Oleh :
Universitas Udayana
Daftar Isi
I. Daftar Isi
III. Pendahuluan
IV. Isi
Hukum Romawi
V. Penutup
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Pendahuluan
Perabadan bangsa Romawi bermula pada abad ke- 8 SM, ketika Romawi masih berupa
pemukiman kecil, di mana runtuhnya Kerajaan Romawi Barat pada tahun 5 AD, yang bertahan
lebih dari 1,200 tahun kemudian dipecah menjadi Romawi Barat dan Timur. Setengah bagian
Timur bertahan sebagai Kerajaan Byzantine, diperintah oleh Konstantinopel (Byzantium) dari
pada Romawi itu sendiri. Romawi secara tidak sengaja ditemukan pada tanggal 21 April oleh
Romulus (leluhur dari pahwalan Trojan, Aeneas).
Republik Romawi dari 509 SM – 27 SM dan yang terakhir masa Kekaisaran Romawi.
Dalam berkehidupan bermasyarakat, romawi menganut sistem hukum. Istilah hukum
Romawi meliputi sistem hukum Romawi. Perkembangan hukum Romawi telah berlangsung
selama ribuan tahun - dari Leges Duodecim Tabularum tahun 439 SM hingga Corpus Juris
Civilis (528–35 AD) yang diperintahkan oleh Kaisar Yustinianus I. Undang-undang
Yustinianus berlaku di Romawi Timur (331–1453), dan juga menjadi dasar hukum di Eropa,
bahkan hingga ke Ethiopia, Jepang, dan bekas koloni negara-negara Eropa.
Romawi Kuno adalah sebutan bagi peradaban bangsa Romawi mulai dari berdirinya
kota Roma di Jazirah Italia pada abad ke-8 pra-Masehi sampai dengan runtuhnya Kekaisaran
Romawi Barat pada abad ke-5 tarikh Masehi, yakni kurun waktu yang mencakup
zaman Kerajaan Romawi (753 – 509 SM), zaman Republik Romawi (509 – 27 SM), dan
zaman Kekaisaran Romawi sampai dengan tumbangnya Romawi Barat (27 SM – 476
M). Cikal bakal peradaban ini adalah salah satu permukiman suku bangsa Italik di Jazirah
Italia, yang didirikan pada tahun 753 SM, kemudian berkembang menjadi kota Roma. Nama
kota Roma adalah cikal bakal dari nama kekaisaran yang menjadikannya ibu kota, sekaligus
cikal bakal dari nama peradaban yang dikembangkan dan disebarluaskan oleh kekaisaran itu.
Kekaisaran Romawi tumbuh menjadi salah satu kekaisaran terbesar di dunia pada Abad Kuno,
dengan populasi seramai kira-kira 50 sampai 90 juta jiwa (sekitar 20% dari keseluruhan
populasi dunia pada zamannya), dan wilayah seluas 5 juta persegi pada tahun 117 M.
Sejarah dari Romawi Kuno dibedakan menjadi tiga masa, yaitu: monarki, republik dan
kekaisaran.
Pada abad ke - 8 SM, ketika Roma masih sebuah pemukiman kecil, runtuhnya kerajaan
barat pada tahun 5 AD, masa Romawi bertahan lebih 1,200 tahun lalu kemudian Romawi
dibagi menjadi Romawi barat dan Romawi timur. Setengah bagian Timur bertahan sebagai
Kerajaan Byzantine, diperintah oleh Konstantinopel (Byzantium) daripada Romawi itu sendiri.
Kota Romawi dipercaya ditemukan oleh Romulus (keturunan dari pahlawan Trojan, Aeneas)
pada tanggal 21 April 753 SM. Romulus nantinya dibunuh oleh saudara kembarnya, Remus
dalam sebuah pertengkaran, Romulus merupakan raja pertama dari ke tujuh raja yang pernah
memimpin Kerajaan Romawi. Ia juga dinobatkan sebagai the founding father Kota Romawi,
namun raja-raja yang memegang tahta setelah Romulus dicerca karena penyalahgunaan
kekuasaan. Setidaknya ada banyak raja di masa awal Kerajaan Romawi. Tujuh raja kerajaan
romawi yaitu:
Setelah Romulus, posisi raja diduduki oleh orang-orang dari Sabine, Latin dan keturunan dari
Etruscan. Posisi raja tidak diwarisi turun-temurun
Pada awalnya Romawi merupakan sebuah monarki yang dipimpin oleh seorang raja
(Latin: rex). Semua raja Romawi dipilih oleh rakyat Roma kecuali Romulus yang menjadi raja
sebab dia yang mendirikan Roma. Romawi memiliki dua bentuk pemerintahan yang berbeda
sampai abad 509 SM, Romawi berbentuk Monarki, dan struktur politik yang terdiri dari
seorang raja, senat, dan sebuah majelis. Di dalam sistem monarki Romawi Kuno, raja memiliki
tugas religius yang merupakan perantara utama antara masyarakat dengan para dewa, selain itu
raja juga berperan sebagai kepala tentara dan terlibat menyelesaikan sengketa antar warga.
Romulus, Victor atas Acron, mengangkut barang rampasan yang kaya ke kuil Jupiter
Dengan asumsi bahwa raja berdaulat penuh dan memegang kekuasaan tertinggi negara, maka
raja juga adalah sekaligus:
A. Kepala Pemerintahan
Jabatan lainnya yang ditunjuk oleh raja adalah praefectus urbi, yang bertindak sebagai
penjaga kota. Ketika raja sedang berada di luar kota, praefectus urbi memiliki semua kekuasaan
dan hak raja, bahkan diberikan imperium selama berada di dalam kota. Raja juga merupakan
satu-satunya orang yang bisa mengangkat bangsawan menjadi anggota senat.
B. Pemimpin Keagamaan
Raja memiliki hak pada auspicium atas nama Roma dan kepala augurnya, dan tidak ada
bisnis publik yang dapat dilaksanakan tanpa kehendak dewa menjadikan asupicium penting.
Orang-orang mengenal raja sebagai perantara antara manusia dengan dewa (pontifex,
"pembangun jembatan") dan dengan demikian mereka memandang raja dengan sangat religius.
Ini menjadikan raja sebagai pemimpin agama negara. Raja bisa mengatur kalender Romawi,
dia juga menyelenggarakan semua upacara keagamaan dan menunjuk pejabat keagaamaan
yang lebih rendah. Diceritakan bahwa Romulus merupakan pendiri jabatan augur sekaligus
merupakan augur terhebat. Demikian juga raja Numa Pompilius, yang mengembangkan dasar-
dasar dogma keagamaan Romawi.
C. Pemimpin Legislatif
Di bawah kepemimpinan raja, lembaga legislatif (Senatus dan Majelis Curiate) hanya
memiliki sedikit kekuasaan; mereka bukanlah lembaga yang independen karena mereka tidak
memiliki hak untuk berkumpul dan mendiskusikan masalah kenegaraan sesuai kehendak
mereka. Mereka hanya bisa berkumpul jika dipanggil oleh raja dan hanya boleh mendiskusikan
masalah sesuai keinginan raja. Walaupun begitu, Majelis Curiate memiliki hak untuk
meluluskan hukum yang diusulkan oleh raja, sedangan Senatus berfungsi sebagai dewan
kehormatan. Senat bertugas menasihati raja namun tidak bisa mencegah tindakan raja. Satu-
satunaya tindakan raja yang tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan Senatus dan Majelis
Curiate adalah menyatakan perang terhadap negara lain.
D. Hakim Agung
Memiliki imperium memjadikan raja berhak menentukan putusan dalam semua kasus
pengadilan, karena raja juga dapat berfungsi sebagai sebagai kepala keadilan Roma. Meskipun
raja bisa menunjuk pontiff (highest rank priest) untuk bertugas sebagai hakim dalam perkara-
perkara kecil, raja memiliki otoritas tertinggi dalam semua kasus yang dibawa ke hadapannya,
baik perkara pidana maupun perdata. Ini menjadikan raja sangat berkuasa baik dalam masa
damai maupun dalam masa perang. Beberapa sejarawan percaya bahwa keputusan raja tidak
dapat diganggu gugat dengan demikian tidak dapat dilakukan banding. Namun beberapa
sejarawan lainnya meyakini bahwa permohonan banding dapat diajukan pada raja oleh
kalangan bangsawan pada pertemuan Majelis Curiate. Untuk membantu raja, sebuah dewan
bertugas menasihati raja selama persidangan, tetapi rajalah yang berhak menentukan putusan
akhirnya. Raja juga menunjuk dua detektif kriminal (Quaestores Parridici) sebagai pengawas
pada kasus-kasus pengkhianatan. Menurut Livius, Tarquinius Superbus, raja ketujuh dan
terakhir Romawi, menghakimi kasus-kasus kriminal tanpa penasihat, sehingga menciptakan
ketakutan pada orang-orang yang hendak melawannya.
E. Senatus
Romulus mendirikan senat setelah dia mendirikan Roma. Dia memilih orang-orang dari
kaum bangsawan (orang-orang yang memiliki kekayaan dan istri serta anak yang sah) untuk
menjabat sebagai dewan kota. Dengan demikian, Senat adalah dewan penasihat raja. Senat
terdiri dari 300 orang Senator, di mana 100 orang Senator mewakili tiga suku kuno di Roma:
Ramnes (Latin), Tities (Sabin), dan Lukeres (Etruscan). Raja memiliki kekuasaan untuk
mengangkat Senator namun harus disesuaikan dengan adat kebiasaan. Dalam pemerintahan
monarki, Senat hanya memiliki sedikit kekuasaan dan kewenangan karena sebagian besar
kekuasaan dipegang oleh raja, selain itu raja dapat menjalankan semua kewenangannya tanpa
persetujuan Senat. Fungsi utama Senat adalah melayani raja sebagai penasihat dan koordinator
legislatif. Setelah undang-undang yang diusulkan oleh raja melewati Comitia Curiata, Senat
bisa menolaknya atau menyetujuinya sebagai hukum. Raja bisa meminta pertimbangan pada
Senat mengenai masalah tertentu namun pada akhirnya rajalah yang memutuskan. Raja
memiliki kewenangan untuk mengadakan rapat Senat kecuali selama interregnum, di mana
Senat bisa mengadakan rapatnya sendiri.
Senatus (Senat) pada masa monarki, awalnya berjumlah seratus warga yang
keseluruhannya merupakan anggota keluarga terkemuka yang disebut sebagai patres, yang
ditunjuk oleh raja. Di mana tugas para senat pada masa monarki Romawi sebagai penasehat
raja dan mendukung raja. Dan apabila raja meninggal maka senat dapat memegang kekuasaan
tertinggi melalui peralihan sampai raja baru diangkat.
Majelis di bawah monarki adalah the Comitia Curiata (sebuah lembaga majelis pada
zaman monarki Romawi Kuno). Di mana para majelis dibagi menjadi tiga puluh curiae (divisi
rakyat). Pada awalnya curiae (senator romawi kuno yang berkumpul di rumah senat mereka)
ditentukan berdasarkan kekerabatan, namun kemudian ditentukan oleh tempat tinggal. Di
dalam pelaksanaan pemungutan suara di majelis tidak dilakukan berdasarkan perhitungan
kepala, namun dilakukan dalam dua tahap, yaitu: orang yang melakukan pemilihan pertama
dimasukkan di curiae, kemudian orang yang melakukan pemilihan dari curiae dimasukkan ke
dalam Majelis. Fungsi yang dimiliki oleh the Comitia Curiata terutama dalam hal bidang
keagamaan dan termasuk pelantikan raja.
F. Pemilihan Raja
Ketika seorang raja mati, Romawi memasuki masa interregnum. Kekuasaan tertinggi
negara akan berpindah ke Senat, yang bertanggung jawab untuk mencari raja baru. Senat akan
berkumpul dan menunjuk salah satu anggotanya sendiri (interrex) untuk bertugas selama lima
hari dengan tujuan mengusulkan raja berikutnya. Setelah lima hari, seorang interrex (ruler
between kings) akan menunjuk (dengan persetujuan Senat) Senator lain sebagai interrex.
Proses ini akan terus berlanjut sampai raja yang baru terpilih. Setelah interrexmenemukan
calon yang cocok, ia akan mengusulkannya lalu Senat akan meninjau calon tersebut. Jika Senat
menyetujuinya, interrex akan memanggil Majelis Curiate untuk mengadakan sidang.
Setelah diusulkan kepada Majelis Curiate, rakyat Romawi dapat menerima atau menolaknya.
Jika diterima, raja terpilih tidak segera menjalankan tugas. Dia harus melalui dua proses lagi
sebelum mendapatkan kekuasaan penuh. Pertama, raja harus menjalani upacara keagamaan
yang dipimpin oleh seorang augur. Kedua, pemberian kewenangan dari Majelis Curiate
kepada raja terpilih.
Republik Romawi adalah fase dari Kebudayaan Romawi kuno yang ditandai dengan
bentuk pemerintahan republik. Periode Republik Romawi dimulai dari penggulingan Kerajaan
Roma (509 SM), dan diikuti oleh berbagai perang saudara. Pada masa Republik Romawi pula
terjadi perang terkenal yang bernama Perang Punic antara Republik Romawi
dengan Kekaisaran Kartago. Bangsa Latin yang awalnya menempati wilayah Romawi dengan
pola kehidupan yang mengandalkan berlimpahnya alam dengan cara bertani dan beternak,
namun sejak kedatangan Yunani, Etruscan dan Kartago mengubah pola hidup semula dan
mencoba mengadopsi semua ilmu dan teknologi yang diperolehnya. Terusirnya bangsa
Etruscan, bangsa Roma membentuk sistem pemerintahan dalam bentuk Republik yang terdiri
dari negara-negara kota seperti polis di Yunani.
Masing-masing kelompok memiliki ciri khas tersendiri, Patricia terdiri dari penguasa
tanah yang besar sedangkan Plebeia terdiri dari golongan masyarakat kecil dan menengah
(pedagang, seniman, petani). Walaupun jumlah Patricia sangat sedikit (8% dari jumlah bangsa
Romawi) dominasi kaum Patricia dalam pemerintahan sangat berpengaruh sehingga republik
ini disebut pula Republik kaum Patricia atau bisa dikenal dengan Republik Oligarki yang
dikuasi oleh beberapa kelompok. Lima tahun sejak kemenangan Romawi atas Etrusci, bentuk
pemerintahan diubah dari negara kota menjadi imperium yang dipimpin oleh dua orang konsul.
Kedua konsul diharuskan dari golongan Patricia dan memiliki kekuasaan yang sama dan dapat
memveto satu sama lainnya. Sebagai penasihat konsul dibentuklah lembaga penasehat (Senat),
lembaga perwakilan distrik (Comitia Curiata) dan lembaga perwakilan pemimpin militer
(Comitia Centuriata).
Golongan Plebea mengajukan petisi persamaan haknya dengan Patricia dalam hal
berpolitik, maka dibentuklah Tribunate of Plebeai yang memperbolehkan hak veto dari
Comitia Curiata kepada Senat dan Comitia Centuriata. Orang Romawi percaya bahwa negara
yang baik harus dikuasai dengan imperium, dengan kepercayaan ini Romawi mengembangkan
wilayahnya ke luar wilayah Romawi. Setelah kemenangan Romawi atas Yunani timbullah
kepercayaan diri dan membangun kekuatan militer untuk memukul mundur pasukan Phunisia
(Phoenix), yaitu Kartago dari Afrika Utara. Pemerintah republik Romawi merupaka sesuatu
oligarkhi karenan memduduki posisi penting dalam pemerintahan adalah sekelompok kecil
orang-orang dari golongan Patricia. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memberikan
kesempatan yang sama bagi golongan Plebea duduk dalam lembaga pemerintahan maka
dibuatlah undang-undang Pertama Roma yang dikenal dengan “The Twelve Table” Di dalam
Romawi Kuno berbentuk republik terdapat dua jenis majelis, yaitu Comitia Centuriata dan
Comitia Tribute. Comitia Centuriata awalnya majelis dari orang Romawi dalam kesatuan
perang militer tapi mereka segera berubah menjadi majelis politik. Di dalam Comitia
Centuriata seorang magistrates yang tertinggi terpilih dan dipilih dan pengambilan suara
mengenai rancangan undang-undang dimana magistrates telah menyampaikan kepada majelis,
dan jika rancangan undang-undang disetujui maka hukum (lex, Plural; Leges) diberikan nama
sesuai dengan magistrates yang mengusulkan rancangan undang-undang tersebut. Comitia
Tribute adalah majelis dari penduduk sebagai warga negara Romawi. Di dalam majelis ini
pemberi suara diberikan per tribus. Tugas dari Comitia Tribute termasuk memilih magistrates
kecil, misalnya; diajukan undang-undang, dan pemilihan suara pada hukum yang memiliki
sedikit kepentingan politik.
Di dalam sistem republik Romawi Kuno, senat yang terdiri dari tiga ratus warga negara,
di mana mereka adalah anggota yang paling sangat dihormati masyarakat dan sebagai simbol
tertinggi dan tidak ada batas waktu untuk keanggotaan senat atau senator yang diangkat seumur
hidup difungsikan sebagai dewan penasehat serta dilibatkan dalam legislasi dan juga memiliki
semua jenis fungsi administrasi. Kemudian keputusan-keputusan majelis yang menyangkut
hukum, pemilihan hakim dan lain-lain, dianggap tidak berlaku sampai diratifikasikan oleh
senat. Fungsi senat juga menyangkut tentang keagamaan di negara bagian Dan mengawasi
aerarium (harta negara pada jaman Romawi Kuno) dan perbendaharaan, kemudian senat juga
bertanggung jawab terhadap hubungan kebijakan luar negeri, di mana senat menerima utusan,
dan dapat menyatakan perang dan berdamai. Sebelum 367 Sebelum Masehi tidak ada putusan
umum mengenai Magistratur. Sampai saat ini telah terjadi beberapa variasi magistrate dengan
berbagai tingkatan kekuasaan; ini termasuk pretor (jabatan pada masa Romawi Kuno), consul
(suatu pejabat politik yang terpilih tertinggi pada masa Romawi Kuno), tribuns militum (suatu
jabatan dari seorang perwira tentara Romawi Kuno dibawah peringkat duta, sebagai tempat
batu loncatan menuju senat) dan decemviri (sepuluh anggota dewan tetap atau komisi khusus,
khususnya mengenai komisi yang menyusun code pertama Hukum Romawi).
Lembaga Politik
1. Senat
Senat memiliki wewenang yang disebut Senatus Consultum, yaitu pertimbangan senat
untuk hakim dan biasanya dipatuhi oleh para hakim. Meskipun secara teknis tidak punya
peran resmi dalam konflik militer, pada praktiknya senat adalah pihak yang mengawasi
urusan-urusan seperti itu. Senat juga mengatur administrasi masyarakat sipil. Persyaratan
untuk menjadi seorang senator yaitu memiliki tanah senilai minimal 100.000 denarii, terlahir
dari golongan bangsawan, dan telah memegang jabatan publik minimal sekali.
2. Dewan Legislatif
3. Dewan Centuria
4. Dewan Suku
Dewan suku (Comitia Tributa) dipimpin oleh seorang konsul dan terdiri dari tiga
puluh lima suku. Suku-suku tersebut tidak didasarkan pada pertalian etnik atau kekerabatan
tetapi lebih kepada pembagian wilayah geografis. Dewan suku berwenang
memilih quaestor, curule, aedile, dan tribunal militer.
5. Dewan Pleb
Dewan Pleb adalah perwakilan dari kelompok Pleb. Mereka memilih pejabat mereka
sendiri, tribunal pleb, dan tribunal aedile. Biasanya tribunal pleb yang memimpin Dewan
Pleb. Kelompk ini bisa bertindak sebagai pengadilan banding.
6. Hakim Eksekutif
Tiap hakim dapat membatalkan keputusan dari hakim yang setara atau di bawah
tingkatannya, tribunal pleb dan tribunal aedile. Hakim-hakim terdiri dari konsul, praetor,
censor, aedile, quaestor, tribunal, dan diktator.
1. Konsul
Konsul merupakan jabatan 1 tahun. Konsul berjumlah 2 orang. Tiap-tiap konsul
memiliki hak untuk saling memveto sehingga keputusan penting harus didukung oleh
kedua orang tersebut. Konsul juga merupakan panglima angkatan perang. Dalam,
keadaan darurat perang, dengan persetujuan senat, konsul dapat menyerahkan
kekuasaan hanya ke tangan satu orang yang disebut diktator. Pengertian diktator sangat
berbeda dengan diktator zaman sekarang. Pada zaman Romawi Republik, diktator
menjaga kekuasaan secara konstusional dalam waktu pendek paling lama 6 bulan.
2. Senat
Senat adalah dewan yang anggotanya hanya terdiri atas orang-orang patricial,
berjumlah 300 orang dan berasal dari mantan pejabat konsul. Konsul tunduk pada senat.
Senat juga memiliki hak veto terhadap keputusan majelis. Senat memiliki pengaruh
yang sangat besar di Romawi.
3. Romawi
Majelis adalah lembaga yang anggotanya berasal dari golongan Patricia dan Plebea.
Tugas majelis adalah memilih penjabat konsul dan pejabat-pejabat yang lain serta
menyetujui atau menolak perundang-undangan yang diajukan oleh konsul atau senat.
Pada awal pemerintahan, Republik Roma merupakan suatu oligarki. Hal ini karena
yang menduduki posisi hal penting dalam pemerintahan adalah sekelompok kecil orang
di golongan Patricia. Dalam perkembangannya, untuk memberikan kesempatan yang
sama bagi golongan Plebea duduk dalam lembaga-lembaga pemerintahan, dibuatlah
perundang-undangan pertama roma yang tertulis tahun 449 SM. Undang-undang
tersebut dikenal sebagai The Law of Twelve Table
c. Zaman Kekaisaran
Pemerintahan Kekaisaran Romawi bertahan selama kira-kira 500 tahun. Dua abad
pertama kekaisaran ditandai dengan periode kemakmuran dan kestabilan politik yang belum
pernah terjadi sebelumnya, yang dikenal dengan Pax Romana atau "Perdamaian Romawi".
Setelah kemenangan Oktavianus, luas Kekaisaran meningkat secara drastis. Setelah
pembunuhan Caligula pada tahun 41, Senat dianggap berkeinginan untuk memulihkan
kekuasaan Republik, tetapi Garda Praetorian memproklamirkan Claudius sebagai kaisar. Di
bawah pemerintahan Claudius, Kekaisaran melakukan perluasan besar-besaran pertamanya
sejak Augustus. Setelah penerus Claudius, Nero, memutuskan bunuh diri pada tahun 68,
Kekaisaran mengalami masa perang saudara singkat dan terjadinya pemberontakan besar di
Yudea, ketika empat jenderal legiun berbeda menyatakan diri sebagai
Kaisar. Vespasianus berhasil meraih kemenangan pada tahun 69 dan mendirikan Dinasti
Flavianus, sebelum digantikan oleh putranya Titus, yang membuka Colosseum tak lama
setelah meletusnya Gunung Vesuvius. Masa jabatannya yang singkat diteruskan oleh
saudaranya Domitianus, yang memerintah selama 15 tahun sebelum akhirnya dibunuh pada
tahun 96. Senat kemudian menunjuk kaisar pertama dari Lima Kaisar Baik. Kekaisaran
Romawi mencapai masa kejayaannya di bawah pemerintahan Trajanus, kaisar kedua
dari dinasti Nerva-Antonine.
Kekaisaran Romawi merupakan salah satu kekuatan ekonomi, budaya, politik, dan
militer paling berpengaruh di dunia pada masanya. Kekaisaran ini menjadi kekaisaran terbesar
pada masa antikuitas klasik dan salah satu kekaisaran terluas dalam sejarah dunia. Pada masa
pemerintahan Trajanus, luas wilayah Kekaisaran mencapai 5 juta kilometer persegi dan
menjadi penguasa bagi hampir 70 juta penduduk, atau 21% dari keseluruhan penduduk dunia
pada saat itu. Usianya yang panjang dan wilayahnya yang luas mengakibatkan pengaruh
Kekaisaran Romawi seperti bahasa Latin dan Yunani, budaya, agama, penemuan, arsitektur,
filosofi, hukum, dan bentuk pemerintahan bertahan abadi di negara-negara penerusnya. Pada
masa abad pertengahan Eropa, upaya bahkan dilakukan untuk mendirikan penerus Kekaisaran
Romawi, termasuk negara Tentara Salib, Kekaisaran Rumania, dan Kekaisaran Romawi Suci.
Melalui penjelajahan yang dilakukan oleh Imperium
Spanyol, Prancis, Portugis, Belanda, Italia, Jerman, Britania, dan Belgia, kebudayaan Romawi
dan Yunani, atau yang saat ini dikenal dengan kebudayaan Barat, ikut tersebar ke seluruh dunia
dan berperan penting dalam perkembangan dunia modern.
- 98–117 Trajanus
- 284–305 Diokletianus
- 306–337 Konstantinus I
- 379–395 Theodosius I
Diocletianus
Konstantin agung
Thedosius, menetapkan agama Kristen sebagai agama negara dan membagi wilayah
kekaisaran untuk kedua putranyaa. Kekaisaran Romawi Barat dengan ibukota Roma diberikan
kepada Honorius, dan Archadius berkuasa di Romawi Timur dengan ibukotanya
Konstatinopel.
Dilantiknya Octavianus menjadi kaisar (penguasa tunggal) menjadikan bentuk pemerintahan
Romawi menjadi kekaisaran dengan Octavianus sebagai kaisar yang pertama. Keadaan negara
pada zaman ini dinamakan Pax Romana, artinya Roma yang damai. Octavianus memiliki
kekuasaan tunggal atas Imperium Romawi yang memiliki kekuasaan absolut. Ia tidak hanya
penguasa dalam bidang pemerintahan dan politik namun juga sebagai kepala agama.
Pembaharuan pun dilakukan dengan baik, Kota Roma dilengkapi polisi dan pemadam
kebakaran, meningkatkan subsidi gandum, membangun arena olahraga, dan membangun kuil.
Setelah Octavianus meninggal, kekuasaan diserahkan kepada Tiberius (14 - 37 M). Pada
masa ini timbul penyebaran agama Kristen oleh Nabi Isa (Yesus Kristus). Agama Kristen
mengajarkan monotheisme dan tidak mendewakan manusia. Karena demikian, kaum Kristen
dianggap sebagai pemberontak yang akan menjadi raja maka Yesus Kristus pun dihukum mati
dengan cara disalib dan penganutnya ditindas.
Konstantin Agung memindahkan ibukota dari Roma ke Konstantinopel. Keputusan ini
merupakan awal yang tidak baik bagi kekuasaan Imperium Romawi. Pada tahun 400 M,
pecahlah kekuasaan Romawi menjadi dua bagian, yaitu Imperium Romawi Barat dengan
ibukota Roma dan Imperium Romawi Timur dengan ibukota Konstantinopel. Tahun 476 M
Imperium Romawi Barat hancur oleh penyerangan bangsa Jerman. Keruntuhan Romawi Barat
tidak memengaruhi keamanan Romawi Timur, bahkan sempat mengalami kejayaan pada masa
Kaisar Yusthianus tahun 527-563 M. Pada tahun 1543 Imperium Romawi Timur hancur oleh
serangan bangsa Turki.
Pada abad 754-449 Sebelum Masehi, hukum Romawi Kuno disebut Ius Quiritium yang
kemudian juga disebut sebagai Ius Civile atau Hukum Civil Romawi yang digunakan hanya
oleh masyarakat Romawi Kuno yang dibentuk dengan berbagai cara , yaitu oleh adat, Undang-
Undang, keadilan administrasi dan penafsiran dari hukum.
Kemudian pada masa awal republik Romawi Kuno, Romawi Kuno mengenal Undang-Undang
yang disebut dengan The Law of Twelve Tables (Hukum Table Dua Belas) yang berisikan
tentang:
Kemudian selain Dua Belas Tabel, pada masa Romawi Kuno juga terdapat prosedur dalam
proses hukum dikenal dengan nama Prosedur Sipil (Civil Procedur) yang memiliki 3 bentuk
yaitu:
3. Cognition Extraordinaria
The legis Actiones secara harfiah merupakan tindakan berdasarkan hukum, yang
merupakan bentuk tertua dari gugatan/tuntutan hukum, yang dilakukan secara lisan dam dibagi
menjadi dua tahap, yaitu: tahap pertama (in iure) awalnya mengambil tempat dihadapan Paus/
pendeta tinggkat tinggi (pontiff), yang memutuskan apakah pihak-pihak yang dapat mengambil
tindakan hukum, dan kemudian dilakukan dengan cara apa. Tahap kedua (apud iudicem) bukti
telah disampaikan kepada Hakim (iudex/judge) yang mengucapkan vonisnya.
Sejarah perdagangan yang ada di muka bumi, tentunya kita pasti akan mendengarkan
orang-orang terdahulu mengatakan sistem barter. Pada sistem barter ini terdapat berbagai
kesulitan para pihak yang ingin bertransaksi yaitu :
1. Salah satu pihak harus mempunyai barang yang diminta oleh pihak yang lain dan nilai
pertukarannya kira kira harus sama
2. Barang yang akan dipertukarkan harus dapat dibagi-bagi
Sehingga sejarah dan perkembangan hukum dagang dimulai sejak Abad VI (sekitar
tahun 527-533 SM) di Romawi yang ditandai dengan berlakunya suatu undang undang yang
disebut dengan Corpus Juris Civilis. Dalam sejarah hukum Romawi hubungan antar warga
diatur dalam Corpus Juris Civilis yaitu hasil karya perundang undangan ini mengatur hubungan
keperdataan antar warga. Hubungan antar pedagang diatur berdasarkan kebebasan berkontrak
dan putusan pengadilan dagang. Hal inilah yang dijadikan hukum kebiasaan oleh para
pedagang dan penduduk dalam melakukan transaksi dagang saat itu.
1. Corpus Juris Civilis pada hakikatnya mengatur mengenai hubungan keperdataan antar
warga yang terbentuk terdiri dari;
2. Codex Justiani sebagai kumpulan undang – undang (leges lex) yang berlaku dan terdiri
dari hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara, dan hukum tata usaha negara
3. Digesta (pandectae) sebagai kumpulan petikan karangan para ahli hukum.
4. Institiones sebagai kitab pelajaran hukum
5. Novellae sebagai kumpulan undang – undang yang dikeluarkan setelah codex selesai
berlaku
Kewarganegaraan di Roma kuno (Latin: civitas) adalah status politik dan hukum
istimewa yang diberikan kepada individu bebas sehubungan dengan hukum, properti, dan
pemerintahan.
Warga negara Romawi laki-laki menikmati berbagai hak istimewa dan perlindungan
yang ditentukan secara rinci oleh negara Romawi. Seorang warga negara dapat, dalam keadaan
tertentu tertentu, dicabut kewarganegaraannya.
Warga negara dan sekutu negara klien (masyarakat) Roma dapat menerima bentuk
kewarganegaraan Romawi yang terbatas seperti Hak Latin. Warga negara seperti itu tidak dapat
memilih atau dipilih dalam pemilihan Romawi.
Orang-orang bebas adalah mantan budak yang telah mendapatkan kebebasan mereka.
Mereka tidak secara otomatis diberi kewarganegaraan dan tidak memiliki beberapa hak
istimewa seperti mencalonkan diri sebagai magistrasi eksekutif. Anak-anak orang merdeka dan
perempuan dilahirkan sebagai warga negara bebas; misalnya, ayah dari penyair Horace adalah
seorang yang merdeka.
Budak dianggap properti dan tidak memiliki kepribadian hukum. Seiring waktu, mereka
memperoleh beberapa perlindungan di bawah hukum Romawi. Beberapa budak dibebaskan
oleh manumisi untuk layanan yang diberikan, atau melalui ketentuan wasiat ketika tuan mereka
meninggal. Setelah bebas, mereka menghadapi beberapa hambatan, di luar keangkuhan sosial
normal, untuk berpartisipasi dalam masyarakat Romawi. Prinsip bahwa seseorang bisa menjadi
warga negara dengan hukum daripada kelahiran diabadikan dalam mitologi Romawi; ketika
Romulus mengalahkan para Sabine dalam pertempuran, dia berjanji para tawanan perang yang
ada di Roma mereka bisa menjadi warga negara.
Cursus honorum (Latin: lit. "course of honor", atau lebih tepatnya "tangga kantor";
pengucapan Latin: [ˈkʊr.sʊs hɔˈnoː.rʊ̃]) adalah urutan berurutan dari kantor publik yang
diselenggarakan oleh calon politisi di kedua negara Romawi. Republik dan Kekaisaran
Romawi awal. Itu dirancang untuk pria berpangkat senator. Cursus honorum terdiri dari
campuran pos administrasi militer dan politik. Setiap kantor memiliki usia minimum untuk
pemilihan. Ada interval minimum antara memegang kantor berturut-turut dan undang-undang
melarang pengulangan kantor.
Konstitusi Republik Romawi tidak formal atau bahkan resmi. Konstitusinya sebagian
besar tidak tertulis, dan terus berkembang sepanjang kehidupan Republik. Sepanjang abad ke-
1 SM, kekuatan dan legitimasi konstitusi Romawi semakin terkikis. Bahkan konstitusionalis
Romawi, seperti senator Cicero, kehilangan kesediaan untuk tetap setia pada akhir republik.
Ketika Republik Romawi akhirnya jatuh pada tahun-tahun setelah Pertempuran Actium dan
Mark Antony bunuh diri, yang tersisa dari konstitusi Romawi mati bersama dengan Republik.
Kaisar Romawi yang pertama, Augustus, berusaha memproduksi tampilan konstitusi yang
masih memerintah Kekaisaran, dengan memanfaatkan institusi konstitusi itu untuk
memberikan legitimasi kepada Principate,.menggunakan kembali hibah imperium yang lebih
besar sebelumnya untuk memperkuat imperium Augustus yang lebih besar atas provinsi-
provinsi Kekaisaran dan prorogasi dari berbagai magistrasi untuk membenarkan penerimaan
kekuasaan tribunisi oleh Augustus. Kepercayaan pada konstitusi yang bertahan bertahan lama
dalam kehidupan Kekaisaran Romawi.
Daftar Pustaka
Adkins, Lesley dan Roy Adkins. 1998. Handbook to Life in Ancient Rome. Oxford : Oxford
University Press
Flower (editor). Harriet I. 2004. The Cambridge Companion to the Roman Republic.
Cambridge : Cambridge University Press
Hendrayana. 2009. Sejarah 1: Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1 Kelas X.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, P.202
Wijaya Hendra, Made. 2017. Bentuk Penerapan Sistem Negara Hukum pada Zaman Klasik
(Zaman Yunani Kuno dan Zaman Romawi Kuno).Denpasar : Universitas Dwijendra
Abbott, Frank Frost. 1906. 1860-1924 : A Handbook for The Study of Roman History, to
Accompany Abbott’s Short History of Rome. Chicago, Scott, Foresman and Company
Abbott, Frank Frost. 1911. 1860-1924 : A History and Description of Roman Political
Institutions. Cambridge : Harvard University Press