PRASEJARAH MINANGKABAU
Dosen pembimbing:
Disusun oleh :
JURUSAN SEJARAH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makala ini dengan tepat waktu. Tampa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kita curahkan
kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan Syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah tugas kelompok Sejarah dan kebudayaan minangkabau “ Prasejarah minangkabau ”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG……………………………………………………………….
1.2RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………
1.3TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………
B. SARAN…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan pada zaman prasejarah Minang kabau dibagi dua periode yaitu periode kehidupan
nomaden hutan dan kehidupan ladang berpindah. Pembagian Sejarah purba Minang khabau
dirumuskan Prof. Dr. R.P. Soejono dengan merujuk arkeolog H R. Van Heekern. Dimana
Heekern pada waktu itu membagi sejarah Indonesia zaman prasejarah, terbagi dalam dua
periode, zaman batua tua (palaeotikum), zaman batu tengah (mesolotikum) dan zaman batu baru
(neolitikum)
Pada zaman batu tua manusia menggunakan peralatan batu yang diolah untuk membantu
kepentingan kehidupannya. Yang mana zaman batu tengah, manusia memakai peralatan batu
yang telah diolah secara kasar dan tulang atau kulit kerang untuk kepentingan kehidupannya.
Pada zaman batu baru, dimana manusia memakai perlatan dari batu yang lebih halus, mereka
telah bercocok tanam secara sederhana dengan memakai perlatan batu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bukti-bukti sejarah masa prasejarah minangkabau
2. Apa saja peninggalan kebudayaa Minangkabau pada zaman pra sejarah
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bukti-bukti sejarah prasejarah Minangkabau
2. Untuk mengetahui peninggalan kebudayaan Minangkabau pada zaman pra sejarah
A. Bukti pra sejarah Minangkabau
Pengertian tradisi megalitik secara harfiah adalah tradisi batu besar, yaitu tradisi prasejarah
yang mempergunakan batu-batu besar sebagai material kebudayaannya, tetapi konsep tersebut
dapat keliru karena, Kebudayaan megalitik mungkin saja juga menggunakan objek-objek batu-
batu kecil yang dapat digolongkan sebagai produk megalitik bila ia diperuntukkan untuk tujuan
sakral tertentu.
Minangkabau kadang disebut sebagai kebudayaan yang tidak memiliki tulisan. Tuduhan
tersebut barangkali tak sepenuhnya benar karena di dalam khasanah kata-kata Minangkabau
terdapat beberapa istilah yang menunjukkan tradisi tulis sudah ada didalam masyarakat
Minangkabau semenjak lama. Istilah- istilah tersebut adalah seperti batu batulih dan batu basurek,
yang umumnya banyak memakai media berupa batu besar (megalit). Oleh sebab itu, tradisi batu
batulih dan batu basurek menunjukkan tradisi yang sudah cukup tua.
Kehidupan pada zaman prasejarah Minang kabau dibagi dua periode yaitu periode
kehidupan nomaden hutan dan kehidupan ladang berpindah. Pembagian Sejarah purba Minang
khabau dirumuskan Prof. Dr. R.P. Soejono dengan merujuk arkeolog H R. Van Heekern. Dimana
Heekern pada waktu itu membagi sejarah Indonesia zaman prasejarah, terbagi dalam dua
periode, zaman batua tua (palaeotikum), zaman batu tengah (mesolotikum) dan zaman batu baru
(neolitikum)
Pada zaman batu tua manusia menggunakan peralatan batu yang diolah untuk membantu
kepentingan kehidupannya. Yang mana zaman batu tengah, manusia memakai peralatan batu
yang telah diolah secara kasar dan tulang atau kulit kerang untuk kepentingan kehidupannya.
Pada zaman batu baru, dimana manusia memakai perlatan dari batu yang lebih halus, mereka
telah bercocok tanam secara sederhana dengan memakai perlatan batu.
Selesai zaman batu, masuk ke zaman logam yang dikawasan Asia, termasuk Nusantara ,
berlangsung antara tahun 3000-2000 SM. Zaan logam dibagi tiga periode yakni zaman tembaga,
perunggu dan besi. Yang mana pada masa tembaga telah bercocok tanam dan berburu memakai
alat dari tembaga. Pada zaman perunggu manusia bercocok tanam dan berburu memakai alat dari
perunggu. Waktu zaman besi , manusia telah bercocok tanam dan berburu memakai alat dari
besi.
1. Bukti Pra sejarah pada waktu itu adalah Kaba-kaba yang secara tersirat mengambarkan
kekuasaan Minang kabau ( Swarnabhumi) pada masa lampau, secara fisik dapat dijumpai
Menhir diluhak Limo puluh koto sebagai indikasi daerah Minang kabau yang pada
dulunya pernah dipengaruhi oleh kebudayaan yang datang dari Indocina
3. Memasuki masa sejarah dimulai dengan ditemukannya prasasti prasati yang ditemukan
di daerah pariangan , kuburajo. Saruaso, Pagaruyuang di Kabupaten Tanah Datar, kubu
sutan , Tanjung Medan, Koto Rao,Pancahan, Gangggo Hillia di kabupaten Pasaman dan
Padang Roco, Rambahan di kabupaten Damasraya. Temuan prasasti ini meninnjukan
adanya proses pengaruh budaya baru yang datang ke Minangkabau. Dengan kedatangan
pedagang-pedagang dan masyrakat India serta kontak budaya dengan masyrakat jawa ke
Minang khabau, muncul suatu kebudayaan baru ini dikenal dengan kebudayaan Hindu
Budha yang berkembang hanya dikalangan raja saja sehingga pengaruhnya tidak behitu
dominan pada masyarakat umumnya di Minangkaabu.
Bentuk dan jenis hasil budaya megalitik beragam, antara lain punden berundak, menhir,
dolmen, sarkofagus, peti kubur batu, batu dakon, lumpang batu, dan arca megalitik. Dari sekian
banyak jenis ragam budaya megalitik tersebut, salah satu yang paling umum dan tersebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia adalah menhir. Di wilayah Indonesia, menhir termasuk budaya
megalitik yang persebarannya merata di seluruh wilayah.
1. Menhir
Menhir secara isitilah diartikan sebagai batu tegak atau batu yang didirikan tegak yang
sudah atau belum dikerjakan, dan diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk tujuan sebagai
batu peringatan orang yang telah mati Benda tersebut dianggap sebagai medium penghormatan,
menampung kedatangan roh dan sekaligus menjadi lambang orang-orang yang diperingati.
Menhir merupakan tinggalan tradisi megalitik yang sangat banyak ditemukan di berbagai
situs dan berbagai masa setelah periode neolitik (bercocok tanam). Bahkan sampai pada masa-
masa pengaruh Hindu maupun pengaruh Islam di Indonesia, menhir sebagai salah satu objek
tradisi megalitik masih memegang peranan penting, bahkan berkembang sampai sekarang.
Dengan adanya peranan menhir yang meliputi kurun waktu cukup lama tersebut, maka
tidak mengherankan jika terjadi perkembangan-perkembangan pada bentuk-bentuk dan fungsi
menhir itu sendiri. Menhir atau batu tegak secara umum mempunyai tiga fungsi, yaitu batu tegak
yang berfungsi dalam upacara penguburan, batu tegak yang berfungsi dalam upacara pemujaan,
dan batu tegak yang tidak mempunyai fungsi religious. Fungsi Menhir atau batu tegak dalam
upacara penguburan sebagai pertanda adanya penguburan dapat dilihat di berbagai daerah.
2. Dolmen
Batu batulih atau batu babarono sebetulnya merupakan temuan yang sejenis dengan batu dakon
atau dolmen (meja sesembahan meskipun di bawahnya tidak dijumpai menhir sebagai
penyangganya).
Secara arkeologis, sebetulnya batu batulih borobono adalah produk tradisi pra-sejarah, yaitu
kebudayan megalitik yang sering mempergunakan batu- batu besar sebagai material
kebudayaannya. Di atas batu tersebut dijumpai beberapa buah lobang (dakon), yang dikitari oleh
sejumlah goresan-goresan tertentu, oleh penduduk setempat dianggap sebagai “tulisan”.
Sementara itu, penduduk meyakini di malam hari pada masa-masa tertentu, batu tersebut dapat
memancarkan cahaya yang terang sekali. Manakala batu itu telah mengeluarkan cahaya, maka
dipercayai merupakan pertanda akan datangnya “bala” dalam kampung. Biasanya, pertanda
awalnya adalah datangnya kemarau panjang, atau datangnya wabah tanaman padi sehingga padi
dapat saja mati atau buahnya yang “masih muda”tak jadi masak namun membusuk dalam sekejap
saja, yang pada gilirannya sebagai pertanda pertanian (terutama sawah) masyarakat akan gagal
(tidak panen). Oleh sebab itu, kalau batu itu memancarkan cahaya, masyarakat sepakat untuk
mengadakan upacara zikir dan “doa” bersama di sekitar batu tersebut, untuk mengantisipasi
kegagalan pertanian.
Secara arkeologis, sebetulnya batu batulih barobono adalah produk tradisi pra-sejarah, yaitu
kebudayan megalitik, yaitu tradisi pra-sejarah yang sering mempergunakan batu besar sebagai
produk kebudayaannya.
B. Peninggalan Kebudayaan
Lokasi : Bukit Tinjauan Jorong Balubus, nagari sungai Talang kec guguk
Peninggalan : 16 menhir
Peninggalan: 11 menhir
Fungsi : Hunian
26. Ngalau Dalimo
Fungsi : Hunian
Fungsi : hunian
Fungsi : Religi
Fungsi : Hunian
Fungsi hunian
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada zaman batu tua manusia menggunakan peralatan batu yang diolah untuk
membantu kepentingan kehidupannya. Yang mana zaman batu tengah, manusia memakai
peralatan batu yang telah diolah secara kasar dan tulang atau kulit kerang untuk kepentingan
kehidupannya. Pada zaman batu baru, dimana manusia memakai perlatan dari batu yang lebih
halus, mereka telah bercocok tanam secara sederhana dengan memakai perlatan batu. Selesai
zaman batu, masuk ke zaman logam yang dikawasan Asia, termasuk Nusantara , berlangsung
antara tahun 3000-2000 SM. Zaan logam dibagi tiga periode yakni zaman tembaga, perunggu dan
besi. Yang mana pada masa tembaga telah bercocok tanam dan berburu memakai alat dari
tembaga.
B.Saran
Dalam pembahasan makalah in,i masih terdapat banyak kekurangan baik dalam segi materi
maupun sumber buku yang tidak mudah ditemukan, sehingga penulis masih belum mampu
memaparkan materi secara lengkap. Untuk itu, penulis berharap untuk penulisan makalah
selanjutnya mampu memenuhi kekurangan makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi refernsi
yang lengkap bagi pembaca
Referensi:
Al Anshori, M. J. (2011). Sejarah nasional Indonesia: masa prasejarah sampai masa proklamasi
kemerdekaan. PT Mitra Aksara Panaitan.