Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH DAN POTENSI WISATA SITUS KUBAH DATUK BATUBARA

SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA


Oleh: Rizky Wahyudi - NIM. 3193121012 – Reguler C 2019
Dosen Pembimbing: Dr. Lukitaningsih, M.Hum
Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2022

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan potensi wisata situs
Kubah Datuk Batubara sebagai daerah tujuan wisata, karena setiap situs bersejarah
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Keramat
Kubah merupakan situs sejarah Batubara bahkan digadang-gadangkan sebagai asal
usul lahirnya nama Batubara, namun keberadaannya kini terkesan kurang menarik
lantaran kondisinya nyaris ‘bak gadis tak bersolek’. Padahal bila lahan berdataran
tinggi seluas sekitar 0,87 Ha itu mendapat polesan tangan-tangan peduli dan ahli
maka diyakini tempat ini bisa menjadi ikon andalan Batubara.

Banyak tempat-tempat objek wisata alam di daerah yang menjadi incaran


para pengunjung, akan tetapi Keramat Kubah merupakan wisata sejarah yang
diperkirakan akan mampu melahirkan daya tarik tersendiri, paling tidak bagi para
wisatawan lokal. Namun untuk mewujudkan itu tentunya tak luput perhatian dan
keseriusan pemerintah dalam hal pelestarian kebudayaan. Tak kalah pentingnya
pengetahuan ahli dalam menciptakan inovasi dan kreasi untuk memajukan sebuah
objek wisata peninggalan sejarah. Apalagi saat ini ada lokasi pemandian air panas
yang juga sudah ramai pengunjungnya.

Adanya upaya pemerintah untuk memajukan situs-situs peninggalan sejarah


sebagai daya tarik wisata maka bukan tidak mungkin masyarakat khususnya anak-
anak akan lebih tertarik mengunjungi situs dan mempelajari sebuah peristiwa
sejarah dari tempat-tempat bersejarah didearahnya. Semoga kajian ini menjadi
referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Kata kunci: sejarah, wisata, kubah datuk, batubara

1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kubah Datuk Batubara yang terletak di Desa Kuala Gunung, Kecamatan


Limapuluh, Kabupaten Batubara menjadi salah satu tempat wisata yang hingga
kini masih diminati masyarakat. Dulunya di sekeliling Kubah Datuk Batubara,
hanyalah rawa-rawa yang ditumbuhi semak belukar. Selain rawa, juga
dikelilingi perkebunan kelapa sawit milik swasta. Sejak beberapa tahun
terakhir, setelah berdiri Kabupaten Batubara, Kubah Datuk Batubara kemudian
menjadi perhatian Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga
(Disbudparpora) yang ketika itu dipimpin oleh Helman Herdadi.

Situs ini sudah dilakukan pemugaran dengan menata dan merenovasi


sejumlah bangunan, seperti gapura yang bertuliskan Kubah Datuk Batubara.
Kemudian dibangun pucuk rebung setinggi lebih kurang 4 meter yang diyakini
memiliki arti dan nilai filosofis yang tinggi. Dibuatkan anak tangga yang
sengaja disiapkan agar para pengunjung lebih mudah menjangkau untuk naik
keatas Kubah Datuk Batubara. Setelah bangunan berupa pendopo tempat
berkumpul para warga, serta kolam renang sebagai tempat pemandian.

Biasanya sejumlah warga berkelompok-kelompok berkumpul bersama


keluarga sambil menikmati makanan yang sengaja disiapkan dari rumah
masing-masing. Kubah Datuk Batubara masih diyakini oleh sebagian
masyarakat sebagai tempat keramat yang memiliki keutamaan. Aroma
kemenyan tercium sangat menyengat di tempat ini. Tidak jarang di tempat ini,
terlihat ada warga yang sengaja datang berhajat dengan melepaskan dan
menyembelih beberapa ekor ayam kampung putih, hitam, maupun warna
lainnya. Selain melepaskan ayam, terkadang juga menyembelih hewan ternak
lainnya, seperti, kambing, lembu, dan kerbau.

2
2. Rumuan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Situs Kubah Datuk Batubara?
2. Bagaimana Potensi Situs Kubah Datuk Batubara Dijadikan Sebagai Tempat
Wisata?
3. Bagaimana Strategi Pengembangan Wisata Situs Kubah Datuk Batubara?

3. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Sejarah Situs Kubah Datuk Batubara.
2. Untuk Mengetahui Potensi Situs Kubah Datuk Batubara Dijadikan Sebagai
Tempat Wisata.
3. Untuk Mengetahui Strategi Pengembangan Wisata Situs Kubah Datuk
Batubara.

4. Manfaat Penelitian
1. Memberi Pengetahuan Mengenai Sejarah Situs Kubah Datuk Batubara.
2. Memberi Penjelasan Mengenai Potensi Situs Kubah Datuk Batubara
Sebagai Tempat Wisata.
3. Memberikan Penjelasan Mengenai Strategi Pengembangan Wisata Situs
Kubah Datuk Batubara.

3
PEMBAHASAN

Batubara adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.


Wilayah Batubara didominasi oleh wilayah pesisir pantai yang terletak ditepi Selat
Malaka. Wilayah Batubara baru menjadi kabupaten pada tahun 2006 setelah
sebelumnya digabungkan dengan Kabupaten Asahan. Negeri Batubara terbentuk
disaat yang bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Batubara disekitar tahun 1676-
1680. Sebelum Kerajaan Batubara didirikan diwilayah ini, bisa dibilang wilayah ini
tidak memiliki penghuni tetap sehingga belum ada peradaban sebelum era Kerajaan
Batubara. Pada jaman dahulu, meskipun berada di wilayah timur Pulau Sumatera,
perjalanan sejarah Batubara lebih berkaitan erat dengan Kerajaan Alam
Minangkabau di wilayah barat Sumatera. Wilayah Batubara sangat strategis. Selain
berada ditepian Selat Malaka, wilayah Batubara juga berbatasan dengan wilayah-
wilayah makmur sejak jaman dahulu kala, seperti Asahan, Simalungun, Deli, dan
Pematang Bedagai.

Jika mengacu pada tulisan sejarawan ternama, Hamka, yang menyebutkan


bahwa kedatangan Islam ke Pulau Sumatera diawali pada abad ke-7, sedangkan
penyebarannya mulai merata pada abad ke-12 atau ke-13, maka dipastikan bahwa
Kerajaan Batubara berdiri setelah masa Hindu-Buddha dan pada masa Islam sudah
menjadi agama utama di Sumatera. Wilayah Batubara mulanya adalah salah-satu
wilayah kekuasaan Kerajaan Simalungun yang menjadi bagian dari Kesultanan
Asahan dan dibawahi oleh Kesultanan Aceh. Datuk Belambangan, yang tersasar ke
Simalungun saat berburu, diundang sebagai tamu raja Simalungun dan tinggal lama
di Simalungun. Beliau kemudian menikah dengan putri raja. Raja Simalungun lalu
memberikan wilayah Batubara kepada Datuk Belambangan karena putri raja (istri
Datuk Belambangan) sangat menyukai wilayah itu. Inilah mengapa pada jaman
dahulu raja-raja kecil di wilayah Batubara meminta legitimasi kepada Yang
Dipertuan Pagaruyung dari Kerajaan Alam Minangkabau di Pagaruyung dan
kemudian kepada Kesultanan Siak (yang didirikan atas bantuan Kerajaan Alam
Minangkabau) ketimbang kepada Kesultanan Aceh yang lebih dekat.

Wilayah Batu Bara mulai dihuni penduduk pada tahun 1720M. Ada lima
suku yang mendiami wilayah itu, yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima

4
Puluh dan Bogak. Kelima suku tersebut dipimpin seorang datuk yang memiliki
wilayah territorial tertentu. Konon nama Batu Bara berasa dari nama sebuah lokasi
yang dulunya terdapat sebuah batu yang dapat mengeluarkan cahaya sendiri yang
membara sekaligus dijadikan nama daerah dan tanda (Kubah Batu Bara). Batu Bara
masih menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor. Makanya setiap Datuk kepala
Suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak. Untuk mewakili
kepentingan kerajaan Siak dan mengepalai para datuk di seluruh Batu Bara,
diangkat seorang bendahara secara turun temurun.

Di bawah bendahara dibentuk dewan yang anggotanya dipilih oleh para


Datuk Kepala Suku. Anggota Dewan itu adalah seorang Syahbandar (suku Tanah
Datar). Juru Tulis dipilih dari suku Lima Puluh. Mata-mata dipilih dari suku Lima
Laras dan Penghulu Batangan dipilih tetap dari suku pesisir. Data di kerajaan Haru
menyebutkan bahwa Batu Bara salah satu daerah yang wajib menyetor upeti kepada
kerajaan ini. Dalam tahun 1885, pemerintah Hindia Belanda membuat Politic
Contract. Perjanjian itu meliputi beberapa kerajaan seperti Langkat, Serdang, Deli,
Asahan, Siak, Palalawan (Riau), termasuk juga kerajaan-kerajaan kecil seperti
Tanah Karo, Simalungun, Indragiri dan Batu Bara serta Labuhanbatu.

Pada tahun 1889 Residensi Sumatera Timur terbentuk dengan ibukota di


Medan. Residensi itu terdiri dari 5 afdeling (kabupaten-red), yaitu Afdeling Deli
yang langsung di bawah Residen Medan, Afdeling Batu Bara berkedudukan di
Labuhan Ruku, Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjungbalai, Afdeling
Labuhanbatu berkedudukan di Labuhanbatu dan Afdeling Bengkalis berkedudukan
di Bengkalis. Dari itu, tampak nyata bahwa sejak dahulu Batu Bara, punya afdeling
tersendiri. Batu Bara saat itu, punya 8 landschap (setara dengan kecamatan), yang
dipimpin oleh seorang raja. Ketika Indonesia merdeka, wilayah Batu Bara berubah
statusnya menjadi kewedanan membawahi lima kecamatan yaitu, kecamatan
Talawi, Tanjungtiram, Lima Puluh, Air Putih dan Medang Deras. Sementara
Ibukota tetap di Labuhan Ruku. Setelah masa kepemimpinan kewedanan
berlangsung 4 kali pergantian, nama kewedanan kemudian dicabut, sehingga yang
ada hanya 5 (lima) sektor camat. Lalu digabungkan dengan nama Kabupaten
Asahan, beribukota di Kisaran.

5
Hal inilah yang menggugah tokoh, cerdik pandai dan masyarakat untuk
kembali memperjuangkan adanya wilayah otonom Batu Bara. Maka pada tahun
1969 dibentuk Panitia Persiapan Otonomi Batu Bara (PPOB). Namun perjuangan
itu kandas sebelum Kabupaten Batu Bara yang otonom terbentuk.

POTENSI WISATA

Sebuah objek wisata sejarah akan berpotensi menarik perhatian para turis
dan peminat ilmu sejarah sehingga dengan demikian objek wisata sejarah ini akan
dapat menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah sehingga
tidak hanya mengandalkan objek pariwisata alam yang ada di Kabupaten Batubara.
Kemajuan objek wisata sejarah ini juga memungkinkan akan melahirkan slogan
“Belum Sempurna ke Batubara kalau tak singgah di Keramat Kubah”. Hal ini
membuktikan bahwa Pelestarian objek wisata sejarah juga diperkirakan dapat
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Misalnya saja membuat
kerajinan seperti lukisan atau ukiran yang menggambarkan objek wisata setempat
lalu pemasarannya dipusatkan disekitar bukit kubah dengan membangun miniatur
kerajaan kedatukan-kedatukan yang ada di Batubara.

Hal ini juga diperkirakan bisa menjadi edukasi pendidikan sejarah bagi
genarasi secara berkesinambungan. Anak-anak daerah di didik menjadi ‘pemandu’
sekaligus penjaga objek wisata sehingga masyarakat khususnya di Batubara akan
lebih tahu akan sejarah daerahnya sendiri. Kubah Datuk Batubara yang terletak di
Desa Kuala Gunung, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara menjadi salah
satu tempat wisata yang hingga kini masih diminati masyarakat. Dulunya, di
sekeliling Kubah Datuk Batubara tersebut hanyalah sebuah rawa-rawa yang
ditumbuhi oleh semak belukar. Selain rawa, di sekitanya juga dikelilingi
perkebunan kelapa sawit milik swasta. Sejak beberapa tahun terakhir, setelah
berdirinya Kabupaten Batubara dibawah kepemimpinan Bupati Batubara OK Arya
Zulkarnain SH MM, Kubah Datuk Batubara kemudian menjadi perhatian
pemerintah Batubara dibawah naungan Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan
Olahraga (Disbudparpora). Saat itu, dilakukan pemugaran dengan menata dan
merenovasi sejumlah bangunan yang ada, seperti gapura yang bertuliskan Kubah

6
Datuk Batubara. Kemudian dibangun pucuk rebung setinggi lebih kurang 4 meter
yang diyakini memiliki arti dan nilai filosofis yang tinggi.

Dibuatkan anak tangga yang sengaja disiapkan agar para pengunjung lebih
mudah menjangkau untuk naik keatas Kubah Datuk Batubara. Setelah bangunan
berupa pendopo tempat berkumpul para warga, serta kolam renang air panas
sebagai tempat pemandian yang disediakan. Setiap harinya tak terkecuali di hari
libur, sejumlah warga baik sendiri-sendiri mupun berkelompok-kelompok
berkumpul bersama keluarga dating ke Kubah Datuk Batubara sambil menikmati
makanan yang sengaja disiapkan dari rumah masing-masing dan disantap dibawah
rindangnya pepohonan di Kubah Datuk Batubara.

Kubah Datuk Batubara masih diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai


tempat keramat yang memiliki keutamaan. Aroma kemenyan tercium di tempat ini.
Tidak jarang di tempat ini, terlihat ada warga yang sengaja datang berhajat dengan
melepaskan dan menyembelih beberapa ekor ayam kampung putih, hitam, maupun
warna lainnya. Selain melepaskan ayam, terkadang juga menyembelih hewan
ternak lainnya, seperti, kambing, lembu, dan kerbau. Informasi dihimpun, pada
sekitar tahun 2003 silam, Kubah Datuk Batubara sendiri juga sempat
menghebohkan warga Batubara maupun luar Batubara. Saat itu warga datang secara
berduyun-duyun memadati Kubah Datuk Batubara baik dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat datang silih berganti ingin menyaksikan sesuatu yang dianggap
warga kejadian luar biasa yang tidak pernah disaksikan sebelumnya. Yaitu sebuah
fenomena dimana di sebatang pohon besar yang tumbuh di atas Kubah Datuk
Batubara ada sosok yang dinilai masyarakat berbentuk wajah dan kepala manusia
yang memakai sorban. Di kulit pohon tersebut terlihat ada tonjolan mata, hidung,
mulut, dan sorban yang melingkar di kepala seseorang. Masyarakat yang
menyaksikan menyatakan, bentuk tersebut sama halnya seperti wajah seseorang
yang sambil mengenakan sorban di kepala.

Terlepas dari berbagai anggapan warga, saat ini di samping lokasi Kubah
Datuk Batubara yang hanya berjarak sekitar 50 meter, telah dibangun sebuah
bangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Batubara yang mewah
dan beridiri megah, dimana selain bisa berobat kerumah sakit tersebut, masyarakat

7
juga bisa sekaligus berwisata menikmati panorama di Kubah Datuk Batubara. Juru
kunci makam Datuk Batu Bara, Muhammad Yakub (60) mengatakan, Kubah Datuk
Batubara merupakan salah satu lokasi wisata unggulan yang saat ini ada di
Kabupaten Batubara yang masih dimintai masyarakat. Sampai saat ini setiap
harinya banyak masyarakat yang berwisata di Kubah Datuk Batubara tersebut,
sebab Kubah Batubara merupakan salah satu destinasi wisata yang patut
dibanggakan di Batubara.

Dia menjelaskan, masyarakat yang datang kelokasi Kubah Datuk Batubara


sendiri selain ingin berwisata juga ada yang memiliki hajat tertentu. Biasanya
mereka ada yang seperti melepas dan memotong hewan seperti ayam kampung,
kambing, kerbau dan lainnya karena mereka punya hajat tertentu. Untuk masuk
kekawasan Kubah Datuk Batubara sampai saat ini tidak ada biaya khusus yang
harus dikeluarkan, hanya saja disekitar Kubah terletak kotak infak yang disediakan
bagi warga yang hendak berinfak dan bersedekah disana.

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA

Adapun strategi yang dimaksud diperoleh dari hasil analisis SWOT yang
merupakan pendekatan yang digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan
pariwisata di Kabupaten Batubara, dengan memadukan antara faktor-faktor internal
yakni strengths (kekuatan-kekuatan) dan weaknesses (kelemahan-kelemahan),
dengan faktor-faktor eksternal yakni opportunities (peluang-peluang) dan treaths
(tantangan-tantangan). Untuk menentukan kekuatan, kelemahan, ancaman dan
peluang yang ada pada objek wisata di Kabupaten Batubara, peneliti menyebarkan
koesioner kepada wisatawan yang berkunjung pada objek wisata. Responden cara
menghampiri langsung responden atau wisatawan yang sedang melakukan kegiatan
wisata di Kawasan penelitian.

Peneliti mengajukan pernyataan atau pertanyaan sesuai dengan paremeter


yang ada pada variable penelitian, kemudian dari data yang diperoleh peneliti
menghitung rata-rata tanggapan responden untuk dijadikan ranting dengan rumus:

8
Analisis dalam hal ini dibagi dalam lima kategori pilihan yaitu, tidak
menarik, kurang menarik, cukup menarik, menarik, dan sangat menarik, dengan
masing-masing pilihan jawaban diberikan skor oleh peneliti mulai dari skor 5 untuk
kategori sangat menarik dan sangat baik sampai pada skor 1 untuk kategori tidak
menarik dan tidak baik.

Atraksi
Tabel 1. Presepsi Wisatawan Terhadap (DTW)
Jawaban Responden
No Daya Tarik Wisata
SM M CM KM TM
1 Wisata Alam 67 16 17
2 Wisata Buatan 39 53 8
3 Wisata Religi 7 21 52 19 1
4 Wisata Seni-Budaya 12 45 43
Aksesibilitas
Tabel 2. Presepsi Pariwisata Terhadap Aksesibilitas
Jawaban Responden
No Aksesibilitas
SB B CB KB TB
1 Ketersediaan Angkutan Umum 4 16 56 10 14
2 Kondisi Angkutan Umum 2 10 69 13 6
3 Kondisi Jalan 25 47 18 4 6

Sarana Prasarana (Amenities)


Tabel 3. Presepsi Wisatawan Terhadap Sarana dan Prasarana (Ameniti)
Jawaban Responden
No Jenis Sarana & Prasarana
SB B CB KB TB
1 Hotel/Penginapan 17 57 19 7 0
2 Fasilitas belanja/Toko/Kios 21 55 24 0 0
3 Cinderamata 5 27 61 7 0
4 Rumah makan/Restoran 78 12 10 0 0
5 Tempat ibadah 81 19 0 0 0
6 Pusat informasi wisata 0 6 23 69 2
7 Ketersediaan papan petunjuk bagi wisatawan 4 20 51 22 3
8 Ketersediaan sarana kesehatan 16 67 17 0 0

9
9 Ketersediaan air bersih 14 15 27 44 0
10 Ketersediaan Gasebo/shelter/pondok 13 16 51 20 0
11 Ketersediaan jaringan listrik 15 21 40 24 0
12 Toilet Umum 23 22 44 0 11
13 Jalan 37 52 11 0 0
14 Pelayanan Perbankan 25 48 22 5 0
15 Sarana Komunikasi 36 46 18 0 0
16 Sarana Kebersihan 13 31 49 7 0
17 Ketersediaan lahan parkir 34 57 9 0 0

Pengelolaan Objek Wisata


Tabel 4. Presepsi Mengenai Pengelolaan Objek Wisata
Jawaban Responden
No Daya Tarik Wisata
SB B CB KB TB
1 Kesempatan Kerja 18 51 31 0 0
2 Kelestarian Budaya 5 44 21 22 8
3 Lapangan Usaha 45 31 24 0 0
4 Masuknya Investor 59 23 18 0 0
5 Kelestarian Lingkungan 15 46 20 14 5
6 Nilai Jual Barang dan Jasa 24 23 37 16 0
7 Promosi Wisata 22 27 4 47 0

Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Kabupaten Batubara (SWOT)

Strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Batubara diarahkan


berdasarkan Analisis SWOT. Analisis SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, threats) merupakan suatu metode analisis yang akan menggambarkan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta kendala-kendala yang harus
dihadapi dalam suatu proses perencanaan.

Berikut akan diuraikan analisis terhadap kondisi yang di hadapi dalam


mengembangkan pariwisata Kabupaten Batubara yang meliputi analisis kondisi
internal dan analisis kondisi eksternal yang ditentukan melalui analisis jawaban-
jawaban responden terkait potensi wisata Kabupaten Batubara sebagai berikut:

10
Faktor Internal
Kekuatan
Daya Tarik Wisata: Wisata Alam, Wisata Buatan, Wisata Seni budaya,
Aksesibilitas: Kondisi jalan, Sarana dan Prasarana (Amenitas): Penginapan,
Toko/Kios, Rumah makan/Restoran, Tempat Ibadah, Sarana Kesehatan, Jalan,
Pelayanan Perbankan, Sarana komunikasi dan Lahan Parkir.

Kelemahan

Daya Tarik Wisata: Wisata religi, Aksesibilitas: Ketersediaan dan


Kondisi Transportasi Umum, Sarana dan Prasarana (Amenitas): Cindramata, Pusat
Informasi Wisata, Ketersediaan papan penunjuk arah, Ketersediaan Air Bersih,
Shelter/Gazebo, Jaringan Listrik, Toilet Umum dan Sarana Kebersihan,
Pengelolaan: Promosi Wisata.

Faktor External
Peluang
Pengelolaan: Kesempatan Kerja, Lapangan Usaha, Masuknya Investor dan
Nilai Jual Barang dan Jasa.
Ancaman
Pengelolaan: Kelestarian Lingkungan, Nilai Jual barang dan jasa dan
Pengaruh budaya asing.

Setelah melakukan analisis kondisi internal dan eksternal, selanjutnya


dilakukan perhitungan bobot faktor internal dan eksternal guna mengetahui letak
kuadran strategis pengembangan yang dianggap mendesak untuk dilakukan.
Perhitungan bobot faktor tersebut dilakukan dengan membuat tabulasi score IFAS
– EFAS (Internal – Eksternal Strategic Factor Analysis Summary). Berikut adalah
perhitungan bobot faktor internal dan ekternal yang tertuang dalam tabel 5. Analisis
IFAS dan tabel 6.

11
Analisis EFAS
Tabel 5. Analisis Faktor Strategis Internal (IFAS)
Bobot Rating Score
No Faktor-faktor Strategis
Kekuatan (S)
Wisata Alam 0.009 4.5 0.447
Wisata Buatan 0.095 4.3 0.302
Wisata Seni-Budaya 0.082 3.7 0.302
Kondisi Jalan 0.084 3.8 0.319
Penginapan 0.084 3.8 0.319
I Toko/Kios 0.088 4.0 0.353
Tempat Ibadah 0.106 4.8 0.509
Sarana Kesehatan 0.088 4.0 0.353
Perbankan 0.086 3.9 0.336
Sarana Komunikasi 0.093 4.2 0.389
Lahan Parkir 0.095 4.3 0.408
Jumlah Bobot

Bobot Rating Score


No Faktor-faktor Strategis
Kelemahan (W)
Wisata Religi 0.084 3.1 0.260
Ketersediaan Transportasi 0.076 2.8 0.212
Kondisi Transportasi 0.076 2.8 0.212
Cindramata 0.089 2.3 0.294
Pusat Informasi Wisata 0.062 2.3 0.143
Papan Penunjuk Arah 0.081 3.0 0.243
II
Ketersediaan Air Bersih 0.081 3.0 0.243
Sarana Kebersihan 0.095 3.5 0.331
Toilet Umum 0.095 3.5 0.331
Promosi Wisata 0.086 3.2 0.277
Jaringan Listrik 0.089 3.3 0.294
Shelter/Gazebo 0.086 3.2 0.277
Jumlah Bobot 1 3.117
Nilai Score Kekuatan – Kelemahan (IFAS) = 4,037 - 3,117 = 0,92

12
Tabel 6. Analisis Faktor Strategis External (EFAS)
Bobot Rating Score
No Faktor-faktor Strategis
Peluang (O)
Kesempatan Kerja 0.306 3.8 1.165
I Lapangan Usaha 0.339 4.2 1.423
Investor 0.355 4.4 1.561
Jumlah Bobot 1 4.148

Bobot Rating Score


No Faktor-faktor Strategis
Ancaman (T)
Kelestarian Lingkungan 0.357 3.5 1.250
Kenaikan Nilai Jual Barang
II 0.327 3.2 1.045
dan Jasa
Pengaruh Budaya Asing 0.316 3.1 0.981
Jumlah Bobot
Nilai Score Peluang – Ancaman (EFAS) = 4,148 - 3,276 = 0,87

Berdasarkan analisis Matrix SWOT maka strategi SO, WO, ST dan WT


ialah sebagai berikut:

Strategi SO (Streng-Opportunities)

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk


memanfaatkan peluang dalam pengembangan Pariwisata Kabupaten Batubara.
Strategi tersebut menghasilkan alternatif strategi yaitu:

1. Meningkatkan kerjasama dengan pihak investor untuk sama-sama


mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di Kabupaten Batubara
untuk terus menciptakan lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha.
2. Meningkatkan atraksi wisata agar lebih menarik minat wisatawan
3. Membuat paket wisata untuk objek-objek wisata yang ada di Kabupaten
Batubara.
4. Melakukan koordinasi dengan pihak investor swasta untuk menanamkan
modal terkait pengembangan pariwisata.

13
5. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas wisata
yang sudah tersedia pada objek-objek wisata Kabupaten Batubara.

Strategi WO (Weakneses-Opportunities)

Strategi W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan


memanfaatkan peluang yang ada dalam faktor pengembangan pariwisata
Kabupaten Batubara. Strategi tersebut menghasilkan alternatif strategi yaitu:

1. Meningkatkan kerjasama dengan investor (Swasta) untuk melengkapi dan


menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang belum ada dan yang belum
berfungsi secara optimal.
2. Meningkatkan promosi wisata dengan menggunakan kemajuan teknologi
seperti intener untuk mempromosikan keragaman potensi wisata yang ada
pada Kabupaten Batubara.

Strategi ST (Streng-Threats)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk


menghindari faktor ancaman yang ada dalam pengembangan pariwisata di
Kabupaten Batubara. Kombinasi kekuatan dan ancaman itu menghasilkan alternatif
strategi yaitu:

1. Membantu berkembangnya dalam pembelajaran tentang pertukaran budaya


pada masyarakat dan pentingnya mempertahankan budaya masyarakat.
2. Pengembangan dan pembangunan objek wisata yang ramah lingkungan
yaitu dengan selalu mempertimbangkan factor-faktor pembangunan yang
mempengaruhi lingkungan.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar,
dengan melakukan sosialisasi agar selalu sadar dan menjaga serta merawat
lingkungan sekitar masyarakat.

Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi W-T adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan ditujukan untuk meminimalisasi kelemahan yang ada serta

14
menghindari ancaman dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Batubara.
Berdasarkan analisis strategi alternatif yang dapat di lakukan adalah:

1. Membangun dan meningkatkan aksesibilitas wisata dengan begitu


wisatawan akan dengan mudah dan ingin dating ke lokasi objek wisata.
2. Membangun dan memperbaiki sarana dan pemeliharaan prasarana wisata.

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa situs Kubah Datuk Batubara memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi pariwisata yang bagus dan digemari
masyarakat. Selain menjaga keutuhan peninggalan sejarah yang ada di situs
tersebut, menjadikan situs ini sebagai daerah tujuan wisata juga dapat menyumbang
pendapatan daerah di Kabupaten Batubara. Sebenarnya banyak tempat-tempat
objek wisata alam di daerah yang menjadi incaran para pengunjung, akan tetapi
Keramat Kubah merupakan wisata sejarah yang diperkirakan akan mampu
melahirkan daya tarik tersendiri, paling tidak bagi para wisatawan lokal. Namun
untuk mewujudkan itu tentunya tak luput perhatian dan keseriusan pemerintah
dalam hal pelestarian kebudayaan. Tak kalah pentingnya pengetahuan ahli dalam
menciptakan inovasi dan kreasi untuk memajukan sebuah objek wisata peninggalan
sejarah. Apalagi saat ini ada lokasi pemandian air panas yang juga sudah ramai
pengunjungnya.

Adapun strategi yang dimaksud diperoleh dari hasil analisis SWOT yang
merupakan pendekatan yang digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan
pariwisata di Kabupaten Batubara, dengan memadukan antara faktor-faktor internal
yakni strengths (kekuatan-kekuatan) dan weaknesses (kelemahan-kelemahan),
dengan faktor-faktor eksternal yakni opportunities (peluang-peluang) dan treaths
(tantangan-tantangan).

15
DAFTAR PUSTAKA

Alam Terkembang Jadi Guru: Adat Dan Kebudayaan Minangkabau; Navis, A.A;
PT.Grafiti Pers; Jakarta; 1984

An Indonesian Frontier: Acehnese and Other Histories of Sumatra; Reid, Anthony;


Nus Press; 2005.

Anonimous E – Journal, “Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah


Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk”
Universitas Brawijaya Malang, JAP. Vol. 1. No. Hal. 135-143

Anonimous E – Journal: “Pengembangan Kawasan Wisata Balekambang


Kabupaten Malang” Universitas Brawijaya Malang ISSN 1978 – 5658 Vol
6, No. 2-2012: Hal. 168- 178.

Brosur selebaran yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda
Olahraga kabupaten batu Bara di acara “Pameran dan Hiburan Rakyat”
dalam rangka HUT Kabupaten Batu Bara yang ke-5 16-23 Desember 2011
di lapangan Perkebunan Dolok POP Estate Kecamatan Lima Puluh.

Kartini La Ode Unaga (2011), “Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata


Kepulaun Banda” Program Paska Sarjana Universitas Hasanudin, Makasar.

Nyoman.S. Pendit. (2002). “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana”: Jakarta

Sejarah Batubara Dari Masa Ke Masa; Morna, Muhammad Yusuf; Perpustakaan,


Arsip Dan Dokumentasi Kabupaten Batubara; 2010.

16
LAMPIRAN

A. Dokumentasi

17
18

Anda mungkin juga menyukai