Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH PRA SEJARAH INDONESIA

TENTANG:

PENINGGALAN PRA SEJARAH DI SUMATERA BARAT

Disusun Kelompok II:


Raiszah Mufti : 19020031
Syafwatul pikri : 190200

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
aturkan puji bersserta syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan tugas makalah mengenai
“peninggalan pra sejarah di sumtera barat”.
Tugas makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi di
dalam pembuatan tugas makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan tugas makalah sehingga menjadi makalah yang baik
dan benar.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terimakasih bagi semua pembaca dan minta
kriti serta sarannya yang membangun demi kesempurnaan tugas makalah tentang peninggalan
pra sejarah di Sumatera Barat.
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Minangkabau merupakan salah satu kelompok etnis di Indonesia yang berbahasa
dan menjunjung kearifan lokal, adat dan budaya Minangkabau. Dewasa ini Minangkabau
diidentikan dengan Sumatera Barat. Menurut perkembangan sejarah Minangkabau, cakupan
wilayah Minangkabau tidak sama dengan Sumatera Barat sekarang. Secara tradisi wilayah –
wilayah yang berada dibawah pengaruh Minangkabau disebut dengan Alam Minangkabau.
Oleh karena itu Alam Minangkabau terdiri dari kesatuan geografis, politik, ekonomi dan
kebudayaan yang lazim disebut dengan wilayah Darek, Pesisir dan Rantau. Faktor yang
melatarbelakangi besarnya wilayah Alam Minangkabau dan tersebarnya penduduk
Minangkabau adalah kebiasaan merantau, politik (diplomasi) dan ekonomi. Wilayah darek
merupakan wilayah inti gabungan dari tiga wilayah luak (luhak) yang disebut luhak nan tigo.
Luhak adalah merupakan daerah awal bermukim / tanah asa (tanah asal) masyarakat
Minangkabau. Juga merupakan wilayah awal perkembangan peradaban adat dan
kebudayaan Minangkabau.
Luhak tersebut adalah Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluah
Koto. Wilayah Pesisir adalah daerah rendah yang terletak di sebelah barat bukit barisan dan
sempadan dengan Samudera Hindia. Sedangkan wilayah rantau dalam konsep budaya
Minangkabau adalah wilayah yang berada diluar wilayah darek/luhak. Daerah rantau
merupakan daerah perluasan/daerah baru wilayah di Minangkabau. Wilayah pesisir
termasuk dalam wilayah rantau di Minangkabau Batas – batas alam Minangkabau, dapat
diketahui dalam peninggalan yang tertulis dalam Ungkapan adat dan Tambo. Dalam
sejarahnya wilayah yang termasuk kedalam alam Minangkabau meliputi Sumatera Barat
kecuali Mentawai, Separuh Daratan Riau, bagian utara Bengkulu, Bagian barat Jambi, pantai
Barat Sumatera Utara, barat daya Aceh dan Negeri Sembilan Malaysia.
Selain itu berdasarkan perkembangan sejarah diidentifikasi keturunan – keturunan
masyarakat Minangkabau juga terdapat di salah satu suku Dayak (Kalimantan), beberapa
kelompok keluarga di Manggarai (Nusa Tenggara), Kendari (Sulawesi Tengah), Makassar
(Sulawesi Selatan), Kepulauan Sulu, Mindanao (Filipina), Brunei, Kuching dan Sarawak
(Malaysia) dan Pattani (Thailand). Berbicara tentang Minangkabau dengan bukti peninggalan
sejarah, Minangkabau melewati periode dari zaman pra sejarah, zaman peradaban,zaman
kerajaan – kerajaan,zaman penjajahan, dan zaman kemerdekaan. Akan tetapi yang menjadi
pembahasan kita adalah tentang peninggalan zaman pra sejarah yang dibuktikan dengan
adanya peninggalan Megalitikum (Zaman Batu Besar). Dalam pembahasan sejarah,
Minangkabau lebih banyak dikenal dalam pembahasan zaman peradaban (masa – masa
kebudayaan berkembang) hingga masa kemerdekaan. Namun Minangkabau / Sumatera
Barat pernah melewati masa pra sejarah yang saat ini meninggalkan bukti peninggalan
sejarah yang menjadi kekayaan salah satu sejarah dan wisata bagi Sumatera Barat khususnya
dan Indonesia umumnya.
A. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Peninggalan Pra Sejarah di
Sumatera Barat
2. Rumusan Masalah
a. Membahas peninggalan pra sejarah apa saja yang ada di Indonesia
b. Mendeskripsi peninggalan pra sejarah yang ada di Sumatera Barat
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Sumatera Barat dizaman pra sejarah.
2. Untuk mengetahui apa saja peninggalan zman p sejarah yang ada di Sumater Barat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Megalitikum
1. Menhir
jejak pra sejarah Minangkabau di Luhak Limo Puluah Koto dikompleks
peninggalan Menhir Balubuih yang berada di Jorong2 Balubuih, Nagari3
Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera
Barat. Hal yang dapat ditemui adalah 16 menhir yang biasa disebut
masyarakat dengan batu tagak. Bentuk menhir yang terdapat dalam
kompleks menhir Balubuih yang sudah dipelihara dengan baik oleh kantor
Badan Purbakala dan Cagar Budaya Batusangkar ini adalah menhir yang
belum dikerjakan dan sudah dikerjakan. Menhir yang terdapat dalam
kompleks ini yang berbentuk menyerupai bentuk lekungan pakis dan
beberapa menhir sudah memiliki memiliki pola ukir yang rapi. Dikompleks ini
juga terdapat sebuah museum yang bertujuan sebagai informasi tentang
menhir. Menhir Balubuih diperkirakan berumur 1000 – 3000 SM hal ini
dibuktikan dengan pernah ditemukannya kerangka di salah satu menhir.
Nagari Mahek itu terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat,
tepatnya berada di Kecamatan Bukit Barisan. Nagari ini berada di lembah
Bukit Barisan dengan luas 122,06 km persegi. Di Nagari Mahek menhir yang
sudah dapat dilihat dan dilindungi oleh Dinas Purbakala berada di 4 titik. Yaitu
menhir Balai Batu, bawah parit, Menhir Ampang Gadang dan Menhir
Ronah.pertama,yang akan kita bahas adalah menhir balai batu, disini yang
saya temui peninggalan nenek moyang akan hasil budaya megalith adalah
banyaknya batu – batu besar yang sudah memiliki motif ukiran dan symbol.
Simbol yang jelas tampak salah satunya adalah symbol garis geometris, motifl
berbentuk sulur tanaman paku dan juga terdapat simbol timbul, kalau
diperhatikan dengan seksama menyerupai kelamin laki –laki. Kemudian
menhir–menhir lain yang saya perhatikan yang masih berada dalam kawasan
menhir balai batu adalah menhir yang bentuknya sudah berbentuk. Selain itu
terdapat sebuah peninggalan megalith yaitu berupa susunan batu yang
menyerupai panggung. inilah yang disebut balai (ruang) tempat mengutus 4
Datuak untuk pergi ke daerah lain. kemudian pusat situs prasejarah Bawah
Parit. Pada situs ini jumlah menhir yang terdapat lebih banyak daripada situs
batu balai.

Di situs bawah parit ukuran menhir juga sudah mulai lebih besar, dan
kemungkinan inilah peti batu. Selain itu pada situs ini motif ukiran yang
terdapat pada batu juga sedikit berbeda. Jika sebelumnya pada situs balai batu
terdapat ukiran menyerupai bidang persegi dan menyerupai sulur tanaman
paku. Situs megalith Bawah Parit sudah meninggalkan ukiran motif yang lebih
tertata dan berbentuk motif pada Rumah Gadang saat ini. Seperti pucuak
rabuang dan kaluak paku dengan geometris yang mulai rumit. peninggalan
megalith Ampang Gadang, menurut cerita menhir yang terdapat didaerah ini
berjumlah 300 buah. Tetapi dengan adanya pembangunan lapangan sepak
bola, menhir ini ditimbun oleh penduduk dan hanya tersisa beberapa saja.
Peninggalan ini kemungkinan belum dievakuasi oleh dinas terkait, karena
yang dapat dilihat tidak ada plang sebagai penanda daerah konservasi.
Menurut sebuah sumber berita menyebutkan menhir di Nagari Mahek hanya
baru 20 persen yang tergali, 80 persen belum tergali, Hal ini berarti
menandakan menhir di Mahek masih banyak tersebar. Hal ini Menunjukkan
bahwa di Minangkabau pada masa sebelum terjadinya peradaban kebudayaan
dan adat yang berkembang pesat, juga terdapat peradaban prasejarah.

peninggalan megalithikum yang masih terdapat di kecamatan Guguak,


Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Sebaran Menhir di
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh terdapat di Kecamatan
Bukit Barisan, Kecamatan Gunuang Omeh, Kecamatan Suliki, Kecamatan
Guguak, Kecamatan Payakumbuh, Kecamatan Akabiluru, Kecamatan Harau,
Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kecamatan Lareh Sago Halaban,
Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Kapur IX. Hanya 2 daerah di Luhak Limo
Puluah Koto yang tidak ditemui peninggalan megalithikum. Situs
Megalithikum di Nagari Maek merupakan daerah terbesar yang memiliki
menhir sehingga dikenal dengan “Nagari Seribu Menhir”. Keunikan menhir
yang terdapat di Luak Limo Puluah Koto adalah Gunung Sago merupakan
gunung yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Bagaimana ini bisa terjadi, hubungan antara menhir di Mahek dengan


Gunung Sago. Kemungkinan besar adalah Gunung Sago dipercaya dahulu
sebagai tempat berkumpul nenek moyang pada zaman ini berkembang.
Peninggalan megalith di Luhak Limo Puluah Koto tidak hanya berupa
menhir saja, akan tetapi juga peninggaan megalith lainnya. Peninggalan
megalithikum di Luhak Limo Puluah Koto diperkirakan berusia 3000 – 4000
tahun Sebelum Masehi dan Sezaman dengan peninggalan megalith di
Irlandia, Inggris (Stonghene) dan Perancis. Selain itu beberapa pola ukiran
menhir yang ditemukan di Luak Limo Puluah Koto menjadi bentuk pola
ukiran masyarakat Minangkabau yaitu pola ukiran spiral tunas paku yang
saat ini dikenal dengan ukiran “Kaluak Paku” dan tunas bambu yang dikenal
dengan ukiran “Pucuak Rabuang”. Secara empiris, menurut tambo wilayah
Tanah Datar merupakan luhak yang pertama.

2. Batu mejan
a. Batu Mejan Megalitik di Desa Guguk
Batu menhir yang terdapat di Desa Guguk berada dalam situs yang terletak
di depan Balai Adat Desa, serta tersebar di beberapa tempat lainnya seperti di
dalam parit, dan dalam perkebunan penduduk. Menhir yang terdapat di depan
Balai Adat Guguk merupakan menhir yang tidakinsitu. Menurut Bapak Rusdi,
juru kunci situs Guguk, menhir tersebut pada awalnya berada lebih kurang 30
meter ke arah utara tempatnya sekarang. Pemindahan tersebut terjadi karena
pada masa penjajahan Jepang di tempat tersebut di bangun rel kereta api, oleh
karena itu menhir yang masih insitu pada waktu itu harus dipindahkan
tempatnya. Selanjutnya pada saat membangun Balai Adat yang sekarang,
makabatu mejan tersebut dipindahkan lagi ke depan halaman Balai Adat.
b. Batu Mejan Megalitik di Desa Tiakar
Menhir yang terdapat di Desa Tiakar bertebaran di berbagai lokasi
seperti di belakang dan di depan rumah penduduk, di dalam ladang, serta di
dipinggir jalan Desa. Beberapa menhir terlihat masih insitu, sedangkan
beberapa lainnya sudah berpindah tempat atau ada pula yang sudah rebah.
Menurut penduduk setempat, menhir tersebut belum pernah dikunjungi oleh
pemerintah sebagimana yang dilakukan di beberapa Desa di kecamatan
Guguk. Pada umumnya batu menhir yang terdapat di dalam Desa Tiakar
sekarang menjadi komplek pekuburan atau makam bagi kaum atau kelompok
pesukuan masyarakat Desa tersebut.
b. Batu Mejan Megalitik di Desa Sungai Talang
Di Desa Sei. Talang juga banyak terdapat menhir yang sudah tidak
terletak pada tempat semula, menhir tersebut sekarang dihimpun pada dua
tempat dalam Desa Sei. Talang. Situs pertama terletak di depan Balai adat
Sei. Talang, bersebelahan dengan mesjid. Sedangkan situs yang kedua
terletak disebelah selatan di samping rumah penduduk. Selain menhir yang
sudah dihimpun di dua tempat sebagaimana tertera di atas, juga terdapat
menhir yang masih berserakan di berbagai tempat. Menhir yang bertebaran
tersebut ada yang dipakai oleh penduduk sebagai pagar halaman dan juga
sebagai titian (jembatan kecil di atas bandar atau parit) di depan halaman
rumah mereka.

Di Desa Sei. Talang juga masih banyak ditemukan menhir yang masih
insitu, diantaranya menhir yang terdapat di samping dinding Balai Adat. Batu
Mejan ini memiliki ukuran tinggi yang lebih dibanding menhir lainnya yaitu
sekitar tiga meter. Juga terdapat menhir yang berada di depan mesjid serta di
halaman rumah penduduk, serta di atas bukit. Situs ini berada di pinggir
perkampungan yang berdekatan dengan area persawahan penduduk. Di dalam
situs ini terdapat beberapa menhir yang masih berdiri sesuai dengan aslinya,
sementara menhir lainnya berada dalam keadaan rebah (tidak sebagaimana
aslinya).

c. Batu Mejan Megalitik di Desa Guguk Nunang

Selain di dalam situs tersebut masih terdapat menhir yang bertebaran di


dalam Desa Guguk Nunang, menhir tersebut berdiri secara insitu di
perkebunan, di pinggir jalan serta di dalam parit.

d. Batu Mejan Megalitik di Desa Belubus


Desa Belubus merupakan bagian dari kenagarian Sei. Talang
kecamatan Guguk kabupaten Lima Puluh Kota, tempat berdirinya sebuah
Museum Purbakala Sumatera Barat dan Riau yang didirikan pada tahun 1988.
Pada situs Belubus banyak ditemukan menhir yang masih insitu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkn dri mkalah yng kami buat, dapat disimpulkan bahwa sumtera barat sudah
memiliki perdaban di masa pra sejarh dengan dibuktikannya adanya beberapa peniggalan
B. Saran
Dalam membuat makalah peninggalan pra sejarh di sumatera barat Untuk Masa Depan ini
mungkin masih terdapat kesalahan – kesalahan, sehingga kami mengaharapkan kritik dari
pembaca agar makalah yang kami buat ini menjadi lebih baik dan lebih sempurna.

Anda mungkin juga menyukai