Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN


ISLAM DALAM MASALAH HARTA DAN JABATAN
AIKA 1

DOSEN

DISUSUN OLEH
Kelompok 11 Kelas QR

Gilang Aulia Arif (2261201679)


Ridho Nur Ilham (2261201678)
Jiansalsa Widiyasari (2261201520)

Prodi : Manajemen
Fakultas :Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
AIKA, dengan judul “Islam Dalam Masalah Harta Dan Jabatan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karna itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
Pendidikan.

Tangerang,1-Oktober-2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang.......................................................................................................................

1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................

1.3.Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Harta dan jabatan sebagai amanaah  dan karuniah Allah ...................................

2.2 Kewajiban mencari harta ..................................................................................................

2.3. Sikap terhadap harta dan jabatan..................................................................................

1
2.4. Pendayagunaan harta dan jabatan dijalan Allah....................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................................................................

3.2. Saran..........................................................................................................................................

3.4. Daftar Pustaka.......................................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang.
Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai
ekonomis.Kedua,  unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Harta dan jabatan merupakan dua hal yang yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari, juga
saling berhubungan satu sama lain. Harta dapat membuat orang punya jabatan, sebaliknya
jabatan kadang-kadang dikejar orang untuk memperoleh harta. Sebagai “diin Allah” yang
nenjadi rahmat bagi semesta alam sudah barang tentu Islam memiliki perhatian yang sangat
serius dan mempunyai tata aturan yang jelas mengenai harta dan jabatan.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat. As-Suyuti berpendapat bahwa istilah
Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan
dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.

Harta dan jabatan dapat mengantarkan seseorang  kepada kemuliaan, tetapi dapat pula
membuat seseorang menjadi hina. Tergantung bagaimana manusia itu memandang dan
menyikapinya. Fungsi harta adalah untuk menopang kehidupan manusia karena tanpa harta
kehidupan manusia tidak akan tegak. Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang,
sesuatu tugas yang diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau
terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.

Demikianlah, harta dan jabatan ditempatkan bergantungnya status al-mal terletak pada nilai
ekonomis (al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta
tergantung pada besar sekecilnya manfaat suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi
tujuan dari semua jenis harta.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat di ambil
adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian harta dan jabatan?
2. Bagimanakah pandangan islam terhadap harta?
3. Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah?

1
4. Bagaimanakah sikap terhadap Harta dan Jabatan?
5. Bagaimanakah pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah?

C. Manfaat Dan Tujuan

Maksud dari makalah ini adalah memahami apa itu harta dan jabatan, mengajarkan
cara bersikap terhadap harta dan jabatan, serta memahami pendayaan gunaan harta
dan jabatan dijalan Allah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarati condong,
cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun
manfaat. Harta merupakan salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini. Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, di definisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki
manusia dengan sebuah upaya baik itu berupa zat maupun manfaat. Menurut
Hanafiyah, al maal adalah sesuatu yang mungkin dimiliki, disimpan dan
dimanfaatkan.

Dalam Al-Qur’an bahwa harta adalah perluasan hidup. Pada Al-Qur’an surat AL Kahfi:
46 dan surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan manusia terhadap harta sama
dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan, maka kebutuhan manusia
terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar.

Istilah Harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu
berkembang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa
istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan,
dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.

Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia terhadap harta
dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewjiban manusia mengeluarkan
sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadahlainnya. Cara-cara pengambilan
manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama, pelaksanannya dapat diatur
oleh masyarakat melalui wakil-wakilnya.

Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan syarat pemiliknya mendapat
imbalan yang wajar, masyarakat tidak boleh mengganggu dan melanggar kepentingan
pribadi, selama tidak merugikan orang lain dan mayarakat, karena pemilikan manfaat
berhubungan serta dengan hartanya, maka pemilik boleh untuk memindahkan hak
miliknya kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya dan
sebagainya.

1
Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban.
Semua orang yang punya tugas tertentu, kedudukan tertentu atau terhormat dalam
setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan. Dalam Al-
Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang menunjukkan
kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang menunjukkan keburukan
seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya.

Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata
karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah,
juga  sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat
kemaslahatan orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga
dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan
dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.

Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal ayat 28:

ِ ‫َوا ْعلَ ُموا َأنَّ َما َأ ْم َوالُ ُك ْم َوَأوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوَأ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ َأجْ ٌر ع‬
‫َظي ٌم‬
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Sehubungan dengan hal itu, maka harta dan jabatan adalah karunia Allah yang sangat
baik buat manusia, tetapi manakala tidak dapat dijaga dan dipelihara dengan baik,
maka ia akan menjadi fitnah dan bencana.

Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan membawa manfaat
dan barokah, sedangkan harta dan jabatan yang disalahgunakan atau diperoleh dengan
tidak halal akan menjadi fitnah bahkan musibah. Sehubungan dengan hal ini
Rasulullah SAW bersabda:
‫) من حديث عمرو بن العاص رفعه‬17763( “ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فيما رواه اإلمام أحمد في “مسنده‬
َ ‫فقد قال‬
‫“نعم المال الصالح للرجل الصالح” وإسناده صحيح‬.
Rasul bersabda :Sebaik baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh orang yang
soleh. HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16 hadits 17763 dan sohih
Ibnu Hibban 8/6) Dijelaskan bahwa hadits ini adalah sohih.

2. Kewajiban Mencari Harta

Ajaran Islam telah memberikan rambu-rambu dalam mencari, mengelola, dan


menyalurkan harta. Islam tidak melarang manusia mencari dan mengumpulkan harta.
Namun Islam juga tidak memberikan keluasan sebebasnya untuk menumpuk harta
tanpa tanpa aturan, karena dalam konsep Islam ada hak dan kewajiban berkenaan
dengan harta. (Sumber dari https://wahdah.or.id/kewajiban-terhadap-harta/).

Dalam hadits Shahih dijelaskan bahwa salah satu perkara yang akan ditanyakan
kepada setiap hamba pada hari kiamat nanti adalah tentang harta; dari mana ia peroleh
dan ke mana ia salurkan. Artinya dalam ajaran Islam harta diperoleh dengan cara yang
benar dan disalurkan secara benar pula. Harta yang diperoleh dengan jalan cara yang
halal akan ditanyakan apakah disalurkan pada jalur yang benar atau tidak. Sedangkan
yang diperoleh dengan cara dan jalan yang haram, sudah pasti akan menuai siksa.

1
Kewajiban seorang Muslim berkenaan dengan harta. Yaitu, kewajiban pertama
berkenaan dengan harta adalah mencarinya dengan cara yang halal, kedua tidak
menimbun harta tanpa menginfakkannya di jalan Allah, mengatur
penyaluran/pembelajaraan, dan menjadikannya sebagai wasilah mendekatkan diri
(taqarrub) dan ibadah kepada Allah.

Tidak boleh seseorang mencari harta itu dengan menjadikan dirinya sebagai pengemis
atau peminta-minta, kecuali jika ia sudah benar-benar tidak bedaya.

Demikian pula Islam tidak membolehkan seseorang mencari dan mengumpulkan


harta dengan penuh tipu daya, menyalahgunakan wewenang dan jabatan, dengan cara
yang tidak halal, dan sebagainya.

3. Sikap Terhadap Harta dan Jabatan

Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT, maka kita harus
bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib berupaya dan berusaha
mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita sebagai bahagian dari modal hidup,
namun bukan demikian halnya tentang jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena
itu kita tidak harus ambisus untuk memperolehnya.
Allah menyuruh menikmati hasil usaha bagi kepentingan hidup didunia. Namun, dalam
memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan oleh setiap
muslim :
Israf, yaitu berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk kepentingan hidup
sendiri.
Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak senang
kepada orang yang berlebih-lebihan. (Q.S.Al-A’raf:31)
Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak diperlukan dan
menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.

Khalifah itu wajib menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap amal dirinya
sendiri maupun terhadap jalannya pemerintahan.
Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang maslahat
kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan bahwa ia juga tidak
boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yabg
tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh.
(Rasjid, Sulaiman. 1990. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Biru)

4. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan bahkan didayagunakan
di jalan allah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab dan sesuai dengan
tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Harta misalnya hendaklah digunakan selain untuk
kemaslahatan kehidupan duniawi, juga harus digunakan Sebagai infak atau belanja untuk
akhirat.

Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan mengalir
terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutama bila yang dibelanjakan

1
itu bertahan lama zatnya atau yang disebut sebagai wakaf.
(https://www.bloggerkalteng.id/p/harta-atau-al-maal-menurut-wahbah.html?m=1)

Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat kelak
jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-
Isra ayat 13:

ً‫ا َاب َ َام ِة ِ كت ْ ِقي َ ْو َم ال ُ ي َه ُ ْ ِخر ُج ل ُ ِق ِه َ ون ِ ُ ي عن ُ ف ِ َره ُ َ طائ َاه ْ َز ْمن َل ِ ْن َس ٍ ان أ َو ُك َّل إ ُ َ م ْن ُش‬
‫ًورا َاه ْق َل ي‬

Artinya; Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab
yang dijumpainya terbuka. Dan Al-Isra 34 yang berbunyi:

َ ْ‫ِهد ْع ِال ُوا ب ْوف َ ُ َ وأ َ ُ َّشده ُ َغ أ َ ْبل َّى ي َ ْح َس ُن َ حت ِ ِي ه َي أ َّت ِال ِال ب ِ ِيم إ َت ْي ُ َ وا م َ ال ال َ ْقَرب َوال ت‬
‫َ ْه َد َ ك َ ان َ م ْسُئوال ْع ِ َّن ال إ‬

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya.

1
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari pembahasan ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa harta dan jabatan merupakan dua
hal yang yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari, juga saling berhubungan satu sama
lain. Harta dapat membuat orang punya jabatan, sebaliknya jabatan kadang-kadang dikejar
orang untuk memperoleh harta.
Sebagai manusia kita harus berusaha untuk tetap hidup didunia menambah amalan diakhirat
kelak.
Harta dan jabatan dapat mengantarkan seseorang kepada kemuliaan, tetapi dapat pula
membuat seseorang menjadi hina. Karena harta dan jabatan adalah amanah dari yang maha
kuasa dan tergantung bagaimana manusia itu memandang dan menyikapinya.

2. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, bisa memahami
pembelajaran ini dengan baik, dan penyusunan makalah ini kritik dan saran yang
membangun bagi kelancaran dan kesempurnaan penyusun makalah berikutnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai