Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Harta dan Fungsi Harta”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Fiqih Mu’amalat


Dosen Pengampu :
Bapak Muhammad Ali Tamrin,S.Sy.

Disusun oleh Kelompok 2 HKI 2D :


1. Azka Syafira Irdhina (1860102222253)
2. Muhammad Deden Apriliano (1860102222218)
3. Intan Ananda Putri (1860102222139)
4. Isna Fitroh Al Hakim (1860102222146)
5. Savinka Putri Prasetyo (1860102222215)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Harta....................................................................................2
B. Unsur Unsur Harta................................................................................................................3
C. Kedudukan Harta..................................................................................................................3
D. Fungsi Harta..........................................................................................................................4
F. Pengertian Hak Milik............................................................................................................7
G. Sebab- Sebab Hak Milik......................................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................................8
PENUTUP......................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................8

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia-
Nya sehingga penulis makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
abadi tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW dan umatnya. Sehubungan dengan selesainya
penulis makalah ini maka kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Dr. Rahmawati, MA. Selaku Koordinasi Jurusan Hukum Hukum Keluarga Islam UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Bapak Muhammad Ali Tamrin,M.Sy. selaku dosen mata kuliah fiqh muamalat , yang
telah memberikan bimbingan dan ilmu kepada kami.
5. Teman-teman sejurusan Hukum Keluarga Islam 2D yang telah memberi dukungan dan
motivasi kepada kami.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah SWT, dan tercatat
sebagai amal salih. Akhirnya, penulisan makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca,
dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga
makalah ini bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT.

Tulungagung,3 Maret 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta merupakan keperluan hidup yang sangat penting dan merupakan salah satu dari
perhiasan kehidupan dunia, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-kahfi ayat 46;
yang artinya “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal
kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan.” Artinya bahwa harta mempunyai arti yang penting bagi
kehidupan seeorang, sebab dia akan menemui kesulitan apabila didalam hidupnya tidak
mempunyai harta yang cukup.
Karena itu, Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk bertebaran di muka
bumi ini untuk mencari karunia Allah (rizki) dengan cara bekerja, sebagaimana
disebutkan dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10; yang artinya “Apabila salat telah
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi,carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu beruntung.”Harta juga merupakan sarana yang diperlukan
untuk mempersiapkan bekal bagi kehidupan akhirat. Alquran berkali-kali menyerukan
agar orang beriman membelanjakan sebagian hartanya dijalan Allah dan agar orang
beriman berjuang dngan hartanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian harta dan dasar hukumya?
2. Apa saja yang menjadi unsur-unsur dari harta?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi harta?
4. Bagaimana pembagian harta?
5. Apa pengertian hak milik dan sebab-sebab kepemilikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian harta dan dasar hukumnya
2. Dapat mengetahui unsur-unsur dari harta
3. Mengetahui kedudukan dan fungsi harta
4. Mengetahui pembagian-pembagian harta menurut ulama
5. Dapat mengetahui pengertian hak milik dan sebab kepemilikanya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Harta


Harta yang dalam istilah arab disebut al-mall berasal dari kata maala-yamilu-
mailan yang berarti condong,cenderung dan miring.secara termnologi ada beberapa
definsi al-maal ( harta ) yang dikemukakan oleh fuqoha. Antara lain pengertian harta
menurut fuqoha hanafiyah ( penganut madzab hanafi ), sebagai berikut yang artinya :
‘sesuatu yang cicenderungi oleh naluri manusia dan dapat disimpan sampai batas waktu
yang dibutuh kan.

Fuqoha hanafiyah memberikan pengertian harta hanya pada batasan materi yang
hanya dapat disimpan ( idkhar ). Sementara aspek “manfaat’’menurut hanafiyah tidak
dapat dikategorikan seabgai harta, karna ia tidak dapat disimpan. Aspek “ manfaat”
termasuk dalam konsep milkiyah ( milik ), karna fuqoha hanafiyah membedakan
pengertian antara milik dengan harta.pengertian milik adalah sesuatu yang dapat
digunakan secara khusus dan tidak dicampuri penggunaanya oleh orang lain. Sementara
harta adalah sesuatu yang dapat disimpan dan digunakan ampai batas waktu yang dibutuh
kan, serta dalam penggunaanya dapat dicampuri oleh orang lain. Karna itu dapat
dipahami bahwa pengertian harta menurut mereka adalah sesuatu yang berwujud ( a’yan )

Adapun pengertian harta menurut kalangan fuqoha malikiyah, syafiiyah dan


hanabilah adalah : ‘sesuatu yang dicenderungi oleh naluri manusia dan memungkinkan
harta tersebut untuk diserah terimakan atau dilarang penggunannya.

Dari pengertian diatas terkandung maksut, bahwa yang disebut harta tidk hanya
terbatas pada aspek materi saja tetapi juga mencangkuop aspek manfaat.harta dala
tinjauan manfaat ini dapat diphami bahwa apabila seseorang hanya mengambil manfaat
atau kegunaan dari suatu benda ( ghosob ), menurut jumhur fuqoha pemilik benda
tersebut dapat ( berhak ) menuntut ganti rugi karna manfaat atau kegunaan benda tersebut
juga termasuk unsur terpenting didalamnya.

2
Dasar hukum harta.

Merujuk pada Mu’jam al-Mufahraz li al-fadz al-Qur’an al-Karim, kata mal,


terulang dalam al-Qur’an sebanyak 25 kali dalam bentuk mufrad (tunggal), dan
sebanyak 61 kali dalam bentuk jamak (amwal). Berdasarkan perhitungan Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, MA, dalam bentuk mufrad sebanyak 23 kali, dan bentuk jamak
sebanyak 54 kali. Kemudian dari keseluruhan jumlah tersebut (77), yang terbanyak
dibicarakan adalah harta dalam bentuk objek, dan ini memberi kesan bahwa seharusnya
harta menjadi objek kegiatan manusia 1

Dalam Fath al-Rahman Li Thalib Ayat al-Qur’an, lafaz harta, terdapat pada
beberapa ayat al-Qur’an dengan penyebutannya, sebagai berikut:
Lafaz ‫ المال‬- ‫ ماال‬- ‫ مال‬, yang terdapat pada surah, sebagai berikut:
QS. al-Syu’ara: 88, al-Mu’minun: 55, al-Nuur: 33, al-Naml: 36, al-Qalam:
14, al-An’am: 152, Hud: 29, al-Kahfi: 34, al-Kahfi: 39, al-Kahfi: 46, Maryam:
77, al-Mudatsir: 12, al-Balad: 6, al-Humazah: 2, al-Baqarah: 177, al-Baqarah:
247, dan al-Fajr: 20

B. Unsur Unsur Harta


Menurut ulama harta mempunyai dua unsur ‘ainiyah dan unsur ‘urf.
Unsur‘ainiyah yaitu bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan. Manfaat sebuah
rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta,tetapi disebut hak milik atau hak. Hak
yaitu sesuatu yang telah ditetapkan menurut syara’. Unsur ‘urf adalah segala sesuatu yang
dipandang harta oleh seluruh manuasia atau sebagian manusia, tidaklah manusia
memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya,baik manfaat madiyah maupun
manfaat maknawiyah.
C. Kedudukan Harta
Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, unsur dlaruri yang
tidak ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusia dapat memenuhi segala
kebutuhannya, baik yang bersifat materi atau immateri. Dalam kerangka memenuhi
kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan horizontal antarmanusia (mu‟amalah), karena
pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna dan dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri, akan tetapi saling membutuhkan dan terkait dengan manusia lainnya.2

1
Shihab, 1998: 405-406
2
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2002), halaman 9-10

3
Dalam konteks tersebut, harta hadir sebagai objek transaksi, harta yang dijadikan
objek dalam transaksi jual beli, sewa-menyewa, partnership (kontrak kerjasama), atau
transaksi ekonomi lainnya. Selain itu, dilihat dari karakteristik dasarnya (nature), harta
juga urg dijadikan sebagai objek kepemilikan, kecuali terdapat urge yang
menghalanginya. Lebih lanjut ulama Hanafiyah membedakan harta dengan milik.
Menurutnya milik
adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak dicampuri penggunaannya
oleh orang lain. Adapun harta adalah sesuatu yang dapat disimpan untuk digunakan
ketika
dibutuhkan.
Dalam penggunaannya, harta dapat dicampuri oleh orang lain. Jadi menurut
ulama Hanafiyah, yang dimaksud harta hanyalah sesuatu yang berwujud (a‟yan).7 “Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS: Al Qashash: 77) Dari ayat di
atas, kita mengetahui bahwa dalam Islam harta yang merupakan bagian
dari kebahagiaan dunia bukanlah sebagai tujuan utama dalam hidup. Dia memiliki fungsi,
namun bukan satu-satunya jalan yang harus ditempuh. Untuk itu Allah memerintahkan
sebagaimana ayat diatas.3
D. Fungsi Harta
Harta dipelihara manusia karena dia membutuhkan man- faat harta tersebut, maka
fungsi harta amat banyak, baik ke- gunaan dalam hal yang baik, maupun dalam hal yang
jelek Diantara sekian banyak fungsi harta antara lain sebagai berikut:
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab
untuk ibadah memerlukan alat- alat, seperti kain untuk menutup aurat dalam
pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, zakat, shadaqah, hibah
dan lain-lain.
2. Untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah, sebab kefakiran
cenderung mendekatkan diri ke- pada kekufuran, maka pemilik hata dimaksudkan
untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.
3. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikut (regenerasi).
Karena sesuai dengan pesan Al-Qur'an, umat Islam hendaknya menciptakan
generasi yang ber- kualitas (QS. An-Nisa: 9)

3
https://dalamislam.com/info-islami/harta-dalam-islam

4
4.
Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
5.
Untuk mengembangkan ilmu, karena menuntut ilmu tanpa modal akan sulit.
Seseorang tidak akan dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi bila dia tidak
memiliki biaya.
6. Harta merupakan sarana penggerak roda ekonomi. Adaorang yang kaya dan miskin
yang keduanya saling membutuhkan dalam melangsungkan kehidupannya,
sehingga akan tersusunlah kehidupan masyarakat yang seimbang dan harmonis
7. Untuk menumbuhkan interaksi antar individu karena ada- nya perbedaan dalam
kebutuhan.4
E. Pembagian Harta
Ulama membagi harta dari berbagai segi, antar alain :
1. Dilihat dari aspek kebolehan memanfaatkanya oleh syara’, harta dibagi kepada
mutaqowwim dan ghiru mutaqowwim. Yang dimaksud mutaqowwim adalah yaitu
sesuatu yangboleh dimanfaatkannya menurut syara’. Adapun ghiru mutaqowwim
yaitu sesuatu yang tidak boleh dimanfatkanya menurut ketentuan syara’, baik
jenisnya, cara memperolehnya maupun cara penggunanya, seperti babi dan
khamer termasuk harta yang ghairu mutaqowwim karna jeninya. Sendal yang
diperoleh dari hasil mencuri termasuk ghoiru mutaqowwim karna cara memproleh
nya yang haram.
2. Dilihat dari segi jenisnya, harta dibagi mejadi harta manqul dan harta ghairu
manqul. Harta manqul adalah harta yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain, seperti emas,perak,perunggu,pakaian,kendaraan dll. Adapun harta
ghairu manqul yaitu harta yang tidak dapat dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ke tempat yang lain, seperti tanah da bangunan yang ada di atasnya.
3. Dilihat dari segi pemanfaatannya, harta dibagi kepada harta isti'mali dan istihlaki.
Harta istimali yaitu harta yang apabila di- gunakan atau dimanfaatkan benda itu
tetap utuh, sekalipun man- faatnya sudah banyak digunakan, seperti kebun,
tempat tidur, rumah, sepatu, dan lain sebagainya. Adapun harta istihlaki yaitu
harta yang apabila dimanfaatkan berakibat akan menghabiskan harta itu, seperti
sabun, makanan, dan lain sebagainya.
4. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis di pasaran, harta dibagi
kepada harta mitsli dan qimi. Harta mitsli adalah harta yang ada jenisnya di
pasaran, yaitu harta ditimbang yang atau ditakar seperti gandum, beras, dan lain-
lain. Adapun harta qimi adalah harta yang tidak ada jenis yang sama dalam
satuan- nya di pasaran, atau ada jenisnya tetapi pada setiap unitnya ber- beda
dalam kualitasnya, seperti satuan pepohonan, logam mulia, dan alat-alat rumah
tangga.

4
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, halaman 38-39

5
5. Dilihat dari status harta, harta dibagi kepada harta mamluk, mubah, dan mahjur.
Harta mamluk adalah harta yang telah di- mliki, baik milik perorangan atau milik
badan hukum atau milik negara. 5
6. Harta mubah adalah harta yang asalnya bukan milik seseorang, seperti mata air,
binatang buruan darat, laut, pohon- pohonan di hutan, dan buah-buahannya Harta
semacam ini bo- leh dimanfaatkan oleh setiap orang, dengan syarat tidak meru-
sak kelestarian alam. Adapun harta mahjur adalah harta yang ada larangan syara'
untuk memilikinya, baik karena harta itu di- jadikan harta wakaf maupun
diperuntukkan untuk kepentingan umum. Harta ini tidak dapat dijualbelikan,
diwariskan, dihibah- kan, atau dipindahtangankan.
7. Harta dilihat dari segi boleh dibagi atau tidak, harta dikelom- pokkan kepada; mal
qabil li al-qismah (harta yang dapat dibagi) dan mal ghair qabil li al-qismah(harta
yang tidak dapat dibagi). Mal qabil al-qismah adalah harta yang tidak
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi dan
man- faatnya tidak hilang, seperti beras tepung, gandum, duku, anggur, dan lain
sebagainya. Harta ini tidak rusak dan manfaatnya tidak hilang. Adapun mal ghair
qabil al-qismah adalah harta yang me nimbulkan suatu kerugian atau kerusakan
atau hilang manfaa nya, bila harta itu dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja,
mesin, dan lain sebagainya.
8. Dilihat dari segi berkembang atau tidaknya harta itu, baik ha nya itu melalui
upaya manusia maupun dengan sendirinya ber dasarkan ciptaan Allah, maka harta
dibagi kepada: harta a (pokok)dan harta al-samar (harta hasil). Harta ashl adalah
harta yang menghasilkan misalnya: rumah, tanah, pepohonan, dan be wan.
Adapun harta al-samar adalah buah yang dihasilkan suat harta, misalnya sewa
rumah, buah-buahan dari pepohonan, dan susu kambing atau sapi.
9. Dilihat dari segi pemiliknya, harta dibagi kepada harta khas dan harta 'am. Harta
khas adalah harta pribadi, tidak bersekutu de ngan yang lain, tidak boleh diambil
manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya. Adapun harta 'am adalah harta milik
umum (bersa- ma) yang boleh diambil manfaatnya, misalnya sungai, jalan raya,
masjid, dan lain sebagainya. Harta ini disebut dengan fasilitas umum
10. Dilihat dari segi harta yang berbentuk benda dan harta yang ber bentuk
tanggungan, harta dibagi kepada: harta 'ain dan harta dayn. Harta 'ain adalah harta
yang berbentuk benda seperti ra mah, mobil, beras, dan lain sebagainya. Harta 'ain
terbagi men- jadi dua, yaitu harta 'ain dzati qimah, yaitu benda yang memi liki
bentuk yang dipandang sebagai harta karena memiliki nilai. Harta 'ain dzati qimah
meliputi: benda yang dianggap harta dan boleh diambil manfaatnya, benda yang
dianggap harta dan tidak boleh diambil manfaatnya, benda yang dianggap sebagai
harta yang ada sebangsanya, benda yang dianggap harta yang atau sulit dicari
seumpamanya, benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat dipindahkan
(bergerak), benda yang diang tidak ada gap harta yang berharga dan tidak dapat
dipindahkan (bends tidak bergerak). Adapun 'ain ghair azati qimah, yaitu benda
yang tidak dapat dipandang sebagai harta karena tidak memiliki, misalnya sebiji
5
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2007), halaman 81

6
beras.

F. Pengertian Hak Milik


Hak secara etimologis yaitu ketetapan dan kepastian seperti dalam QS.
Yaassin ayat7, menetapkann dan menjelaskan seperti dalam QS. Al-anfal ayat 8,
kewajiban yang terbatas seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 241, dan kebenaran
sebagai lawan kebatilan seperti dalam QS. Yunus ayat 35.Hak secara terminologi
fiqh, hak yaitu suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara’.
Pengertian milik secara etimologis yaitu penguasaan terhadap sesuatu, dan
secara terminologis yaitu kekhususan terhadap pemilik suatu barang menurut
syara’ untuk bertindak secara bebas bertujuan mengambil manfaat selama tidak
penghalang syar’i.
G. Sebab- Sebab Hak Milik
Menurut ulama ada 4 cara pemilikan harta yang disyaria’atkan Islam, yaitu:
1. Melalui penguasaan harta yang belum dimiliki seorang atau lembaga hukum
lainya,yang dalam islam disebut harta yang mubah,contohnya bebatuan di sungai
yang belum dimiliki seeorang atau badan hukum, apabila seseorang mengambil
bebatuan itu lalu membawanya pulang maka bebtuan itu menjadi miliknya
2. Melalui transaksi yang ia lakukan dengan sorang atau dengan suatu lembaga
badan hukum, seperti jual beli,hibah, dan wakaf
3. Melalui peninggalan seseorang, seperti menerima harta warisan dari ahli warisnya
yang wafat.
4. Hasil atau buah dari harta yang telah dimiliki seseorang,baik dari hasil itu datang
secara alami, misalnya buah pohon di kebun, anak sapi yang lahir,maupun melalui
usaha kepemilikan, misalnya keuntungan dagang yang diperoleh dari pedagang,
gaji yang didapat oleh pekerja,dll

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
harta adalah sesuatu yang dapat disimpan dan digunakan sampai batas waktu yang
dibutuh kan, serta dalam penggunaanya dapat dicampuri oleh orang lain. Harta tidak
hanya terbatas pada aspek materi saja tetapi juga mencangkup aspek manfaat. Harta
dalam tinjauan ini dapat dipahami bahwa apabila seseorang hanya mengambil manfaat
atau kegunaan dari suatu benda ( ghosob ), menurut jumhur fuqoha pemilik benda
tersebut dapat ( berhak ) menuntut ganti rugi karna manfaat atau kegunaan benda tersebut
juga termasuk unsur terpenting didalamnya. Harta mempunyai dua unsur yaitu unsur
ainiyah dan unsur ‘urf, Unsur‘ainiyah yaitu bahwa harta itu ada wujudnya dalam
kenyataan sedangkan unsur ‘urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh
manuasia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali
menginginkan manfaatnya,baik manfaat madiyah maupun manfaat maknawiyah.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan makalah ini, kami sangat berharap atas pemberian
kritik dan saran yang diberikan. oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk menunjukkan kekurangan-kekurangan dari makalah kami agar menjadi
lebih baik dan memiliki kualitas yang lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suhendi Hendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2002),


halaman 9-10
Suhendi Hendi, Fiqih Muamalah, halaman 38-39
Shihab, 1998: 405-406
https://dalamislam.com/info-islami/harta-dalam-islam

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2007),


halaman 81

Anda mungkin juga menyukai