Anda di halaman 1dari 10

The Untold Heaven from Maluku, Banda Neira

Sejarah Banda Neira

Pada abad ke-15, Kepulauan Bandasarit dikenal di seluruh dunia sebagai daerah penghasil pala.
Menurut Banda Naira dalam The Perspective of Maritime History karya Mezak Wakim S.Pd,
kontak awal Kepulauan Banda dengan masyarakat Asia seperti Melayu, India, China dan Arab.
Selain berjualan pala, masyarakat Bandana juga ikut dalam perjalanan dagang hingga ke Malaka.
Mereka juga terlibat dalam pelayaran komersial dan memiliki armada dagang sendiri yang
mengangkut produk pertanian ke Banda dari pulau lain. 

Pada November tahun 1511, Indonesia kedatangan Bangsa Portugis


yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque dengan 2 kapalnya menuju
Kepulauan Banda dan berhasil menaklukkan Malaka selama 3 bulan.
Tidak hanya itu, mereka membeli semua hasil bumi dari tanah pulau
tersebut, dengan harga yang sangat murah, kemudian dijual langsung ke
Eropa dengan keuntungan mencapai 1000%.
Semenjak kedatangan Belanda pada tahun 1599
merupakan tahun yang paling sulit. Tak lama
setelah kedatangan mereka, disusul oleh para pelaut
Inggris pada tahun 1602. Kedatangan 2 negara ini
menyebabkan kericuhan saling berebut wilayah
hingga pada tahun 1667 terjadilah Perjanjian Breda,
antara Belanda dan Inggris yang bahkan tidak diketahui oleh warga pribumi. Hingga pada tahun
1942, Kepulauan Banda kala itu sepenuhnya dalam kekuasaan pemerintah Belanda.

Wilayah dan Kependudukan

Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku Tengah.
Diperkirakan ada sekitar 14.000 jumlah penduduk yang terbagi dalam 12 desa di pulau ini.
Sementara itu, ada 7 pulau kecil yang letaknya tidak jauh, yaitu Pulau Ai, Pulau Rhun, Hatta,
Karaka, Sjahril, Nailaka, dan Pulau Batu Kapal. Pulau Banda Neira memiliki kantor
pemerintahan, toko, dermaga, dan bandara.
Pulau kecil ini merupakan salah satu penghasil pala dan lada terbesar di masa Kolonial. Pada
masa kolonial Belanda, lokasi ini menjadi pusat monopoli perdagangan dan pelabuhan rempah-
rempah dunia. Karena itulah, kepulauan Banda tercatat sebagai salah satu Situs Warisan Dunia
UNESCO dari Indonesia yang menyimpan jejak kolonial dan pengaruhnya pada sejarah dunia.

Keramahan masyarakat Banda dan arsitektur


bangunan/rumah serta sedikitnya mobil yang berlalu
lalang adalah alasan kenapa berjalan kaki di Banda Neira
lebih menyenangkan dibandingkan memakai motor ojek.
Karena dengan berjalan kaki, kita bisa menikmati
bangunan-bangunan tua di kiri-kanan jalan dan berbaur
dengan keramahan masyarakat Banda Neira.

Selama di Banda Neira, kita tidak akan melihat mobil


angkutan umum (angkot) seperti yang biasa kita temukan
di kota-kota lain. Hanya ada motor ojek yang bisa
digunakan jika kita hendak menempuh perjalanan jauh. Tidak heran jika masyarakat Banda
Neira lebih memilih jalan kaki dan menggunakan sepeda.

Tourist Destination

Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu dari 10 pulau vulkanik di Kepulauan Banda di
provinsi Maluku. Mendapat julukan sebagai Surga dari Timur, Banda Neira memiliki kekayaan
dan keindahan alam yang luar biasa. Lautnya penuh dengan karang menawan dan kehidupan laut
yang melimpah. Sehingga, menjadikan Kepulauan Banda tidak hanya destinasi yang kaya secara
historis, tetapi juga tempat menyelam yang diakui secara internasional.

Berikut adalah tempat wisata yang wajib kalian kunjungi dan tidak boleh dilewatkan :

1. Benteng Belgica

Benteng Belgica adalah


benteng VOC yang
dibangun di atas bukit di
barat daya Pulau Neira, 30
meter di atas permukaan
laut. Dibangun pada tahun
1611 di bawah arahan
Gubernur Jenderal Pieter
Bot, pemandangan di
sekitar benteng ini sungguh
luar biasa. Menurut sejarah,
benteng ini sebenarnya merupakan salah satu peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi
sebagai pusat pertahanan. Namun pada masa penjajahan Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi
untuk memantau lalu lintas kapal yang keluar masuk Banda. Uniknya, terdapat menara di setiap
sisi benteng. Dari menara tersebut, pengunjung dapat menikmati pulau-pulau yang mengelilingi
Pulau Neira, seperti Pulau Banda Besar, gunung berapi, dan Laut Banda yang biru. Benteng
Belgica ini juga diabadikan dalam uang 1000 rupiah emisi 2016 seperti gambar dibawah.
2. Rumah Budaya Banda Neira

Selanjutnya, kamu bisa mengunjungi sebuah tempat yang berisikan berbagai peninggalan
penjajah di Banda Neira. Tempat yang disebut Rumah Budaya Neira ini berada di desa
Nusantara, Kecamatan Banda. Koleksinya mulai dari barang-barang peninggalan VOC berupa
berbagai jenis meriam, hingga beberapa lukisan mengenai situasi pembantaian pada tahun 1621.

Pada lukisan tersebut, nampak


orang-orang kaya yang ditawan
oleh VOC lalu dibawa ke
benteng Nassau. Di depan anak
istri serta keluarganya, semua
orang terkemuka di Banda
tersebut dibunuh secara kejam
oleh para samurai yang disewa
VOC.
3. Rumah Pengasingan Bung Hatta

Satu lagi obyek wisata sejarah yang tidak boleh dilewati saat berkunjung ke Banda Neira adalah
rumah pengasingan Bung Hatta. Di rumah inilah beliau pernah menjalani pengasingan sebagai
tahanan politik selama enam tahun. Bersama dengan Sutan Syahrir, kala itu mereka diasingkan
lantaran dinilai membangkang terhadap pemerintah kolonial Belanda. Meski sengaja diasingkan
agar sikapnya bisa melunak kepada Belanda, usaha itu nyatanya gagal. Tempat ini menjadi salah
satu obyek wisata sejarah yang paling sering didatangi wisatawan atau peneliti sejarah, dalam
maupun luar negeri. Selain itu, tempat ini juga menjadi laboratorium untuk program studi sejarah
dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Hatta Sjahrir.

Saat ini Rumah


Pengasingan Bung Hatta
ini telah ditetapkan sebagai
Cagar Budaya dari Maluku
oleh Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan
(Kemendikbud).  Rumah
Hatta berada di samping
penjara atau lapas Banda Naira, tidak jauh dari benteng Belgica dan Nassau.
4. Lava Flow

Banda Neira memiliki puluhan spot untuk snorkeling maupun diving yang sangat menawan.
Kecantikan dunia bawah laut kepulauan ini memang bisa membuat decak kagum.  Dari sekian
banyak spot menyelam, terdapat suatu spot yang paling menarik yakni spot Lava Flow.

Spot menyelam ini


memiliki terumbu
karang dan biota bawah
laut yang masih alami,
serta menjadi habitat
lion fish.  Sesuai
namanya, spot ini
terbentuk dari aliran
lava yang mengalir saat
gunung api Banda meletus.

5. Gunung Api Banda


Gunung Api Banda adalah sebuah gunung berapi, sekaligus sebuah pulau yang terletak di
Kepulauan Banda, dikutip dari laman Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.  Gunung api yang
masih aktif ini memiliki ketinggian 1.955 kaki atau 656 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk dapat sampai ke puncak dari gunung ini.

Perkiraan Biaya, Informasi Kontak dan Akun Sosial Media

Berikut ini adalah ringkasan biaya yang mungkin bisa kalian persiapkan ketika akan
mengunjungi Banda Neira. Untuk memasuki wilayah ini tidak ada tiket masuk yang harus
dibayar (free) akan tetapi biaya untuk memasuki wisata-wisata yang disana juga bermacam-
macam. Destinasi wisata yang ada pada table merupakan informasi biaya yang saya dapatkan
dari Google, dan belum mencakup seluruh wisata yang lainnya.

No Retribusi Tarif
1 Benteng Belgica Rp 20.000
2 Rumah Budaya Banda Neira Rp 20.000
3 Rumah Pengasingan Bung Hatta -
-Diving : Rp 600.000/person.
4 Lava Flow -Snorkeling :
Rp 200.000/person.
5 Gunung Api Banda -
6 Kapal Pelni Rp 105.000
7 Tiket Kapal Cepat Rp 410.000
8 Tiket Pesawat Rp 350.000
*Untuk biaya penginapan berbeda dari hotel masing-masing

Instagram : @bandaneiraofficial
Gmail : bandaneiraofficial@gmail.com

Analisis SWOT dari Wisata Banda Neira


S (strength) W (weakness) O (opportunities) T (threats)
Memiliki keragaman Belum memiliki Wisatawan mudah Interusi budaya asing
atraksi dan obyek pusat informasi mencapai lokasi. ke masyarakat.
wisata dengan potensi wisata
wisata bahari yang
sangat menarik dan
beragam
Terkenal di Belum memiliki Tingginya potensi
mancanegara, kemampuan dan minat wisatawan
terutama Eropa sumberdaya manusia.
dengan image
kawasan yang sudah
terkenal sejak zaman
VOC
Sifat keterbukaan Belum memiliki Jalur penerbangan
masyarakat terhadap modal yang cukup yang sudah
orang asing. dalam pengembangan berkembang.
pariwisata
Tingkat keamanan Infrastruktur Adanya perhatian
dan kenyamanan pendukung wisata pemerintah pusat
dalam kawasan yang belum tersedia secara terhadap Kawasan
terjamin. memadai (drainase, Timur Indonesia.
pembuangan sampah,
komunikasi, fasilitas
kesehatan, dan
money changer)
Harga wisata yang Perkembangan
cukup murah. teknologi dan
informasi yang kuat
Kemudahan dalam
mencapai obyek
wisata dalam
kawasan
Besarnya minat dari
masyarakat untuk
pengembangan
kawasan wisata
berdasarkan potensi
yang ada
Adanya sarana dan
prasarana sebagai
pijakan awal
pengembangan
pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai