bagi manusia untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya
untuk berzakat dan ibadah lainnya.3
1
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin,Kamus Ilmu Ushul Fikih,Jakarta: Amzah,2009,cet.2, hlm.57
2
Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 12.
3
Ibid.,hlm. 13
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan harta secara umum?
2. Apa yang dimaksud harta dalam pandangan syari’at?
3. Bagaimana kedudukan ,pembagian, dan fungsi harta dalam pandangan syari’at?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian harta secara umum
2. Untuk mengetahui arti harta dalam pandangan syariat
3. Untuk mengetahui kedudukan pembagian, dan fungsi harta dalam pandangan
syariat.
BAB II
PEMBAHASAN
4
https://kamus.tokopedia.com/h/harta/
B. Pengertian Harta dalam Pandangan Syariat
Harta dalam pandangan syariah memiliki makna yang berbeda dengan harta dalam
pandangan konvensional. Secara umum, hal yang membedakan antara keduanya
adalah terletak pada posisi harta, dalam pandangan konvensional harta sebagai
alat pemuas, sementara dalam pandangan syar’i posisi harta adalah sebagai
wasilah/perantara untuk melakukan penghambaan kepada Allah. Perbedaan pandangan
ini berimplikasi pada definisi tentang harta, fungsi harta, dan bahkan eksistensi harta.5
Sulit memang mendefinisikan harta secara tepat dan baku. Ini dikarenakan
harta memiliki sifat dan kekhususan yang berbeda-beda dengan akibat berbeda
pula dalam memandangnya. Ulama dulu mendefinisikan : segala hal yang dicintai watak
manusia dan dapat disimpan serta mempunyai nilai. Definisi ini jelas tidak lengkap dan
tidak konkret, sebab yang disukai manusia aneka ragam macamnya dan bukan semua
harta dapat disimpan, sebagaimana hijauan-hijauan yang cepat basi. Para tokoh syariah
dan para pembuat undang-undang merasa risau dalam mendefinisikan harta. Maksud
mendefinisikan harta ialah untuk mendata apa saja yang dapat diperdagangkan. Dari
sinilah mereka memperluas arti mal(harta), sehingga di dalamnya termasuk al -haq(hak
tertentu), misalnya hak mendapatkan privilege (hak istimewa, privilese) dan hak
didahulukan.6
Menurut Mustafa Zarqa, para fuqaha’ memfokuskan harta pada dua faktor yang terdiri
dua unsur: ‘ayniyah’ dan ‘urf’ (jasa). ‘Ayniyah’ maksudnya adalah harta yang berwujud
materi konkret, sedangkan ‘urf ialah berbagai hal yang dalam pandangan semua orang
atau sebagiannya saja bernilai, karena itu dapat dibarterkan dan yang lain. Demikian itu,
dari sudut pandang ekonomi, jelas bernilai ekonomi. Sebab itu jelas bisa diuangkan. Dari
realitas ini, Mustafa Zarqa dalam mendefinisikan harta adalah wujud materi konkret yang
bernilai uang. Definisi demikian jelas mengeluarkan berbagai hal yang bersifat haq, dari
kategori harta dan masuknya ke kategori kepemilikan.7
2. Pembagian Harta
8
Naerul Edwin Kiky Aprianto, Konsep Harta Dalam Tinjauan Maqashid Syariah ,
Istihlak dan harta Isti’mal :
a. Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya
secara biasa kecuali dengan menghabiskannya.
Harta Istihlak terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Istihlak Haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas (nyata)
zatnya habis sekali digunakan.
2. Istihlak Buquqi adalah suatu harta yang sudah habis nilainya bila telah digunakan
tetapi zatnya masih tetap ada.
b. Harta Isti’mal adalah sesuatu yang dapat digunakan berulanag kali dan materinya tetap
terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis dengan satu kali menggunakan tetapi dapat
digunakan lama menurut apa adanya.
Fungsi Harta
Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut, maka
fungsi harta amat banyak, baik kegunaan dalam yang baik, maupun kegunaan dam hal
yang jelek, yaitu:
9
http://mitoyono.blogspot.com/2010/12/kedudukan-dan-fungsi-harta.html
a) Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk ibadah
memerlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal
untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibbah dan yang lainnya.
b) Untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah.
c) Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
d) Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya.
e) Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menurut ilmu tanpa modal
akan tersa sulit, seperti sesorang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi bila ia tidak
memiliki biaya.
f) Untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan yakni adanya pembantu
dan tuan. Adanya orang kaya dan miskin sehingga antara pihak saling membutuhkan
karena itu tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
g) Untuk menumbuhkan silahturrahim, karena adanya perbedaan dan keperluan sehingga
terjadilah interaksi dan komunikasi silaturrahim dalam rangka saling mencukupi
kebutuhan.10
10
Palupi, Wening Purbatin.2012.”HARTA DALAM ISLAM (Peran Harta dalam Pengembangan Aktivitas Bisnis
Islami).”At-Tahdzib 1.2,pp. 154-171
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang harta ini maka diambil kesimpulan :
Harta dalam pandangan syariah memiliki makna yang berbeda dengan harta dalam
pandangan konvensional. Secara umum, hal yang membedakan antara keduanya
adalah terletak pada posisi harta, dalam pandangan konvensional harta sebagai
alat pemuas, sementara dalam pandangan syar’i posisi harta adalah sebagai
wasilah/perantara untuk melakukan penghambaan kepada Allah.
Kedudukan harta sebagai amanat (fitnah), karena harta sebagai titipan, maka manusia
tidak memiliki harta secara mutlak karena itu dalam pandangan tentang harta terhadap
hak-hak lain seperti zakat harta dan yang lainnya. Kedudukan harta juga dapat sebagai
musuh.
Dan yang terakhir fungsi harta, ada banyak fungsi harta salah satunya yaitu : untuk
menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk ibadah
memerlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal
untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibbah dan yang lainnya.
B. Saran
Begitulah penjelasan kami tentang makalah “Harta” ini, kami berharap penjelasan
kami dapat membantu pembaca agar lebih memahami tentang materi ini, Karena kami
telah menjelaskan secara singkat dan jelas.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kepada para pembaca agar kiranya dapat memberikan saran-saran
yang sifatnya membangun kepada makalah kami ini, agar dapat memperbaikinya di
pembuatan akan datang.
DAFTAR PUSTAKA