Anda di halaman 1dari 2

GERAKAN ANTI ASING DI ASIA TENGGARA

Oleh: Adesta Feby Putri Setiadi (Ilmu Sejarah B/ 17407144022)

Menurut Horyarh, kolonialisme adalah bentuk dari dominasi yang dikendalikan oleh
individu atau kelompok atas wilayah tersebut atau perilaku dari kelompok lain. Individu atau
kelompok yang memiliki kekuatan yang lebih besar baik dalam hal ekonomi, militer, teknologi
maupun sumber daya dapat menguasai individu atau kelompok yang kekuatannya lebih kecil.
Kolonialisme tidak hanya memperluas kekuasaan dengan cara mengambil wilayah mereka, namun
juga menjadikan bangsa tersebut menganut sistem serta budaya yang dianut penjajah seperti
bahasa, nilai, norma, hukum, dan lain-lain. Mislanya tahun 1870, Belanda menjajah Indonesia dan
menerapkan politik pintu, dimana kegiatan ekonomi Indonesia ditangani pihak swasta untuk
menghapuskan sistem tanam paksa yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Pelaksanaan sistem
ini ditandai dengan keluarnya Undang-undang Agraria dan Undang-undang Gula. Sebelum
Belanda menjajah Indonesia, Indonesia tidak memilliki sistem politik pintu terbuka karena
sebelumnya Indonesia berupa kerajaan-kerajaan.
Faktor yang mempengaruhi bangsa Barat melakukan kolonialisasi yaitu dengan tujuan
utama “Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), dan Gospel (menyebarkan agama
Nasrani)”. Saat pasar di Eropa mulai mengalami krisis rempah-rempah, bangsa Portugis dan
Spanyol melakukan ekspedisi untuk menemukan tempat penghasil rempah-rempah. Bangsa
Portugis yang pertama kali melakukan kolonialisasi, sempat menduduki Maluku di Indonesia,
kemudian disusul oleh Spanyol. Namun bangsa Spanyol dan Portugis sepakat untuk melakukan
perjanjian sehingga Spanyol bergeser ke Filipina dan Sulu.
Pada abad ke-16, bangsa Perancis, Inggris dan Belanda mulai melakukan penjajahan di
negara-negara Asia Tenggara. Inggris merupakan pemegang kekuasaan terbanyak di Asia
Tenggara. Negara yang berada di bawah kekuasaan Inggris adalah Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, dan Burma. Indonesia pun pernah berada di bawah kekuasaan Inggris, namun
kemudian Indonesia dijajah oleh Belanda. Di pihak lain Prancis menguasai Laos, Vietnam, dan
Kamboja, sementara Filipina berada di bawah kekuasaan Spanyol. Di masa kolonialisme ini
negara-negara Asia Tenggara dieksploitasi baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusianya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan negara kolonial di Asia Tenggara.
Filipina yang awalnya berada di bawah kekuasaan Spanyol menjadi negara jajahan Amerika
Serikat. Kemudian Jepang juga ikut andil dalam menguasai sebagian besar wilayah-wilayah di
Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia. Namun, dengan adanya peristiwa pengeboman
pangkalan militer AS di Pearl Harbour yang dilakukan oleh Jepang, menjadi titik balik bagi
kolonialisme di Asia Tenggara. Momen tersebut dimanfaatkan oleh kaum nasionalis di Asia
Tenggara untuk meruntuhkan pemerintahan kolonial. Kolonialisme mulai berangsur-angsur hilang
sejak Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya di tahun 1945. Ini kemudian disusul oleh
kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara lainnya satu persatu. Sementara itu, hanya Thailand
yang tidak pernah dijajah oleh bangsa asing (bangsa barat) mana pun. Ada pendapat yang
menyebutkan bahwa Thailand memiliki kemampuan untuk beradaptasi secara lebih baik dengan
negara-negara kolonial tersebut dan pemimpinnya lebih terbuka dan pernah bersekolah di negara
barat.
Kolonialisasi mengakibatkan terjadinya dampak negatif dan positif, kolonialisasi
berdampak negatif atau buruk ketika munculnya penderitaan psikis dan fisik karena adanya
pengambilan hak penduduk secara paksa, hilangnya harta benda dan jiwa, perampasan kekayaan
sumber daya alam berupa rempah-rempah, perampasan ha katas tenaga sumber daya manusia,
sehingga mengakibatkan kemerosotan dalam bidang sosial, ekonomi, politik di wilayah
kolonialnya.
Sedangkan dampak positif dari kolonialisasi yaitu membuka pemikiran baru mengenai cara
menanam tumbuhan dengan jenis dan metode yang lebih modern, membuat aturan atau sistem
yang bisa menjadi cikal bakal dasar pemerintahan di daerah kolonial, mengadopsi teknologi dan
ilmu pengetahuan baru di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan, serta adanya akulturasi
budaya yang lebih maju dan berkualitas.

Sumber:
Breman, Jan., Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dan Tanam Paksa Kopi
di Jawa 1720-1870, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Horvarh, Ronald J., A Definition of Colonialism, Vol. 13 no. 1. 1972: 46.
Russel, Letty M., God, Glory, and Gender: A Postcolonial View of Mission, International Review
of Misiion, 2004.

Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh kolonialisasi bagi masyarakat pedalaman Asia Tenggara yang menolak akan
budaya asing?

Anda mungkin juga menyukai