NIM : 20201244029
Kelas : PBSI C 2020
AFILIASI KEISLAMAN
1. Afiliasi tradisional
Pertama, model afiliasi tradisional. Secara umum dapat dikatakan bahwa
afiliasi manusia kepada suatu agama tertentu mengikuti model afiliasi tradisional.
Afiliasi tradisional adalah suatu model kepenganutan terhadap suatu agama tertentu
dengan mengikuti tradisi agama yang hidup dalam keluarga. Agama yang dianut suatu
keluarga --dapat dipastikan-- akan menentukan jenis agama yang dianut oleh anak dan
keturunan keluarga yang bersangkutan. Dalam hal ini, yang berlaku adalah model
warisan, artinya seorang anak atau anggota keluarga akan mewarisi jenis agama yang
dianut oleh leluhurnya.
Model afiliasi tradisional merupakan cara yang ampuh untuk menjaga
kelestarian suatu agama. Kelestarian agama-agama yang ada dewasa ini merupakan
akibat dari model afiliasi ini. Kuatnya afiliasi tradisional dapat terlihat, baik dalam
bentuk pelestarian agama yang bersifat vertikal, dari ayah ke anak ke cucu dan
seterusnya, maupun yang bersifat horizontal. Arah horizontal misalnya dapat dilihat
dalam hubungan menyamping pada saat seseorang akan menikah.
2. Afiliasi emosional
unsur emosional memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kelestarian suatu
agama. Dapat terjadi, seseorang yang secara rasional lebih bisa menerima ajaran
agama lain, tetapi karena emosi kekeluargaan yang kuat, dia tidak dapat melepaskan
diri dari agama yang dianut keluarganya. Demikian juga dapat terjadi ketika
seseorang akan berpindah kepada agama lain atas pertimbangan rasionalitasnya, tetapi
Nama : Hasna Nisrina Arisanti
NIM : 20201244029
Kelas : PBSI C 2020
mendapatkan ancaman dari pihak keluarga, seperti tidak diakui lagi sebagai anggota
keluarga, dia akan tetap beragama sesuai dengan agama keluarganya. Memperhatikan
fenomena keagamaan melalui afiliasi tradisional, seakan telah terjadi „pemaksaan‟
agama oleh keluarga. Keluarga telah berperan sebagai lembaga yang memaksakan
agama kepada para anggotanya.
3. Afiliasi rasional
Masa aqil-baligh adalah waktu yang tepat bagi terjadinya proses rasionalitas
dalam memasuki kehidupan agama. Pilihan atas agama yang semula merupakan
pilihan keluarga atau masyarakat, harus mendapatkan penegasan ulang dari dirinya.
Agama yang dianutnya tidak semata karena faktor keluarga dan masyarakat, tetapi
merupakan pilihan sendiri. Hal ini seiring dengan beralihnya tanggung jawab keluarga
kepada dirinya. Biasanya terjadi pada mas aqil-balig . Sekalipun tidak ada ritual yang
formal, semacam pengucapan kembali
„syahadatain‟ sebagai ciri yang menandai masuknya seseorang ke dalam komunitas
keagamaam Islam, tetapi hendaknya diingatkan bahwa ketika itulah seseorang
memasuki wilayah agama yang secara pasti meminta pertanggungjawaban.
Penerimaan atas agama secara rasional dipandang sebagai cara beragama yang
baik. Karena di dalam diri seseorang sudah tersedia ruang untuk menanggung
konsekuensi dari pilihannya itu; ada usaha maksimal dari cara ini untuk hidup sesuai
dengan ajaran agamanya. Dengan demikian seseorang akan menjalani kehidupan
agamanya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Dengan rela dia akan
melakukan apa pun yang menjadi keharusan seorang hamba untuk mengabdi kepada
Tuhannya. Kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan merupakan cara hidup terbaik;
cara yang paling menyelamatkan dan akan membawa kebahagiaan.
ْ َس ِه ْم أَل
ستُ بِ َربِّ ُك ْم قَالُ ْوا بَلَى ِ ُش َه َد ُه ْم َعلَى أَ ْنف
ْ ََوإِ ْذ أَ َخ َذ َربُّ َك ِمنْ بَنِى أَ َد َم ِمنْ ظُ ُه ْو ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَ ُه ْم َوأ
)١۷۲( َش ِه ْدنَا أَنْ تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ْالقِيَ َم ِة إِنَّا ُكنَّا عَنْ َه َذا َغفِلِيْن َ
Nama : Hasna Nisrina Arisanti
NIM : 20201244029
Kelas : PBSI C 2020
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Tafsir ayat
Allah menyebutkan sebab pengambilan kesaksian ini, yaitu agar mereka tidak mengatakan
pada hari kiamat sebagai alasan atas kesyirikan yang mereka lakukan: “Sungguh kami lalai
dan tidak mengetahui keesaan dan ketuhanan Engkau.” Akan tetapi karena mereka telah
diciptakan dengan fitrah, dan menjadikan dalam setiap makhluk-Nya tanda-tanda yang
menunjukkan keesaan-Nya, serta mengutus para rasul yang memberi mereka kabar gembira
dan peringatan; maka alasan mereka tidak dapat diterima.
Jadi dalam ayat ini dapat menjelaskan bahwa keislaman seseorang sudah ada sejak dalam
masa ruh.
Keyakinan sinkretik yang mencampur kebudayaan kejawen tetapi tetap memeluk islam
semuqanya dilihat terlebih dahulu sejauh mana ia mengikuti tradisi-tradisi tersebut sehingga
bisa ditentukan afiliasinya
Apabila seorang nasrani menikahi laki laki muslim masuknya afiliasi emosional. Ketika ia
sudah muslim apakah seorang wanita itu mulai meyakinkan agamanya atau tidak? Apabila
menguatkan maka masuk ke dalam afiliasi rasional.
Penciptaan Manusia
Makna hadits di atas adalah manusia difitrahkan (memiliki sifat pembawaan sejak lahir)
dengan kuat di atas Islam. Akan tetapi, tentu harus ada pembelajaran Islam dengan
perbuatan/tindakan. Siapa yang Allah subhanahu wata’ala takdirkan termasuk golongan
orang-orang yang berbahagia, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan menyiapkan untuknya
orang yang akan mengajarinya jalan petunjuk sehingga dia siap untuk berbuat (kebaikan).
Kelahiran Manusia
disetujui oleh adz-Dzahabi, Syaikh al-Albani dan Syaikh Abu Ishaq al-
Huwaini dalam kitab al-Insyirah Fi Adabin Nikah hlm. 97]
Referensi: https://almanhaj.or.id/3402-maksud-anak-tergadai-dalam-hadits-
aqiqah.html
Dapat disembelihkan pada hari ketujuh atau pada kelipatan hari ketujuh misalkan selapanan
yaitu hari ke tigapuluhlima
Tahalul ketika sebelumnya seseorang memakai pakaian ihram dan ada banyak larangan
Aqiqah merupakan peralihan tanggungjawab sepenuhnya dari Allah SWT kepada orang tua
Batas waktu untuk aqiqah tidak menentu akan tetapi apabila tidak melaksanakan dan baru
bisa melaksanakan ketika dewasa
Menggantikan posisi aqiqah misalkan orangtuanya diwakilkan itu tidak papa karenayang
terpenting itu akadnya
perintahkan kepada anak-anakmu ketika umur 7 (tujuh) tahun untuk melaksanakan salat. dan
jika berumur 10 tahun dia tidak mau sholat,maka pukullah(yang tidak merusak/hanya sebagai
pelajaran),dan pisahilah tempat tidur mereka(tidak boleh tidur seranjang dg anak yg beda
kelamin dg ortu nya saat sudah usia 10 th keatas)”.
Kenapa sholat itu penting terutama saat duduk tasyahud , ada syahadat itu akan mengingatkan
kita kontrak antara manusia dengan Tuhannya mengenai keislman. Hal itu merupakan
kontrak yang primodial dan substansi dari sholat yang merupakan pengucapan dari dua
kalimat syahadat.
Shalat itu adalah mi;rajnya kaum muslimin. Karena ketika mengucapkan Allahu Akbar
jiwanya melesat tinggi menuju hadapan Allabh
Ketika orang tidak sholat maka kontraknya bisa terputus dari Allah. Maka orang yang tidak
melaksanakan sholat mampu dikatakan kafir.
صاَل ةَ يَوْ ًما فَقَا َل َمنْ َحافَظَ َعلَ ْي َها َكانَتْ لَهُ نُو ًرا َوبُ ْرهَانًا َّ صلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ َذ َك َر ال
َ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َع ِن النَّبِ ِّي
ََان َواَل ن ََجاةٌ َو َكانَ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َم َع قَارُونَ َوفِرْ عَوْ نَ َوهَا َمان
ٌ ظ َعلَ ْيهَا لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ نُو ٌر َواَل بُرْ ه ْ َِونَ َجاةً يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة َو َم ْن لَ ْم يُ َحاف
Sholat lima waktu ibaratkan seperti orang yang mandi lima kali sehari menjadi cahaya prnuntut umat
manusia di akhirat nanti
Afiliasi eternal dan transendetal kaidah dan pelaksanaan tidak berubah-ubah tata caranya