Anda di halaman 1dari 17

A.

Karakteristik Umum Dampak Kolonialisme


1. Bidang Sosial
Dalam bidang sosial, praktik kolonialisme dan imperialisme di Indonesia,membawa
dampak antara lain sebagai berikut.
a Terjadinya perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial,yaitu
sebagai berikut.
 golongan timur asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh
 golongan eropa yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya
 golongan pribumi
b Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi,terutama untuk
memenuhi tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan yang dibuka Belanda di luar Jawa.
c Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena berdirinya pabrik-
pabirk dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia menjadi dinamis.
d Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga
menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota.Hal ini mendrong lahirnya
elit terdidik (priyai cendikiawan) di perkotaan. Walaupun jumlah mereka sedikit,tetapi
sangat berperan dalam perkembangan pergerakan selanjutnya.
e Pembentukan status sosial dimana yang tertingi adalah Eropa lalu Asia dan Timur yang
terakhir kaum Pribumi.
f Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia, Seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi
sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan
digantikan oleh tradisi pemerintah Belanda.
g Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman.
Kemunduran perdagangan dilaut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di
pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada
tuan tanah Barat atau Timur Asing sehingga kehidupan penduduk Indonesia mengalami
kemerosotan.

2. Bidang Budaya
Perubahan pola hidup masyarakat Indonesia juga terpengaruh dengan adanya budaya
dan pola budaya hidup orang Barat di tengah-tengah budaya tradisional. Selain itu,
praktik kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat, terutama bangsa belanda
menyebabkan beberapa faktor,yaitu sebagai berikut.
a. Merosotnya pengaruh dan peran politik penguasa pribumi, menyebabkan mereka
mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya. Contohnya Paku Buwono V
memerintahkan disusunya serat Centhini, yaitu tentang pengetahuan mistik Jawa.
Kemudian pujangga Krator Surakarta, Raden Ngabehi Ronggowasito menulis karya-
karya berbentuk prosa. Karyanya yang cukup terkenal berjudul Pustakaraja Purwa (buku
tentang raja-raja pada zaman kuno).Selain itu,Mangkunegara IV menulis kitab
Wedatama.Paku Alam dan Hamengkubuwono V mendorong dan melindungi Budaya di
istana kerajaan.
b. Melemahnya ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi sebagai akibat penyederhanaan
upacara dan tata cara yang berlaku di istana kerajaan.
c. Runtuhnya kewibawaan tradisional penguasa pribumi akibat tindakan pemerintah
Belanda yang menghapus kedudukan mereka secara adat dan menjadikan mereka sebagai
pegawai pemerintah.

Perubahan dalam Bidang Budaya akibat kolonialisme di Indonesia adalah sebagai


berikut:
a. Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa
pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan
tradisional penguasa pribumi.
b. Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan
demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
c. Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan
mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya. Contoh Paku Buwono V
memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito menyusun Kitab
Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.
d. Budaya Barat berkembang secara meluas, bahkan merusak sendi-sendi kehidupan budaya
tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contohnya, kebiasaan minum
minuman keras yang dilakukan oleh golongan bangsawan. Kebiasaan tersebut bukan
milik asli bangsa Indonesia, tetapi kebiasaan yang berlaku di kalangan bangsa Barat yang
dibawa oleh para penjajah (Westernisasi menyebar lewat jalur pendidikan dan
pemerintahan).
e. Birokrat menggunakan bahasa belanda sebagai simbol status mereka. f. Masuknya agama
katholik dan protestan

3. Bidang Politik
Pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat karena intervensi yang intensif dalam
masalah-masalah istana, seperti pergantian tahta, pengangkatan pejabat-pejabat kerajaan,
ataupun partisipasinya dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah kerajaan. Dengan
demikian, dalam bidang politik penguasa-penguasa pribumi makin tergantung pada
kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah
istana makin menipis. Di samping itu, aneksasi wilayah yang dilakukan oleh penguasa
asing mengakibatkan semakin menyempitnya wilayah kekuasaan pribumi. Penghasilan
yang berupa lungguh, upeti atau hasil bumi; semakin berkurang dan bahkan hilang, sebab
kedudukannya telah berganti sebagai alat pemerintah Belanda.
Dalam bidang politik dari kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat di Indonesia
menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan Politik dan para penguasa Indonesia yang
beralih ke tangan Belanda (Aluna : 2016). Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa faktor
sebagai berikut.
a. Penerapan sistem indirect rule (sistem pemerintahan tidak langsung) yaitu dengan
memanfaatkan penguasa-penguasa tradisional, seperti bupati dan raja yang memerintah
atas nama VOC.
b. Munculnya berbagai perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia Belanda.
c. Belanda sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan politik kerajaan karena
intervensinya.
d. Bupati menjadi alat kekuasaaan pemerintahan kolonial. Mereka menjadi pegawai
pemerintahan kolonial yang diber gaji. Padahal menurut adat penguasa tradisional
tersebut mendapat upeti dari rakyat.
e. Semakin merosotnya dan bergantungnya kekuasaan raja kepada kekuasaan asing. Bahkan
sebagian diambil alih atau di bawah kekuasaan kolonial.

Dampak Kolonialisme di bidang politik adalah sebagai berikut :


a. Daendels atau Raffle sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern. Para Bupati
dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat kedudukan bupati
adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati dijadikan alat kekuasaan
pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan sekarang
menjadi sistem kepegawaian.
b. Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
c. Dahulu hukum yang digunakan yaitu hukum adat dan kemudian diubah menjadi hukum
barat modern.
d. Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, contohnya
tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia.
Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan kekuasaan
pribumi bahkan bisa runtuh.
e. Pamong praja yang dulu berdasarkan garis keturunan diubah menjadi sistem
kepegawaian.
f. Jawa menjadi pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
g. Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum barat
modern.
h. Kebijakan yang diambil raja dicampuri Belanda

4. Bidang Ekonomi
Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di bidang ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial bangsa Barat terhadap rakyat di Indonesia membawa dampak,
diantaranya sebagai berikut.
a. Monopoli dan penguasaan suatu daerah (koloni) oleh penjajah menyebabkan terjadinya
situasi yang tidak sehat dalam hal perdagangan.
b. Perekonomian bergeser dari pertanian pangan menjadi industri perkebunan
c. Praktik monopoli perdagangan yang diterapkan oleh voc mengakibatkan mundurnya
perdagangan di nusantara dari kancah perdagangan internasional
d. Dalam mengeksploitasi tanah jajahan voc memanfaatkan para penguasa tradisional
(menerapkan sistem indirect rule) dalam penyerahan wajib hasil bumi dan pemungutan
(pajak hasil bumi)
e. Penerapan sistem tanam paksa menyebabkan rakyat indonesia mengenal jenis tanaman
baru
f. Munculnya pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasionalyang
dipegang oleh orang timur asing.sedangkan bangsa indonesia hanya sebagai pengecer
g. Munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan belanda.
h. Dikenalnya sistem ekonomi uang bagi masyarakat Indonesia. Salah satu dampaknya
adalah dikenalnya sistem utang. Sedangkan dalam pengerjaan lahan pertanian, penduduk
memulai mengenal pinjaman modal. Namun,mereka harus mengembalikan uang dengan
sistem bunga yang memperparah perekonomian.

5. Bidang Pendidikan
Usaha – usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang pendidikan tidak
lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda, yaitu menghasilkan pegawai
administrasi Belanda yg murah, terampil, dan terdidik. Selain itu Pemerintah Belanda
menyusun kurikulum pendidikannya sendiri, akibatnya perkembangan pendidikan dan
pengajaran di Indonesia sampai abad ke – 19 menunjukkan kecenderungan Politik dan
Kebudayaan. Tidak semua masyarakat mendapatkan pendidikan, masyarakat yang
mempunyai jabatan lah yang dapat merasakan pendidikan, seperti keturunan raja,
keturunan bangsawan, pengusaha kaya, dan yang lainnya.

Para Pahlawan kita lah yang mengajarkan pendidikan kepada rakyat - rakyat jelata,
dengan tujuan agar masyarakat Indonesia tidak lagi dibodoh – bodohi oleh para kolonial
Belanda. Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang pendidikan, antara lain :
a. Munculnya golongan - golongan terpelajar di Indonesia.
b. Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga – tenaga
kerja di perusahaan Belanda.
c. Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.
B. PERLAWANAN MENENTANG REJIM BELANDA ABAD KE -19
1. Perang Paderi
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait
pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum
Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan
tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803
– 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat.

Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat
guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah
Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol.
Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol lalu mengajak
Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda.
Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang
cukup kuat.

2. Perang Pattimura
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan.
Rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng
Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat Maluku
terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan
Martha Christina Tiahahu.

3. Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini
dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat
Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui
makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun
1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap daerah yang
dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan
benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan
Diponegoro dipersempit.
Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda
akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran
Diponegoro, padahal sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak
pasukan Diponegoro mulai melemah. Belanda dapat memenangkan perang tersebut,
namun dengan kerugian yang besar karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga
yang banyak.
4. Perang Jagaraga Bali
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan
yang memberik hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta
muatannya yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak
Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali
yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda berhasil menguasai
Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.

5. Perang Banjar
Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam
Banjar, serta keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang
dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap
Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda
menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena
pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang
pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika
Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran
Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.

6. Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa
Belanda bebas meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku
Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda
mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad,
sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya
dan karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur
pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, dan memecahbelah
rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.

7. Perang
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan
ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan
penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir
abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada
akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda
menguasai tanah Batak.
C. NASIONALISME ABAD KE-20
1. Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia
Sebelum tahun 1900 bangsa Indonesia telah memberikan reaksi dan perlawanan
terhadap penjajah Belanda, tetapi perlawanan tersebut masih bersifat lokal atau
kedaerahan. Beberapa sifat perlawanan sebelum tahun 1900 atau sebelum pergerakan
nasional muncul dan berkembang:
 Perlawanan bersifat kedaerahan atau lokal.
 Perlawanan bersifat negatif, perlawanan belum terjangkau oleh kekuasaan penjajah
dan masih mencari perlindungan dengan ilmu gaib.
 Perlawanan bersifat irasionil, maksudnya masih mengandalkan kekuatan seorang
pemimpin yang karismatik (mempunyai kesaktian).
 Perlawanan bersifat follow-up, artinya tidak ada tindak lanjut apabila seorang
pemimpin berhasil ditawan.

Kemudian setelah tahun 1900 perlawanan berubah menjadi bersifat perlawanan


nasional yang terorganisir secara lebih teratur dan rasional.Pergerakan Nasional modern
mulai berkembang dengan munculnya beberapa organisasi salah satunya Organisasi Budi
Utomo.Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang lahirnya pergerakan nasional di
Indonesia, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal
 Penderitaan rakyat akibat adanya penjajahan.
 Perkembangan komunikasi antar pulau
 Perkembangan bahasa Indonesia
 Terinspirasi dengan kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
 Perkembangan pendidikan di Indonesia
 Perkembangan sekolah kebangsaan

b. Faktor Ekternal
 Masuknya ide-ide Barat lewat Pendidikan
 Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905
 Perjuangan Bangsa lain
 Berkembangnya Liberalisme, Demokrasi dan Nasionalisme
 Perkembangan Gerakan Nasional negara tetangga

2. Organisasi Pergerakan Nasional

Sejak menginjakkan kakinya di bumi Indonesia pada tahun 1956, penjajah Belanda
kurang memperhatikan kesejahteraan golongan pribumi (orang-orang Indonesia). Mereka
terus mengeruk kekayaan alam dan menindas rakyat Indonesia, tanpa mau
memperhatikan nasib rakyat itu sendiri. Pada akhir abad ke-19, C.Th.van Deventer
mengkritik keadaan itu melalui salah satu karangannya yang berjudul Utang Budi. C.Th
van Deventer antara lain menyetakan bahwa kemakmuran Belanda diperoleh berkat kerja
dan jasa orang Indonesia. Oleh sebab itu, bangsa Belanda sebagai bangsa yang maju dan
bermoral harus membayar utang budi kepada bangsa Indonesia. Caranya adalah dengan
menjalankan Politik Balas Budi atau dikenal dengan sebutan Politik Etis. Politik Etis
yang diuslkan oleh C.Th van Deventer berisi tentang perbaikanperbaikan dalam bidang
irigasi (pengairan), transmigrasi (perpindahan), dan edukasi (pendidikan). Akan tetapi
pelaksanaannya tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Hindia Belanda. Politik Etis
sebenarnya merupakan bentuk penjajahan kebudayaan yang halus sekali. Program
edukasi itu sendiri sebenarnya merupakan pelaksanaan dari Politik Asosiasi yang berarti
penggantian kebudayaan asli tanah jajahan dengan kebudayaan penjajah.
Walaupun menyimpang dari tujuan semula, beberapa pelaksanaan dari Politik Etis
telah membawa pengaruh yang baik. Misalnya, dengan didirikannya sekolahsekolah
untuk golongan pribumi. Tujuannya adalah untuk memperoleh tenaga baru pegawai
rendah yang bersedia digaji lebih murah dari pada tenaga bangsa-bangsa Belanda.
Banyaknya penduduk pribumi yang bersekolah telah menghasilkan kaum cerdik pandai
dikalangan penduduk pribumi. Kaum cerdik pandai inilah yang mempelopori kesadaran
kebangsaan, yaitu suatu kesadaran tentang perlunya persatuan dan kesatuan bangsa.
Peristiwa timbulnya kesadaran berbangsa disebut Kebangkitan Nasional Indonesia. Kaum
cerdik pandai ini pula yang mempelopori dan memimpin pergerakan nasional pada awal
abad ke-20.
a. Budi Utomo (BU)
Pada awal abad ke-20 sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di
Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van
Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat.
Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di
Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain pendiri
Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai
yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang
mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka
sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan
kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka
mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
 Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja,
tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah
saja.
 Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah
gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang
menderita.

Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan.
Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.

Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo :
 Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada
penduduk umumnya.
 Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat
Indonesia.
 Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum
terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai
terjun dalam bidang politik.
 Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.

b. Sarekat Islam (SI)


Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh
H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa.
Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada
ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak.
Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya,
maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena
bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:

 Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,


 Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
 Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:

 Mengembangkan jiwa berdagang,


 Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
 Memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
 Derajat bumi putera,
 Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
 Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
 Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan
Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari
Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto
tidak diberi badan hukum.
Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik
pemerintah colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan
muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun
mengenai kapitalisme.

Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis


adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya
disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai
anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua
yaitu SI Putih dan SI Merah.

 SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
 SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi
Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama
menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia
(PKI).

c. Indische Partij (IP)


Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. menunjukkan para
pendiri Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes
Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto
Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.

Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat


nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa
memandang suku, agama, dan ras.

Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan
Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut
memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut.

Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres,


dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi
mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan
kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische
Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
ditangkap dan dibuang ke Belanda.
d. Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan
RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji
Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel.

Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka,


memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh
rakyat. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging.

Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia
yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol
setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam
menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self Determination).

e. Partai Komunis Indonesia (PKI)


Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama
teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische
Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun,
Alimin, dan lain-lain.

PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya
yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi
PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin
luas.

Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan


pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini
sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih
kacau.

PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta
dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di
tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari pemerintah
Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI dinyatakan
sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan politiknya.
Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi
revolusioner di Indonesia.

f. Partai Nasional Indonesia (PNI)


Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie
club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia
(PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan
Algemeene Studie Club.

Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk menyusun
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini
dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena
didorong oleh faktor-faktor berikut.

1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.


2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung
Karno).
4. Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi
sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional,
kemauan nasional, dan perbuatan nasional.

Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy,
sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah
marhaenisme.

g. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)


PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU),
PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan
dibentuknya PPPKI yaitu:

1. Menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;


2. Menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia
3. Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.

Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-
benih kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
keretakan tersebut.

 Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing


kelompoknya.
 Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
 Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
h. Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929,
maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh
Sartono pada tahun 1929.

Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-
aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help
dan nonkooperasi.

Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun
1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak
bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.

i. Partai Indonesia Raya (Parindra)


Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo
pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik
Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun
nonkooperasi.

Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi,
jadi luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di
volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.

Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara


yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh
pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti
pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.

j. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei
1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane,
dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka.
Gerindo juga menganut asas incidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo
antara lain:

 Mencapai Indonesia Merdeka,


 Memperkokoh ekonomi Indonesia,
 Mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
 Memberi bantuan bagi kaum pengangguran.

k. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)


Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan negara Belanda di
mana anggotanya mempunyai hak yang sama.

Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia


suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah
kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut,
atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan
Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya
Gapi.

1. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara
wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi
pemerintahan yang berdiri sendiri.
2. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
3. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.

Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai


parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan
Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda
membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr.
F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mem-pelajari perubahan-
perubahan ketatanegaraan.

Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan


yang mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat
Indonesia berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan
tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan
rakyat Indonesia.

l. Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta
pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat
Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat
mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki andil bagi
kemajuan bangsa antara lain, berikut ini.

1. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.


2. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
3. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.

m. Organisasi Pemuda dan Wanita


Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi
ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai
oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk
mendirikan organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah
menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang
berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).

Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan


seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon,
Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia),
Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.

Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak mau ketinggalan.
Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah
Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri
Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk
memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan cara memberi penerangan
dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-
malu yang melampaui batas.

Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu


pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug
tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika.

Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang benafaskan


Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita
dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah juga ada
perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang mulai memasukkan perempuan
ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.

Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang tokoh wanita
yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan perkumpulan yang
bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917. PIKAT
dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.

n. PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)


Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama
PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI
mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong
Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan
Indonesia.
D. TONGGAK SEJARAH NASIONAL INDONESIA
Selain membawa kemajuan untuk rakyat Indonesia, lahirnya Budi Utomo juga menjadi
pelopor lahirnya organisasi-organisasi yang bertujuan untuk melawan pemerintah kolonial
Belanda. Kesamaan cita-cita itu membawa organisasi-organisasi pemuda untuk mengadakan
pertemuan yang hasilnya kamu kenal dengan Sumpah Pemuda.

1. Kongres Pemuda I

Pada 30 April sampai 2 Mei 1926 diadakan rapat yang dihadiri oleh seluruh
organisasi pemuda di Jakarta. Rapat ini dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres
ini diketuai oleh M. Tabrani. Kongres ini bertujuan untuk membentuk suatu organisasi
pemuda tunggal agar dapat mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kongres
ini, beberapa tokoh pemuda menjadi pembicara dan menyampaikan gagasannya antara lain:

a.) Sumarto berbicara tentang, “Gagasan Persatuan Indonesia”.


b.) Bahder Djohan berbicara tentang “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”.
c.) Nona Adam menyampaikan gagasannya tentang “Kedudukan Kaum Wanita”.
d.) Djaksodipoero berbicara tentang “Rapak Lumuh”.
e.) Paul Pinontoan berbicara tentang “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”.
f.) Muhammad Yamin berbicara tentang “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan
Kesusasteraan Indonesia di Masa Mendatang”

Kongres Pemuda I akhirnya ditutup tanggal 2 Mei 1926 dan menghasilkan beberapa
keputusan seperti mengakui cita-cita persatuan serta mendorong penggunaan bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia yang digagas oleh Muh. Yamin. Dari kongres ini juga
terbentuk organisasi baru yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi-organisasi
Indonesia. Organisasi yang bergabung di antaranya adalah Jong Java, Jong Celebes, Jong
Minahasa, Sekar Rukun, dan Jong Sumateranen Bond. Penyatuan organisasi ini dikenal
dengan suatu organisasi baru yang bernama Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) pada
tanggal 15 Agustus 1926. Tidak berhenti sampai di situ, pada September 1926 dibentuk juga
organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Organisasi ini diketuai oleh
Soegondo Djojopuspito..

2. Kongres Pemuda II

Bulan Juni 1928, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) mengadakan rapat


untuk merealisasikan gagasan seluruh organisasi pemuda dengan membentuk panitia
kongres. Rapat tersebut menghasilkan struktur panitia kongres, Sugondo Djojopuspito dipilih
sebagai Ketua Kongres, Djoko Marsaid (Jong Java) sebagai Wakil Ketua, Moh. Yamin
(Jong Sumateranen Bond) sebagai Sekretaris. Kongres yang mereka lakukan inilah yang kita
kenal dengan Kongres Pemuda II. Kongres ini dilaksanakan di Jakarta tanggal 27-28 Oktober
1928.

Pada Kongres Pemuda II itulah pertama kalinya dikumandangkan lagu Indonesia


Raya menggunakan biola ciptaan Wage Rudolf Supratman dan menetapkan bendera Merah
Putih sebagai bendera pusaka Indonesia. Kongres Pemuda II merupakan puncak dari masa
pergerakan nasional sehingga 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Ikrar dalam Kongres Pemuda II tersebut merupakan puncak dari persatuan golongan
pemuda pada masa pergerakan nasional. Ikrar tersebut disampaikan pada tanggal 28 Oktober,
sehingga itu ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda. Selain menghasilkan Sumpah
Pemuda, Kongres Pemuda II juga menetapkan bendera Merah Putih sebagai bendera
Indonesia.

Setelah kongres tersebut, bukan berarti perjuangan para pemuda ini berhenti. Pada
tanggal 25-29 Desember 1928, lahirlah organisasi Indonesia Muda. Indonesia Muda
merupakan fusi dari beberapa organisasi di antaranya adalah Jong Java, Jong Celebes,
Perhimpunan Indonesia dan Pemuda Sumatera. Kemudian gedung Indonesische Clubgebouw
sekarang dikenal dengan Museum Sumpah Pemuda.

Anda mungkin juga menyukai