Anda di halaman 1dari 22

Telaah & analisa Buku

History of The Arabs karya Philip K. Hitti

diajukan sebagai tugas Ujian Akhir Semester


Matakuliah Sejarah dan Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Dr. H. Ma’shum Nur Alim, M.Ag

Oleh:
I’is Mahisoh
FO.8.4.10.273

Konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab


PROGRAM PASCASARJANA
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Januari 2011
Daftar Isi

A. PENGANTAR .......................................................................................... 1

B. BIOGRAFI SINGKAT PHILIP K. HITTI ............................................... 2

C. SISTEMATIKA BUKU HISTORY of THE ARABS ................................. 4

D. PENUTUP................................................................................................. 15

Bibliografi
A. PENGANTAR

Tidak ada sejarawan agama dan peradaban yang seserius Philip K.

Hitti dalam menuliskan bangsa Arab. Bahkan dari tanah Arab sekalipun. Buku

History of Arabs (2005) membuktikan hipotesa tersebut. Buku klasik ini

merupakan karya besar dan referensi wajib bagi kalangan pembaca umum

maupun kalangan akademis.

Lewat bukunya, Philip K. Hitti mengemukakan bahwa bangsa Arab

dan agama Islam membentuk sebuah infrastuktur pengetahuan yang

seluruhnya sangat penting. Oleh sebab itu, ia menelaah lewat pengkajian

mendalam selama kurang lebih satu dasawarsa. Ini dilakukan untuk

memahami berbagai perkembangan terkini di dunia Arab dan Muslim, yang

melingkupi rentang waktu sejarah lebih dari satu milenium sejak masa pra-

Islam hingga penaklukan bangsa Turki Utsmani atas dunia Arab pada awal

abad ke-16 .

Beberapa kalangan berpendapat bahwa buku klasik ini merupakan

karya besar dan referensi wajib bagi kalangan pembaca umum maupun

kalangan akademis.

Berikut adalah ulasan singkat mengenai buku History of the Arabs

yang mencakup gambaran isi buku dan sedikit perbandingan serta kritik

terhadap paparan data. Tidak lupa terdapat pemaparan biografi singkat Philip

K. Hitti yang di ambil dari berbagai sumber.


B. SEKILAS BIOGRAFI PHILIP K. HITTI

Philip Khoury Hitti lahir di kota Shimlan Lebanon pada tahun 1886.

Ia merupakan seorang sarjana Timur yang memperkenalkan kajian dunia Arab

di Barat (Amerika Serikat).

Hitti belajar di sekolah misi Amerika Presbyterian di Suq al-Gharb.

Kemudian ia kuliah di American University yang terletak di kota Beirut untuk

mendapatkan gelar Sarjana. Setelah lulus pada tahun 1908 ia mengajar di

Universitas Amerika Beirut sebelum pindah ke Columbia University di mana

ia mengajar bahasa Semit dan memperoleh gelar PhD pada tahun 1915.1

Setelah Perang Dunia I ia kembali ke American University di kota

Beirut dan mengajar di universitas tersebut sampai 1926. Pada bulan Februari

1926 ia ditawari jabatan sebagai rektor di Princeton University New Jersey.

Hitti menerimanya dan jabatan tersebut ia pegang hingga pensiun pada tahun

1954.

Selain itu, Hitti mempunyai dua jabatan penting pada periode ini,

yakni sebagai Profesor Sastra Semit dan sebagai Ketua Departemen Bahasa

Oriental (bahasa dan sastra Timur). Setelah pensiun formal ia menerima posisi

di Universitas Harvard. Dia juga mengajar di sekolah-sekolah musim panas di

University of Utah dan di George Washington University di Washington DC.

Selanjutnya ia menjabat sebagai peneliti di Universitas Minnesota.

1
www.wikipedia.org diakses 15 januari 2011.
Phillip K. Hitti adalah penulis buku spesialis sejarah negara-negara

Arab dan peradaban lainnya. Tulisan dan hipotesanya memperbanyak khasanah

sejarah yang membuat pembaca makin kaya. Ini tentu bukan pekerjaan mudah

sebab menulis sejarah dengan serius dan komprehensif di samping memerlukan

ketrampilan dan keberanian juga kapital yang banyak agar mampu

mengumpulkan data yang cukup. Sejarahwan adalah pekerjaan sedikit orang, dan

dari golongan yang sedikit serta sangat berpengaruh di dunia kajian Islam

tersebut adalah Phillip K Hitti. Berikut adalah buah karya Philip K Hitti dalam

dunia sejarah Arab dan Islam.

 The Syrians in America (1924)


 The origins of the Druze people and religion: with extracts from their
sacred writings (1928)
 An Arab-Syrian Gentlemen in the Period of the Crusades: Memoirs of
Usamah ibn-Munqidh(1929)
 History of the Arabs (1937)
 The Arabs: a short history (1943)
 History of Syria: including Lebanon and Palestine (1957)
 Syria: A Short History (1959)
 The Near East in History (1961)
 Islam and the West (1962)
 Lebanon in History (1967)
 Makers of Arab History (1968)
 Islam: A Way of Life (1970)
 Capital cities of Arab Islam (1973)

Pada 1940 Philip K. Hitti dinobatkan oleh New York World’s Fair

sebagai imigran AS yang memberikan kontribusi berharga bagi demokrasi


Amerika. Pada tahun 1945 ia menjabat sebagai penasihat delegasi Arab pada

Konferensi San Francisco yang dihelat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dapat dikatakan bahwa Philip Hitti menciptakan disiplin studi Arab

di Amerika Serikat tanpa bantuan siapapun. Satu lagi gelar Doktor (Honoris

Causa) didapatkan oleh Hitti dari Princeton University pada 1966, yakni

Doktor Sastra. Ia meninggal pada tahun 1978 di Princeton New Jersey.2

C. SISTEMATIKA BUKU HISTORY OF THE ARABS

Buku History of The Arabs edisi ke 10 yang diterbitkan oleh

Macmillan Press ini terdiri dari 846 halaman yang terdiri dari: (a) 24 halaman

pembuka yang berisi kata pengantar mulai edisi pertama hingga edisi terakhir,

daftar isi, daftar ilustrasi, daftar gambar, dan daftar peta; (b) 758 halaman isi;

dan (c) 64 halaman index nama tokoh, tempat dan kota yang di ulas dalam

buku.

Buku ini terdiri dari 52 bab (chapter) yang terpecah ke dalam enam

bagian (parts). Bagian pertama sampai dengan ke lima merupakan inti dari

buku ini karena bagian- bagian tersebut membahas periode Arab yang utama

yakni mulai masa pra Islam hingga akhir kerajaan Mamaluk. Dapat dikatakan

bahwa sekitar 90 persen bagian di buku ini membahas periode Arab -Islam.

Pembahasan di awali asal-usul bangsa Arab, hubungan bilateral antar


negara-negara arab, kemunculan Muhammad SAW, kelahiran Islam, dan masa
pemerintahan Khulafa al-Rasyidin, merupakan bagian inti dari bagian satu dan
dua dari buku ini.

2
Philip K. Hitti, History of The Arabs, (London: The Macmillan Press ltd, 1974), ix.
Kemudian pada bagian selanjutnya pemaparan tersebut diatas diikuti

oleh pembahasan mengenai kemunculan dan kejatuhan dua kekhalifahan

utama bangsa Arab, yaitu Dinasti Umayyah (661-750) di Damaskus dan

Dinasti Abbasiyah (750-1258) di Baghdad, beserta kerajaan-kerajaan filial

disekitar Dinasti Abbasiyah. Bagian ke tiga merupakan bagian terpanjang dari

buku ini, hal ini tidak lepas dari rentang kekuasaan dinasti Abbasiyah dan

Umayyah yang panjang; serta berbagai kemajuan yang dicapai pada masa

tersebut.

Bagian ke empat dari buku ini membahas peran bangsa Arab- Islam

di luar tanah kelahirannya: yakni di Spanyol dan Sicilia, baik ketika berada

dibawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah maupun ketika berdiri sendiri sebagai

Dinasty Umawiyah jilid II. Jauh melintasi Afrika Utara, peradaban Arab-

Islam berkembang dan menguat menjadi pembaharu dan pencerah Eropa abad

pertengahan.

Bagian ke lima membahas kerajaan-kerajaan kecil Islam di berbagai

belahan dunia yang berkuasa pada abad pertengahan seperti mesir. Bagian ini

dengan rinci membahas fase peralihan Arab- Islam menuju masa modern yang

diwarnai dengan perang salib.

Buku ini di akhiri dengan bagian ke enam (chapter 50-52) yang

membahas perkembangan dunia modern Islam yang meliputi kekhalifahan

Islam terakhir yakni Turki Usman, kondisi negara-negara bekas pusat

pemerintahan Islam, dan pengaruh budaya barat terhadap dunia Islam. Kajian

sosial, politik dan budaya moden terasa kental pada bagian ini.
Berbagai pembahasan dalam buku ini diperkaya dengan 69 ilustrasi

bangunan, gambar keping uang logam, potret wajah tokoh atau karyanya.

Selain itu terdapat 22 peta yang membantu memperjelas gambaran geografis

masing masing tempat yang dibahas dalam buku ini.

Sebagai literatur ilmiah dan sumber informasi, buku ini dilengkapi

lebih dari 2000 catatan kaki yang memuat sumber-sumber data baik yang

berbahasa Arab maupun dari bahasa lain untuk menjamin akurasi data. Selain

itu untuk memudahkan pencarian data, buku ini juga dilengkapi dengan anak

judul atau poin-point pokok setiap bahasan yang di tempatkan di margin tepi

setiap halaman.

Berikut adalah pemaparan rinci pembahasan masing masing bagian

yang di sertai dengan analisa dan kritik singkat terhadap paparan data yang di

kemukakan oleh Philip K. Hitti.

D. ANALISA BUKU HISTORY of THE ARABS

1. Part I (Chapter 1-7; hal 1-108)

Philip K. Hitti melakukan telaah serius selama sepuluh tahun untuk

menghimpun data-data historis tentang Arab-Islam. Ia merasa tak puas jika

hanya mengungkap data-data historis seputar pergantian penguasa yang

berlangsung di dunia Arab-Islam. Ia melacak lebih jauh pada kondisi pra-

sejarah bangsa Arab, termasuk kondisi geologi dan geografinya.

Bagian pertama terdiri dari tujuh bab yakni (a) bangsa Arab sebagai

bagian dari ras Semit; (b) kondisi geografis semenanjung arab; (c) kehidupan
suku Badui Arab; (d) hubungan internasional antar bangsa Arab masa pra –

islam; (e) Kerajaan Saba’ dan kerajaan lain di wilayah selatan Jazirah Arab;

(f) Kerajaan Nabatea dan kerajaan lain di wilayah utara dan tengah Jazirah

Arab; dan (g) daerah Hijaz menjelang datangnya Islam.

Dengan lugas, Hitti mengungkapkan di chapter I bahwa bangsa Arab

kurang mendapat perhatian. Sehingga pengetahuan yang dimiliki dunia luar

terutama negara-negara Barat tentang kondisi riil Semenanjung Arab, serta

kajian serius tentangnya hanya sedikit sekali di masa modern.

Jelas sekali bahwa pada saat itu Hitti berbicara atas nama dunia

Barat, karena para ulama Islam sendiri telah menerbitkan berbagai buku

Sejarah Islam yang di awali keterangan dan kondisi semenanjung arab pada

masa pra Islam. Literatur yang ada tersaji dalam bahasa Arab dan literatur-

literatur yang dapat di pahami dunia Barat masih minim dan kurang rinci.

Oleh sebab itu tidak heran Hitti mengatakan ‚yet what its known about it is

out of all proportion to what is unknown.3

Beberapa fenomena dunia Arab yang di ungkap Hitti adalah (a) asal-

usul bangsa Arab yang berasal dari bangsa Semit, bahkan peradaban

Babilonia, Assyria, Phoenesia dan Ibrani bersumber dari Arab kuno yang

bermigrasi ke lembah Bulan Sabit Subur; (b) Arab sebagai tempat kelahiran

para penakluk dunia yang hebat karena mereka tidak hanya menaklukkan

suatu daerah tapi juga membangun peradaban disana4; (c) Arab sebagai

tempat kelahiran Islam, agama monotheis terakhir yang menjadi penerus


3
Ibid., 3.
4
Ibid., 4.
agama Kristen dan Yahudi; (d) peran bahasa arab di masa modern; (e)

eksplorasi Eropa klasik terhadap Semenanjung Arab.

Dalam bagian ini Hitti tidak mengungkapkan bahwa menurut

kepercayaan Islam, ajaran yang dibawa Muhammad SAW menghapus dan

menggantikan ajaran yang lama. Jadi kurang tepat jika Hitti menulis bahwa

Islam adalah penerus Kristen dan Yahudi.

Dalam chapter II Hitti memberikan perincian yang sangat mendetail

tentang kondisi geologis, geografis Semenanjung Arab disertai analisa

kondisi geologi pada masa pra sejarah yakni semenjak zaman es.5 Selanjutnya

ia memaparkan kondisi lahan, budidaya tanaman yang dikembangkan dan

aneka fauna yang hidup di Semenanjung Arab.6

Tidak dapat disangkal bahwa pemaparan data Hitti pada bagian ini

belum ditemukan dalam literatur manapun, dalam arti pemaparan yang utuh

antara kondisi geografis, geologi dan kemasyarakatan yang mencakup masa

Assyuria hingga Arab-Islam.

Chapter III merupakan gambaran khusus mengenai kehidupan suku

Badui. Hitti mengulas konsistensi dan keaslian badui yang hidup di

Semenanjung Arab, peraturan antar klan, fungsi syaikh dan doktrin

keagamaan Badui. Ia banyak merujuk pada literatur ulama muslim ketika

menulis bagian ini. Diantara kitab yang dipakai sebagai pegangan ialah

Sunan karya Abu Dawud dan ‘Uyun al-Akhbar karya Ibnu Qutaibah.

5
Ibid., 14-18
6
Ibid,. 20-22
Hubungan antar negara di Semenanjung Arab telah berlangsung sejak

lama. Bangsa Arab yang berdiam di daerah utara dan selatan secara intens

berhubungan dengan negara lain sebagai mitra dagang.7 Paparan yang

menarik pada bagian ini adalah tentang percampuran ras dan asimilasi budaya

yang terjadi di daerah selatan, antara orang Arab dan Afrika khususnya

Mesir. Asimilasi ini menimbulkan munculnya budaya baru, yakni budaya

maritim di daerah Arab. Chapter IV dilengkapi dengan 4 gambar fisilogis

bangsa Arab Selatan keturunan campuran, dan peta arab kuno. Bagian ini di

tutup dengan paparan mengenai ekspedisi Romawi yang gagal ke

Semenanjung Arab.

Salah satu kerajaan kuno yang di sebut dalam al-Qur’an adalah

kerajaan Saba’. Urgensi kerajaan ini sejak awal telah di gambarkan oleh al-

Qur’an, tentu hal ini karena kebesaran dan kelebihan yang dimiliki kerajaan

tersebut. Hitti sebagai pakar sejarah dapat dipastikan faham betul hal

tersebut, hingga ia menyediakan satu bab khusus pada chapter V tentang

kerajaan Saba’. Peradaban Saba’ digambarkan jauh lebih maju dari pada

kerajaan-kerajaan di sekitarnya –misalnya Himyar-, hal ini dibuktikan dengan

bendungan Ma’rib yang terkenal dan di ulas dalam semua buku sejarah.8

Bab keenam dari bagian pertama membahas kerajaan Nabatea dan

kerajaan kecil lain yang terletak di Semenanjung Arab bagian utara.

Kebudayaan Nabatea digambarkan maju dalam bidang sastra dan penulisan

7
Ibid,. 30
8
Ibid., 49-66.
karena masih sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Aramaik.9 Paparan data

Hitti tentang kerajaan ini memang lebih lengkap dari pada pemaparan Jurji

Zaydan, Namun ilustrasi yang lebih lengkap tentang Nabatea dapat di

temukan di buku Zaydan.10

Bagian terakhir adalah bagian yang sangat berbau orientalis. Hitti

menulis, bangsa Arab adalah bangsa yang sangat menyukai sastra. Tidak ada

satu pun bangsa di dunia ini yang nenunjukan apresiasi sedemikian besar

terhadap ungkapan bernuansa puitis dan sangat tersentuh oleh kata-kata, baik

lisan maupun tulisan, selain bangsa Arab ungkapnya lebih jauh. Kita sulit

menemukan bahasa yang mampu memengaruhi pikiran para penggunanya

sedemikian dalam selain bahasa Arab. Dan, Alquran adalah bukti otentiknya.

Hal ini menunjukkan bahwa al-Quran adalah hasil budaya Arab padahal

sejarah mencatat tidak satupun bangsa Arab yang dapat mengungguli bahasa

al-Qur’an.

Poin lain yang menyesatkan adalah tentang Allah. Besarnya

penghormatan orang Mekah pra-Islam kepada Tuhan sebagai pencipta dan

pemberi nikmat, dan wujud yang diseru saat tertimpa musibah digambarkan

dalam beberapa ayat berikut, misalnya Q.S.31:25&32. Hitti menulis bahwa

senyatanya, Allah yang dikenal saat itu adalah dewa suku Quraisy.11

Terdapat poin menggelikan yang ditulis Hitti pada bagian ini,yakni

tentang kepercayaan Arab. Representasi masyarakat Arab awal terhadap

9
Ibid,.53
10
Jurji Zaydan, Tarikh al-Tamaddun al-Islamy, edisi II (tk: Dar al-Hilal, 1960), 22-31.
11
Hitti., 100.
Tuhan adalah dalam bentuk sakralisasi dan spiritualisasi terhadap bentuk-

bentuk material. Dan Hitti menulis, seiring dengan datangnya Islam, jumlah

jin semakin bertambah banyak, karena dewa-dewa kafir dikelompokan

menjadi jin.12

2. Part II

Bagian kedua dari History of the Arabs yang terdiri dari 9 bab ini

membahas tentang kelahiran Islam dan masa pemerintahan Khulafa al-

Rasyidun, serta warna warni pembahasan politik kekhalifahan.

Seperti buku sejarah Islam pada umumnya, Hitti memulai paparan

kelahiran Islam dari sosok pembawa risalah agama tauhid ini yakni Nabi

Muhammad SAW (chapter viii). Pembahasan mengenai Muhammad SAW

disajikan dalam bahasa yang ringkas dan padat. Hitti tidak bertele-tele

dalam memaparkan data tentang Muhammad SAW, ditunjukkan dengan

paparan data selektif. Sepertinya ia beranggapan bahwa sejarah hidup

Muhammad SAW yang detil dan rinci sudah banyak ditulis dalam berbagai

Sirah Nabawiyah sehingga tidak diperlukan lagi data yang rinci. Daya tarik

bab ini ialah ilustrasi peristiwa Isra’ Mi’raj yang di ambil dari British

Museum.13

Yang perlu dicermati lagi ialah pendapat Hitti tentang al-Quran. Ia

berpendapat bahwa Muhammad hanya mengkopi apa yang ada pada

peradaban sebelumnya. Sebab, hampir semua hal tentang sejarah dalam

12
Ibid., 98.
13
Ibid., 115.
Alquran ada padanannya dalam Alkitab, kecuali beberapa kisah orangorang

Arab, seperti tantangan kaum Ad dan Tsamud, Lukman, pasukan gajah,

kisah tentang Iskandar agung (Iskandar Dzu al-Qarnayn), dan orang-orang

gua (Ashhab al-Kahf) yang semuanya hanya selintas disebutkan.

Singkatnya Alquran milik Muhammad memperlihatkan kesamaan

dengan Pentateuch, ketimbang dengan Injil. Dus, dari tiga agama

monoteisme yang dikembangkan oleh peradaban Semit, Islam dengan al-

Quran adalah yang paling mirip dan paling mendekati Yahudi dengan

Perjanjian Lamanya, ketimbang Kristen dengan Perjanjian Baru. Namun,

Islam memiliki kedekatan dengan keduanya, sehingga dalam pandangan

kebanyakan orang Eropa Abad Pertengahan dan Kristen Timur, Islam

dianggap sebagai sekte Kristen yang menyimpang, bukan agama baru.14

Sebagai muslim, tentu jika membaca pandangan Hitti ini tentu akan

menempatkannya sebagai wawasan pemikiran kelompok non-muslim, akan

tetapi bagi non-muslim tentu dapat menimbulkan interpretasi yang

bertentangan dengan kebenaran.

Penaklukkan Iraq, Persia dan Mesir mendapat porsi sendiri dalam

buku ini (chapter xiii- chapter xiv). Tidak perlu di pertanyakan lagi

penyebabnya tentu karena ketiga daerah tersebut merupakan daerah kapital

dan strategis yang memiliki berbagai kelebihan yang berpengaruh besar

terhadap perkembangan dunia Islam selanjutnya.

14
Ibid., 124-125.
3. Part III (Chapter XVII-XXXIII)

Bagian ini merupakan bagian terpanjang dari buku ini. Bagian ini

terdiri dari 16 bab yang membahas secara rinci dua dinasti utama Islam yakni

Dinasti Umawiyah I dan Dinasti Abbasiyah. Seperti buku sejarah Islam yang

lain, Hitti memaparkan pembahasan tentang dinasti Umawiyah terlebih

dahulu diikuti pemnahasan Dinasty Abbasiyah.

Yang membedakan buku Hitti ini dengan buku yang lain adalah

detail yang dimunculkan dalam pemaparan data yang jarang ditemukan dalam

pelbagai buku sejarah, baik karangan ulama muslim maupun non-muslim.

Hal tersebut terlihat dari bab yang di sajikan, misalnya pada pokok bahasan

puncak kejayaan dan kekuasaan Dinasti Umawiyah. tidak hanya membahas

tentang kelebihan dan kemajuan di berbagai bidang, akan tetapi hitti juga

memaparkan secara khusus gambaran kerajaan Islam setelah hampir satu

abad setelah wafatnya Muhammad SAW. Perbandingan dua masa secara

khusus ini jarang ada di buku sejarah Islam.15

Pokok bahasan lain yang juga tidak ditemukan secara khusus dalam

berbagai buku sejarah ialah chapter xxi yang membahas aspek-aspek

kehidupan di bawah kekuasaan Bani Umayyah, di dalamnya terdapat

pembahasan khusus mengenai seni, sastra dan musik di seluruh daerah

misalnya seni musik d Arab selatan yang mempunyai ciri khas sendiri tidak

seperti daerah Arab yang lain. Namun sayangnya Hitti tidak dapat

menjelaskan secara gamblang karena tidak ditemukan data pendukung. ‚the

15
south arabian undoubtedly had their own types of song and musical

instument about which very little is known‛, demikian papar Hitti.

Selain itu paparan data mengenai konser-konser musik yang diadakan

oleh para aristokrat juga jarang ditemukan dalam buku sejarah lain. Dalam

catatan kaki dapat dilihat bahwa pada bahasan ini Hitti banyak merujuk pada

buku Arab lama Aghani.

Selanjutnya pada paparan mengenai Dinasti Abbasiyah, setelah

membahas tentang kebangkitan dinasti ini, Hitti menulis berbagai kemajuan

peradaban Islam yang meliputi eratnya hubungan internasional dengan negara

lain, kebangkitan intelektual, perdagangan, pertanian dan industri. Tidak lupa

Hitti memaparkan dengan rinci biografi seluruh ilmuwan disegala bidang

dengan rinci.

Keunggulan Hitti pada bagian ini (Part III : The Umayyad And

Abbasid Empires) ialah pada chapter xxvii yang membahas peran sentral

pendidikan pada kehidupan muslim semenjak ia kecil hingga dewasa. Ulasan

bagian ini tidak hanya tentang urgensi pendidikan, tapi juga lebih pada fakta

sejarah keilmuan mulai kalangan aristokrat hingga rakyat. Salah satu yang di

ambil contoh oleh Hitti adalah kebijaksanaan dalam sistem pendidikan dan

pengasuhan yang dapat dilihat dalam instruksi Khalifah Harun al-Rashid

kepada muaddib yang bertugas membimbing putranya. Pokok bahasan yang


unik ini mungkin di pengaruhi oleh kesadaran Hitti sendiri terhadap

pendidikan, sehingga ia menyajikan bahasan secara khusus.16

4. PART IV (Chapter XXXIV-XLII)

Bagian ke empat dari History Of The Arabs membahas tentang

Peradaban bangsa Arab di Spanyol dan Sicilia (Italia). Dalam masa lebih dari

tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai

kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan

pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang

lebih kompleks.

Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya,

Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi

Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di

perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi "guru" bagi

orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik

perhatian para sejarawan termasuk Hitti.

Hitti benar-benar ingin menyajikan data secara komprehensif oleh

karenanya ia tidak luput memeberikan paparan mengenai jejak sejarah Islam

di Sicilia. Periode kekuasaan Islam di Sicilia Italia merupakan tahap awal

revolusi perdagangan di abad pertengahan. Hitti menggambarkan secara

obyektif kondisi Sicilia setelah pendudukan Islam. Masyarakat Sicila

merasakan kemakmuran dalam pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat.

16
Ibid., 408-415.
Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama Udovitch menjelaskan betapa Sicilia

telah menjelma menjadi pusat perdagangan di dunia Mediterania. Kawasan

itu bersama Tunisia menjadi persimpangan rute perdagangan.

5. PART V

The last of Medieval Moslem States demikian Hitti menamai bagian

ini. Terdiri dari 8 bab, bagian ini memuat sejarah kerajaan-kerajaan Islam

yang masih bertahan di abad pertengahan. Dinasti Fathimiyah dan Perang

Salib merupakan sentra bahasan pada bagian ini.

Pada bagian ini Hitti bersikap sangat obyektif, ia menulis bahwa

penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar

Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium

dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran

tersebut. Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran

Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan

Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000

prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang

berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-

Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya

hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern).

Tidak seperti pemaparan pada kebanyakan buku tulisan non-Muslim,

Hitti sangat obyektif dan tidak memilih untuk berpihak kepada kisah perang

salib versi Barat yang selama ini di sebarluaskan, walaupun Hitti juga
merupakan seorang non-Muslim. Sepertinya ia tidak mau mengambil resiko

terlalu besar dalam memaparkan peristiwa yang dapat dianggap ‘baru’ dalam

peradaban modern, tidak seperti beberapa pemaparan data di bagian-bagian

awal buku ini. Ia dengan tegas menulis bahwa perang Salib merupakan

pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.

6. PART VI (CHAPTER L – LII: hal 709-754 )

Pada bagian akhir buku, Hitti mengemukakan fenomena dunia setelah

berakhirnya periode klasik Islam. Ketika Islam mulai memasuki masa

kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kerajaan Turki

Usmani yang merupakan kekhalifahan Islam terakhir tidak mampu

meneruskan kejayaan Islam.

Pada bagian terakhir ini, Mesir diletakkan oleh Hitti dalam panggung

utama peradaban Islam melalui sosok Muhammad Ali; Pembaharu Mesir

Modern. Mengapa Mesir? Pemilihan Mesir -sebagai satu-satunya negara Arab

modern yang oleh Hitti di ulas lengkap- adalah karena Mesir merupakan

negara Arab modern yang mampu bertahan dengan corak Islam yang kuat

tanpa memutus kontak dengan dunia internasional.

Ketika Arab Saudi, palestina, Spanyol dan negara-negara eks-daerah

kapital Arab- Islam tenggelam dan berada pada posisi dan situasi yang

kurang menguntungkan dalam percaturan politik dunia, Muhammad Ali

membawa Mesir maju melalui hubungan baik dengan Prancis (dalam segi
administrasi pemerintahan) dan Italia, inggris serta Austria (dalam bidang

intelektual).

Hitti menulis dengan gamblang keberhasilan Eropa modern dan

pengaruh pengaruhnya terhadap dunia Arab- Islam. kebangkitan Eropa bukan

saja terlihat dalam bidang politik (terlihat dari keberhasilan Eropa

mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya) tetapi

terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan

dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan

politiknya.

Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari

pemerintahan Islam di Sicilia. Dari sanalah Eropa banyak menimba ilmu.

Sicilia merupakan berkah bagi peradaban Barat. Wilayah otonomi di selatan

Italia itu telah menjadi gerbang transfer ilmu pengetahuan dari dunia Muslim

ke Barat.

Tetapi, di atas banyak hal, Phillip K. Hitti berkesimpulan bahwa

peradaban Islam adalah peradaban Arab, peradaban lisan dan tulisan yang

mengkopi dengan sedikit inovasi di sana-sini sehingga sampai pada hari ini.

Ini tentu tidak sepenuhnya salah namun juga tidak sepenuhnya benar, karena

setiap peradaban tentu dalam perkembangannya mengalami asimilasi,

transformasi dan adaptasi dengan peradaban lain di sekitarnya. Adakalanya

hal ini mungkin menghapus ciri asli suatu peradaban, akan tetapi disisi lain

juga memperkaya peradaban tersebut. Tentu tidak dapat dikatakan peradaban

Arab Islam hanya mengkopi peradaban lama, karena bangsa Arab- Islam
sendiri telah memiliki peradaban yang maju seperti peradaban Saba’, dan

juga memiliki nila-nilai luhur yang terjaga dalam kemurnian Badui di Hijaz.

E. PENUTUP

Philip K. Hitti melalui History of The Arabs memaparkan berbagai

fakta dan data mengenai bangsa Arab semenjak masa awal peradaban Semit

(Nabatea) hingga masa modern. Ia mengulas dengan objektif prestasi dan

kegagalan yang dicapai oleh berbagai dinasti Arab-Islam. Sebagai pewaris

peradaban kuno yang berkembang pesat di tepi sungai Tigris dan Eufrat, di

daratan sekitar sungai Nil dan di pantai sebelah timur Mediterania.

Hitti dengan detail yang mendalam menampilkan kekuatan utama

Arab Islam di seluruh dunia sebagai pembawa gerakan intelektual ke Eropa

Abad Pertengahan yang memicu kebangkitan di dunia Barat. Dengan jelas ia

mengatakan kepada dunia internasional melalui karyanya bahwa tidak ada

satu pun bangsa pada Abad Pertengahan yang memberikan kontribusi

terhadap kemajuan manusia sebagaimana kontribusi yang diberikan oleh

Bangsa Arab dan orang-orang yang berbahasa Arab.

Walaupun begitu beberapa pemaparan Hitti perlu untuk di kroscek.

Masih terlihat keberpihakannya kepada orientalis pada pemaparan

keagamaan, tidak heran karena ia besar dan hidup dalam lingkungan yang

kental dengan sudut pandang Barat. Oleh sebab itu buku ini pada awal terbit

memicu berbagai macam kritik dan tanggapan dari sejarahwan dunia

terutama Arab.
Namun, bagaimanapun juga buku ini merupakan buku yang komplit

dan menyeluruh dalam membahas Arab- Islam sehingga ia pantas dijadikan

sebagai salah satu rujukan utama peradaban Arab- Islam. Kekuatan rincian

data yang disajikan oleh Philip K Hitti dalam History of the arabs benar-

benar sulit dicari tandingannya. Melalui buku ini ia membuktikan dirinya

adalah seorang pakar budaya Semit dan professor sejarah yang hebat.

Anda mungkin juga menyukai